Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alin Ardiansyah

Nim : 200310059

Kelas : AET 1 Manajemen perbenihan dan produksi benih

Teknik Perbanyakan Tanaman Dengan Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk memisahkan/mengisolasi


bagian dari tanaman seperti sel, jaringan atau organ (daun, akar, batang, tunas dan
sebagainya) serta membudidayakannya dalam lingkungan yang terkendali [secara
in vitro] dan aseptik sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak
diri/beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
Teknik kultur jaringan berkembang dari adanya teori totipotensi sel oleh
Schwann dan Schleiden, tahun 1838 yang menyatakan didalam masing-masing sel
tumbuhan mengandung informasi genetik dan sarana fisiologis tertentu yang
mampu membentuk tanaman lengkap bila ditempatkan dalam lingkungan yang
sesuai. Hal ini didukung penemuan zat pengatur tumbuh oleh Skoog dan Miller,
tahun 1957, penemuan bahwa regenerasi tunas dan akar secara in vitro dikendalikan
secara hormonal oleh zat pengatur tumbuh sitokinin dan auksin.
Teknik kultur jaringan jika dilihat dari bahan eksplan yang digunakan
terbagi menjadi tujuh tipe yaitu sebagai berikut:
1. Kultur Meristem Meristem merupakan bagian tanaman yang selnya bersifat
meristematik dan aktif membelah. Dalam teknik kultur jaringan, meristem ujung
tunas biasanya digunakan sebagai bahan eksplan. Kultur meristem ini umumnya
menggnakan bahan eksplan sangat kecil. Dengan menggunakan kultur meristem
ini maka memungkinkan anakan yang diperoleh lebih stabil dibandingkan
melalaui fase kalus. Produksi tanaman tersebut juga bebas fitur. Contoh kultur
jaringan ini biasanya diterapkan pada tanaman kentang, tebu, pisang, dan apel.
2. Kultur Ujung Tunas Teknik perbanyakan mikro ini biasanya menggunakan
eksplan bahal tunas apikal yang ukurannya sekitar 3-20 mm. Bahan yang
digunakan biasanya disertai dengan primordia daun dan jaringan pembuluh.
3. Kultur Embrio Kultur embrio adalah mengkultur embrio zigotik secara in vitro.
Embrio zigotik ini diperoleh dari hasil fertilasi antara sel telur dengan inti sel
sperma yang terjadi saat fertilisasi gandi tanaman angiospermae.
4. Kultur dan Fusi Protoplasma Protoplasma merupakan sel yang bisa dipisahkan
dari dinding selnya secara enzimatik maupaun mekanik. Isolasi protoplasma dan
kultur protoplasme ini menjadi dasar dari fusi protoplasma atau hibridisasi in
vitro dari dua tanaman induk yang memiliki sifat unggul. Fusi protoplasma
terjadi akibat adanya ketidakcocokan pada persilangan buatan konvensional di
lapangan sehingga gagal membentuk embrio baru. Hasil dari fusi protoplasma
ini akan ditumbuhkan menjadi tanaman utuh yang memiliki sifat dari induk
protoplasme tersebut. Teknik ini memungkin terjadinya persilangan antara dua
tanaman yang memiliki kekerabatan jauh. Dimana kondisi tersebut sulit
dilakukan persilangan secara konvkonvensiona
5. Kultur Mikrospora Mikrospora adalah sel kelamin jantang pada tanaman
angiospermae dan bisa didapatkan di bunga tanaman yang masih kuncup. Secara
alami, mikrospora akan berkembang menjadi serbuk sari yang berperan dalam
perkembangbiakan generatif. Serbuk sari ini nantinya akan menjadi inti sperma
1 dan 2 pada penyerbukan ganda tanaman angiospermae. Namun pada kultur
mikrospora, bagian ini dibelokkan arah perkembangannya menjadi embrio
bukan serbuk sari.
6. Kultur Kalus dan Kultus Suspensi Kalus adalah kumpulan sel yang berlum
terdiferensiasi. Kalus terbentuk pada bekas luka organ tanaman. Secara in vitro
kalus akan terentuk pada irisan atau luka dari organ yang dikulturkan. Namun
untuk beberapa tanaman, kalus terbentuk pada bagian interior. Pembentukan
kalus akan terjadi apabila eksplan ditanam pada media yang mengandung 2,4 D.
kalus juga merupakan bahan stok untuk teknik kultur suspensi. Pada kultur
suspensi, kalus yang terbentuk akan diambil dan dikulturkan di media cair.
Sehingga nantinya akan terbentuk kultur cari. Kalus yang remah akan mudah
dilebas dan membentuk kultur sel. Pada perbanyakan melalui kultur in vitro,
kultur sel digunakan dalam embriogenesis secara tidak langsung. Namun
beberapa penelitian menyebutkan bahwa anakan hasil kultur sel secara geneik
memiliki sifat yang kurang stabil. Maka dari itu, teknik kultur jaringan ini jarang
digunakan.
7. Kultur Biji Teknik kultur biji dilakukan untuk tanaman yang bijinya tidak bisa
dikecambahkan secara eks vitro. Metode ini juga bisa dilakukan untuk tanaman
yang persentasi perkecambahannya sangat rendah. biasanya dilakuakn pada
tanaman yang bijinya berukuran kecil dan jumlahnya sedikit atau biji tanpa
endosperm. Contohnya biji tanaman anggrek.
8. Kultur tunas adalah perbanyakan tanaman dengan cara merangsang
pertumbuhan (proliferasi) tunas aksiler atau lateral yang sudah ada pada eksplan.
Memiliki keuntungan diantaranya: paling sering digunakan untuk produksi bibit
secara komersial, lebih mudah dilakukan pada banyak jenis tanaman, dan lebih
menjamin kestabilan genetik pada bibit tanaman yang dihasilkan. Sebagai
contoh tanaman pisang, jati, eucalyptus, dan lain sebagainya.
9. Organogenesis adalah proses pembentukan tunas dari eksplan yang tidak
memiliki jaringan meristematik. Tunas yang dihasilkan disebut tunas adventif.
Dapat kita terapkan untuk kultur tanaman caladium/keladi, nanas.
10. Emriogenesis somatik adalah proses pembentukan embrio dari jaringan somatik
tanaman. Sel-sel somatik berkembang melalui pembelahan sel dan membentuk
embrio yang sama dengan embrio zigotik, yaitu mempunyai struktur bipolar
yang terdiri dari jaringan meristem tunas dan meristem akar. Semua sel somatik
dalam tanaman mengandung seluruh set informasi genetik yang diperlukan
untuk berdiferensiasi menjadi tanaman utuh. Perubahan pola ekspresi gen
tersebut bisa diinduksi oleh ZPT auksin. Lazim diterapkan pada tanaman kurma
,rumput laut, kelapa sawit, coklat/kakao.

Anda mungkin juga menyukai