ABSTRAK
Tumbuhan Waru (Hibiscus tiliaceus L.) merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan
senyawa metabolit sekunder seperti saponin, alkaloid, flavonoid sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bioinsektisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas formulasi bioinsektisida cair dari bahan
aktif daun waru terhadap produktivitas tanaman pakcoy (Brassica chinensis L.) . Metode yang digunakan untuk
ekstraksi adalah metode maserasi dengan etanol 96%. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 pengulangan menggunakan metode oles daun dengan konsentrasi 0%, 35%,
40%, 45%, 50%, dan 55%. Formulasi bioisektisida bentuk cair menggunakan bahan perekat dan surfaktan.
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan ANOVA one way dengan uji lanjutan Duncan dan nilai LC50
dianalisis dengan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi bioinsektisida cair ekstrak
daun waru konsentrasi 45% mampu menghambat serangan larva Spodoptera litura F. dan meningkatkan
produktivitas tanaman pakcoy.
Kata kunci : Bioinsektisida; Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.); Mortalitas; Produktivitas; Spodoptera litura F.
tiliaceus L. ) terhadap hama larva Spodoptera menggunakan blender [5]. Bahan yang sudah
litura F. dan pengaruhnya terhadap dihaluskan, selanjutnya dieksraksi
produktivitas tanaman pakcoy (Brassica menggunakan metode maserasi atau
chinensis L.). perendaman dalam pelarut etanol 96% [6].
Metode maserasi dilakukan dengan
METODE PENELITIAN perbandingan sampel dan pelarut 1 : 3 (10
Penelitian ini merupakan penelitian gram serbuk dengan 30 ml etanol) [7].
eksperimental. Subyek penelitian ini yaitu Perendaman (maserasi) dilakukan pada suhu
ekstrak daun waru sebagai kandidat kamar selama 24 jam [8]. Hasil maserasi
biopestisida nabati. Bahan yang digunakan disaring menggunakan corong Buchner yang
pada penelitian ini adalah daun waru dialasi kertas saring. Hasil ekstrak daun
(Hibiscus tiliaceus L), larva ulat grayak Hibiscus tiliaceus L.kemudian diencerkan
(Spodoptera litura. F.), daun pakcoy, air, dengan akuades dan dibantu dengan beberapa
aquades, etanol 96%, benih pakcoy (Brassica tetes pengemulsi dimetil sulfoksida (DMSO)
chinensis L.), media tanam : tanah , pupuk dan etanol yang diperoleh konsentrasi 10%,
kompos dan arang sekam. Bahan formulasi 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, dan
bioinsektisida yaitu : Dimetil sulfoksida, Okti 90%. Sedangkan sebagai kontrol digunakan
Fenil Etilin, Tween 80, Isopropil Alkohol. akuades dengan tambahan beberapa tetes
DMSO dan etanol serta terdapat perlakuan
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman kontrol tanpa pencelupan bahan sama sekali.
Pakcoy (Brassica chinensis L.) [5].
Media tanam yang digunakan berupa
tanah, pupuk kompos, dan arang sekam yang Persiapan Larva Ulat Grayak (Spodoptera
dicampur dengan perbandingan 1:1:1. Benih litura)
yang akan disemai direndam dengan Larva Spodoptera litura didapatkan
menggunakan air hangat kuku sekitar 45oC dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan
selama 1 jam kemudian dipilih biji yang Serat (Balittas) Malang dan dimasukkan ke
tenggelam. Penyemaian dilakukan pada dalam toples, toples lalu ditutup dengan
wadah plastik yang berisi media tanam [5]. kain putih dan diikat dengan karet. Larva
Kemudian benih pakcoy ditaburkan tersebut dipelihara hingga berubah menjadi
diatasnya, kemudian ditutup lagi dengan larva instar III, makanan yang diberikan
ditaburkan media tanam. Penyemaian untuk pemeliharaan larva ini adalah daun
dilakukan selama 2-3 minggu atau telah pakcoy (Brassica chinensis L.) segar yang
berdaun 4-5 helai kemudian bibit diganti setiap hari serta kotorannya
dipindahkan kedalam polybag yang berisi dibersihkan dengan kuas sampai memasuki
media tanam. Pada setiap polybag hanya instar III yang siap untuk digunakan
ditanam satu bibit yaitu dipilih bibit yang sebagai larva uji [9].
seragam, daun hijau dan tidak layu, tidak
terkena penyakit serta tumbuh tegak. Uji Pengaruh Ekstrak Daun Waru
terhadap Mortalitas Larva (Uji
Pembuatan Ekstrak Daun Waru (Hibiscus Pendahuluan)
tiliaceus L.) Uji pendahuluan ini untuk
Langkah awal dimulai dengan menentukan toksisitas ekstrak daun waru
pembersihan daun Hibiscus tiliaceus L. (nilai LC50). Pengujian menggunakan
dengan pencucian menggunakan air mengalir ekstrak daun Hibiscus tiliaceus L. yang
dan pembilasan dengan akuades. Kemudian terdiri dari konsentrasi 10%, 20%,30%,
bahan dipotong-potong dengan panjang satu
40%, 50%, 60%, 70%, 80% dan 90% serta
sampai dua cm lalu dikeringkan anginkan
pada suhu ruang. Bahan yang sudah kontrol 0% dan kontrol tanpa perlakuan
dikeringkan ini kemudian dihaluskan
791
Prosiding SNasPPM VI Universitas PGRI Ronggolawe
http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM
dengan masing- masing sebanyak 3 kali untuk tiap konsentrasi dan 1 kontrol.
ulangan. Pengamatan mortalitas larva dilakukan pada
Langkah awal yang dilakukan dalam 24 jam setelah diberikan bioinsektisida.
Sedangkan pengamatan produktivitas
uji pendahuan adalah disiapkan larva
tanaman pakcoy dilakukan pada hari ke-49
Spodoptera litura yang sudah instar III HSS [5].
dimasukkan ke toples dengan masing-
masing toples 10 ekor larva. Kemudian Parameter Pengamatan
dilakukan pengujian menggunakan metode Parameter yang diamati pada
celup daun (leaf dipping methods) [10]. penelitian ini adalah :
Daun pakcoy dicelupkan ke dalam ekstrak a. Mortalitas Larva Spodoptera litura
daun waru sesuai dengan konsentrasi uji Efek toksisitas ekstrak terhadap
yang telah disiapkan hingga daun pakcoy larva dapat diamati dari pengamatan %
basah merata dan digunakan sebagai mortalitas Spodoptera litura F.
makanan larva Spodoptera litura. F. Daun Pengamatan yang dilakukan dengan
pakcoy sebagai makanan larva diganti membandingkan jumlah hama dengan
setiap 24 jam dengan daun yang baru jumlah seluruh hama yang ada pada setiap
dengan perlakuan yang sama. Pengamatan perlakuan, dan dinyatakan dalam bentuk
mortalitas larva dilakukan pada waktu yang persen (%).
sama setiap harinya selama 48 jam [9].
Setelah itu, ditentukan nilai LC50 Perhitungan mortalitas menggunakan rumus:
menggunakan analisis probit untuk Persen kematian (%)
mengetahui konsentrasi ekstrak yang akan ∑larva yang mati
digunakan untuk uji lanjutan. = x 100%
∑total larva
dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali Tabel 1. Hasil Uji Pendahuluan ekstrak
ditambah kontrol 1 (akuades) dan kontrol 2 Daun Waru pada larva S. litura setelah 48
(bahan formulasi tanpa ekstrak). jam
Uji Pendahuluan
Analisis Data Larva mati tiap ulangan Rata-rata
Konsentrasi Jumlah
Larva Mortalitas
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan (%) larva 1 2 3
mati (%)
pada parameter yang diamati yaitu mortalitas Kontrol 1 10 0 0 0 0 0d
larva uji dilakukan analisis probit dengan Kontrol 2 10 1 1 1 1 10d
menggunakan SPSS versi 25 dan uji statistik 10 10 2 1 1 1 13d
ANOVA one way dengan taraf kepercayaan 20 10 4 0 2 2 20cd
95%. Selanjutnya, dilakukan uji lanjutan 30 10 0 4 2 2 20cd
menggunakan Uji DMRT untuk mengetahui 40 10 2 7 3 4 40c
perlakuan yang paling efektif diantara 50 10 7 7 7 7 70b
masing-masing perlakuan. 60 10 10 10 7 9 90ab
70 10 10 10 8 9 93ab
HASIL DAN PEMBAHASAN 80 10 8 10 10 9 93ab
Mortalitas larva S. litura F.pada Uji 90 10 10 10 10 10 100a
Pendahuluan Keterangan:
Uji pendahuluan bertujuan untuk Kontrol 1 : akuades
melihat pada konsentrasi ekstrak yang toksik Kontrol 2 : bahan formulasi bioinsektisida
Notasi : Huruf yang sama pada kolom
terhadap larva. Uji toksisitas menentukan
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan
nilai LC50 dari ekstrak daun waru yang dapat Uji DMRT dengan taraf kepercayaan 95%.
mematikan 50% dari larva uji yang hidup dan
perhitungan mortalitas. Hasil uji DMRT pada tabel 2.
Pada uji pendahuluan menggunakan diketahui ada 6 pengelompokkan ekstrak,
ekstrak daun Hibiscus tiliaceus L. yang terdiri yaitu kelompok a) konsentrasi 90%,
dari konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, kelompok ab) konsentrasi 80%, 70%, dan
60%, 70%, 80% dan 90% serta kontrol 1 60%, kelompok b) konsentrasi 50%,
(akuades) dan kontrol 2 ( bahan formulasi) kelompok c) konsentrasi 40%, kelompok
dengan masing- masing sebanyak 3 kali cd) konsentrasi 30% dan 20%, dan
ulangan. Pemberian konsentrasi kelipatan 10 kelompok d) konsentrasi 10%, 0%, dan
bertujuan untuk membuat range konsentrasi kontrol. Dari tabel 2. terlihat bahwa nilai
antara 0-100%. Hasil persentase mortalitas mortalitas tertinggi yaitu pada konsentrasi
larva pada uji pendahuluan dapat dilihat pada ekstrak 90% yaitu sebesar 100% yang
Tabel 2. Dapat diketahui bahwa nilai berarti dapat membunuh seluruh jumlah
mortalitas larva tertinggi adalah pada larva uji dan berbeda nyata dengan
konsentrasi 90% yaitu 100% yang berarti konsentrasi 50%, 40%, 30%, 20%, 10%,
dapat membunuh atau mematikan jumlah 0% dan kontrol tetapi tidak berbeda nyata
larva uji seluruhnya. Sedangkan kematian dengan konsentrasi 80%, 70%, dan 60%.
terendah pada perlakuan kontrol 1 dan Dapat diketahui bahwa pada perlakuan
kontrol 2 yaitu dengan nilai mortalitas 0% kontrol memiliki nilai mortalitas terendah
yang berarti tidak membunuh larva uji sama yaitu 0% yang berarti tidak dapat
sekali. Dari hasil ANOVA menunjukkan nilai membunuh larva uji sama sekali dan
signifikan 0,00 < 0,05 yang berarti ekstrak berbeda nyata dengan konsentrasi 20%,
daun Hibiscus tiliaceus L. berpengaruh 30%, 40%, 50% dan 60%,70%, 80%, dan
terhadap mortalitas larva Spodoptera litura 90% tetapi tidak berbeda nyata dengan
pada uji pendahuluan. Hasil selengkapnya konsentrasi 0% dan 10%. Berdasarkan
dapat dilihat pada Tabel 1. hasil tersebut, kemudian dilakukan analisis
probit (Tabel 2.) untuk mengetahui
793
Prosiding SNasPPM VI Universitas PGRI Ronggolawe
http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM
konsentrasi spesifik yang mampu Notasi : Huruf yang sama pada kolom
membunuh larva 50% (LC50). Hasil menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan Uji
Analisis probit pada uji pendahuluan DMRT dengan taraf kepercayaan 95%.
didapatkan nilai LC10 – LC90 nilai
Berdasarkan tabel 2. dapat
konsentrasi yaitu antara 29-70% dengan diketahui bahwa Semakin tinggi
hasil LC50 sebesar 45,42% hal ini konsentrasi ekstrak yang diujikan, maka
menunjukkan bahwa ekstrak daun waru pola mortalitas juga akan semakin tinggi,
pada perlakuan 48 jam memang dimana semakin tinggi konsentrasi maka
berpengaruh terhadap larva Spodoptera semakin banyak pula kandungan senyawa
litura F.karena pada pengenceran sebesar metabolit sekunder dari ekstrak daun waru
yang terkandung dalam pakan yang
45,42% sudah dapat membunuh 50% dari
bersentuhan dan dikonsumsi oleh larva
dari larva uji. Penentuan konsentrasi [14]. Dari hasil tersebut, dapat dilihat
lanjutan diambil dari range atau batas bahwa pada konsentrasi 45% lebih efektif
bawah dan batas atas konsentrasi 45,42% digunakan karena pada konsentrasi 45%,
yaitu konsentrasi 35%-55% dengan nilai 50% dan 55% persentase mortalitas
kelipatan 5 beserta konsentrasi ekstrak 0% hasilnya tidak berbeda nyata. Lebih efektif
dan kontrol. apabila menggunakan konsentrasi 45%
dikarenakan lebih meminimalisir atau
hemat dalam penggunaan bahan yaitu
ekstrak daun waru.
Mortalitas larva S. litura pada Uji Lanjutan
Berdasarkan hasil penelitian ini
Uji lanjutan adalah menggunakan
hasil uji toksisitas pada kontrol 1( akuades)
formulasi bioinsektisida bentuk cair yang
dan kontrol 2 ( bahan formulasi tanpa
dibuat dengan konsentrasi ekstrak daun waru
ekstrak daun waru) memiliki nilai
hasil uji pendahuluan (nilai LC50) yaitu
mortalitas larva yang sama yaitu sebesar
konsentrasi 35%, 40%, 45%, 50%, dan 55%,
0%, hal ini membuktikan bahwa bahan
beserta kontrol yang terdiri dari kontrol 0%
pembantu (adjuvant) dalam formulasi tidak
dan kontrol tanpa diberi perlakuan dengan
tidak dapat menyebabkan kematian pada
masing-masing 3 pengulangan, serta
larva. Bahan pembantu (adjuvant) yang
ditambahkan bahan-bahan tambahan untuk
ditambahkan dalam formulasi meliputi
formulasi yaitu okti fenil etilin, tween 80, dan
Tween 80, Oktil Fenol Etilin dan Isopropil
isopropil alkohol dengan komposisi yang
alkohol [5].
telah ditentukan. Hasil uji lanjutan dapat
Mortalitas pada larva uji diduga
dilihat pada tabel 2.
disebabkan oleh senyawa metabolit sekunder
yang terkandung dalam ekstrak daun waru
Tabel 2. Hasil Uji Lanjutan Ekstrak Daun yang memiliki sifat toksik dan dapat
Waru membunuh. Daun waru memiliki kandungan
Uji Lanjutan metabolit sekunder antara lain yaitu senyawa,
Konsentrasi Jumlah Larva mati tiap Rata-rata alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin [15].
(%) larva ulangan Penelitian sebelumnya menemukan
1 2 3 Larva Mortalitas komponen fitogenik pada daun Hibiscus
mati (%) tiliaceus yang dianalisis dengan GC-MS pada
Kontrol1 5 0 0 0 0d 0 senyawa organik utama adalah asam lemak
Kontrol 2 5 0 0 0 0 d
0 dan ester (31%), senyawa nitrogen (18,28%)
35 5 2 3 2 2,33c 47 dan kuinolin (23%). Kuinolin adalah alkaloid
40 5 4 3 3 3,33b 67 dan memiliki aktivitas antiprotozoa dan
45 5 4 4 4 4ab 80 antioksidan [16]. Isolat daun waru
50 5 4 4 5 4,33 a
87 mengandung senyawa golongan steroid
55 5 5 4 5 4,67a 93 kelompok sterol dengan kemungkinan gugus
Keterangan: fungsi O-H, CH alifatik, serta C=C alifatik
Kontrol 1 : akuades yang tidak terkonjugasi [3].
Kontrol 2 : bahan formulasi bioinsektisida
794
Prosiding SNasPPM VI Universitas PGRI Ronggolawe
http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM
Pada penelitian ini terjadi perubahan daun waru dan bertindak sebagai racun
morfologi pada hama (larva Spodoptera kontak dan racun perut. Alkaloid berupa
litura L.) setelah pendedahan. Hasil dapat garam sehingga dapat mendegradasi
dilihat pada gambar 1. membran sel saluran pencernaan untuk
Perubahan warna kulit pada tubuh masuk ke dalam dan merusak sel dan juga
larva dan gerakan tubuh yang melambat bila dapat mengganggu sistem kerja saraf larva
dirangsang dengan sentuhan diduga dengan menghambat kerja enzim
disebabkan oleh senyawa saponin yang asetilkolinesterase. [18]. Pergerakan larva
merupakan glikosida triterpena dan glikosida semakin lemah karena senyawa flavonoid
sterol yang merupakan senyawa aktif yang merupakan senyawa kimia yang
permukaan dan bersifat seperti sabun yang memiliki sifat sebagai racun saraf dimana
menimbulkan keracunan [17]. menyerang saraf pada beberapa organ vital
serangga. . Keadaan ini menyebabkan
impuls tidak dapat diteruskan, otot menjadi
kejang, dan akhirnya terjadi kelumpuhan
(paralisis) dan akhirnya serangga mati. [19]
795
Prosiding SNasPPM VI Universitas PGRI Ronggolawe
http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM
mengkonsumsi daun pakcoy untuk Tabel 3. Berat Basah Tanaman Pakcoy setelah
menunjang pertumbuhannya. Hal ini diperlakukan dengan formulasi bioinsektisida
merupakan penyebab tingginya tingkat daun Waru
kerusakan daun pada tanaman kontrol. Ulat Berat Basah Tanaman Pakcoy
grayak yaitu memiliki tipe mulut menggigit Berat basah tiap ulangan Rata-
dan mengunyah yang dimana memakan Konsentrasi
rata
daun tanaman hingga daun berlubang- (%) 1 2 3 (g)
lubang kemudian robek-robek atau Kontrol 1 9,60 11,34 8,60 9,85c
terpotong-potong [20]. Larva ulat grayak
merusak daun dengan meninggalkan sisa- Kontrol 2 11,82 9,38 10,62 10,61c
sisa epidermis bagian atas yang transparan 35 9,61 10,84 11,60 10,68c
dan tinggal tulang-tulang daun saja. 40 14,26 13,69 12,69 13,55b
Sedangkan pada tanaman pakcoy yang 45 13,43 15,84 14,71 14,66ab
diberi biopestisida ekstrak daun waru tidak
50 15,44 14,55 15,95 15,31ab
mengalami kerusakan pada daun (gambar
2b). Hal ini diduga karena biopestisida 55 13,65 19,88 17,63 17,05a
tersebut masih menempel pada tanaman dan Keterangan:
tidak disukai oleh larva serta menyebabkan Kontrol 1 : akuades
larva menolak makan (antifeedant) Kontrol 2 : bahan formulasi bioinsektisida
sehingga menyebabkan larva akan mati dan Notasi : Huruf yang sama pada kolom
jatuh ke bagian pangkal batang tanaman dan menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan Uji
media tanam. DMRT dengan taraf kepercayaan 95%.
796
Prosiding SNasPPM VI Universitas PGRI Ronggolawe
http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM
Konsentrasi 45% memiliki berat basah biopestisida cair ekstrak daun waru dapat
sebesar 14,66 g dan tidak berbeda nyata dilihat pada tabel 4. berikut .
dengan konsentrasi 50 % dan 55%.
Konsentrasi 50% memiliki berat basah Tabel 4. Berat Kering Tanaman Pakcoy setelah
sebesar 15,31 g dan tidak berbeda nyata diperlakukan dengan formulasi bioinsektisida
dengan konsentrasi 55%. Sedangkan berat daun Waru
basah tertinggi pada konsentrasi 55% yaitu
sebesar 17,05 g. Data Berat Kering Sawi Pakcoy
Konsentra Berat basah Rata-
Perlakuan konsentrasi ekstrak daun tiap ulangan
si rata
waru 45%, 50% dan 55% yang berbeda nyata
(%) 1 2 3 (g)
dengan perlakuan kontrol dan konsentrasi
rendah yang berarti memiliki pengaruh Kontrol 1 0,53 0,74 0,60 0,62c
paling tinggi terhadap berat basah tanaman, Kontrol 2 0,62 0,78 0,57 0,66c
sehingga pada konsentrasi tersebut menjadi 35 0,78 0,66 0,62 0,69c
satu kelompok yang paling mempengaruhi
40 0,93 0,97 0,83 0,91b
pada pola produktivitas tanaman pakcoy,
karena dapat menghasilkan berat basah 45 1,08 1,07 0,94 1,03ab
tanaman yang tinggi dan meningkatkan hasil 50 1,04 1,13 1,02 1,06a
panen pada pertanian. 55 1,14 1,11 1,19 1,15a
Organisme pengganggu tanaman Keterangan:
merupakan salah satu faktor yang Kontrol 1 : akuades
menyebabkan berat basah yang dihasilkan Kontrol 2 : bahan formulasi bioinsektisida
dari tanaman pakcoy yang tidak diberi Notasi : Huruf yang sama pada kolom
biopestida ekstrak daun waru akan rendah menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan Uji
karena hama akan terus menyerang tanaman. DMRT dengan taraf kepercayaan 95%
Efek yang ditimbulkan dari aktivitas
berbagai macam hama berbeda-beda, mulai Hasil rata- rata berat kering seperti
dari merusak bagian daun, batang, hingga tabel 4. telah diuji ANOVA oneway,, dan
seluruh bagian tanaman pakcoy [21]. Dapat diketahui bahwa ekstrak daun Hibiscus
diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi tiliaceus berpengaruh terhadap
ekstrak semakin tinggi pula berat basah produktivitas tanaman pakcoy yaitu pada
tanaman pakcoy yang dihasilkan. Hal berat kering pada uji lanjutan selama 24
tersebut diduga dikarenakan ekstrak daun jam yang terbukti dari nilai signifikan
waru yang masih menempel di permukaan adalah 0,00 < 0,05. Berdasarkan tabel dapat
daun dan tidak disukai oleh larva diketahui bahwa hasil uji lanjutan yaitu Uji
(antifeedant) dan menyebabkan kematian DMRT untuk berat kering tanaman pakcoy
larva akibat racun atau senyawa metabolit perlakuan kontrol memiliki berat kering
sekunder dari daun waru yang dikonsumsi terendah yaitu 0,62 g dan berbeda nyata
oleh larva. Meningkatnya luas daun tanaman dengan konsentrasi ekstrak 40%, 45%,
maka akan secara otomatis meningkatkan 50%, 55% tetapi tidak berbeda nyata
berat segar tanaman. Karena daun dengan konsentrasi ekstrak 0% dan 35%.
merupakan organ yang mengandung air. Konsentrasi 0% memiliki berat kering
Sehingga dengan luas daun yang semakin sebesar 0,66 g dan berbeda nyata dengan
luas maka kadar air tanaman akan tinggi dan konsentrasi ekstrak 40%,45%,50%, 55%
menyebabkan berat segar tanaman semakin tetapi tidak berbeda nyata dengan
tinggi [22]. konsentrasi 35%. Konsentrasi 35%
memiliki berat kering sebesar 0,69 g dan
Berat Kering Tanaman Pakcoy ( berbeda nyata dengan konsentrasi
Brassica chinensis L.) 40%,45%,50% dan 55%. Konsentrasi 40%
Perhitungan berat basah dilakukan memiliki berat kering sebesar 0,91 g dan
pada tanaman pakcoy pada hari ke-49 HSS. berbeda nyata dengan konsentrasi 50% dan
Hasil pengamatan berat kering tanaman 55% tetapi tidak berbeda nyata dengan
pakcoy dengan perlakuan formulasi konsentrasi 45%. Konsentrasi 45%
797
Prosiding SNasPPM VI Universitas PGRI Ronggolawe
http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM
799