Anda di halaman 1dari 64

BAB II

PENGANTAR PROTISTA MIRIP TUMBUHAN


Semakin berkembangnya pengetahuan mengenai struktur sel, telah
menimbulkan keraguan para ahli biologi pengertian yang menyatakan bahwa
organisme di bumi terdiri dari tumbuhan dan hewan.

Hasil penelitian

menunjukkan ada beberapa organisme tidak dapat digolongkan sebagai


kelompok tumbuhan atau hewan. Pada kenyataannya kelompok tumbuhan
dan hewan tidak begitu saja hadir, tetapi mereka berasal dari organism
sederhana(primitif)yang secara bertahap dan teratur mengalami evolusi ke
arah jalur organisme yang menyerupai hewan dan tumbuhan dan akhirnya
mencapai status tingkatan kelompok tumbuhan atau hewan pada akhir sejarah
evolusi.
Berdasarkan uraian tersebut pembagian organisme di bumi menjadi dua
kerajaan yaitu kerajaan tumbuhan dan hewan adalah terlalu sederhana artinya
tidak memberi tempat bagi organism sederhana yang tidak dapat dikategorikan
hewan dan tumbuhan. Berkaitan dengan hal tersebut maka para ahli biologi
memberi alternatif lain dalam klasifikasi organisme di bumi ini yaitu suatu
klasifikasi

yang

dapat

mencerminkan

pengetahuan

tentang

evolusi

(Sabbithah, S. 2000).
Berbagai sistem klasifikasi telah dikemukakan pengelompokan tersebut
bervariasi sebagai contoh antara lain menrut Margulis & Schwarz (1982)
membagi organism menjadi 4 kategori yaitu Monera, Fungi, Protista dan
Plantae. Trainor(1978) menyatakan bahwa semua organism eukariotik yang
sederhana tergolong protista. Hal ini sesuai pendapat Weisz(1963) yang
memasukkan alga,fungi dan protozoa dalam kelompok protista Protista
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, salah satunya adalah alga. Alga
merupakan protista fotosintetik atau sering disebut dengan istilah protista
mirip tumbuhan.

A. DEFINISI DAN BATASAN ALGA


Istilah alga (jamak algae), dalam bahasa Indonesia disebut ganggang,
mempunyai batasan yang bervariasi. Bahkan di kalangan ahli biologi sendiri
terdapat perbedaan dalam memberikan batasan istilah alga. Sulit untuk
mendefinisikan dalam rangkaian kalimat yang singkat. Definisi berikut
dirangkum dari Smith (1955), Gupta (1981), dan Bold and Wynne (1985):
Alga adalah organism berklorofil, tubuhnya merupakan talus
(uniseluler atau multiseluler), alat reproduksi pada umumnya berupa
sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksi tersusun
dari banyak sel.
Menurut Fritsch dalam Gupta (1981), alga mencakup semua organism
yang dapat melakukan fotosintetis kecuali lumut dan tumbuhan berpembuluh.
Menurut Bold and Wynne (1985), ada 3 ciri reproduksi seksual pada alga yang
dapat digunakan untuk membedakannya dengan tumbuhan hijau yang lain.
Ketiga ciri yang dimaksud adalah:
a. Pada alga uniseluler, sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin (gamet)
b. Pada alga multiseluler, gametangium (organ penghasil gamet) ada yang
berupa sel tunggal, dan pula gametangium yang tersusun dari banyak sel.
Pada gametangium yang tersusun dari banyak sel, setiap sel penyusun
gametangium bersifat fertil sehingga berfungsi sebagai gamet.
c. Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal, dan jika
tersusun dari banyak sel, semua penyusun sporangium bersifat fertil.
B. KLASIFIKASI
Dengan semakin lengkapnya informasi mengenai alga sebagai akibat
berkembangnya teknik pengamatan, konsep klasifikasi alga yang modern
didasarkan pada beberapa criteria berikut:
a.
b.
c.
d.

Pigmen: jenis dan jumlahnya


Bentuk/wujud cadangan makanan
Flagel: tipe dan jumlah flagel, morfologi, dan kedudukan
Dinding sel: kimiawi, susunan/struktur fisik berdasarkan pengamatan

dengan mikroskop elektron.


e. Struktur sel: ada tidaknya membran inti.
2

Pigmen yang terkandung dalam talusnya dapat digunakan untuk


membedakan tingkat takson dari kelas ke kelas lainnya bahkan pada tingkat
devisi. Pigmen ini dapat digunakan untuk mennetukan warna talus sesuai
dengan pigmen yang ada pada kelas Chloro phyceae, Chryrophyceae,
Phaeophyceae dan Rhodophyceae. Warna talus ini kemudian dapat dicirikan
menjadi alga hijau, alga kuning keemasan, alga coklat dan alga merah. Pada
kenyataannya sulit juga menentukan salah satu kelas hanya berdasarkan warna
talus, karena alga merah kadang berwarna hijau kekuningan, coklat kehitaman
atau kuning kecoklatan. Ciri jenis pigmen tidak dapat sepenuhnya dapat
menentukan tingkat takson kelas. Perubahan warna sering terjadi pada satu
jenis alga hanya karena factor lingkungannya yang berubah.
C. CIRI-CIRI UMUM ALGA
1. Habitat dan Distribusi
Habitat alga adalah tempat yang berair: sungai, kolam, rawa, laut,
tanah yang lembab, pohon, dan sebagainya. Distribusi alga kosmopolit. Alga
ditemukan di sumber air panas, di salju daerah kutub dan puncak gunung yang
tinggi, bahkan di perairan yang mengandung boraks di Lamongan juga
ditemukan alga.
Berdasarkan habitatnya, alga dapat dikelompokkanmenjadi:
1. Hidrofit: alga yang hidup mengapung di permukaan air, atau terendam di
air. Kelompok ini dapat dibedakan lagi menjadi:
a. Bentofit: alga yang tumbuh melekat di lumpur atau dasar perairan.
Contohnya Chara dan Nitella, serta beberapa jenis alga coklat yang
lain.
b. Epaktifit: alga yang tumbuh di sepanjang tepian kolam atau danau,
misalnya Chaetophora, Oedogonium, dan Rivularia.
c. Termofit: alga yang hidup di mata air panas dengan suhu antara 70o
80oC. beberapa jenis ganggang biru dapat bertahan hidup pada suhu
lebih dari 85oC.
d. Planktofit: alga yang hidup mengapung di permukaan air; misalnya
diatom, anggota dari bangsa Chlorococcales, Spirogyra, Zyfnema,
Nostoc, dan masih banyak yang lain.
e. Halofit: alga yang hidup di air dengan kadar garam yang tinggi, contoh:
Prasiola, Enteromorpha, Dunalilella salina.
3

f. Epifit: alga yang hidup menempel pada tumbuhan lain, misalnya


Oedogonium, Rhizoclonium, Bulbochaete, Coleochaeta.
g. Epizofit : alga yang hidup menempel pada hewan (cangkang moluska,
ikan, kura-kura). Contoh: Protoderma menempel pada punggung kurakura, Characium menempel pada kaki depan Branchipus.
2. Edapofit (alga darat) adalah kelompok alga yang hidup di permukaan
tanah (saprofit) atau di bawah permukaan tanah, satu meter atau lebih
(kriptofit). Contoh saprofit adalah Botrydium, Vaucheria, Protosiphon;
sedangkan contoh kriptofit adalah Chlorella dan beberapa jenis ganggang
biru yang lain.
3. Aerofit adalah alga yang tempat hidupnya menyebabkan dominan
berinteraksi dengan udara, misalnya di batu-batuan yang lembab, tembok,
patahan ranting pohon, dan sebagainya. Contoh: Scytonema, Vaucheria,
Stigonema, dan Calothrix.
4. Kriofit adalah alga yang tumbuh di permukaan es atau salhu, memiliki
kemampuan adaptasi pada suhu beku. Warna ganggang ini bervariasi, ada
yang merah, kuning, atau hijau. Warna hijau pada salju di kawasan Eropa
dan Kutub disebabkan oleh spesies dari marga Chlamydomonas,
Ankistrodesmus, dan Mesotaenium. Warna merah pada salju merupakan
warna spesies Chlamydomonas, Scotiella, dan beberapa jenis diatom.
5. Endofit adalah ganggang yang hidup di dalam tubuh tanaman lain,
misalnya Anabaena azollae pada tanaman Azolla, Anabaena cicadae di
dalam akar Cycas, Nostoc di dalam talus Anthoceros, Sphagnum, dan
Cycas.
6. Simbiotik beberapa jenis alga hidupnya bersimbiosis dengan jamur, dan
kerjasama ini menghasilkan bentuk tanaman yang disebut Lichens (lumut
kerak). Jenis alga yang menjadi simbion berasal dari marga Microcystis,
Gloeocapsa, Nostoc, Scytonema, Rivularia, Chlorella, dan lain-lain.
7. Endofit adalah ganggang yang hidup di dalam tubuh hewan, misalnya
Zoochlorella yang hidup di dalam tubuh Hydra.
8. Parasit adalah ganggang yang hidup parasit pada tanaman lain. Contoh
Chephaleuros yang menyebabkan penyakit cabuk merah pada daun
mangga, kopi, dan teh.
B. Struktur/Susunan Tubuh
4

Ganggang uniseluler ada yang dapat bergerak (motil) dengan bantuan


bulu cambuk (flagel), misalnya Chlamydomonas. Ganggang uniseluler yang
tidak dapat bergerak, misalnya Chlorella, Synecoccus. Organisasi talus
ganggang multi seluler dibedakan menjadi 5 tipe:
1. Koloni Senobium
Koloni yang tersusun dari beberapa sel dengan jumlah tertentu, bentuk
dan ukurannya tetap untuk setiap spesies. Sel-sel ada yang tertanam dalam
matriks bersifat seperti lender (musilagenous); atau setiap sel dilapisi lender
kemudian semua sel menyatu menjadi senobium. Bentuk koloni senobium
yang tidak bergerak antara lain Hydrodiction, Pediastrum, Scenedesmus.
2. Koloni agregat
Tidak seperti senobium, agregasi sel-sel tidak memiliki bentuk dan
ukuran yang tetap. Sel-sel yang beragregasi tertanam di dalam matriks seperti
gelatin dalam susunan yang kurang teratur. Sel dapat membelah tanpa
memecah dinding gelatin. Dua sel hasil pembelahan kemudian memisah dan
menambah jumlah sel dalam agregat. Ada tiga tipe agregat:
a. Bentuk palmeloid: sel-sel alga tertanam di dalam suatu massa lender yang
tidak teratur. Contoh: Tetraspora, Palmella, Gleocapsa.
b. Koloni dendroid: agregasi sel-sel berbentuk menyerupai pohon. Sel-sel
bersambung dengan perantaraan lender yang disekresikan oleh sel-sel itu
sendiri. Contoh: Prasinocladus, Chaemosiphon fuscus.
c. Koloni rhizopodial: sel-sel amuboid dengan jumlah yang bervariasi
bergabung dengan perantaraan beberapa tonjolan sitoplasma. Contoh:
Rhizochrysis.
3. Filamen
Filamen dihasilkan dari pembelahan sel yang berulang-ulang, dan selsel hasil pembelahan tidak memisah tetapi membentuk rangkaian sel. Bentuk
filament atau benang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu (1) filament tidak
bercabang, misalnya Ulothrix, Spirogyra; dan (2) filament bercabang,
contohnya Cladophora. Pada Stigeoclonium, Chaetophora, Ectocarpus,
Coleochaete, Draparnaldia, percabangan dibedakan menjadi bagian/cabang
prostat dan cabang tegak (heterotrikus).
5

4. Sifoneus
Talus mengandung banyak inti (multinukleus) tetapi tidak terbagi-bagi
menjadi sel-sel, kecuali pada waktu membentuk unit-unit reproduktif. Contoh:
Bryopsis, Vaucheria.
5. Seperti jaringan parenkim (parenkimateus)
Jika pembelahan sel berlangsung pada lebih dari satu bidang akan
menghasilkan struktur talus seperti parenkim. Contoh: Ulva, Porphyra,
Punctaria. Talus seperti parenkim berkembang baik pada ordo Laminariales
dan Fucales. Talus alga coklat menunjukkan adanya diferensiasi sederhana
yaitu adanya bentukan seperti pembuluh. Misalnya pada Macrocystis,
Laminaria, dan Sargassum.

Gambar 2.1. Organisasi Talus Alga, A: Chlamydomonas, B: Chlorella,


C; Hydrodiction;D.Volvox

A. Susunan Sel
Alga merupakan kelompok tumbuhan rendah terdapat dua tipe sel baik
yang bersifat prokariotik maupun eukariotik. Pada sel prokariotik invaginasi
membran belum sempurna, oleh karena itu tidak dilengkapi organela. Dengan
demikian sel tanpa dilengkapi plastida, mitokondria, inti, badan golgi, dan

flagela. Hal ini berbeda dengan alga yang bersifat eukariotik, telah dilengkapi
organela tersebut di atas.
Sel eukariotik dilindungi oleh dinding sel yang tersusun oleh
polisakarida, sebagian dibentuk atau disekresi oleh badan golgi. Membran
plasma (plasmalema) menyelubungi bagian sel. Membran adalah struktur
hidup yang bertanggung jawab untuk mengatur keluar dan masuknya bahan
dalam protoplasma. Beberapa alga memiliki alat gerak, flagel. Flagel
diselubungi oleh membran plasma dan tersusun oleh mikrotubula yang jumlah
dan arah geraknya tertentu.
Dinding Sel dan Lendir
Dinding sel alga pada umumnya terdiri dari dua komponen. Komponen
fibriler yang akan membentuk rangka dinding dan komponen non fibriler
berbentuk matrik. Tipe umum dari komponen fibriler adalah mengandung
selulosa. Selulosa dilapisi pula oleh mannan, misalnya terdapat pada Porphyra
dan Bangia (Rhodophyta). Selain itu ada pula yang diselubungi xylan.
Komponen non fibriler berlendir terdapat pada sebagian besar
Phaeophyta dan Rhodophyta. Komponen tersebut merupakan polisakarida dan
telah secara komersial diperdagangkan. Asam alginat terdapat pada ruang
antar sel dan dinding sel Phaeophyta. Garam alginat di sektor industri
berfungsi sebagai pengental, perekat, dan stabilisator. Pemanfaatan terutama
pada industri makanan, komestik, farmasi, kedokteran, dan tekstil.
Pada Rhodophyta komponen non fibriler dinding sel tersusun dari
galaktan atau polimer dari galaktosa. Yang termasuk galaktan antara lain
adalah agar, karaginin, porpiran, furkeleran, dan funoran. Dinding sel
Cyanophyta adalah lebih kompleks dan berupa dengan bakteri, akan dibahas
lebih rinci pada bab Cyanophyta.
Sel vegetatif dan sebagian besar alga yang berflagela, zoospore, gamet
tidak dilengkapi oleh dinding sel dan hanya dibatasi oleh membran sitoplasma.
Beberapa jenis alga pada dinding selnya tidak terdapat penebalan dinding.
Bagian yang tidak mengalami penebalan tersebut disebut noktah, oleh karena
itu terdapat hubungan antara sel satu dengan sel lainnya (plasmodermata).
7

Plastida
Tipe plastida yang dijumpai pada alga adalah kloroplas. Proplastida
adalah organela yang tidak berwarna, lebih kecil dari kloroplas dan tidak
mempunyai grana. Proplastida dianggap sebagai plastid muda atau belum
dewasa, meskipun beberapa alga heterotrof tetap menjadi proplastida. Di
dalam kloroplas terdapat pigmen-pigmen yang diperlukan untuk fotosintesis.
Pigmentasi
Pigmen yang paling banyak dalam kloroplas adalah klorofil. Terdapat
berbagai jenis klorofil tergantung pada rantai samping yang mengikat inti
porfirinya (klorofil a, b, c, d, dan e). jenis yang terdapat pada alga adalah
klorofil a, b, c, dan d. klorofil a adalah pigmen fotosintesis utama pada semua
alga, berperan sebagai reseptor cahaya dalam fotosistem I dari reaksi cahaya.
Klorofil a adalah tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol, benzena, dan
aseton.
Berbeda dengan klorofil a yang merupakan pigmen fotosintesis utama
pada semua alga, klorofil yang lain terbatas baik penyebaran dan fungsinya.
Klorofil b ditemukan pada Euglenophyta dan Chlorophyta. Karakteristik
kelarutan dari klorofil a serupa dengan klorofil b. klorofil c ditemukan pada
Dinophyceae, Bacillariophyceae, Xanthophyceae, dan Phaeophyta. Klorofil c
kemungkinan berfungsi sebagai pigmen tambahan pada fotosistem II. Pigmen
ini larut dalam eter, aseton, dan methanol, tetapi tidak larut dalam air. Klorofil
d adalah komponen minor yang dapat dijumpai pada Rhodophyta, fungsi
dalam fotosintesis belum diketahui.
Selain klorofil di dalam kloroplas juga terdapat karotenoid. Karotenoid
adalah pigmen warna kuning orange atau merah. Karotenoid yang paling
banyak dijumpai karoten dan xantofil. Sebagian besar karoten pada alga karoten, sedangkan xantofil sangat bervariasi. Pada Chlorophyta mempunyai
xantofil yang sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Fukosantin adalah
xantofil pada alga yang coklat kekuningan (Chrysophyta) yang member warna

karakteristik. Seperti klorofil, karotenoid larut dalam alkohol, benzen, dan


aceton tetapi tidak larut dalam air.
Fikobilinprotein adalah penting dalam klasifikasi pada tingkat merga.
Bentuk kloroplas pada alga sangat bervariasi. Seperti bentuk mangkuk dapat
dijumpai pada Chlamydomonas, bentuk cakram terdapat pada vaucheria,
bentuk jala pada Oedogonium, bentuk spiral pada Spirogyra, dan bentuk
bintang dijumpai pada Zygnema
Tabel 2. Pigmen Utama yang Terdapat pada masing-masing Divisi dari Alga
Divisi
Cynanophyta

Klorofil
a

Fikobilin
C-fikosianin

Karotenoid
B-karoten, zeaxanthin

C-fikoeritrin

Myxoxanthofil

Chlorophyta

a, b

-karoten, violaxanthin

Euglenophyta

a, b

-karoten, -karoten

Dinophyta

a, c2

-karoten, peridinin
diadunoxanthin, dinoxanthin

a, c1,c2
Chrysophyta
Phaeophyta

-karoten, fukosantin, diatosantin

a, c1,c2

-karoten, fukosantin, violasantin

a, d

Rhodophyta

R-fikosianin

-karoten zexanthin, lutein

R-fikoeritrin
(dikutip dari Lee, 1989)

Kloroplas dapat terletak parietal (ke arah tepi) atau aksilar (ke arah
pusat). Pada sebagian besar alga mempunyai satu kloroplas setiap sel tetapi
pada Siphonales, Conjugales, dan Characeae terdapat lebih dari satu kloroplas
setiap sel.

Gambar 2.3 Variasi Bantuk Kloroplas pada Alga


A. Bentuk mangkuk, B. bentuk jala, C. bentuk sabuk (Ulothrix),
D. bentuk bintang, E. bentuk pita spiral, F. bentuk cakram
(dikutip dari Gupta, 1981

Pirenoid
Pirenoid merupakan organela yang tersusun oleh senyawa protein
terletak di dalam atau pada permukaan kloroplas. Perannya adalah untuk
sintesis amilum atau untuk menyimpan cadangan makanan. Jumlah pirenoid
setiap kloroplas bervariasi. Misalnya pada Chlamydomonas terdapat satu
pirenoid sedangkan oedogonium terdiri dari banyak pirenoid. Pirenoid terdapat
pada sebagian besar alga. Alga yang memiliki pirenoid dipertimbangkan
sebagai cirri primitive secara evolusioner.
Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada alga terutama disimpan di dalam sitoplasma.
Beberapa ada di dalam kloroplas, tempat berlangsungnya fotosintesis.
Cadangan makanan yang paling umum adalah tepung, senyawa menyerupai
tepung, lemak, atau minyak.
Cadangan makanan pada alga dikelompokkan sebagai berikut:
10

Komponen yang mengandung berat molekul besar:


1. Ikatan glukan -1,4
a. Tepung florideae
Terdapat pada Rhodophyta, struktur serupa dengan aminopektin pada
tumbuhan tingkat tinggi.
b. Tepung myxophycin
Ditemukan pada Cyanophyta, struktur serupa dengan glikogen,
cadangan makanan ini tersimpan dalam granula (-granula) dengan
bentuk bervariasi.
c. Tepung
Terdapat pada Chlorophyta, tepung ini terdiri dari amilose dan
amilopektin seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Terbentuk di dalam
kloroplas dalam bentuk butir tepung.
2. Ikatan glukan -1,3
a. Laminarin
Merupakan komponen utama dari Phaeophyta. Laminarin terdapat
sebagai cairan seperti minyak di luar kloroplas. Pada umumnya dalam
vesikel mengelilingi pirenoid.
b. Krisolaminarin (leukosin)
Terdapat pada Chrysophyta. Krisolaminarin terletak di dalam vesikel,
terdapat di luar kloroplas.
c. Paramylon
Terdapat pada Euglenophyta. Paramylon larut dalam air dan terdapat di
luar kloroplas.
3. Fruktosan
Acetabularia (Chlorophyta) mempunyai cadangan makanan seperti
inulin. Fruktosan dijumpai pada Cladophorales.
Bahan yang mengandung berat molekul rendah:
a. Gula
Chlorophyta dan Euglenophyta membentuk sukrosa sebagai cadangan
makanan. Trehalosa ditemukan pada Cyanophyta.
b. Glikosida
Florisida dan isofloridosida dijumpai pada Rhodophyta.
c. Polyol
Manitol secara umum berada pada Phaeophyta. Gliserol bebas terdapat
secara luas pada alga hasil fotosintesis penting pada beberapa
Zooxanthella (Endosimbiotik alga pada bintang) dan beberapa
Volvocales yang hidup di air laut, khususnya Dunaviella.

11

Inti
Pada alga yang bersifat eukariotik seperti pada tumbuhan yang lain,
inti diselubungi oleh membran dan berisi DNA. Menurut Evans (1974) proses
mitosis pada kelompok Euglenoid dan Dinophyceae yang bersifat eukariotik
berbeda dibandingkan pada tumbuhan lainnya. Berdasarkan alas an tersebut di
atas, pada alga dibedakan menjadi dua tipe yaitu:
1. terjadi pada Dinophyceae dan Euglenophyta
2. terjadi pada alga yang bersifat eukariotik lainnya.
Pada Dinophyceae dan Euglenophyta mempunyai inti yang disebut tipe
mesokariotik, dengan ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai kromosom yang secara permanen kondensasi selama siklus
mitosis
2. Nucleolus (endosom) tidak hilang selama pembelahan inti
3. Ukuran inti besar
4. Komponen melekat pada membran inti dan tidak ada benang spindle
(mikrotubula) dari dalam inti
5. Membran inti tetap utuh selama siklus mitosis
Sedangkan pada alga yang bersifat eukariotik dengan ciri sebagai
berikut:
1. Kromosom terjadi kondensasi pada propase dan hilang selama telopase
2. Nucleolus hilang selama propase
3. Inti kecil
4. Kromosom melekat pada benang spindle
5. Kemungkinan membran inti hilang atau tetap selama pembuahan inti
Sel pada banyak alga memiliki satu inti tetapi pada Siphonales,
Charales, dan Heterosiphonales mempunyai banyak inti (senosit). Ukuran,
bentuk, dan letak inti dalam sel bervariasi.
Vakuola
Pada alga biru karena invaginasi membran belum sempurna, oleh
karena itu belum dijumpai vakuola. Tetapi terdapat pseudovakuola atau
vakuola gas. Vakuola gas merupakan rongga dalam protoplasma yang berisi
gas atau zat yang kental. Terbentuk karena terjadi pernapasan anaerob yang
disebabkan kadar O2 di dasar perairan sangat kurang.
Dengan perkecualian pada alga biru, sel alga dewasa memiliki satu
atau lebih vakuola yang dibatasi oleh membran. Vakuola berperan dalam
hubungan osmotik.
12

Kemampuan sel alga untuk mengatur perubahan salinitas dari medium


adalah aspek penting dari fisiologis sel. Pada sel yang dilengkapi dinding
osmoregulasi diatur dengan adanya tekanan turgor. Sedangkan sel yang tidak
berdinding diatur oleh vakuola kontraktil.
Banyak alga yang berflagel mempunyai dua vakuola kontraktil terletak
di bagian ujung anterior sel. Vakuola kontraktil akan penuh dengan larutan
encer (diastol) dan kemudian mengeluarkan larutan encer dari sel dan
mengkerut (sistol). Vakuola kontraktil secara berirama berulang-ulang
melakukan proses tersebut. Apabila terdapat dua vakuola kotraktil, biasanya
isinya yang penuh dan kosong terjadi secara bergantian. Vakuola kontraktil
terjadi lebih sering pada alga air tawar daripada alga air laut. Fenomena ini
membuktikan teori bahwa vakuola kontraktil berperan dalam mempertahankan
keseimbangan air dalam sel. Sel alga yang hidup di air tawar mempunyai
konsentrasi lebih tinggi substansilarutan dalam protoplasmanya daripada
lingkungan sekitarnya. Diniphyceae mempunyai struktur serupa vakuola
kontraktil disebut pusula, kemungkinan mempunyai fungsi sama tetapi lebih
kompleks.
Flagela
Flagela terdiri dari aksonema yang terletak di bagian pusat yang
diselubungi oleh selubung plasma. Dalam irisan melintang aksonema tersusun
oleh 9 dublet. Mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet
mikrotubulus. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9-2. Susunan 9+2
adalah struktur dalam flagel sel eukariotik ditemukan pada sel motil pada
semua organisme kecuali bakteri.
Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat halus disebut
aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagela
disebut blepharoplas. Granula tersebut masing-masing dihubungkan oleh
benang yang letaknya melintang disebut paradesmosa. Rhizoplas merupakan
benang tegak dan lurus menghubungkan salah satu dari granula (blepharoplas)
dengan struktur intranuklear dari inti disebut sentrosom.

13

Jumlah, letak dan struktur flagela mempunyai nilai taksonomi. Flagela


adalah alat gerak dan letaknya dapat apikal, subapikal atau lateral. Sel motil
alga dapat mempunyai perbedaan susunan berdasarkan jumlahnya. Jika flagela
hanya satu disebut tipe monokon. Flagela tersusun oleh dua flagela dengan
panjang yang sama disebut isokom, sedangkan apabila dua flagela dengan
panjang tidak sama disebut anisokon. Selain itu ada yang tersusun dua flagela,
satu flagela tegak dan yang lain melingkari. Susunan seperti ini disebut tipe
stefanokon.

Gambar 2.4 Aparatus Neuromotor pada Chlamydomonas


(Dikutip dari Gupta, 1981)

14

Gambar 2.5. Tipe Flagela Berdasarkan Jumlah dan Letak Flagela

Pada selubung plasma dari flagela sering terdapat struktur berambut


disebut mastigonem. Berdasarkan ada atau tidaknya mastigonem dibedakan
dua tipe flagela.
1. Tipe Whiplash (acronematic)
Flagela tipe ini, permukaan selubung plasmanya halus tanpa dilengkapi
mastigonem.
2. Tipe Tinsel (pantonematic)
Pada permukaan selubung plasmanya terdapat struktur seperti rambut,
letaknya lateral. Struktur seperti rambut tersebut berasal dari aksonem.
Rambut atau bulu halus (mastigonem) yang terdapat pada flagela berperan
untuk menambah luas bidang permukaan dan membantu gerakan pada
flagela sebagai pendorong.

Gambar 2.6. Struktur Flagela


(Dikutip dari Vashista, 1984)
15

Stigma atau Bintik Mata


Pada alga uniseluler yang motil atau senobium mempunyai organela
berpigmen yang dikenal sebagai stigma. Stigma sebenarnya adalah plastida
yang berubah struktur dan fungsi menjadi semacam lensa. Perannya adalah
untuk mengetahui ada tidaknya cahaya.
B. Nutrisi
Pada umumnya alga adalah kelompok tumbuhan yang bersifat autotrof.
Artinya dapat membuat bahan organik sendiri dari bahan-bahan anorganik.
Alga dapat bersifat fotoautotrof maupun khemoautotrof.
Beberapa alga meskipun demikian ada yang bersifat seperti hewan
yaitu tidak mampu membuat makanannya sendiri (heterotrof). Alga yang
bersifat heterotrof, berdasarkan cara pengambilan makanan dikelompokkan
seperti di bahwa ini.
a. Fogotropik (holozoik)
Alga yang menyerap bahan makanan secara keseluruhan ke dalam vesikel
untuk dicerna. Contoh : Ochromonas oxyrrhis
b. Osmotrof
Alga yang menyerap bahan makanan dalam bentuk larutan melalui
membran plasma.
c. Saprofit
Alga yang hidup secara heterotrof pada bahan sudah mati yang
mengandung bahan organik.
d. Parasit
Alga yang hidup pada organisme lain dan memperoleh makanan dari
inangnya tersebut.
e. Auksotrofik
Alga yang memerlukan sebagian kecil bahan organik, tetapi bukan sebagai
sumber energi. Alga ini memerlukan vitamin tambahan tertentu seperti
tiamin atau biotin.
f. Miksotrof
Alga yang dapat bersifat autotrof maupun heterotrof. Misalnya kelompok
Euglenoid.
C. Perkembangbiakan
Pada tumbuhan rendah khususnya alga ada 3 cara :
16

1. Vegetatif
2. Sporik
3. Gametik
Cara Vegetatif
Perkembangbiakan dengan cara vegetatif adalah tanpa pembentukan
sel khusus.
1. Pembelahan sel
Alga yang berbentuk sel tunggal seringkali mengadakan perkembangbiakan
dengan pembelahan sel. Pembelahan terjadi dalam serangkaian yang cepat,
membelah menjadi membentuk individu baru seperti sel induknya.
Prosesnya sering disebut pembelahan biner
2. Fragmentasi
Pada umumnya cara perkembangbiakan ini dilakukan oleh alga yang
susunan tubuhnya berbentuk filamen (benang). Benang dapat terputus
menjadi dua atau beberapa bagian untuk tumbuh menjadi individu baru.
3. Pembentukan tunas
Cara Sporik
Pada sejumlah alga, perkembangbiakan dengan cara membentuk sel
khusus (spora). Spora mampu untuk tumbuh menjadi individu baru, tanpa
adanya persatuan sel kelamin jantan dan betina. Pada jenis tertentu spora
terbentuk di dalam sel vegetatif khusus disebut sporangia, sedangkan
pembentukan spora terjadi melalui proses sporogenesis.

17

Gambar 2.7. Cara Reproduksi Alga


a-c. pembelahan biner, d-e. zoospore, f. aplanospora, g-h. autospora,
i. Fragmentasi, j. autokoloni, k. akinet
(dikutip dari Bold, 1980)

Cara Gametik
Perkembangbiakan secara gametik terjadi melalui pembentukan sel
khusus (gamet) dan akan terbentuk individu baru apabila terjadi persatuan
gamet jantan dan gamet betina melalui proses fertilisasi. Pada jenis homotalik
(monoeci) gamet jantan dan gamet betina dibentuk pada tumbuhan yang sama.
Sedangkan jenis heterotalik (dioeci) gamet jantan dan gamet betina dibentuk
pada tumbuhan yang berbeda. Gamet terbentuk di dalam alat kelamin yang
disebut gametangium melalui proses gametogenesis. Gametangium betina
adalah oogonium yang menghasilkan sel telur. Gametangium jantan adalah
antheridium. Hasil fertilisasi akan menghasilkan zigot (2N). inti dari zigot
akan mengalami pembelahan meiosis atau reduksi untuk mempertahankan
jumlah kromosom. Perkembangbiakan secara gametik tidak diketahui pada
Cyanophyta.
Berdasarkan sifat gamet yang beranekaragam, maka timbul beberapa
tipe perkembangbiakan gametik.
18

1. Isogami

: persatuan antara dua gamet yang mempunyai

ukuran dan bentuk yang sama satu sama lain.


2. Anisogami : persatuan antara dua gamet yang tidak sama
ukurannya tetapi bentuknya sama. Gamet yang lebih kecil
ukurannya biasaynya dianggap gamet jantan.
3. Oogami
: persatuan antara antherozoid (gamet jantan
yang berflagela dan aktif bergerak) dengan sel telur (ovum).
Sel telur ukurannya relative lebih besar dan tidak bergerak.
Isogami, anisogami, dan oogami mengunjukkan suatu seri yang progresif
dalam diferensiasi gamet. Oogami dianggap tipe yang paling maju dan
isogami dianggap tipe yang paling primitive.
Pada beberapa kasus, gamet tidak bersatu untuk membentuk zigot.
Tetapi mampu berkecambah secara parthenogenesis, untuk membentuk
tumbuhan baru seperti induknya.

Gambar 2. 8. Gamet: A. Isogami, B. Anisogami, C. Oogami

D. Daur Hidup dan Pergantian Generasi


Daur hidup adalah proses yang dimulai dari satu individu sampai
membentuk generasi baru yang serupa. Selama perkembangan alga melalui
sejumlah tahap yang berbeda, urutannya disebut sejarah hidup.
Kecuali Cyanophyceae yang terjadi rekombinasi genetik seperti
bakteri, perkembangbiakan cara gametik ditemukan pada semua kelas. Melalui
perkembangbiakan cara gametik, jumlah kromosom diploid direduksi menjadi
19

haploid oleh pembelahan meiosis. Dalam daur hidup untuk setiap alga adalah
berbeda mengenai letak persatuan inti (karyogami) dan pembelahan
meiosisnya. Tumbuhan yang mengandung generasi dengan inti haploid disebut
gametofit dan yang mengandung inti diploid disebut sporofit. Urutan secara
teratur dari gametofit dan sporofit disebut pergantian generasi.
Berdasarkan jumlah kromosom, ada tiga tipe daur hidup dalam
reproduksi generative yaitu:
1. Haplobiontik
Alga yang termasuk kelompok ini secara sitologi hanya terdiri dari satu
macam tumbuhan dalam daur hidupnya. Dibagi menjadi dua:
a. Haplontik
Dalam daur hidupnya tumbuhan bersifat haploid, hanya zigot yang diploid.
b. Diplontik
Dalam daur hidupnya tumbuhan bersifat diploid dan hanya gamet yang
haploid.
Tumbuhan
Spora

Gamet +

Meiosis

Gamet
Fertilisasi

Zigot
Gambar 2.9 Tipe Daur Hidup Haplontik

Tumbuhan
Gametangia
Meiosis
Gamet +

Gamet
Fertilisasi

Zigot
Gambar 2.10. Tipe Daur Hidup Diplontik

Diplohaplontik
Alga yang termasuk daur hidup ini, memiliki dua tipe tumbuhan
(haploid dan diploid) yang jelas pergantian generasi.
Contoh: Ulva, Entheromorpha, Ectocarpus, Polysiphonia.
Ada dua tipe:
1. Isomorf
Apabila generasi gametofit dan sporofit secara morfologi adalah sama.
2. Heteromorf
20

Apabila dua generasi (gametofit dan sporofit) tidak sama secara morfologi.
Tumbuhan
Meiosis
Spora
Zigot
Fertilisasi
Gamet +

Gamet
Tumbuhan

Gambar 2.11. Tipe Daur Hidup Diplohaplontik

Daur hidup alga berdasarkan jumlah generasinya, dikelompokkan


sebagai berikut:
1. Monogenetik, monomorfik
Pada tumbuhan kelompok ini, secara morfologi hanya satu generasi yang
dominan, contoh: Chlamydomonas, Volvox.
2. Dimorfik
Pada tumbuhan kelompok ini, terdapat dua generasi yang berbeda secara
morfologi, contoh: Ulva, Enteromorpha.
3. Trimorfik
Pada tipe ini, terdapat tiga generasi yang berbeda, contoh: Polysiphonia.

Male
Polysiphonia
Spermatangia
Spermatia

G
A
M
E
T
O
P
H
Y
T
E

21

Female
Polysiphonia
Carpogonium
Egg

Fusion
CAR
PHO
SPO
RO
PHY
TE

Zygote
Auxilay cell
Gonimoblast filament
Carposporangium
Carpospores
Tetrasporophyte
Tetrasporangia
Reduction
Tetraspores
2+2

Gambar 2. 12 Tipe Daur Hidup 3 Generasi

D. KEANEKARAGAMAN PROTISTA MIRIP TUMBUHAN


1. Cyanophyta
Nama divisi Cyanophyta mempunyai sinonim Myxophyta,
semua anggota Cyanophyta bernaung di dalam satu kelas
Cyanophyceae
Habitat dan Penyebaran
Alga biru ditemukan dianeka macam habitat. Jika kita
mengambil sampel dari air tawar(sungai, kolam atau danau) mulai dari
suhu rendah sampai suhu tinggi, banyak ditemukan alga biru baik yang
berbentuk uniseluler maupun filament. Alga biru dapat tumbuh cepat
sehingga menutupi perairan, keadaan itu disebut water bloom. Alga
biru yang hidup di laut ada yang hidup di karang, cangkang hewan,
epifit dan endofit
Susunan Talus
Secara umum ada 3 bentuk talus alga biru yaitu sel tunggal,
koloni dan filament. Ketiga macam bentuk talus pada umumnya
22

dilapisi oleh selaput seperti gelatin yang bening. Adanya selaput


bening ini merupakan salah satu ciri khas dari alga biru.Bentuk talus
bertpa sel tunggal misalnya Chroococus . Pada yang berbentuk sel
tunggal, hasil pembelahan sel ada yang memisah tetapi ada juga yang
tetap menyatu sehingga terbentuk koloni. Bentuk koloni bervariasi, ada
yang berbentuk lembaran pipih misalnya Merismopedia. Ada pula yang
berbentuk koloni tidak beraturan misalnya Polycistis.

Gambar 2.13. Susunan tubuh Cyanophyta


a.Merismopedia,b. Polycystis c. Eucapsis
Pada alga biru berbentuk filament dikenal istilah trichome dan
filamen. Trichome adalah deretan atau rangkaian sel. Trichome yang
berada di dalam selubung seperti gelatin disebut filamen. Sebuah
filamen oleh karena itu dapat tersusun dari satu trichome dan ada juga
yang tersusun lebih dari satu trichome. Bentuk filament ada yang
bercabang dan ada yang tidak bercabang. Bercabang sejati atau semu,
cabang semu terbentuk karena 2 filamen berbelok pada satu tempat dan
diselubungi oleh lapisan gelatin. Cabang sejati terbentuk dari hasil
pembelahan sel pada filament kea rah lateral.

23

Gambar 2. 14. Susunan tubuh A. filamen semu dan B. sejati

Susunan Sel
Struktur sel bersifat prokariotik, tidak mempunyai membrane
inti. Dinding sel terdiri dari atas dua lapis; lapisan dalam lebih tipis
sedangkan lapisan luar lebih tebal bersifat gelatinus. Keadaan gelatinus
disebabkan adanya lapisan mucopeptida yang bersifat gelatinus.
Protoplasma terbagi menjadi 2 bagian 1) bagian tepi berwarna dan
disebut kromatoplasma dan bagian tengah yang tidak berwarna disebut
badan pusat atau sentroplasma atau nukleoplasma. Pada sentroplasma
terdapat DNA dan RNA. Kromatoplasma berstruktur alveolar dan
dibentuk dari materi seperti gel. Pada kromatoplasma terdapat banyak
granula berbentuk bola atau bentuk lain. Granula tersebut merupakan
cadangan makanan berupa tepung sianopise yang menyerupai
glikogen. Pada beberapa spesies(Microcystis, Anabaena, Nostoc)
mempunyai pseudovakuola yang berfungsi untuk mengatur naik
turunnya talus ke permukaan air.

24

Gambar 2.15. Susunan Sel


1)membran sitoplasma 2) granula 3)-granula 4)lamella 5) tubuh polyhedral
6) nukleoplasma 7)granula structural 8) lembaran musilaginus 9)ribosom

Pada kromaoplasma terdapat pigmen antara lain Cphycocyanin, C-phycoerythrin, mycoxanthin, carotene dan chlorophl a.
Beberapa spesies dari suku Oscillatoriaceae dan Nostocaceae mampu
mengubah warna sebagai respon terhadap panjang gelombang cahaya
yang diterima. Kemampuan ini disebut complementary chromaic
adaptation. Pigmen terletak pada struktur berbentuk lembaran yang
disebut lamella fotosintetik. Dan diduga berasal dari invaginasi
membrane plasma.Selain ribosom juga terdapat berbagai macam
granula ditemukan pada kromatoplasma yaitu sianopise, polyhedral
bodies, granula dan .
Gerak
Beberapa jenis khususnya dari marga Oscilatoria memiliki
kemampuan bergerak meluncur secara spontan. Gerak meluncur
bervariasi ada trichome yang meluncur ke depan dan ke belakang,
meluncur dalam pola spiral maju mundur atau gerak pelan dan teratur
25

bagian ujung trichome. Gerak berkaitan dengan kondisi lingkungan,


khususnya suhu dan cahaya. Peningkatan intesitas cahaya akan
meningkatkan aktifitas gerak. Gerak terjadi mungkin disebabkan
sekresi materi gelatinus melalui lubang kecil di sepanjang dinding sel

Gambar 2.16. Gerak pada Oscilatoria


a,gleeding;b.revolving c,oscillating

Reproduksi
Reproduksi seksual tidak ditemukan pada Cyanophyta, alga ini
melakukan reproduksi secara vegetative dan sporik Pembelahan sel
contoh terjadi pada yang berbentuk sel tunggal Fragmentasi contoh
pada

yang

berbentuk

koloni

dan

filament

akinet,endospora,ekspora
Berikut adalah contoh contoh Cyanophyta :

26

Sporik

contoh

Gambar 2.17. Salah satu cirri Cyanophyta, sel di selubungi


lendir.

27

Gambar 2.18. Contoh contoh spesies Cyanophyta.

2. Chlorophyta
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga,
baik bersifat mikroalga maupun makroalga. Divisi Chlorophyta terdiri
dari kelompok Chlorophyceae bersama dengan Charophyceae.
Perbedaan dengan devisi lain karena memiliki warna hijau yang jelas
seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung klorofil a
dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofil. Hasil
asimilasi berupa amilum dan penyusunnya sama pula seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin.
Menurut Smith(1955) kelas Chlorophyceae terdiri dari 10
bangsa sebagai berikut Volvocales, Tetrasporales, Ulotrichales,
Oedogoniales, Ulvales, Schizogonales, Chlorococales, Siphonales
,Siphonacladales dan Zygnematales.Bangsa yang paling sederhana
adalah dari bangsa Volvocales dan merupakan satu-satuny bangsa yang
mempunyai sel vegetative bergerak. Divisi Chlorophyta memiliki
28

struktur organ reproduksi betina paling maju karena bersifat


multiseluler.

Gambar 2.19. Organ reproduksi betina bersifat multiselular pada Chara(Borrell,


Brendan.2009)

Secara lengkap alat reproduksi Chara adalah sebagai berikut :

Gambar 2.20. Alat Reproduksi pada Chara sp.

29

Pada umumnya kelompok Charophyceae hidup melekat di dasar air


tawar yang jernih dan tidak mengandung polutan. Menurut Kovaks (1992)
perairan yang bersih tanpa bahan pencemar dengan konsentrasi bahan organic
rendah, ditandai dengan kehadiran Charophyceae. Perairan yang kaya
Charophyceae pada umumnya dangkal, oligotrofik.
Susunan talus multiseluler terdiri dari sumbu yang tersusun tegak,
panjang pipih dan melekat pada substrat dengan rhizoid yang multiseluler.
Talus terbagi menjadi buku dan ruas. Tiap buku mempunyai cabang lateral
yang letaknya mengelilingi buku tadi dengan kenampakan seperti karangan,
oleh karena itu sering disebut sebagai alga karangan Pertumbuhan dari talus
ini terdiri dari cabang terbatas dan cabang tidak terbatas. Cabang lateral adalah
terbatas sedangkan cabang yang keluar dari ketiak daun adalah tidak terbatas.
Talus umumnya diselubungi oleh zat kapur

Gambar 2.21. Susunan tubuh Chara(Borrell, Brendan.2009)


Berikut adalah siklus hidup Chara sp.

30

Gambar 2.22 Siklus Hidup Chara sp

Beberapa contoh lain dari Chlorophyta :

31

Gambar 2.23. Contoh contoh spesies Chlorophyta


3. Euglenophyta
Devisi Euglenophyta terdiri hanya satu kelas yaitu
Euglenophyceae. Sebagian besar kelompok Euglenophyceae hidup di
air tawar, tetapi ada pula yang hidup di air laut. Euglenophyceae
terutama hidup pada tempat yang banyak mengandung bahan organic,
hidup bebas sebagai zooplankton. Beberapa ada yang bersifat endozoik
contoh Euglenomorpha.
Secara skematis gambar Euglena adalah sebagai berikut :

Gambar 2.24. Gambar Skematis Euglena sp


Secara umum mempunyai cara hidup lengkap yaitu dapat
bersifat saprofit holozoik dan fototrofik oleh karena itu dapat hidup
secara heterotrof dan autotrof dilakukan apabila lingkungan kurang
terdapat bahan organic. Oleh karena itu disebut bersifat miksotrof.
Beberapa contoh Gambar Euglenophyta adalah sebagai berikut :

32

Gambar 2.25. Bagian-bagian Euglena tampak di bawah mikroskop

Gambar 2.26. Beberapa contoh spesies Euglena


4. Pyrrophyta
Berdasarkan letak flagea dan letak alur, Pyrophyta dibagi
menjadi dua kelas yaitu Desmophyceae dan Dinophyceae. Pada
umumnya hidup di laut beberapa diantaranya ada di air tawar.
Beberapa Dinophyceae mengakibatkan keracunan dan kematian pada
ikan. Keadaan tersebut disebabkan suatu fenomtna atau yang disebut
red tide

Gambar 2.27. Variasi susunan tubuh Pyrrophyta


Siklus hidup Phyrrophyta terlihat pada gambar berikut ini :

33

Gambar 2.28. Contoh siklus hidup Pyrrophyta


5. Chrysophyta

Chrysophyta mempunyai pigmen yang terletak dalam


kromatofora yaitu hijau kekuningan sampai coklat keemasan. Hal ini
disebabkan oleh adanya karoten dan xantofil yang
predominan.Chrysophyta terdiri dari 3 kelas yaitu Xanthopyceae,
Bacillariphyceae dan Chrysophyceae.
Bacillariphyceae atau diatom merupakan organism bersel satu
tapi ada pula yang berbentuk koloni. Alga ditemukan hamper disetiap
lingkungan perairan sebagai penyusun plankton atau
perifiton.Karakteristik alga ini adalah dinding sel terbuat dari silica dan
mempunyai susunan khusus yaitu terdiri dari dua katub yang tumpang
tindih menyerupai wadah dan tutup disebut frustul

34

Gambar-gambar Chrysophyta terlihat di bawah ini :

Gambar 2.29. bagian- bagian Diatoms

Gambar 2.30. Cara reproduksi diatom

35

Gambar 2. 31. Siklus Hidup Diatom


6. Phaeophyta
Phaeophyta hanya mempunyai satu kelas yaitu Phatophyceae. Pada
umumnya hidup di laut dan hanya beberapa hidup di air tawar. Sebagian
besar Phaeophyceae merupakan unsure utama menyusun vegetasi alga di laut
Arktik dan Antartika, tetapi beberapa marga seperti Dictyota, Sargasum dan
Turbinaria merupakan alga yang khas pada daerah tropis. Kebanyakan alga
ini hidup bersifat litofit tetapi ada yang bersifat epifit.
Pada umumnya Phaeophyceae memiliki tingkat lebih tinggi
diferensiasinya secara anatomi dan morfologi dibandingkan keseluruhan
alga. Susunan tubuh tidak ada bentuk berupa sel tunggal atau koloni,
susunan paling sedrhana adalah filament heterotrikus. Struktur talus yang
paling kompleks dapat dijumpai pada alga perang seperti Macrocystis,
Sargassum. Talus alga ini memiliki alat pelekat menyerupai akar dan dari alat
pelekat ini tumbuh bagian yang tegak dengan bentuk sederhana atau
bercabang seperti batang pohon dengan cabang menyerupai daun dengan
gelembung udara.

36

Gambar 2.32. Tipe talus Phaeophyceae


a. Ectocarpus b. Sargassum c. Laminaria
Gambar lain dari Phaeophyta terlihat di bawah ini :

Gambar 2.33. Contoh spesies Phaeophyceae

37

Gambar 2.34. Air bladders pada Fucus yang berguna untuk mengapung
7. Rhodophyta
Devisi Rhodophyta hanya terdiri satu kelas yaitu Rhodophyceae dan
dikelompokkan menjadi dua subklas yaitu Bangiophycidae dan
Florideophycidae.
Ciri karakteristik Rhodophyceae adalah sebagai berikut
1. Pigmen fotosintesis adalah fikobiliprotein(R-fikosianin dan Rfikoeritrin,klorofil a serta karotenoid)
2. Cadangan makanan adalah tepung florida
3. Tidak memiliki flagel baik pada gamet maupun spora
4. Komponen karakteristik dari dinding sel mengandung fikokoloid seperti
agar-agar,dan karaginan

Gracilaria verrucosa (Huds) Papenfuss merupakan kelompok alga


merah (Rhodophyta) penghasil agar (agarofit) yang banyak dijumpai di
Indonesia memiliki ciri habitus tumbuhan tegak melekat pada holdfast bentuk
cakram kecil, sumbu utama berbentuk silindris dengan banyak percabangan
tidak teratur, bagian pangkal ramping. Talus tersusun oleh jaringan kuat,
warna merah ungu, kecoklatan sampai kuning kehijauan. Wujudnya berupa
semak, timbul dari pangkal cakram kecil, filoid silindris, pipih, percabangan
dikotomis, tidak teratur, percabangan pada dasarnya meruncing atau tidak
Berdasarkan anatomi bagian medulla bersifat parenkematis, berisi sel
berukuran besar, kortek kecil, sel kecil dan bersifat asimilatif, daur hidup
trifasik, diplohaplontik, isomorfik, dan dioecious. Spermatangia tersusun
dalam sori atau konseptakel. Karposporofit yang hanya terdapat pada
permukaan filoid yang terbagi menyilang menjadi empat tetraspora.
Pertumbuhan sering membentuk rumpun. Susunan talus uniaksial, hanya
terdapat satu sel apikal pada ujung tiap cabang (Prudhomme van Reine &
Trono, 2001)

38

Gambar.2.35. Gracilaria penghasil agar-agar

39

Berikut adalah contoh-contoh lain dari Rhodophyta :

40

Gambar 2.40. Contoh siklus hidup alga merah

E.

PERANAN PROTISTA MIRIP TUMBUHAN


Sebagai negara kepulauan, wilayah pantai di Indonesia mempunyai

peranan yang penting, Salah satu komoditas di wilayah pantai adalah alga.
Alga berdasarkan ukuran dibedakan menjadi dua yaitu mikroalga dan
makroalga. Mikroalga yang hidup melayang bebas dikenal sebagai
fitoplankton mampu melaksanakan reaksi fotosintesis menghasilkan senyawa
organik seperti karbohidrat. Karena kemampuan membentuk zat organik dari
zat anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer .
Kemelimpahan fitoplankton di suatu perairan menggambarkan produktivitas
primer ekosistem perairan tersebut. Keberadaan komunitas fitoplankton juga
merupakan kelompok organism perairan yang paling banyak dilaporkan
sebagai tolok ukur dalam mengontrol kualitas dan produktivitas suatu
perairan. Selain itu baik mikroalga maupun makroalga memiliki banyak
manfaat antara lain dibahas sebagai berikut.

41

Mikroalga berperan sebagai pakan alami


Pengembangan budidaya laut tidak dapat lepas dari tahap pembenihan
jenis organism. Pembenihan merupakan matarantai awal kunci keberhasilan
dalam budidaya, karena berhubungan dengan ketersediaan faktor produksi
sebagai kunci dapat berjalannya usaha budidaya.. Ketersediaan pakan alami
berperan penting dalam matarantai pembenihan ikan dan non-ikan. Beberapa
jenis fitoplankton yang berperan sebagai pakan alami antara lain adalah
Chaeceros, Tetraselmis, Skletonema, Banyaknya jenis plankton yang dapat
berperan sebagai jasad pakan, sehingga untuk mencari dan memilih yang
sesuai bagi larva diperlukan tahapan penelitian. Pengembangan atau budidaya
fitoplankton memerlukan teknik sendiri yang dikenal teknik kultur.
Potensi mikroalga sebagai sumber energi alternatif
Secara teoritis produksi Bahan bakar nabati(BBN) khususnya dari alga
yang sering disebut minyak generasi ketiga dapat menjadi solusi yang realistic
untuk mengganti bahan bakar. Hal ini karena tidak ada feedstock lain yang
cukup memiliki banyak minyak sehingga mampu digunakan untuk
memproduksi minyak dalam volume yang besar. Menurut Mujizat(2008)
mikroalga pada saat ini menjadi salah satu sumber energy baru alternatif yang
potensial. Sejauh ini para ahli mengenal empat kelompok utama mikroalga
yang potensial dapat diolah menjadi biofuel yaitu Diatom (Bacilariophyta)
alga hijau(Chlorophyta) alga keemasan (Chrysophyceae) dan alga biru
(chyanophyceae).
Mikroalga mengandung antioksidan
Selama ini pemanfaatan Spirulina platensis hanya sebatas pakan alami
larva udang, tetapi sekarang sudah dikembangkan menjadi bahan pangan
fungsional. Spirulina platensis merupakan kelompok Cyanophyceae yang
banyak tersebar di perairan tropis dan dapat tumbuh dengan baik di perairan
tawar atau laut. Senyawa phycocyanin yang terkandung pada Spirulina
platensis telah diketahui mampu meningkatkan system kekebalan tubuh
mengandung antioksidan. Spirulina plantesis berpotensi sebagai alternatif
produk pangan fungsional seperti seaweeds leather. Seaweeds leather
42

merupakan produk makanan ringan dari hancuran ekstrak alga yang berbentuk
lapisan tipis dan elastic mempunyai kosistensi dan rasa khas.
Makroalga sebagai antioksidan bersifat antikanker
Makroalga memiliki kandungan vitamin yang banyak sebagai
antioksidan. Subtansi kimianya dapat mengontrol jumlah radikal bebas dalam
tubuh yang terlibat system imun atau kekebalan tubuh. Hasil penelitian klinis
diketahui bahwa substansi bioaktif dari makroalga Dictyopteris, Sargassum,
Laminaria berkhasiat membunuh bakteri penghasil senyawa penyebab kanker
Hasil studi farmakologi di Jepang juga diketahui beberapa jenis makroalga
Sargassum, Dictyopteris dan Gloiopeltis terbukti memiliki efek atau aktifitas
antikanker. Makroalga yang mengandung serat alami relative tinggi (2-13%)
per berat basah selain memiliki manfaat antioksidan dan mengobati kanker,
tepung alga coklat Sargassum dan Stylophora dapat menangkal kelebihan
konsumsi garam dan lemak sehingga dapat mencegah stroke.
Makroalga mengandung Fikokoloid
Beberapa makroalga mengandung fikokoloid seperti agar, karaginin dan
alginat., merupakan polisakarida non-kristalin larut dalam air dan diekstrak dari
dinding sel. Alginat terdapat pada dinding sel kelompok Phaeophyceae , sering
dikenal pula dengan istilah alginofit sedangkan fikoloid lainnya dijumpai pada
kelompok Rhodophyceae
Algin
Dalam bidang industry algin berbentuk asam alginik atau alginat. Algin
banyak digunakan pada industry kosmetik untuk membuat sabub, krem, lotion,
sampo. Industri farmasi memerlukan untuk membuat suspense, emulsifier, kapsul.
Dalam industri makanan atau bahan makanan adalah untuk dijadikan bahan
sayur,saus dan mentega.Dalam beberapa proses indusri juga diperlukan sebagai bahan
aditif antara lain pada industri tekstil, kertas,keramik.Algin dapat diekstrak dari
alginofit yaitu kelompok Phaeophyceae seperti Sargasum, Turbinaria, Echlonia
Agar-agar
Agar - agarmerupakan suatu asam sulfuric, ester dari galaktan linier.
Berbentuk gel dan diekstrak dari agarofit dari kelompok Rhodophyceae seperti
Gracilaria, Gelidium, Pterocladia. Agar-agar dipakai dalam pembuatan makanan
sebagai stabilizer. Dalam industri digunakan sebagai bahan aditif pada beberapa
43

proses antara lain industri kertas, tekstil,fotografi. Kandungan dan komposisi masingmasing senyawa tergantung pada jenis, umur panen dan keadaan lingkungan tempat
alga tumbuh.
Karagenan
Beberapa spesies alga merah merupakan sumber karagenan adalah anara lain
Euchema, Hypnea, Gigartina. Pada dasarnya strukur molekul karagenan adalah
merupakan ester sulfat kalium, natrium dan kalsium, magnesium atau ammonium dari
polimer D-Galaktosa yang terikat secara -1,3 dan -1,4. Jenis karagenan bervariasi
seperti Iota-karagenan, kappa-karagenan, Lamda karagenan. Faktor yang
menyebabkan terdapat perbedaan jenis karagenan dengan sifat fisika dan kimia
adalah adanya gugus sulfat dengan jumlah dan letak bervariasi. Karagenan dalam
dunia indusri dan perdagangan mempunyai manfaat yang sama seperti agar-agar dan
algin.
F. RANGKUMAN

Berbagai sistem klasifikasi telah dikemukakan pengelompokan


tersebut bervariasi sebagai contoh antara lain menrut Margulis &
Schwarz (1982) membagi organism menjadi 4 kategori yaitu Monera,
Fungi, Protista dan Plantae. Trainor(1978) menyatakan bahwa semua
organism eukariotik yang sederhana tergolong protista. Hal ini sesuai
pendapat Weisz(1963) yang memasukkan alga,fungi dan protozoa
dalam kelompok protista Protista dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
salah satunya adalah alga. Alga merupakan protista fotosintetik atau
sering disebut dengan istilah protista mirip tumbuhan.
Istilah alga (jamak algae), dalam bahasa Indonesia disebut ganggang,
mempunyai batasan yang bervariasi. Bahkan di kalangan ahli biologi
sendiri terdapat perbedaan dalam memberikan batasan istilah alga.
Sulit untuk mendefinisikan dalam rangkaian kalimat yang singkat.
Definisi berikut dirangkum dari Smith (1955), Gupta (1981), dan Bold
and Wynne (1985):
Alga adalah organism berklorofil, tubuhnya merupakan talus
(uniseluler atau multiseluler), alat reproduksi pada umumnya berupa
sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksi tersusun
dari banyak sel.
44

Menurut Fritsch dalam Gupta (1981), alga mencakup semua organism


yang dapat melakukan fotosintetis kecuali lumut dan tumbuhan berpembuluh.
Menurut Bold and Wynne (1985), ada 3 ciri reproduksi seksual pada alga yang
dapat digunakan untuk membedakannya dengan tumbuhan hijau yang lain.
Ketiga ciri yang dimaksud adalah:
d. Pada alga uniseluler, sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin (gamet)
e. Pada alga multiseluler, gametangium (organ penghasil gamet) ada yang
berupa sel tunggal, dan pula gametangium yang tersusun dari banyak sel.
Pada gametangium yang tersusun dari banyak sel, setiap sel penyusun
gametangium bersifat fertil sehingga berfungsi sebagai gamet.
f. Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal, dan jika
tersusun dari banyak sel, semua penyusun sporangium bersifat fertil.

Dengan semakin lengkapnya informasi mengenai alga sebagai akibat


berkembangnya teknik pengamatan, konsep klasifikasi alga yang modern
didasarkan pada beberapa criteria berikut:
f.
g.
h.
i.

Pigmen: jenis dan jumlahnya


Bentuk/wujud cadangan makanan
Flagel: tipe dan jumlah flagel, morfologi, dan kedudukan
Dinding sel: kimiawi, susunan/struktur fisik berdasarkan pengamatan

dengan mikroskop elektron.


j. Struktur sel: ada tidaknya membran inti.
Pigmen yang terkandung dalam talusnya dapat digunakan untuk membedakan
tingkat takson dari kelas ke kelas lainnya bahkan pada tingkat devisi. Pigmen
ini dapat digunakan untuk mennetukan warna talus sesuai dengan pigmen
yang ada pada kelas Chloro phyceae, Chryrophyceae, Phaeophyceae dan
Rhodophyceae. Warna talus ini kemudian dapat dicirikan menjadi alga hijau,
alga kuning keemasan, alga coklat dan alga merah. Pada kenyataannya sulit
juga menentukan salah satu kelas hanya berdasarkan warna talus, karena alga
merah kadang berwarna hijau kekuningan, coklat kehitaman atau kuning
kecoklatan. Ciri jenis pigmen tidak dapat sepenuhnya dapat menentukan
tingkat takson kelas. Perubahan warna sering terjadi pada satu jenis alga
hanya karena factor lingkungannya yang
Cyanophyta (Alga biru) ditemukan dianeka macam habitat. Jika kita
mengambil sampel dari air tawar(sungai, kolam atau danau) mulai dari suhu
45

rendah sampai suhu tinggi, banyak ditemukan alga biru baik yang berbentuk
uniseluler maupun filament.
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga, baik bersifat
mikroalga maupun makroalga. Divisi Chlorophyta terdiri dari kelompok
Chlorophyceae bersama dengan Charophyceae. Perbedaan dengan devisi lain
karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
karena mengandung klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan
karoten dan xantofil
Devisi Euglenophyta terdiri hanya satu kelas yaitu
Euglenophyceae. Sebagian besar kelompok Euglenophyceae hidup di air
tawar, tetapi ada pula yang hidup di air laut. Euglenophyceae terutama hidup
pada tempat yang banyak mengandung bahan organic, hidup bebas sebagai
zooplankton. Beberapa ada yang bersifat endozoik contoh Euglenomorpha.
Berdasarkan letak flagea dan letak alur, Pyrophyta dibagi menjadi dua kelas
yaitu Desmophyceae dan Dinophyceae
Chrysophyta mempunyai pigmen yang terletak dalam kromatofora yaitu hijau
kekuningan sampai coklat keemasan. Hal ini disebabkan oleh adanya karoten
dan xantofil yang predominan
Pada umumnya Phaeophyceae memiliki tingkat lebih tinggi diferensiasinya secara
anatomi dan morfologi dibandingkan keseluruhan alga. Susunan tubuh tidak ada
bentuk berupa sel tunggal atau koloni, susunan paling sedrhana adalah filament
heterotrikus
Ciri karakteristik Rhodophyceae adalah sebagai berikut
1. Pigmen fotosintesis adalah fikobiliprotein(R-fikosianin dan R-fikoeritrin,klorofil a
serta karotenoid)
2. Cadangan makanan adalah tepung florida
3. Tidak memiliki flagel baik pada gamet maupun spora
4. Komponen karakteristik dari dinding sel mengandung fikokoloid seperti agaragar,dan karaginan

Organisasi talus ganggang multi seluler dibedakan menjadi 5 tipe:


6. Koloni Senobium
Koloni yang tersusun dari beberapa sel dengan jumlah tertentu, bentuk
dan ukurannya tetap untuk setiap spesies. Sel-sel ada yang tertanam dalam
matriks bersifat seperti lender (musilagenous); atau setiap sel dilapisi lender

46

kemudian semua sel menyatu menjadi senobium. Bentuk koloni senobium


yang tidak bergerak antara lain Hydrodiction, Pediastrum, Scenedesmus.
7. Koloni agregat
Tidak seperti senobium, agregasi sel-sel tidak memiliki bentuk dan
ukuran yang tetap. Sel-sel yang beragregasi tertanam di dalam matriks seperti
gelatin dalam susunan yang kurang teratur. Sel dapat membelah tanpa
memecah dinding gelatin. Dua sel hasil pembelahan kemudian memisah dan
menambah jumlah sel dalam agregat. Ada tiga tipe agregat:
d. Bentuk palmeloid: sel-sel alga tertanam di dalam suatu massa lender yang
tidak teratur. Contoh: Tetraspora, Palmella, Gleocapsa.
e. Koloni dendroid: agregasi sel-sel berbentuk menyerupai pohon. Sel-sel
bersambung dengan perantaraan lender yang disekresikan oleh sel-sel itu
sendiri. Contoh: Prasinocladus, Chaemosiphon fuscus.
f. Koloni rhizopodial: sel-sel amuboid dengan jumlah yang bervariasi
bergabung dengan perantaraan beberapa tonjolan sitoplasma. Contoh:
Rhizochrysis.
8. Filamen
Filamen dihasilkan dari pembelahan sel yang berulang-ulang, dan selsel hasil pembelahan tidak memisah tetapi membentuk rangkaian sel. Bentuk
filament atau benang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu (1) filament tidak
bercabang, misalnya Ulothrix, Spirogyra; dan (2) filament bercabang,
contohnya Cladophora. Pada Stigeoclonium, Chaetophora, Ectocarpus,
Coleochaete, Draparnaldia, percabangan dibedakan menjadi bagian/cabang
prostat dan cabang tegak (heterotrikus).
9. Sifoneus
Talus mengandung banyak inti (multinukleus) tetapi tidak terbagi-bagi
menjadi sel-sel, kecuali pada waktu membentuk unit-unit reproduktif. Contoh:
Bryopsis, Vaucheria.
10. Seperti jaringan parenkim (parenkimateus)
Jika pembelahan sel berlangsung pada lebih dari satu bidang akan
menghasilkan struktur talus seperti parenkim. Contoh: Ulva, Porphyra,
Punctaria. Talus seperti parenkim berkembang baik pada ordo Laminariales
dan Fucales. Talus alga coklat menunjukkan adanya diferensiasi sederhana
47

yaitu adanya bentukan seperti pembuluh. Misalnya pada Macrocystis,


Laminaria, dan Sargassum.

Beberapa manfaat Alga adalah :

Mikroalga berperan sebagai pakan alami ,Potensi mikroalga sebagai sumber


energi alternative, Mikroalga mengandung antioksidan,Makroalga sebagai
antioksidan bersifat antikanker, Makroalga mengandung Fikokoloid

G. BAHAN DISKUSI
1. Jelaskan tentang pigmen pada Cyanophyta !
2. Bagaimanakah perkembangbiakan pada diatom ?
3. Jelaskan tentag alat reproduksi pada Chara sp ?
4. Bagaimana Rhodophyta bisa hidup pada laut yang dalam, jelaskan !
5. Sebutkan manfaat protista mirip tumbuhan baik secara ekonomi maupun
secara ekologis !

BAB III
PROTISTA MIRIP JAMUR
Setiap filum yang dimasukkan ke dalam protista mencakup beberapa
anggota uniseluler (dengan satu perkecualian). Beberapa filum juga mencakup
spesies yang anggotanya terdiri dari banyak sel, tetapi tak satupun yang
memiliki perkembangan jaringan organ dan lain-lain yang dikhususkan, yang
kita jumpai pada tumbuhan dan hewan.
48

Nama protista secara harfiah berarti yang paling pertama, meskipun


secara evolusi kekerabatannya sama sekali tidak jelas. Anggota dari filum ini
muncul sebelum tumbuhan dan hewan.
Penemuan banyak spesies protista mungil yang mengejutkan terjadi
tidak setelah temuan temuan terbaru tentang filogeni protista. Semua protista
dahulu di klasifikasikan dalam satu kingdom tunggal, Protista, namun
kemajuan dalam sistematika eukaryotic

telah menyebabkan kingdom itu

runtuh. Kini jelas bahwa protista polifiletik. Beberapa protista berkerabat lebih
dekat dengan tumbuhan, fungi atau hewan dibandingkan dengan sesame
protista. Akibatnya kingdom protista telah diabaikan, dan berbagai garis
keturunan protista kini dikenal sebagai kingdom-kingdom tersendiri.
Kebanyakan ahli biologi masih menggunakan istilah protista, namun hanya
untuk memudahkan saat mengacu pada eukaryote yang bukan tumbuhan,
hewan maupun fungi.
A. JAMUR AIR ( OOMYCOTA)
Kelompok ini mencakup jamur air (water mold), karat putih (white
rust), dan embun tepung ( downy mildew ). Berdasarkan morfologinya,
organism organisme ini sebelumnya di klasifikasikan sebagai fungi. Karena
banyak oomycota memiliki filament multinukleat ( hifa ) yang menyerupai
hifa fungi. Tetapi banyak perbedaan antara oomycota dan fungi. Misalnya
Oomycota mempunyai dinding sel yang terbuat dari selulosa, sementara
dinding fungi terutama terdiri dari polisakarida yang lain yaitu kitin. Data dari
sistematika molekuler menegaskan bahwa oomycota tidak berkerabat dekat
dengan fungi. Oomycota mendapatkan nutrient sebagai pengurai atau parasit.

49

Gambar 3.1 Contoh siklus hidup jamur air ( Saprolegnia sp )

Kebanyakan jamur air merupakan pengurai yang tumbuh sebagai massa


yang menyerupai kapas pada alga dan hewan yang telah mati, terutama di
habitat air tawar. Karat putih dan embun tepung umumnya hidup di darat
sebagai parasit tumbuhan.
Jamur tersebut mengambil makanan dengan memasukkan hifa ke dalam
jaringan inang, mengeluarkan enzim pencerna dan kemudian menghisap
larutan hasil pencernaan.

Gambar 3.2 Parasit jamur air pada tubuh Ikan


Jika persediaan makanan banyak dan kondisi lingkungan menguntungkan,
jamur air akan melakukan reproduksi aseksual. Pada reproduksi ini, ujung hifa
membengkak, disebut zoosporangium. Di dalam zoosporangium akan
50

terbentuk zoospora berflagela dua. Jika keadaan lingkungan memburuk, jamur


air akan memulai reproduksi seksual
Reproduksi

seksual

melibatkan

pembentukan

anteridium

dan

oogonium di ujung hifa vegetatif. Jika anteridium bersentuhan dengan


oogonium akan menghasilkan saluran fertilisasi yang akan menembus
oogonium dan menyediakan jalan bagi perpindahan inti. Pembuahan oosfer
(sel telur) menghasilkan zigot. Zigot mempunyai dinding tebal dan tahan
terhadap kondisi yang tidak menguntungkan, seperti udara dingin dan
kekeringan. Zigot akan berkembang menjadi oospora.
Tiga contoh jamur Oomycota antara lain Phytophthora, Phythium, dan
Physarum sp (Downy mildew). Phytophthora infestans, anggota kelas
Peronospora, menyebabkan penyaikit lateblight pada kentang. Organisme ini
menyebabkan gagal panen di Irlandia dan mengakibatkan terjadinya kelaparan
hebat pada tahun 1840-an.
Gejala pertama serangan jamur ini berupa bercak kecil berwarna
kecoklatan yang muncul di daun. Bercak ini cepat menyebar dalam kondisi
basah, sehingga seluruh tanaman menjadi cokelat dan busuk. Akibatnya,
fotosintesis terhenti sehingga tidak ada makanan untuk disimpan di umbi akar.
Selama musim dingin, penyaikt ini menginfeksi umbi kentang. Miselium
berkembang menghasilkan sporangia aseksual, yang mudah menyebar melalui
udara dan menginfeksi tanaman sehat.

Gambar 3.3 Daun sawi yang terserang jamur lendir

51

Gambar 3.4. Buah lobak yang terinfeksi jamur lendir.


Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, semua tanaman yang
terinfeksi harus dibakar, dan hanya menanam umbi yang bebas penyakit. Daun
tanaman dihancurkan sebelum umbi dipanen untuk menekan resiko
penyebaran spora ke tanaman lain. Menimbun kentang sebelum dipanen juga
menghambat spora masuk ke umbi kentang. Tanaman disemprot fungisida
secara teratur. Fungisida akan melapisi daun sehingga enzim jamur tidak
berfungsi. Fungisida juga dapat mencegah pertumbuhan miselium.. Penelitian
genetic menunjukkan bahwa pada beberapa decade terakhir, Oomycota
tersebut telah mendapat
Penyakit ini tetap menjadi masalah utama sampai saat ini.
Menyebabkan kerusakan panen sebesar 15% di Amerika Utara dan mencapai
70% di beberapa bagian Rusia yang petani petaninya tidak mampu membeli
pestisida.
Para ahli biologi molekuler telah mengisolasi DNA dari specimen P.
infestans yang di awetkan dari peristiwa hawar daun kentang Ir ndia 1840 an.
Penelitian genetic menunjukkan bahwa pada beberapa decade terakhir,
oomycota tersebut telah mendapatkan gen-gen yang menjadikannya lebih
agresif dan lebih resisten terhadap pestisida. Para saintis mencari cari di
dalam genom Phytophtthora maupun kentang untuk mengidentifikasi senjatasenjata baru untuk melawan penyakit tersebut. Pada tahun 2003 misalnya,
sebuah tim

peneliti merekayasa kentang domestic yang resisten terhadap

hawar daun dengan mentransfer gen-gen dari galur kentang liar yang resisten
hawar daun.

52

Phythium sp. adalah patogen lain yang juga termasuk kelas


Peronospora. Phythium sp. tumbuh saprofit di tanah, menyebabkan penyakit
rebah (damping off) pada biji yang berkecambah. Jamur ini menyebar dengan
cepat di rumah kaca yang kondisinya lembap. Penyakit ini dapat dikendalikan
dengan mensterilkan tanah di rumah kaca dengan pengasapan dan
menghindari jarak tanaman yang terlalu rapat.
Beberapa jenis Phythium bahkan menjadi parasit pada Oomycota lain
dan jamur. Saat ini Phythium juga dimanfaatkan sebagai agen kontrol biologi.
Downy mildew dapat dikenali dengan timbulnya semacam tepung di
permukaan daun. Jamur air ini menyerang tanaman pangan seperti kentang,
anggur, dan tanaman merambat lainnya.

Gambar 3.5. Jamur yang tergolong Downy mildew meninfeksi tanaman.


B. JAMUR LENDIR (MYXOMYCOTA)
Seluruh jamur lendir menghasilkan sel-sel yang hidup bebas pada sebagian
siklus hidupnya. Sel-sel yang hidup bebas ini disebut amoeboid karena
memiliki bentuk Amoeba. Seperti Amoeba yang sesungguhnya, jamur lendir
merupakan predator fagosit. Disebut demikian karena jamur lendir dapat
menelan bakteri, hama, spora, dan berbagai komponen organic.
Tubuh jamur lender berupa plasmodium yang merayap secara
amoeboid pada substrat. Plasmodium adalah gumpalan plasma dengan banyak
inti yang di batasi oleh membrane. Pada jenis tertentu berwarna kuning ,
jingga merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh pigmen yang
dihasilkan oleh plasmodium. Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan
menjadi dua zona. Zona terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan
disebut ektoplasma. Protoplasma bagian dalam mempunyai lebih banyak
cairan di sebut endoplasma.
53

Gambar 3.6. Bentuk-bentuk fase jamur lendir.


Jamur lendir hanya memiliki beberapa sifat yang mirip dengan jamur sejati.
Struktur vegetatif jamur lendir disebut plasmodium, yaitu massa sitoplasma
berinti

banyak

dan

tidak

dibatasi

oleh

dinding

yang

kuat.

Jamur lender telah berdivergensi menjadi dua cabang utama yaitu jamur lender
plasmodial dan jamur lendir seluler. Sebagian dibedakan oleh siklus hidupnya
yang unik.

54

Gambar 3.7. Jamur lender yang tumbuh di kayu yang telah lapuk.

Gambar 3.8. Plasmodium , salah satu fase jamur lendir

1. Jamur Lendir Plasmodial


Banyak yang berwarna cerah, seringkali kuning atau jingga. Pada satu tahap
dalam siklus hidupnya , mereka membantuk massa yang disebut plasmodium
yang dapat tumbuh hingga berdiameter beberapa centimeter. Terlepas dari
ukurannya, plasmodium bukan multiseluler, ia adalah massa tunggal
sitoplasma yang tidak terbagi bagi oleh membrane plasma dan yang
mengandung banyak nucleus diploid. supersel ini adalah produk
pembelahan mitosis nucleus yang tidak diikuti oleh sitokenesis.
Di dalam plasmodium, sitoplasma mengalir ke satu arah. Aliran sitoplasma ini
tampaknya membantu mengedarkan nutrient dan oksigen. Plasmodium
menjulurkan pseudopodia melalui tanah lembab, seresah dedaunan atau kayu
busuk, menelan partikel makanan mrlalui fagositosis ketika tumbuh. Jika
habitat mulai mongering atau tidak ada makanan tersisa, plasmodium tumbuh
dan berdiferensiasi menjadi tubuh buah, yang berfungsi dalam reproduksi
seksual.

55

Gambar 3.9. Jamur Lendir yang di biakkan di cawan.

Gambar 3.10. Siklus Hidup Jamur lender


56

2. Jamur Lendir Seluler


Siklus hidupnya melalui fase menjadi organisme individu.Tahap mencari
makan organism ini terdiri dari sel-sel soliteryang berfungsi secara individual,
namun ketika makanan habis, sel-sel itu membentuk agregat yang berfungsi
sebagai satu unit. Walaupun masa sel-sel ini sepintas mirip jamur lender
plasmodial, sel-sel tetap terpisah oleh membrane plasma individualnya. Jamur
lender seluler juga berbeda dari jamur lender plasmodial karena merupakan
merupakan organism haploid (hanya zigot yang diploid) dan karena memiliki
tubuh buah yang berfungsi dalam reproduksi aseksual bukan seksual.

Gambar 3.11. Siklus hidup jamur lender, dengan fase migrasi dan agregasi.

Gambar 3.12. Fase plasmodium jamur lendir


57

Dictyostelium discoideum, jamur lendir seluler yang biasanya ditemukan di


dasar hutan. Dictyostelium discoideum adalah spesies mirip amoeba yang
hidup di tanah.Biasa di sebut jamur lendir . D. discoideum adalah eukaryote
yang

merupakan

peralihan

antara

amoeba

yang

uniseluer

dan

multiseluleris . D. discoideum mempunyai siklus hidup aseksual yang unik


yang terdiri dari 4 tahap.: vegetative, agregasi, migration, dan culmination.
Siklus hidup D. discoideum
mempelajari

relatif singkat , sehingga mudah untuk

semua tahap kehidupannya. Daur hidupnya yang sederhana

menyebabkan D. discoideum menjadi model untuk studi genetika, sel dan


proses biokimia pada makhluk hidup yang lain.
Habitat di alam
Di alam D. discoideum dapat di temukan di tanah dan di
seresah-seresah

daun. D.

discoideum consists

of bacteria,

misalnya Escherichia coli, yang ditemukan di tanah dan bahan


organik yang terdekomposisi. Pada saat fase
discoideum mengkonsumsi

amoebae D.

bacteria di temukan di habitat

alaminya, yang terdapat pada tanah di hutan yang lebat dan


daun-daun yang terdekomposisi.
Siklus Hidup dan Reproduksi
Siklus hidup D. discoideum di mulai saat spora di keluarkan dari
sorokarp (badan buah) yang telah masak. Myxamoebae tumbuh dari spora
yang ada pada kondisi hangat dan lembab. Selama fase fegetatif. Selama fase
vegetatif ,

myxamoebae membelah secara mitosis dan mereka memakan

bakteri. Bakteri mengeluarka asam folic dan menarik miksamoeba. Ketika


bakteri sudah habis miksamoeba mulai fase agregasi.

58

Gambar 3.13. Gambar Skematis siklus hidup jamur lendir

Gambar 3.14. Beberapa contoh jamur lendir.


59

C. RANGKUMAN
Kebanyakan ahli biologi masih menggunakan istilah protista, namun
hanya untuk memudahkan saat mengacu pada eukaryote yang bukan
tumbuhan, hewan maupun fungi.
Kelompok Oomycota mencakup jamur air (water mold), karat putih
(white rust), dan embun tepung ( downy mildew ). Berdasarkan
morfologinya, organism organisme ini sebelumnya di klasifikasikan
sebagai fungi. Karena banyak oomycota memiliki filament multinukleat
( hifa ) yang menyerupai hifa fungi. Tetapi banyak perbedaan antara
oomycota dan fungi. Misalnya Oomycota mempunyai dinding sel yang
terbuat dari selulosa, sementara dinding fungi terutama terdiri dari
polisakarida yang lain yaitu kitin.
Tiga contoh jamur Oomycota antara lain Phytophthora, Phythium, dan
Physarum sp (Downy mildew). Phytophthora infestans, anggota kelas
Peronospora, menyebabkan penyaikit lateblight pada kentang.
Seluruh jamur lendir menghasilkan sel-sel yang hidup bebas pada
sebagian siklus hidupnya. Sel-sel yang hidup bebas ini disebut
amoeboid karena memiliki bentuk Amoeba. Seperti Amoeba yang
sesungguhnya, jamur lendir merupakan predator fagosit. Disebut
demikian karena jamur lendir dapat menelan bakteri, hama, spora, dan
berbagai komponen organic
Jamur lendir hanya memiliki beberapa sifat yang mirip dengan jamur
sejati. Struktur vegetatif jamur lendir disebut plasmodium, yaitu massa
sitoplasma berinti banyak dan tidak dibatasi oleh dinding yang kuat.
Jamur lender telah berdivergensi menjadi dua cabang utama yaitu jamur
lender plasmodial dan jamur lendir seluler.

60

61

D. BAHAN DISKUSI.
1. Mengapa jamur air dan jamur lender di masukkan dalam kindom
protista?
2. Jelaskan salah satu contoh spesies dan peran jamur air bagi
manusia!
3. Jelaskan Siklus Hidup Jamur Lendir yang saudara ketahui!
4. Bagaimanakah cara hidup jamur air dan jamur lender?
5. Apakah yang di maksud dengan miksamoeba?

DAFTAR RUJUKAN

Bold, H.C. & Wayne, M.J. 1985. Introduction to the Algae (Second edition).
Englewood Cutt: Prentice Hall,Inc.
62

Campbell, NA, Reece JB, Mitchell LG, and Taylor MR. 2008. Biology. 4th
Ed., San Fransisco: Addison Wesley World Student Series.
Graham. L., dan Wilcox, L. 2000. Algae. New York: Prentice-Hall Inc.
Hoefnagels, Marielle. 2012. Biology: Concepts and Investigations, . 2nd Ed.,
New York: W.H. Freeman and Company
Hickman, C.P, Robert,L dan Larson, A.2001. Integrated Principles of Zoology.
New York : The Mc Graw-Hill
Lee,R.E. 1989. Phycology. Cambridge: Cambridge Univ Press.
Miller, Harley. 2001. Zoologi. Fifth edition : New York : The Mc Graw-Hill
Pudjoarinto, A. 1988. Pengantar dan Dasar-dasar Sistematika Tumbuhan.
Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Sabbithah, S. 2000. Taksonomi Tumbuhan I (ALGA). Yogyakarta:
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi UGM.
Soegiarto, A., Sulistijo, Atmaja,W dan Mubarok H., 1978. Rumput Laut.
Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Jakarta: Lembaga
Oseanologi Nasioanal-LIPI
Saptasari, M.,Triastono dan Mahanal, S. 2007. Botani Tumbuhan Bertalus
ALGA.
Malang: Universitas Negeri Malang
van Reine, P. & G.C. Trono. 2000. Plant Resources of South East Asia.
Cryptogam Algae. Leiden: Backhuizen Publ.

63

Anda mungkin juga menyukai