Anda di halaman 1dari 10

PSIKOLOGI MASYARAKAT PETANI

(Tugas Mata Kuliah Psikologi Masyarakat Petani)

Oleh:

Azil Agustino 1314131018


Karina Indira Putri 1214131053
M. Nuzul Mubarokah 1314131059

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
1. Bagaimanakah strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani terhadap
perubahan lingkungan internal dan eksternal mereka?
Jawab:
Strategi adalah suatu rangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang
dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Adaptasi menurut Soemaryanto yaitu
kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannnya yang dapat terbagi menjadi beberapa cara melalui proses
fisiologis, adaptasi morfologi, dan adaptasi kultural atau perilaku yang di
dalamnya termasuk penerapan teknologi dan pranata sosial khususnya bagi
makhluk hidup. Jadi, strategi adaptasi adalah suatu rangkaian upaya atau
keputusan dan tindakan yang dibuat untuk menyesuaikan diri terhadap
segala kemungkinan yang terjadi.

Strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani terhadap perubahan


lingkungan internal yang dilakukan petani biasanya berasal dari lingkup
keluarga. Perubahan yang umumnya terjadi di lingkup internal adalah
mengenai kebutuhan dari keluarga tersebut. Sehingga strategi adaptasi
yang dapat dilakukan petani terhadap perubahan lingkungan internalnya
adalah sebagai berikut:
a. Mencari tambahan pendapatan
Perubahan yang terjadi pada petani akan sangat berdampak bagi
kehidupan mereka. Kebutuhan yang semakin meningkat akan
berdampak pula pada kehidupan petani, sehingga strategi yang dapat
dilakukan petani untuk menghadapi perubahan tersebut adalah dengan
cara mencari tambahan pendapatan. Tambahan pendapatan dapat
dilakukan oleh setiap anggota keluarga guna menjaga kelangsungan
hidup bersama.
b. Mengurangi konsumsi
Mengurangi konsumsi merupakan salah satu bentuk strategi adaptasi
petani terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan internalnya.
Jika tambahan pendapatan tidak dapat dilakukan maka salah satu cara
yang bisa dilakukan yaitu dengan cara mengurangi konsumsi dari
kondisi semula.
c. Meminjam
Salah satu bentuk strategi adaptasi yang dapat dilakukan petani
terhadap perubahan lingkungan internalnya adalah dengan melakukan
peminjaman. Cara ini menjadi salah satu solusi guna memenuhi
kebutuhan petani dan keluarganya.
d. Merantau
Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan di pedesaan menjadi
salah satu faktor penyebab keadaan ekonomi petani rendah, sehingga
merantau menjadi salah satu bentuk strategi adaptasi petani guna
meningkatkan pendapatan mereka.
e. Peningkatan produksi
Peningkatan produksi merupakan salah satu cara adaptasi petani
dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Meningkatnya produksi
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.

Perubahan lingkungan eksternal biasanya berkaitan dengan kondisi sosial


dan kondisi alam. Strategi adaptasi yang terjadi pada perubahan
lingkungan sosial yaitu dengan cara adaptasi tingkah laku. Adaptasi
tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan
mengubah tingkah laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sedangkan strategi adaptasi terhadap perubahan kondisi alam
yang kini menjadi permasalahan bagi sektor pertanian bisa dilakukan
dengan beberapa cara. Perubahan kondisi alam terutama mengenai iklim
berdampak besar bagi sektor pertanian, Adaptasi terhadap perubahan
iklim bisa dilakukan dengan cara yang mengarah pada minimalisasi resiko
terhadap kondisi iklim yang tidak kondusif, misalnya hal sederhana yang
dapat dilakukan oleh petani yaitu mengatur pola tanam atau membuat
kalender tanam. Selain itu, strategi adaptasi yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan lingkungan serta
penggunaan varietas atau komoditas yang sesuai dengan kondisi
lingkungan.
2. Hal-hal apa sajakah yang memotivasi petani untuk menerima sebuah
inovasi baru?
Jawab:
Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi biasanya berasal dari kondisi internal dan eksternal petani. Hal-
hal yang memotivasi petani untuk mengadopsi atau menerima sebuah
inovasi baru adalah berdasarkan kondisi internal :
a. Pendidikan
Latar belakang pendidikan juga menjadi faktor yang memotivasi
petani dalam mengadopsi suatu inovasi. Petani yang memiliki
tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung bersifat lebih terbuka
terhadap inovasi baru.

b. Usia
Usia akan mempengaruhi daya adopsi petani terhadap suatu
inovasi. Usia akan mempengaruhi kondisi psikologis dan juga fisik
petani. Petani yang umumnya berusia 50 tahun ke atas akan sukar
menerima inovasi baru karena karakter yang terbentuk di petani
terkadang tidak sesuai dengan karakter inovasi tersebut sehingga
petani lebih cenderung menolak.

c. Keluarga
Faktor keluarga juga mempengaruhi motivasi petani dalam
mengadopsi inovasi baru. Peran keluarga tidak dalam dipisahkan
dari pengambilan keputusan petani di Indonesia. Keterlibatan
anggota keluarga dalam kegiatan usahatani menyebabkan
pengambilan keputusan dalam mengadopsi inovasi baru menjadi
sedikit lambat karena petani cenderung akan berdiskusi terlebih
dahulu dalam setiap pengambilan keputusan, dan tidak jarang
keputusan yang diambil justru bertolakbelakang dengan inovasi
yang akan diadopsi.
d. Kebutuhan
Kebutuhan menjadi faktor yang sangat penting dalam memotivasi
petani untuk mengadopsi inovasi baru, karena petani di Indonesia
pada umumnya hanya mengadopsi inovasi yang sesuai dengan
kebutuhannya saja.

e. Pengalaman
Pengalaman petani dalam berusaha tani berpengaruh terhadap cara
mengadopsi suatu inovasi. Semakin banyak pengalaman yang
dimiliki petani maka tingkat adopsi suatu teknologi akan semakin
tinggi. Pengalaman petani dalam berusahatani yang relatif lama
akan membentuk sebuah pengetahuan dan keterampilan.

f. Kepribadian
Kepribadian akan mempengaruhi cara adopsi petani terhadap
inovasi. Kepribadian biasanya akan berkaitan erat dengan usia
petani. Petani yang berusia 50 tahun ke atas cenderung sulit
menerima inovasi baru karena kepribadian atau karakter yang
dimiliki telah melekat, begitu sebaliknya petani dengan usia muda
cenderung mudah menerima inovasi karena karakter yang
terbentuk masih dapat berubah.

g. Status sosial dan status ekonomi


Status sosial dan ekonomi akan berdampak pada cara adopsi petani
terhadap inovasi. Petani dengan status ekonomi yang lebih tinggi
akan cenderung mudah dalam menerima sebuah inovasi begitu pula
dengan status sosial yang tinggi.

Sedangkan kondisi eksternal yang memotivasi petani dalam menerima


inovasi baru adalah sebagai berikut:
a. Sifat-sifat atau karakteristik inovasi tersebut.
Petani cenderung termotivasi untuk mengadopsi inovasi baru yang
sifatnya memiliki keuntungan atau manfaat bagi petani, lalu biaya
yang diperlukan dari penerapan inovasi tersebut terjangkau, tingkat
kerumitan dari inovasi tersebut. Observabilitas atau sejauh mana
inovasi tersebut dapat diamati dan kesesuaian inovasi tersebut.

b. Kesesuaian dengan lingkungan fisik.


Inovasi tersebut harus sesuai dengan lingkungan yang ada di sekitar
petani.

c. Kesesuaian dengan lingkungan budaya.


Faktor kebudayaan juga memegang peran penting bagi kecepatan
adopsi dari petani. Inovasi yang digagas harus sesuai dengan
kebudayaan yang berkembang di lingkungan petani.

d. Dukungan keluarga atau masyarakat


Apabila inovasi tersebut tidak mendapat dukungan dari masyarakat
atau keluarga maka inovasi tersebut akan sulit untuk di adopsi.

e. Ketersedian sarana produksi dan pasar


Inovasi yang ditawarkan haruslah ditunjang dengan ketersediaan
sarana produksi dan ketersediaan pasar. Apabila hal tersebut tidak
terpenuhi maka inovasi yang ditawarkan pun akan sulit untuk
diadopsi.

3. Bagaimanakah persepsi petani terhadap perubahan yang dilakukan oleh


orang lain diluar lingkungan sosialnya?
Jawab:
Petani pada umumnya memiliki karakteristik suka menaruh curiga kepada
orang lain diluar lingkungan sosialnya. Keberadaan orang lain diluar
lingkungan sosialnya dianggap akan mengubah suatu pola yang sudah
terbentuk. Petani memiliki kekhawatiran mengenai perubahan.
Kekhawatiran yang dialami petani terhadap perubahan yang dilakukan
oleh orang diluar lingkungan sosialnya biasanya dikarena kondisi atau
keadaan yang dianggap telah mapan atau nyaman oleh petani sehingga
apabila terdapat perubahan yang dilakukan terutama oleh orang lain diluar
lingkungan sosialnya akan menyebabkan perubahan pada kehidupan
mereka yang dianggap telah aman. Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi
petani biasanya berasal dari individu petani tersebut, sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu berasal dari kemampuan
pemberian makna, motivasi, norma, budaya, dan interaksi sosial.

4. Bagaimana reaksi atau tindakan petani terhadap keadaan pasar hasil


produksi usahataninya?
Jawab:
Pasar merupakan aspek penting pada sektor pertanian. Ketersediaan pasar
akan mempengaruhi reaksi atau tindakan petani dalam kegiatan
usahataninya. Petani cenderung melakukan kegiatan usahataninya
berdasarkan permintaan pasar, yang artinya apabila produk/komoditi yang
berada di petani tidak memiliki pasarnya maka petani tidak akan
memproduksi produk/komoditi tersebut, begitu pula sebaliknya apabila
pasar dari produk/komoditi yang berada di petani tersedia maka petani
akan memproduksi produk/komoditi tersebut.

Petani yang ada di Indonesia pada umumnya memiliki kelemahan dalam


membaca kondisi pasar. Pada saat harga komoditi/produk tertentu sedang
tinggi di pasaran maka petani secara nalurinya berbondong-bondong akan
memproduksi komoditi/produk tersebut. Sehingga, pada saat
komoditi/produk tersebut telah masuk pada waktu panen, harga dipasaran
menjadi turun atau melemah dikarenakan jumlah dari produk/komoditi
yang tersedia melimpah. Kondisi tersebut pula menjadi sesuatu peluang
bagi oknum-oknum yang berada di pasar untuk memainkan harga jual di
petani. Selain itu, mobilitas dan aksesibilitas petani terhadap pasar juga
sangat terbatas sehingga tidak jarang petani menjual hasil produk mereka
ke tengkulak dengan harga yang rendah. Rantai tataniaga yang masih
sangat panjang di lingkup petani di Indonesia memberikan suatu
kelemahan bagi petani, sehingga peran stake holder dalam mengendalikan
rantai tataniaga menjadi sangat penting untuk mewujudkan petani yang
mapan dan sejahtera.

5. Apa yang dimaksud dengan etika subsistensi petani dan keadaan rawan
subsistensi petani?
Jawab:
Menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah teori mengenai tingkah
laku perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal. Subsistensi adalah suatu kemandirian
ontologis yang ditentukan bukan dengan mangacu pada sesuatu yang lain
tetapi dengan dirinya sendiri, dengan kata lain subsistensi adalah suatu
sistem bertani dimana tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi
keperluan hidupnya beserta keluarganya. Etika subsistensi petani adalah
kaidah tentang benar dan salah yang membimbing petani dan warga
komunitas desa mengatur dan mengelola sumber-sumber kehidupannya
dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka di dalam
komunitas.

Scott (1981) memberikan sebuah gagasan mengenai etika subsistensi pada


masyarakat petani. Etika tersebut muncul di kebanyakan masyarakat petani
yang pra-kapitalis akibat kekhawatiran akan mengalami kekurangan. Etika
tersebut merupakan konsekuensi dari satu kehidupan yang begitu dekat
dengan garis batas. Etika subsistensi berbicara mengenai tingkah laku
petani dalam memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya yang begitu
dekat dengan batas cukup. Petani berusaha menghindari kegagalan dan
resiko dengan meminimumkan kemungkinan-kemungkinan subyektif dari
kerugian maksimum. Petani mengutamakan apa yang dianggap aman dan
dapat diandalkan dibanding harus mengejar keuntungan jangka panjang,
Petani lebih suka meminimumkan kemungkinan terjadinya satu bencana
atau kegagalan daripada memaksimumkan penghasilan rata-ratanya,
dengan arti lain petani berprinsip menghindari resiko dan mendahulukan
selamat.
Petani cenderung melakukan kegiatan usahataninya untuk memenuhi
keperluan hidupnya beserta keluarga tanpa mau menerima resiko yang
lebih tinggi, sehingga kehidupan mereka begitu dekat dengan batas
subsistensi atau batas kecukupan saja atau disebut juga sebagai suatu
kondisi atau keadaan rawan subsistensi. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga maka tingkat krisis subsistensi atau keadaan rawan subsistensi
juga lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

AnonimA. 2016. Petani dan Etika Subsistensi.


http://turasih.blogspot.co.id/2016/01/petani-dan-etika-subsistensi.html.
Diakses pada 23 November 2016, pukul 18.45 WIB.

Sumaryanto, Sugiarto, dan M. Suryadi. 2012. Kapasitas Adaptasi Petani


Tanaman Pangan Terhadap Perubahan Iklim Untuk Mendukung
Keberlanjutan Ketahanan Pangan. Laporan Kemajuan Penelitian. Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai