Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR-DASAR KULTUR JARINGAN

“KULTUR EMBRIO DAN KULTUR BIJI”

DOSEN PENGAMPU : DALLI YULIO SAPUTRA, M. Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
1. SARAH NABILA ( 207210084 )
2. SITI SARIANTI Z ( 207210001)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kultur Embrio dan Kultur
Biji” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Bapak Dalli Yulio Saputra, M. Pd. Pada mata kuliah Dasar-dasar Kultur
Jaringan. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dalli Yulio Saputra, M.
Pd selaku dosen Dasar-dasar Kultur Jaringan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempuraan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan menambah wawasan.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jambi, 1 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
A. Kultur Embrio ................................................................................................................. 2
B. Kultur Biji ....................................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kultur embrio diartikan sebagai pengambilan embrio dari biji dan mengecambahkandalam
kondisi aseptik. Tujuan utama dari kultur embrio adalah untuk menyelamatkan embrio yang
kemungkinan besar gugur atau mati sebelum buah menjadi matang. Terkadang embrio
tumbuhan gugur (abort) sebelum berkembang. Untuk meningkatkan keberhasilan pertumbuhan
embrio maka dilakukan budaya embrio.Penyelamatan embrio disebut dengan penyelamatan
embrio.
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti sel,
jaringan dan organ serta menumbuhkannya menjadi tanaman utuh dalam kondisi lingkungan
yang aseptik (in vitro). Keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh media yang digunakan seperti
sumber eksplan, pemberian zat pengatur tumbuh, unsur hara makro dan mikro, bahan organik,
karbohidrat, asam amino, vitamin, bahan pemadat media dan kondisi bahan, peralatan dan
ruangan yang steril. Tanggapan pertumbuhan planlet pada budaya jaringan juga tergantung
pada jenis tanaman yang dikulturkannya. (George dan Sherington, 1984;
Struik,1991; Narayaswamy, 1994)
Metode sterilisasi setiap eksplan berbeda, tergantung pada jenis tanamannya, bagian
tanaman yang digunakan, morfologi permukaannya, umur tanamannya, kondisi tanamannnya
(sakit atau sehat pada saat pengambilan), musim saat pengambilan, dan lingkungan
tumbuhnya. Pada prinsipnya, sterilisasi eksplan adalah mensterilkan dari kontaminasi
mikroorganisme, tanpa mematikan eksplannya (Edhi Sandra, 2013)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kultur embrio, kultur biji dan sejarah kultur embrio?
2. Apa saja teknik dalam kultur embrio dan kultur biji?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi teknik kultur embrio dan kultur biji?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu kultur embrio dan kultur biji
2. Untuk mengetahui teknik dalam kultur embrio dan kultur biji
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi teknik kultur embrio dan kultur biji

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. .Kultur Embrio (Embrio cultures)


1. Pengertian dan Sejarah Kultur embrio
Embryo culture atau kultur embrio adalah isolasi steril dari embrio muda (immature
embryo) atau embrio dewasa/tua (mature embryo) secara in-vitro dengan tujuan untuk
memperoleh tanaman yang lengkap. Embrio cultur adalah salah satu teknik kultur jaringan
yang pertama kali berhasil. Sejarahnya:
a Tahun 1904, seorang ilmuwan bernama Hanning berhasil memperoleh tanaman
sempurna dari embryo Cruciferae yang diisolasi secara invitro.
b Tahun 1924 adalah saat pertama kali dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah
dormansi biji secara invitro pada embrio Linum.
c Tahun 1933 Tuckey berhasil memperoleh tanaman dari immature embryo buah batu.
Kultur embrio berguna dalam menolong embrio hasil persilangan seksual antara spesies
atau genera yang berkerabat jauh yang sering kali gagal karena embrio hibridanya
mengalami keguguran. Kultur embrio telah digunakan untuk menghasilkan hibrida untuk
beberapa spesies tanaman. Media kultur embrio mencakup garam-garam anorganik,
sukrosa, vitamin, asam amino, hormon, dan substansi yang secara nutrisi tidak terjelaskan
seperti santan kelapa. Embrio yang lebih muda membutuhkan media yang lebih kompleks
dibandingkan dengan embrio yang lebih tua. Perpindahan embrio dari lingkungan normal
dalam biji akan mengatasi hambatan yang ditimbulkan oleh kulit biji yang sulit ditembus
(Nasir, 2002).
Proses perkecambahan pada kultur embrio dimulai dari Benih menyerap air melalui
testa, Embrio mengalami imbibisi, membengkak, pembelahan sel dimulai, dan embrio
menembus kulit biji, Protocorm terbentuk dari massa embrio, Diferensiasi organ dimulai dg
pembentukan meristem tunas & rhizoid, Jika ada cahaya, daun terbentuk, diikuti oleh akar
sejati. Rhizoid & protocorm tidak berfungsi lagi dan terdegenerasi (Slater et.al., 2003).
2. Teknik Kultur Embrio
Program pemuliaan tanaman, biasanya dilakukan persilangan buatan antara tanaman
induk (P) untuk menghasilkan hibrid baru. Persilangan buatan lebih mudah berhasil bila
dilakukan antar tanaman dengan hubungan kekerabatan yang dekat. Agar memperoleh sifat-
2
sifat yang diinginkan, seringkali penyilangan dilakukan dengan tanaman liar atau bahkan
persilangan dengan varietas yang berbeda bila sifat-sifat tersebut tidak terdapat pada
kerabat dekatnya.
Penyerbukan dan pembuahan dapat berhasil namun setelah persilangan buatan
seringkali dijumpai permasalahan antara lain buah yang terbentuk gugur saat embrio belum
matang, terbentuk buah dengan endosperm yang kecil atau terbentuk buah dengan embrio
yang kecil dan lemah. Kondisi tersebut dapat menghambat program pemuliaan tanaman
karena embrio muda, embrio dengan endosperm kecil atau embrio kecil dan lemah
seringkali tidak dapat berkecambah secara normal dalam kondisi biasa. Mengatasi hal
tersebut di atas maka embrio tersebut dapat diselamatkan danditanam secara aseptis dalam
media buatan sehingga dapat berkecambah danmenghasilkan tanaman utuh. Teknik untuk
menanam embrio muda ini dikenal dengan sebutan penyelamatan embrio (embryo rescue).
Selain teknik penyelamatan embrio inidikenal juga teknik kultur embrio (embryo
culture), yaitu penanaman embrio dewasa pada media buatan secara aseptis. Aplikasi kultur
embrio ini antara lain perbanyakan tanaman, pematahan dormansi untuk mempercepat
program pemuliaan serta perbanyakantanaman yang sulit berkecambah secara alami,
misalnya anggrek, kedelai, pepaya, kacang tanah dan kelapa kopyor. Embryo Culture atau
kultur embrio adalah isolasi steril dari embrio muda( immature embryo) atau embrio
dewasa/tua ( mature embryo) secara in-vitro dengan tujuan untuk memperoleh tanaman
yang lengkap atau viabel.
Kultur embryo dapat dikatakan sebagai kultur biji (seed kultur) yaitu kultur yang
bahan tanamnnya menggunakan biji atau seedling. Kultur embryo dapat dilakukan untuk
menyelamatkan embrio yang sudah matang agar tidak mati akibat serangan hama dan
penyakit, penyelamatan embryo yang belum matang dan menumbuhkannya pada media
kultur yangsesuai. Berdasarkan tujuan dan jenis embrio yang dikulurkan, kultur embrio
digolongkan menjadi:
a Kultur Embrio Muda (Immature Embryo Culture)
Tujuan mengkulturkan embrio muda ini adalah menanam embrio yang terdapat pada
buah muda sebelum buah tersebut gugur (mencegah kerusakan embrio akibat
buahgugur) sehingga teknik ini disebut sebagai Embryo Rescue (Penyelamatan
Embrio).Kondisi seperti ini biasanya sering dijumpai pada buah hasil persilangan,
dimana absisi buah kerap kali dijumpai setelah penyerbukan dan pembuahan.
3
Contohnya adalah pada persilangan anggrek Vanda spathulata dimana absisi atau gugur
buah pada saat buahmasih muda yaitu setelah berumur 3 bulan setelah persilangan
padahal buah anggrek.
Vanda spp. akan mengalami masak penuh setelah berumur 6 bulan. Apabila buah
initidak diselamatkan atau dipetik dan kemudian dikecambahkan maka tidak akan
diperoleh buah hasil persilangan. Perkecambahan biji yang masih muda di lapangan
sangat sulit bahkan pada beberapa kasus hampir tidak mungkin bisa terjadi. Oleh karena
itu, buahyang belum tua (2 – 4 bulan) pada anggrek Vanda tersebut kemudian dipanen
dandikecambahkan secara invitro. Budidaya embrio muda ini lebih sulit dibandingkan
dengan budidaya embrio yangtelah dewasa.
Embrio yang terdapat dalam biji belum sepenuhnya berkembang dan belum
membentuk radicula dan plumula yang sempurna. Selain itu, biji velum memiliki
endosperm atau cadangan makanan yang memadai dalam mendukung perkembangan
dan perkecambahan embrio. Oleh karena itu, perlu disediakan media kultur yang
memadai bagi perkembangan embrio muda ini. Pada beberapa kasus kadangkala
dijumpai embriomasih dorman sehingga perlu ditambahkan hormon tanaman yang bisa
memecahkan dormansi biji ini, misalnya Giberellin.
b Kultur Embryo Dewasa (Mature Embryo Culture)
Kultur embrio dewasa dilakukan dengan membudidayakan embrio yang
telahdewasa. Embrio ini diambil dari buah yang telah masak penuh dengan tujuan
merangsang perkecambahan dan menumbuhkan embrio tersebut secara in-vitro. Teknik
kultur iniumumnya dikenal dengan sebutan Kultur Embrio (Embryo Culture). Kultur
embrio lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan penyelamatan embrio. Hal ini
disebabkan karena embrio yang ditanam adalah embrio yang telah berkembang
sempurna sehingga media tanaman yang digunakan juga sangat sederhana.
3. Faktor yang Mempengaruhi Teknik Kultur Embrio
Faktor yang mempengaruhu kesuksesan kultur embrio adalah:
a Genotipe
Pada suatu spesies, embrio mudah diisolasi dan tumbuh, sementara pada tanaman
lain agak lebih susah.
b Tahap (stage) embrio diisolasi
Pada tahapan yang lebih besar (lebih tinggi) lebih baik bila dilakukan pengisolasian
4
embrio.
c Kondisi tumbuhan
Sebaiknya ditumbuhkan di rumah kaca/ kondisi terkontrol. Embrio harus cukup
besar dan berkualitas tinggi.
d Kondisi media
• Hara makro dan mikro
• pH 5.0 – 6.0c. Sukrosa sebagai sumber energi. Embrio yang belum matang perlu 8–
12%,embrio matang perlu 3%
• Auksin dan sitokinin tidak diperlukan. GA diperlukan untuk memecahkan dormansi
• Vitamin (optional)
• Senyawa organik (opt), air kelapa, casein hydrolisate, glutamin (penting)
e Lingkungan
• Oksigen (perlu oksigen tinggi)
• Cahaya: kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap selama 14 hari, kemudian
ditransfer ke cahaya untuk merangsang sintesa klorofil
• Suhu: kadang perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 40°C) untuk memecah dormansi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dalam teknik kultur embrio:
a. Kualitas Embrio
Kualitas embrio yang digunakan dalam teknik kultur embrio sangat penting. Jika
embrio yang digunakan tidak sehat atau memiliki cacat genetik, itu dapat menyebabkan
kegagalan.
b. Kondisi Pemeliharaan
Suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan lainnya selama kultur embrio harus
dikendalikan dengan baik. Fluktuasi suhu atau kondisi lingkungan yang tidak stabil
dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio.
c. Media Kultur
Pemilihan media kultur yang tidak sesuai atau komposisi media yang tidak benar
dapat menyebabkan kegagalan kultur embrio. Media yang mengandung nutrisi yang
tepat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan diferensiasi embrio.
d. Kontaminasi
Kontaminasi oleh mikroba, jamur, atau bakteri dapat merusak embrio dan
menghambat pertumbuhannya. Kebersihan yang baik selama proses kultur embrio
5
sangat penting.
e. Teknik Isolasi dan Manipulasi
Proses isolasi dan manipulasi embrio harus dilakukan dengan hati-hati. Kesalahan
dalam teknik ini bisa menyebabkan kerusakan atau kematian embrio.
f. Faktor Genetik
Sifat genetik tanaman yang terlibat dalam kultur embrio dapat memengaruhi
keberhasilan. Beberapa tanaman mungkin lebih responsif terhadap teknik kultur embrio
daripada yang lain.
g. Metode Kultur Embrio
Metode kultur embrio yang dipilih harus sesuai dengan jenis tanaman dan tujuan
kultur. Penggunaan metode yang tidak sesuai dapat menyebabkan kegagalan.
h. Faktor Hormonal
Penambahan atau pengaturan hormon pertumbuhan dalam media kultur dapat
memengaruhi diferensiasi dan pertumbuhan embrio. Pemilihan konsentrasi hormon
yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan.

B. Kultur Biji (seed culture)


1. Pengertian Kultur Biji
Perbanyakan dengan biji tidak memerlukan keahlian khusus tetapi perlu
mempunyaiketerampilan dalam melakukan persemaian. Perbanyakan dengan biji biasanya
mempunyaitingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perbanyakan
vegetatif lainnya(Sukarmin, 2010).
Kultur biji dilakukan untuk biji tanaman yang tidak dapat dikecambahkan secara eks
vitro ataupun kalau dapat berkecambah secara eks vitro maka persentase
perkecambahannya sangat rendah. Hal ini disebabkan karena biji-biji tersebut berukuran
sangat kecil dan sedikit atau tidak sama sekali memiliki endosperm (cadangan makanan).
Beberapa literatur menyebutkan kultur biji tanpa cadangan makanan ini juga disebut
sebagai kultur embrio. Cadangan makanan pada biji diperlukan oleh embrio biji untuk
proses respirasi sehingga menghasilkan energi untuk berkecambah. Alasan ini
menyebabkan biji-biji tanaman ini harus dikecambahkan secara in vitro dengan
memberikan sumber karbohidrat eksternal untuk respirasi. Selain itu, pada media juga
ditambahkan nutrisi untuk pertumbuhan lanjutan dari biji yang sudah berkecambah. Salah
6
satu contoh tipe biji seperti ini adalah biji tanaman anggrek.
2. Teknik Kultur Biji
Ada beberapa macam teknik kultur biji yang dapat digunakan, tergantung pada jenis
tanaman, kondisi lingkungan, dan kebutuhan spesifik. Berikut adalah beberapa teknik kultur
biji yang umum digunakan:
a Penyemaian Langsung
Biji ditanam langsung di tempat yang akan menjadi lokasi pertumbuhan tanaman
dewasa. Cocok untuk tanaman yang memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi
dan tidak terlalu rentan terhadap gangguan hama.
b Penyemaian dalam Polibag atau Pot
Biji ditanam dalam polibag atau pot terlebih dahulu sebelum kemudian dipindahkan
ke lokasi yang tetap. Memudahkan pengendalian lingkungan dan pertumbuhan awal
tanaman.
c Pembibitan
Proses ini melibatkan penanaman biji dalam wadah khusus yang disebut tempat
pembibitan. Biasanya digunakan untuk tanaman yang memerlukan perawatan lebih
intensif pada tahap awal pertumbuhan.
d Hidroponik
Biji ditanam tanpa menggunakan tanah, melainkan menggunakan larutan nutrisi
yang diberikan secara terkontrol. Cocok untuk tanaman yang tumbuh baik dalam
kondisi tanah yang steril atau untuk pertumbuhan tanaman di dalam ruangan.
e Aeroponik
Sejenis hidroponik di mana akar tanaman disemprotkan dengan larutan nutrisi yang
diuapkan ke dalam udara. Tanaman tumbuh tanpa menggunakan media tanam.
f Stratifikasi Dingin (Cold Stratification)
Biji ditempatkan dalam kondisi dingin dan lembab untuk merangsang
perkecambahan. Umumnya digunakan untuk tanaman yang memerlukan periode dingin
tertentu sebelum dapat tumbuh.
g Perendaman (Soaking)
Biji direndam dalam air sebelum ditanam untuk merangsang perkecambahan.
Berlaku untuk beberapa jenis biji yang memiliki cangkang keras atau lapisan pelindung.
h Pemecahan Dormansi
7
Beberapa biji memiliki dormansi alami yang perlu dipecah untuk merangsang
perkecambahan. Ini dapat dilakukan dengan perendaman, pemanasan, atau perlakuan
khusus lainnya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Teknik Kultur Biji
Keberhasilan teknik kultur biji dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
internal tanaman maupun faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan atau praktik
budidaya.
Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan kultur biji berkaitan langsung
dengan karakteristik dan kondisi tanaman yang berasal dari benih atau biji itu sendiri.
Berikut adalah beberapa faktor internal yang berperan dalam keberhasilan teknik kultur biji:
a Usia Benih
Benih yang sudah terlalu tua mungkin memiliki tingkat perkecambahan yang lebih
rendah. Pemilihan benih yang masih segar dapat meningkatkan keberhasilan kultur biji.
b Kualitas Benih
Kualitas benih mencakup keberlanjutan perkecambahan, kebersihan, dan kesehatan
benih. Benih yang berkualitas baik memiliki potensi perkecambahan yang tinggi.
c Viabilitas Benih
Viabilitas merujuk pada kemampuan benih untuk tetap hidup dan tumbuh. Benih
yang memiliki viabilitas tinggi lebih mungkin untuk berhasil tumbuh.
d Dormansi Benih
Dormansi adalah kondisi ketidakmampuan benih untuk berkecambah meskipun
telah mendapatkan kondisi yang sesuai. Beberapa tanaman memerlukan perlakuan
khusus untuk memecahkan dormansi.
e Ukuran Benih
Ukuran benih dapat memengaruhi tingkat keberhasilan perkecambahan. Benih yang
terlalu kecil atau terlalu besar mungkin memiliki karakteristik pertumbuhan yang
berbeda.
f Kandungan Nutrisi dalam Benih
Nutrisi yang ada dalam benih memainkan peran penting dalam mendukung
pertumbuhan awal tanaman. Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat mempengaruhi
perkecambahan dan pertumbuhan.
g Kandungan Air dalam Benih
8
Kandungan air dalam benih harus dalam kisaran yang optimal. Kekurangan atau
kelebihan air dalam benih dapat menghambat perkecambahan.
h Ketahanan terhadap Penyakit
Beberapa benih dapat membawa patogen atau penyakit tertentu. Benih yang
terinfeksi penyakit dapat mengalami kegagalan perkecambahan atau pertumbuhan yang
buruk.
i Genetika Tanaman
Faktor genetika dari tanaman dapat memengaruhi keberhasilan kultur biji. Beberapa
tanaman mungkin lebih tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu atau memiliki
persyaratan pertumbuhan yang khusus.
j Kesehatan Embrio Benih
Embrio benih merupakan bagian yang tumbuh menjadi tunas. Kesehatan embrio
yang baik sangat penting untuk perkecambahan dan pertumbuhan yang sukses.
Memperhatikan faktor-faktor internal ini dan memilih benih yang berkualitas tinggi
dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam teknik kultur biji. Selain itu, praktik
pengelolaan benih yang baik, seperti penyimpanan yang tepat, juga dapat mendukung
keberhasilan kultur biji.
Faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kultur biji terkait dengan kondisi
lingkungan dan praktik budidaya yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Berikut adalah beberapa faktor eksternal yang perlu diperhatikan dalam teknik
kultur biji:
a Kondisi Cuaca
Cuaca, termasuk suhu, kelembaban udara, dan curah hujan, dapat berdampak
langsung pada perkecambahan dan pertumbuhan awal tanaman.
b Intensitas Cahaya Matahari
Tanaman umumnya membutuhkan cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis.
Kekurangan cahaya atau paparan cahaya yang berlebihan dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
c Kualitas Udara
Kualitas udara, termasuk tingkat polusi udara, kadar karbon dioksida, dan oksigen,
dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman.
d Kelembaban Tanah
9
Kelembaban tanah yang tepat penting untuk perkecambahan dan pertumbuhan awal
tanaman. Tanah yang terlalu basah atau terlalu kering dapat menjadi hambatan.
e Struktur Tanah
Struktur tanah yang baik mendukung pertumbuhan akar dan pergerakan air. Tanah
yang terlalu padat atau terlalu longgar dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
f Drainase Tanah
Sistem drainase yang baik mencegah genangan air yang dapat merusak benih dan
tanaman muda.
g Keberadaan Hama dan Penyakit
Kehadiran hama atau penyakit di lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan
kultur biji. Langkah-langkah pengendalian hama dan penyakit perlu diterapkan.
h Kebijakan Pengelolaan Air
Jika ada kebijakan pengelolaan air di area tersebut, seperti irigasi atau pembatasan
penggunaan air, hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk tanaman.
i Altitude (Ketinggian Tempat)
Ketinggian tempat dapat mempengaruhi suhu dan tekanan atmosfer, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
j Kebijakan Lingkungan
Kebijakan atau regulasi lingkungan, seperti larangan penggunaan pestisida tertentu,
dapat memengaruhi cara tanaman dikelola dan tumbuh.
k Praktik Budidaya
Metode pengelolaan lahan dan praktik budidaya, seperti irigasi, pemupukan, dan
pemangkasan, dapat berdampak pada keberhasilan kultur biji.
l Keberlanjutan Lingkungan
Praktik budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat berkontribusi
pada keberhasilan kultur biji jangka panjang.
m Ketersediaan Sumber Daya
Ketersediaan sumber daya seperti air, pupuk, dan bahan organik dapat memengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam kultur biji dapat melibatkan
berbagai aspek, baik dari segi tanaman, media tanam, maupun lingkungan. Berikut adalah
beberapa faktor yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam teknik kultur biji:
10
a Benih Berkualitas Buruk
Benih yang tidak berkualitas baik atau sudah tua dapat memiliki tingkat
perkecambahan yang rendah, yang dapat mengarah pada kegagalan kultur biji.
b Dormansi yang Belum Terpecahkan
Beberapa benih memiliki dormansi alami yang perlu dipecahkan sebelum dapat
berkecambah. Jika dormansi tidak diatasi dengan benar, perkecambahan mungkin
terhambat.
c Kondisi Lingkungan yang Tidak Sesuai
Suhu, kelembaban, dan cahaya yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman pada
tahap perkecambahan dapat menyebabkan kegagalan.
d Pemilihan Media Tanam yang Tidak Tepat
Media tanam yang tidak sesuai dapat menghambat pertumbuhan akar atau
menyebabkan masalah drainase, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan
kultur biji.
e Overwatering atau Underwatering
Penyiraman yang berlebihan atau kurang dapat memengaruhi perkecambahan dan
pertumbuhan awal tanaman. Kelebihan air dapat menyebabkan pembusukan dan
kekurangan air dapat menghambat perkecambahan.
f Paparan Terlalu Lama atau Terlalu Singkat terhadap Cahaya
Tanaman mungkin memerlukan kondisi khusus cahaya selama perkecambahan.
Paparan cahaya yang terlalu lama atau terlalu singkat dapat menyebabkan masalah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Embryo culture atau kultur embrio adalah isolasi steril dari embrio muda (immature
embryo) atau embrio dewasa/tua (mature embryo) secara in-vitro dengan tujuan untuk
memperoleh tanaman yang lengkap. Embrio cultur adalah salah satu teknik kultur jaringan
yang pertama kali berhasil. Sejarahnya:
a Tahun 1904, seorang ilmuwan bernama Hanning berhasil memperoleh tanaman
sempurna dari embryo Cruciferae yang diisolasi secara invitro.
b Tahun 1924 adalah saat pertama kali dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah
dormansi biji secara invitro pada embrio Linum.
c Tahun 1933 Tuckey berhasil memperoleh tanaman dari immature embryo buah batu.
Perbanyakan dengan biji tidak memerlukan keahlian khusus tetapi perlu
mempunyaiketerampilan dalam melakukan persemaian. Perbanyakan dengan biji biasanya
mempunyaitingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perbanyakan
vegetatif lainnya(Sukarmin, 2010).
Berdasarkan tujuan dan jenis embrio yang dikulurkan, kultur embrio digolongkan
menjadi: Kultur Embrio Muda (Immature Embryo Culture) dan Kultur Embryo Dewasa
(Mature Embryo Culture). Ada beberapa macam teknik kultur biji yang dapat digunakan,
tergantung pada jenis tanaman, kondisi lingkungan, dan kebutuhan spesifik. Berikut adalah
beberapa teknik kultur biji yang umum digunakan: Penyemaian Langsung, Penyemaian
dalam Polibag atau Pot, Pembibitan, Hidroponik, Aeroponik, Stratifikasi Dingin (Cold
Stratification), Perendaman (Soaking) dan Pemecahan Dormansi
Faktor yang mempengaruhu kesuksesan kultur embrio adalah: Genotipe, Tahap (stage)
embrio diisolasi, Kondisi tumbuhan, Kondisi media dan Lingkungan. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kegagalan dalam teknik kultur embrio: Kualitas Embrio, Kondisi
Pemeliharaan, Media Kultur, Kontaminasi, Teknik Isolasi dan Manipulasi, Faktor Genetik,
Metode Kultur Embrio dan Faktor Hormonal.
Keberhasilan teknik kultur biji dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
internal tanaman maupun faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan atau praktik
budidaya.

12
Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam teknik kultur
biji: Benih Berkualitas Buruk, Dormansi yang Belum Terpecahkan, Kondisi Lingkungan
yang Tidak Sesuai, Pemilihan Media Tanam yang Tidak Tepat, Overwatering atau
Underwatering dan Paparan Terlalu Lama atau Terlalu Singkat terhadap Cahaya.

B. Saran
Penulis serta rekan yang berperan dalam pembuatan makalah ini sadar akan
banyaknya kekurangan serta kesalahan. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca maupun memberikan masukan agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyani, R. (2015). Kultur Jaringan Tanaman. Denpasar, Bali: Pelawa Sari “Percetakan &
Penerbit”.
Nasir, M. (2002). Bioteknologi Molekuler. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Sherrington, G. a. (1984). Plant Propagation by Tissue Culture. England: Exegetics Ltd.
Sukarmin. (2010). Teknik uji daya pertumbuhan dua species Annona. Buletin Teknik Pertanian
15(1), 13-15.
Zulkarnain. (2009). Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai