Anda di halaman 1dari 15

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan


struktur tubuh dari tumbuhan, morfologi berasal dari bahasa latin (morphus) yang
berarti wujud atau bentuk, dan (logos) yang berarti ilmu. Morfologi tumbuhan
berbeda dengan anatomi tumbuhan yang secara khusus mempelajari struktur
internal tumbuhan pada tingkat mikroskopis. Morfologi tumbuhan berguna untuk
mengidentifikasi tumbuhan secara visual, dengan begitu keragaman tumbuhan
yang sangat besar dapat dikenali dan diklasifikasikan serta diberi nama yang tepat
untuk setiap kelompok yang terbentuk, ilmu yang mempelajari klasifikasi serta
pemberian nama tumbuhan adalah taksonomi tumbuhan.
Morfologi daun adalah pengetahuan mengenai bentuk-bentuk pada sehelai
daun, baik itu berupa daun tunggal atau pun majemuk. Pada dasarnya, sehelai
daun terdiri dari dasar daun, tangkai daun dan helaian daun. Ada pula yang
menganggap terdiri dari pelepah daun atau upih, tangkai daun dan helaian daun.
Daun adalah organ-organ khusus yang mempunyai fungsi sebagai tempat proses
fotosintesis, dalam pengertian ini dapat disebutkan bahwa daun merupakan bagian
tanaman yang mempunyai fungsi sangat penting, karena semua fungsi yang lain
sangat tergantung pada daun secara langsung ataupun tidak langsung.
Daun lengkap terdiri dari pelepah daun, tangkai daun serta helai daun.
Helai daun sendiri memiliki urat daun yang tidak lain adalah kelanjutan dari
jaringan penyusun batang yang berfungsi menyalurkan hara atau produk
fotosintesis. Helai daun sendiri tersusun dari jaringan dasar epidermis, jaringan
tiang, jaringan bunga karang dan jaringan pembuluh. Permukaan epidermis
seringkali terlapisi oleh kutikula atau rambut halus (pilus) untuk melindungi daun
dari serangga pemangsa, spora jamur, ataupun tetesan air hujan.
Daun adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian
berbentuk pipih yang juga terbentuk dari sel-sel jaringan, seperti yang terdapat
pada batang. Perbedaannya batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas
yang segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim, lalu gugur.
Struktur morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena
itu, struktur morfologi daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis
tumbuhan. Struktur daun dapat dilihat dari bentuk tulang daun (menyirip, menjari,
melengkung, dan sejajar), bangun daun atau bentuk helaian daun (bulat, lanset,
jorong, memanjang, perisai, jantung, dan bulat telur), tepi daun (bergerigi,
beringgit, berombak, bergiri, dan rata), bentuk ujung daun (runcing, meruncing,
tumpul, membulat, rompang/ terbelah dan berduri), bentuk pangkal daun (runcing,
meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk), dan prmukaan (licin, kasap,
berkerut, berbulu, dan bersisik). Oleh karena itu praktikum morfologi daun
dilaksanakan.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakan praktikum tentang
morfologi daun untuk mengamati berbagai macam tipe daun, memahami susunan
daun dan macam-macam dudukan daun.

1.2. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk memberi pengalaman kepada
praktikan dalam melakukan pengamatan terhadap bermacam tipe daun tunggal
dan daun majemuk, untuk memberi pengetahuan kepada praktikan untuk
mendeskripsikan bermacam tipe daun tunggal dan daun majemuk dan untuk
mengenal susunan daun majemuk dan bermacam-macam duduk daun.
Kegunaaan dari praktikum ini adalah agar praktikan terampil dalam
melakukan pengamatan terhadap bermacam tipe daun tunggal dan daun majemuk,
agar praktikan mampu mendeskripsikan secara bermacam tipe daun tunggal dan
daun majemuk dan agar praktikan mampu mengenal dan memahami susunan daun
majemuk dan bermacam-macam duduk daun.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Secara morfologi dan anatomi daun merupakan organ tumbuhan yang


paling bervariasi. Berdasarkan variasi tersebut maka daun dapat diklasifikasikan
sebagai berikut daun lebar, katafil, hipsofil, kotiledon. Daun lebar adalah organ
utama yang melakukan fotosintesis. Katafil adalah sisik yang terlihat pada kuncup
dan batang dalam tanah dan berfungsi sebagai pelindung atau penyimpan
cadangan makanan. Hipsofil adalah berbagai tipe daun pelindung yang bergabung
dengan bunga dan agaknya berfungsi sebagai pelindung. Kotiledon adalah daun
pertama pada tumbuhan (Zuluhida, 2010).
Morfologi daun adalah salah satu cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari tentang jenis-jenis karakteristrik sebuah daun seperti bentuk daun,
ujung daun, pangkal daun, tepi daun dan permukkan daun. Secara umum, sebuah
tanaman memiliki banyak karakteristrik, maka dari itu dibutuhkan sebuah
pembelajaran mengenai morfologi tumbuhan (Rizki, 2012).
Daun merupakan suatu organ tubuh tumbuhan yang amat penting dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat
pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada
tumbuhan.Umumnya ada dua tipe daun,yaitu daun dorsivental atau bifasial dan
daun isobilateral disebut juga isolateral atau ekuifaisal (Sebastian, 2011).
Daun yang lengkap terdiri atas helai daun (lamina), tangkai daun
(petiolus), dan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran daun berbiji sangat
bervariasi. Seperti halnya batang dan akar, daun juga tersusun atas beberapa
sistem jaringan yaitu jaringan pelindung, jaringan dasar yang menyusun mesofil
daun, jaringan pengangkut (Savitri, 2010).
Struktur morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh
karena itu, struktur morfologi daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
jenis-jenis tumbuhan. Struktur daun dapat dilihat dari: bentuk tulang daun
(menyirip, menjari, melengkung, dan sejajar),bangun daun atau bentuk helaian
daun (bulat, lanset, jorong, memanjang, perisai, jantung, dan bulat telur),tepi daun
(bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata), bentuk ujung daun
(runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri), bentuk
pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk), dan
prmukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik) (Sugiono, 2011).
Respon pertumbuhan akibat pengaruh karbon dioksida yang terlalu tinggi
di atas ambang batas, dapat menyebabkan perubahan bentuk dan morfologi dan
biokimia pada tanaman, sebagian stomata daun tertutup sehingga mengurangi
respirasi dan transpirasi. Keberadaan pohon mempunyai peran penting untuk
mengurangi gas CO2 yang ada di udara melalui pemanfaatan gas CO2 pada
tumbuhan untuk bahan baku fotosintetis (Elis, 2015).
Daun tumbuhan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, mulai dari
yang berbentuk duri kecil pada kaktus hingga yang berbentuk lebar seperti palm.
Sekalian bentuk dan ukuran daun tampak bervariasi, pada dasarnya daun terdiri
dari tiga bagian yaitu bagian basal yang berkembang menjadi pelepah (vagina),
tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) (Hajar, 2011).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit
Agronomi, pada hari Selasa 23 November 2018 pukul 08.00 WITA sampai
selesai.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada praktikum adalah daun pisang (Musa
paradisiaca L.), daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.), daun kapuk
randu (Ceiba petandra Gaertz), daun jambu biji (Psidium guajava L.), daun sirih
(Piper ningrum L.), daun terung (Solanum melongena L.), daun keluwih
(Artocarpus communis), daun jarak (Ricinus communis L.), daun belimbing wuluh
(Averchoa bilimbi), daun sikejut (Mimosa pudica L.), daun kelor (Moringa
oleifera Lamk.) dan daun asam (Tamarindus indica L.).
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu alat tulis, buku penuntun
praktek dan kamera.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada pelaksanaan praktikum yaitu:
1. Menulis nama bahan dan nama familinya.
2. Menggambar bagian-bagian daun lengkap dan daun tidak lengkap dengan
keterangan-keterangan dan bahasa Indonesia dan bahasa latin: upin daun,
tangkai daun, helai daun dan lidah daun.
3. Menggambar daun dari tiap-tiap bahan dan sebutkan: bangun daun, ujung
daun, pangkal daun, tulang daun, tepi daun dan daging daun.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


No Nama tumbuhan Gambar Keteranagan
1. Daun pisang (Musa 1. Pelepah daun
paradisiaca L.) 2. Tangkai daun
3. Tulang daun
4. Helaian daun
5. Ibu tulang daun
6. Ujung daun
7. Tepi daun
2. Daun kembang sepatu 1. Tangkai daun
(Hibiscus rosa 2. Tulang daun
sinensis L.) 3. Helaian daun
4. Ibu tulang daun
5. Ujung daun
6. Tepi daun

3. Daun kapuk randu 1. Tangkai daun


(Ceiba petandra 2. Tulang daun
Gaertz) 3. Helaian daun
4. Ibu tulang daun
5. Ujung daun
6. Tepi daun

4. Daun jambu biji 1. Tangkai daun


(Psidium guajava L.) 2. Tulang daun
3. Helaian daun
4. Ibu tulang daun
5. Ujung daun
6. Tepi daun
5. Daun sirih (Piper 1. Tangkai daun
ningrum L.) 2. Tulang daun
3. Helaian daun
4. Ujung daun
5. Tepi daun
6. Ibu tulang daun

6. Daun terung 1. Tangkai daun


(Solanum melongena 2. Tulang daun
L.) 3. Helaian daun
4. Ujung daun
5. Tepi daun
Ibu tulang daun

7. Daun keluwih 1. Tangkai daun


(Artocarpus 2. Tulang daun
communis) 3. Helaian daun
4. Ujung daun
5. Tepi daun
6.Ibu tulang daun

8. Daun jarak (Ricinus 1. Tangkai daun


communis L.) 2. Tulang daun
3. Helaian daun
4. Ujung daun
5. Tepi daun
6.Ibu tulang daun
9. Daun belimbing 1. Tangkai daun
wuluh (Averchoa 2. Tulang daun
bilimbi) 3. Helaian daun
4. Ujung daun
5. Tepi daun

10. Daun sikejut (Mimosa 1. Tangkai daun


pudica L.) 2. Tulang daun
3. Helaian daun
4. Ujung daun
5.Tepi daun

11. Daun kelor (Moringa 1. Tangkai daun


oleifera Lamk.) 2. Tulang daun
3. Helaian daun
4. Ujung daun
5.Tepi daun

12. Daun asam 1. Tangkai daun


(Tamarindus indica 2. Tulang daun
L.) 3. Helaian daun
4. Ujung daun
5.Tepi daun
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, kita dapat mengetahui bahwa morfologi
daun adalah pengetahuan mengenai bentuk-bentuk pada sehelai daun, baik itu
berupa daun tunggal atau pun majemuk. Pada dasarnya, sehelai daun terdiri dari
dasar daun, tangkai daun, dan helaian daun. Ada pula yang menganggap terdiri
dari pelepah daun atau upih, tangkai daun, dan helaian daun.
Daun pisang (Musa paradisiaca L.) adalah daun lengkap karena memiliki
helai daun, pelepah daun, tangkai daun dan tulang daun. Jenis daun tunggal
(folium simplex), tipe daun lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), upih
daun (vagina), helaian daun (lamina). Bentuk helaian daun memanjang
(oblongus), bentuk ujung helaian daun tumpul (obtusus), bentuk pangkal daun
membulat (rotundatus),bentuk tepi daun rata (integra), permukaan helaian daun
berselaput licin (pruinosis) dan terletak pada batang (caulis) dan tidak memiliki
daun penumpu.
Daun kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) termasuk daun tidak
lengkap karena tidak terdapat satu bagian dari daun lengkap yaitu tidak memiliki
upih daun atau pelepah daun (vagina), bangun daun adalah bangun bulat telur
(ovatus), ujung daun (apex folii) adalah meruncing (acuminatus), tepi daun adalah
bergerigi (serratus) pangkal daun (basis folii) adalah runcing (acutus), tulang daun
(venation) adalah menyirip (penninervis) karena daun ini mempunyai satu ibu
tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun,
permukaan daun adalah licin (laevis), daging daun (intervenium) adalah seperti
kertas (papyraceus atau chartaceus) karena tipis tetapi cukup tegar, warna daun
adalah hijau tua.
Daun kapuk randu (Ceiba petandra Gaertz) merupakan daun majemuk
(folium compositum) dengan tipe daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih
(vagina). Bentuk daun memanjang (oblongus) dengan ujung meruncing
(acuminatus) dan pangkal yang runcing (acutus), bertepi rata (integer) dan dengan
permukaan licin (leavis). Susunan pertulangannya menyirip (penninervis). Tata
letak daun pada ibu tangkai daun (petiolus comunis) dan tidak memiliki daun
penumpu.
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki tulang daun yang
menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan
dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang
kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita
kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang
tumpul. Pangkal daun membulat (rotundatus), ujung daun tumpul (obtusus).
Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer), daging daun (intervinium)
seperti perkamen (perkamenteus). Pada umumnya warna daun pada sisi atas
tampak lebih hijau licin jika di bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas
lebih hijau, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus).
Tangkai daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya.
Daun sirih (Piper ningrum L.) daun sirih Bagian daun tanaman sirih
memiliki bentuk serupa jantung. Daunnya tunggal dan pada bagian ujung
cenderung runcing. Daun ini tersusun dengan cara selang seling. Pada tiap
daunnya terdapat tangkai. Daun tersebut memiliki aroma yang cukup khas apabila
diremas. Daun ini memiliki kisaran panjang antara 5 sampai 8 cm. Lebarnya
mulai dari 2 cm sampai 5 cm.
Daun terung (Solanum melongena L.) memiliki bentuk daun terung terdiri
dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun seperti ini lazim
dikenal dengan nama daun bertangkai. Tangkai daun berbentuk silindris dengan
sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya berkisar antara 5 – 8
cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun, tulang cabang, dan urat-urat daun.
Ibu tulang daun merupakan perpanjangan dari tangkai daun yang makin mengecil
kearah pucuk daun. Lebar helaian daun 7 – 9 cm atau lebih sesuai varietasnya.
Panjang daun antara 12 – 20 cm. Bagun daun berupa belah ketupat hingga oval,
bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan sisi bertoreh.
Daun keluwih (Artocarpus communis) memiliki ujung cabang dan ranting
tanaman tumbuh tunas pucuk sepanjang 10-20 cm, pucuk tersebut tertutup oleh
selaput contong atau seludang. Setelah tunas pucuk mekar, akan muncul daun
muda, yang kemudian tumbuh mencapai ukuran maksimal. Daun-daun keluwih
terletak pada cabang atau ranting dengan teratur secara spiral, berjarak antara 2-10
cm, tangkai daun ranting dengan panjang antara 3-5 cm. daun tebal seperti
belulang, kaku, berwarna hijau tua, mengkilat di bagian atasnya dan berwarna
hijau pucat serta kasar karena berbulu di bagian bawahnya. Bulu daun keluwih
berwarna putih, terletak di atas dan bawah daun tulang daun. Ukuran daun
bermacam-macam berkisar antara (30-60) cm x (20-40) cm, memiliki 7-9 lekuk
dalam dengan ujung yang menyempit. Pangkal daun utuh, dengan tulang daun
menonjol.
Daun jarak (Ricinus communis L.) merupakan jenis daun tunggal (folium
seimplex) dengan tipe daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih daun
(vagina), bentuk helaian daun membulat (rotundatus), bentuk ujung helaian daun
meruncing (acuminatus), bentuk pangkal daun membulat (rotundatus), bentuk tepi
daun bercangap menjari, permukaan helaian daun licin (leavis), susunan
pertulangan daun menjari (palminervis), tata letak daun pada tangkai daun
(petiolus), dan daun penumpu tidak ada.
Daun belimbing wuluh (Averchoa bilimbi) memiliki jenis daun majemuk.
Daun majemuk tangkainya bercabang-cabang dan pada satu cabang terdapat lebih
dari satu helaian daun. Daun belimbing wuluh merupakan daun tidak sempurna
karena tidak memiliki bagian daun dengan lengkap. Permukaan atas daun
belimbing wuluh berwarna hijau tua dan terdapat bulu-bulu halus dan permukaan
bawahnya berwarna hijau muda. Tepi pada daun belimbing wuluh rata (etire),
dagingnya seperti kertas dan lumayan tipis (papiraceus), dan susunan tulang
daunnya menyirip (penninervis). Ujung daun belimbinng wuluh meruncing
(acutus) sedangkan pangkal daunnya membulat (rotundatus).
Daun sikejut (Mimosa pudica L.) merupakan jenis daun tunggal (folium
seimplex) dengsn tipe daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih daun
(vagina), bentuk helaian daun memanjang (oblongus), bentuk ujung helaian daun
runcing (acutus),bentuk pangkal daun meruncing (acuminatus), bentuk tepi daun
rata (integra), permukaan helaian daun gundul (glaber), susunan pertulangan daun
menyirip (penninervis), tata letak daun anak-anak tangkai daun, dan daun
penumpu tidak ada.
Daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan jenis daun majemuk
(folium compositum) dengan tipe daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih
daun (vagina), bentuk helaian daun jorong (ovalis), bentuk ujung helaian daun
bulat (rotundatus), bentuk pankal daun bulat (rotundatus), bentuk tepi daun rata
(integra), permukaan helaian daun gundul (glaber), susunan pertulangan daun
menyirip (penninervis), tata letak daun pada anak tangkai daun, dan daun
penumpu tidak ada.
Daun asam (Tamarindus indica L.) merupakan daun majemuk menyirip
genap (abrupte pinnatus), dengan tepi daun rata, ujung daun tumpul, dan pangkal
daun membulat. biasanya terdapat sejulah anak daun yang berpasang-pasangan di
kanan kiri ibu tulang dan pada ujung ibu tangkai daun di tutup oleh anak daun
yang berjumlah genap, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya selalu
menjadi genap. Oleh karena itu praktikum morfologi daun ini dilaksanakan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengamatan morfologi daun adalah pengetahuan
mengenai bentuk-bentuk pada sehelai daun, baik itu berupa daun tunggal atau pun
majemuk. Daun pisang (Musa paradisiaca L.) adalah daun lengkap karena
memiliki helai daun, pelepah daun, tangkai daun dan tulang daun, daun kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) termasuk daun tidak lengkap karena tidak
terdapat satu bagian dari daun lengkap, daun kapuk randu (Ceiba petandra
Gaertz) merupakan daun majemuk (folium compositum) dengan tipe daun tidak
lengkap karena tidak memiliki upih (vagina), daun jambu biji (Psidium guajava
L.) memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini
memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan
terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, daun sirih (Piper ningrum L.)
daun sirih bagian daun tanaman sirih memiliki bentuk serupa jantung, daun
jagung (Zea mays L.) memiliki bagian daun yang lengkap karena memiliki
bagian-bagian seperti pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian
daun (lamina), daun terung (Solanum melongena L.) memiliki bentuk daun terung
terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), daun keluwih
(Artocarpus communis) memiliki ujung cabang dan ranting tanaman tumbuh tunas
pucuk sepanjang 10-20 cm, daun jarak (Ricinus communis L.) merupakan jenis
daun tunggal (folium seimplex) dengan tipe daun tidak lengkap, daun belimbing
wuluh (Averchoa bilimbi) memiliki daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
merupakan jenis daun majemuk, daun sikejut (Mimosa pudica L.) merupakan
jenis daun tunggal (folium seimplex) dengsn tipe daun tidak lengkap, daun kelor
(Moringa oleifera Lamk.) merupakan jenis daun majemuk (folium compositum)
dengan tipe daun tidak lengkap, daun asam (Tamarindus indica L.) merupakan
daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus), dengan tepi daun rata, ujung
daun tumpul, dan pangkal daun membulat.

5.2. Saran
Saran saya pada praktikum ini adalah agar sebelum dilaksanakannya
praktikum praktikan di harapkan mencari bahan dengan lengkap, agar pada saat
akan masuk di laboratorium semua praktikan dapat masuk karena bahan-bahan
yang dibawa sudah lengkap semua.
DAFTAR PUSTAKA

Elis. 2015. Identifikasi Karakteristik Morfologi Dan Anatomi Stomata. Jurnal


Alam dan Lingkungan. 6(11): 2086-4604.

Hajar. 2011. Studi Variasi Morfologi Dan Anatomi Daun. http://lib.ui.ac.id/file?


file=digital/20282806-S752-Studi%20variasi.pdf. Diakses pada tanggal 23
Oktober 2018.

Rizky. 2012. Pembelajaran praktikum biologi morfologi daun berbasis


mobile.Jurnal Biologi, 1(1): 29-31.

Savitri. 2010. Struktur anatomi tumbuhan. http://www.blogspot.com. Di akses


pada tanggal 23 Oktober 2018.

Sebastian. 2011. Struktur di dalam daun dan sistemnya. Karunika. Jakarta.

Sugiono. 2011. Pengenalan sains. PN. Balai Pustaka. Jakarta.

Zulhida.R. 2010. Penuntun praktikum botani umum. Bina aksara. Jakarta.


LAMPIRAN
LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM BOTANI

“Morfologi Daun”

Oleh :

RAHMAN
D1B1 18 059

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai