Anda di halaman 1dari 10

1.

Definisi Kultur Meristem

Kultur meristem adalah kultur jaringan tanaman


menggunakan eksplan berupa jaringan meristematik. Jaringan
meristem yang digunakan dapat berupa meristem pucuk
terminal atau meristem tunas aksilar. Dalam kegiatan seperti
tersebut di atas pertumbuhan dan perkembangan plantlet
diarahkan untuk mendapatkan tanaman sempurna (Karjadi dan
Buchory, 2007). Selain untuk perbanyakan tanaman, teknik kultur
meristem ini juga dipergunakan untuk mengeliminasi virus dari
jaringan tanaman (Alam et al., 2010).

2. Tujuan dari kultur jaringan meristem

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk


mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu
yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi
sama persis dengan induknya. Bimantara (2018) memaparkan
bahwa kurltur meristem adalah salah satu teknik kultur in vitro
yang biasanya betujuan untuk mengahsilkan tanaman yang
bebas dari pathogen, virus ,viroid , bakteri dan jamur serta untuk
hasil perbanyakan memiliki karakter serupa dengan tanaman
induk dan terjamim bebas dari beberapa patogen.

 Memperoleh Bibit Tanaman Baru yang Lebih Baik

Memang salah satu manfaat dari teknik kultur jaringan adalah


untuk memperoleh bibit baru yang lebih unggul. Oleh karena itu,
banyak pelaku teknik kultur jaringan yang melakukan teknik ini
dengan tujuan tersebut. Sifat unggul dari tanaman asli dapat
diturunkan ke tanaman yang baru dan mempunyai kualitas yang
lebih baik. Hal ini karena dalam proses pembiakannya, lingkungan
tumbuh benar-benar dikontrol.Langkah pengontrolan inilah yang
membuat tanaman baru menjadi bebas dari penyakit dan
mempunyai kualitas pertumbuhan yang baik.
 Membuat Tanaman Baru yang Bebas dari Penyakit

Tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan akan bebas


dari penyakit. Ini terjadi lantaran teknik ini dilakukan dalam kondisi
aseptik. Dalam setiap tahapnya, teknik ini menekankan agar tidak
terjadi kontaminasi, baik dari awal persiapan hingga ditumbuhkan
pada lingkungan secara in vivo. Dengan demikian, risiko terserang
patogen penyebab penyakit pun dapat diminimalisasi.

 Memperbanyak Tanaman Untuk Keperluan Ekonomi 

Prinsip yang digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah


menggunakan sedikit bahan untuk memproduksi bibit tanaman
yang sebanyak mungkin. Artinya, penggunaan bahan dalam teknik
ini memang hanya sedikit, yaitu hanya berupa bagian kecil dari
tanaman. Dengan demikian, satu tanaman saja akan dapat
menghasilkan individu baru dalam jumlah yang banyak. Teknik ini
sangat menguntungkan dan juga komersial. Artinya, teknik ini
dapat menghasilkan makan dalam jumlah banyak dengan
penggunaan waktu yang cukup efektif.

3. Macam-Macam Meristem Berdasarkan Tempatnya

a) Meristem Apikal
- Meristem apikal atau meristem ujung adalah meristem yang
terdapat pada ujung batang dan ujung akar tanaman
(Aryulina et al., 2009).
- Meristem apikal menyebabkan pemanjangan pada akar dan
batang tumbuhan.
- Proses pemanjangan ini menghasilkan tunas apikal (tunas
ujung) yang akan berkembang menjadi bunga, cabang
samping, dan daun.
- Pertumbuhan yang diawali oleh meristem apikal disebut
pertumbuhan primer dan semua jaringan yang terbentuk dari
meristem apikal disebut jaringan primer

b) Meristem Interkalar

Meristem interkalar atau meristem antara adalah meristem


yang berada diantara jaringan yang sudah berdiferensiasi sewaktu
tumbuhan tumbuh terpisah dari apeks oleh daerah-daerah yang
lebih dewasa. Meristem interkalar termasuk meristem primer, yang
berasal dari sisa–sisa jaringan embrio (Lakitan, B. 1996).

Contoh paling dikenal untuk menunjukkan meristem interkalar


adalah terdapat pada pada ruas-ruas tumbuhan graminae atau
batang rumput-rumputan. Pada rumput, pemanjangan ruas
dihasilkan oleh meristem interkalar yang membentuk deretan sel
sejajar sumbu. Ruas-ruas batangnya dapat tumbuh bertambah
panjang sebelum tumbuhnya bunga, hal ini karena adanya
meristem interkalar yaitu pada pangkal nodusnodusnya (buku-
buku batangnya), sel-sel disini tetap aktif untuk membelah
(meristem) (Kimball JW,1992).

Mula-mula kegiatan meristem interkalar terjadi di seluruh ruas,


namun setelah perkembangan ruang-ruang dalam batang,
kegiatan itu terbatas pada daerah tepi dari dasar ruas yaitu yaitu
di dekat dan di atas buku.
c) Meristem lateral

Meristem ini termasuk kambium pembuluh dan kambium


gabus yang menyebabkan pertumbuhan menebal dan melebar
jauh dari apeks, umumnya ditemukan pada Dicotyledoneae dan
Gymnospermae. Pertumbuhan yang dihasilkannya disebut
pertumbuhan sekunder.

1. Kambium pembuluh
Meristem sekunder yang berfungsi membentuk ikatan
pembuluh (xylem dan floem) sekunder. Bentuk selnya seperti pipa
atau berkas-berkas memanjang sejajar permukaaan batang atau
akar. Meristem ini adalah meristem lateral karena terdapat di
daerah lateral akar dan batang. Ciri-ciri sel nya agak berbeda
dengan ciri sel meristem apeks. Dari segi morfologi dapat
dibedakan menjadi 2 tipe sel kambium, yaitu :
a. Sel fusiform : bentuk memanjang dengan ujung meruncing,
letak memanjang sejajar dengan sumbu, fungsinya
membentuk jaringan pembuluh sekunder. Xylem dan floem
sekunder. Berukuran 140-462 μm pada dikotil dan 700-4500
μm pada pinus
b. Sel jari-jari empulur : bentuk sel membulat kecil, tersusun
kearah radial membentuk jari-jari empulur.
Berdasarkan susunan sel fusiform, dapat dibedakan :

 Kambium bertingkat : Sel initial tersusun berjajar letak


ujung sel sama tinggi
 Kambium tidak bertingkat : Sel initial saling tumpang
tindih tidak membentuk deretan

2. Kambium Gabus
Kambium gabus atau felogen adalah meristem yang
menghasilkan periderm. Periderm merupakan jaringan pelindung
yang terbentuk secara sekunder dan menggantikan epidermis
pada batang dan akar yang menebal karena pertumbuhan
sekunder. Periderm mencakup felogen (cambium gabus) yaitu
meristem yang menghasilkan periderm, felem (gabus) yaitu
jaringan pelindung yang dibentuk kearah luar oleh felogen dan
feloderm yaitu jaringan parenkim hidup yang dibentuk oleh felogen
ke arah dalam.

Sel felogen terdiri dari satu macam sel saja. Pada


penampang melintang felogen terlihat seperti sel empat persegi
panjang yang memipih pada arah radial. Pada arah memanjang
sel felogen berbentuk empat persegi panjang atau bersegi banyak
dan kadang-kadang agak tidak teratur. Sel felogen biasanya
tersusun rapat tanpa ruang antar sel . Sel dewasa tidak hidup dan
dapat berisi zat padat atau cairan. Sel gabus ditandai oleh adanya
zat gabus (suberin) dalam dinding sel nya.

4.Keunggulan Kultur Meristem


Keunggulan kultur meristem adalah mampu menghasilkan bibit tanaman yang
identik dengan induknya. Kultur meristem juga mampu meningkatkan laju induksi dan
penggandaan tunas, mampu memperbaiki mutu bibit yang dihasilkan, mampu
mempertahankan sifat-sifat morfologi yang positif (Purba S, 2017). Selain itu menurut
Shofiyani (2011), kultur meristem mampu menghasilkan bibit tanaman bebas virus dan
penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Kelebihan kultur meristem lainnya yaitu
mampu meningkatkan laju multipikasi tunas.

5.Tahapan-tahapan Kultur meristem

 Isolasi bahan tanam dari tanaman induk


Isolasi dimulai dengan cara memilih serta memelihara tanaman
induk. Tanaman induk yang dipilih adalah yang memiliki sifat
bebas dari penyakit dan memiliki pertumbuhan yang baik.
Kemudian ambillah bagian tunas lateral sebagai bahan eksplan,
bagian ini memiliki daya regenerasi yang tinggi dikarenakan oleh
masih adanya sel-sel yang aktic membelah.
 Sterilisasi
Sterilisasi eksplan dilakukan dengan cara memotong eksplan
hingga kecil, hal ini dilakukan agar bagian-bagian yang tidak
penting dihilangkan dari eksplan. Kemudian eksplan dicuci hingga
bersih menggunakan sikat gigi dan detergen pada air yang
mengalir. Lalu bahan tanam direndam dengan fungisida selama
10 menit dan secara bersamaan digoyang. Selanjutnya eksplan
dibilas dengan air steril tiga kali, kemudian dimasukkan kedalam
laminar. Di dalam laminar eksplan disterilisasi lagi menggunakan
sodium hipoklorida atau klorox.

Proses ini perlu melewati tahap “trial and error” karena konsentrasi
sterilan perlu disesuaikan. Hal ini diperlukan karena apabila
konsentrasi terlalu tinggi sel-sel tanaman akan mati namun
apabila terlalu rendah mikroorganisme yang tidak diinginkan akan
masih bertahan hidup di permukaan eksplan.

 Penanaman pada media yang steril


Eksplan yang telah steril dipotong lagi hingga kecil, dijadikan
bagian seperti pangkal dan ujung daun. Kemudian eksplan
ditanam pada media steril yang telah disiapkan. Kondisi aseptik
harus tetap dijaga selama proses penanaman, karena kondisi ini
menentukan sukses atau tidaknya proses kultur jaringan.

 Perbanyakan propagul
Propagul adalah bentukan baru hasil morfogenesis yang terbentuk
dari jaringan eksplan yang ditanam. Propagul bisa berupa kalus,
tunas, ataupun embrio somatik. Perbanyakan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan subkultur ke medium baru.
 Pengakaran
Tahap ini adalah tahap dimana tunas yang telah tumbuh
dipindahkan ke media induksi agar terbentuk plantlet. Induksi ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu in-vitro dan eks-vitro.
Induksi in-vitro dilakukan di dalam laboratorium menggunakan
media kultur yang ditambahkan oleh ZPT. Induksi eks-vitro dapat
dilakukan dengan cara mentransplan tunas-tunas ke media semi
steril di luar laboratorium. Pangkal tunas ini biasanya dicelupkan
ke dalam larutan auksin sehingga dapat merangsang
pertumbuhan akar sebelum akhirnya ditanamkan ke media semi
steril.

 Aklimatisasi
Aklimitasi dilakukan agar tanaman muda diberi kesempatan untuk
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Tanpa
melakukan ini tanaman baru ini akan mengalami stress berlebihan
dan kemudian mati ataupun layu. Aklimitasi dapat dilakukan
dengan cara pemberian perlakuan-perlakuan seperti:

- pemberian paranet untuk faktor suhu dan cahaya


- penambahan lampu untuk faktor cahaya
- penggunaan mist blower dapat membantu pada faktor
kelembaban udara.
Aklimitasi ini dilakukan dalam beberapa tahapan agar perubahan-
perubahan lingkungan yang terjadi di sektira tanaman tidak terlalu
drastis.

 Pemindahan tanaman ke lapang


Tanaman-tanaman yang tumbuh sehat pada proses aklimatisasi
dapat dipindahkan ke lapangan. Dimana mereka diharapkan dapat
tumbuh secara normal.
6.Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kultur

Meristem

Dalam melakukan kegiatan kultur jaringan menggunakan


meristem terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilannya seperti ukuran eksplan meristem, jenis zat
pengatur tumbuh serta jenis media tumbuh. Menurut Dwiyani
(2015) bahwa ukuran eksplan meristem yang semakin besar akan
menyebabkan eksplan lebih kuat dalam proses sterilisasi
sehingga memungkinkan persentase eksplan bertahan hidup
setelah sterilisasi lebih besar serta diperoleh jumlah plantlet yang
lebih banyak. Kemudian, jenis zat pengatur tumbuh dan media
tumbuh juga dapat berpengaruh terhadap potensi regenerasi
kultur meristem. Hal ini sependapat dengan Sitinjak (2010)
dengan bahwa media yang berisi kombinasi sitokinin dan auksin
hanya menghasilkan pertumbuhan tunas, tetapi dalam banyak hal
sitokinin, auksin dan asam giberelat diperlukan untuk
pengembangan tumbuhan nomal
DAFTAR PUSTAKA

Alam, I., S. A. Sharmin, M. K. Naher, M. J. Alam. 2010. Effect of growth regulators


on meristem culture and plantlet establishment in sweet potato [Ipomoea batatas
(L.) Lam.]. Plant Omics Journal, 3(2):35-39.

Aryulina, D., Choirul M., Syalfinaf M., Endang W. W. 2009. Biologi 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Bimantara, D.S., Maghfoer, M.D., Barunawati, N., Yenni, Y. And Siregar, A.S., 2018.
Multiplikasi Kultur Meristem Stroberi Kultivar Earlibrite Dengan Penambahan
Konsentrasi Hormon Bap Dan Kinetin. Jurnal Produksi Tanaman, 6(3).

Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Bali: Pelawa Sari

Dwiyani, Rindang. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Bali: Pelawa Sari

Karjadi, A. K., & Buchory, A. (2007). Pengaruh NAA dan BAP terhadap
pertumbuhan jaringan meristem bawang putih pada media B5. Jurnal
Hortikultura, 17(3) : 217-223
Kimball JW. 1992. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Purba, S. 2017. Pengaruh Bap Dan Iaa Pada Perbanyakan Tunas Krisan (Chrysanthemum
Morifolium R.) Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Kohesi. Vol. 1(1)

R. Kusdianti. 2012. Batang. Fakultas MIPA Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas


Pendidikan Indonesia.

Shofiyani, A. 2011. Upaya Pengembangan Tanaman Pisang Mas (Musa Paradisiaca L) Bebas
Patogen Melalui Metode Kultur Meristem. Agritech, Vol. Xiii No. 1: 46 – 66

Sitinjak, R. R. 2010. Pemanfaatan Meristem Dalam Teknik Kultur Jaringan. Jurnal


Akademia Vol. 14(4) Hal: 56-59.

Anda mungkin juga menyukai