NOVITA SURYANI
SKRIPSI
Novita Suryani
C24052245
RINGKASAN
Novita Suryani. C24052245. Kajian Efisiensi Sistem Pengolahan Air Limbah PT.
UNITEX Serta Dampaknya Terhadap Perairan. Dibawah bimbingan I Nyoman
N. Suryadiputra dan Gunawan.
NOVITA SURYANI
C24052245
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
Kajian Efisiensi Sistem Pengolahan Air Limbah PT. UNITEX Serta Dampaknya
Terhadap Perairan. Skripsi ini disusun sebagai hasil penelitian yang dilaksanakan
pada bulan Juni 2009 dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan serta
bagi upaya pengelolaan lingkungan perairan dan perikanan.
Penulis
i
ii
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 3
1.4. Manfaat .................................................................................................. 3
3. METODOLOGI ............................................................................................. 21
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 21
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 21
3.3. Metode Kerja .......................................................................................... 22
3.3.1. Pengamatan langsung ................................................................ 22
3.3.2. Pengumpulan data primer dan sekunder ............................... 23
3.3.3. Wawancara .................................................................................. 23
3.4. Analisis Data .......................................................................................... 23
3.4.1. Analisis beban pencemaran ....................................................... 23
3.4.2. Analisis efisiensi .......................................................................... 24
3.4.3. Konsep keseimbangan massa .................................................... 24
3.4.4. Analisis pengolahan biologi ...................................................... 25
iv
v
v
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
1. PENDAHULUAN
Tangki pengolahan air limbah, diolah secara fisika, kimia dan biologi Tidak
memenuhi baku mutu
Air
Air
limbah
limbah hasil olahan
industri
tekstil
Memenuhi
baku mutu
Lumpur Lumpur
biologi kimia Badan air penerima
PPLI
2
3
1.3. Tujuan
Terkait dengan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji efisiensi unit pengolahan air limbah PT. UNITEX dan kualitas air
limbah buangannya dikaitkan dengan baku mutu air limbah olahan
industri tekstil yang ditetapkan Pemerintah RI
2. Mengkaji volume dan cara penanganan by product (berupa lumpur kimia
dan biologi) dari hasil pengolahan air limbah PT. UNITEX
3. Mengkaji besarnya kontribusi bahan pencemar (berasal dari air limbah
terolah PT. UNITEX) terhadap badan air penerima
1.4. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk:
1. Memberikan informasi kepada PT. UNITEX mengenai efisiensi unit-unit
pengolahan air limbah, sehingga kinerja IPAL PT. UNITEX dapat lebih
ditingkatkan
2. Memberikan informasi mengenai beban bahan pencemar yang berasal dari
air limbah olahan PT. UNITEX yang terbuang ke Sungai Cibudig, sehingga
dapat memantau dampak suatu kegiatan industri terhadap lingkungan
sekitarnya
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
H2SO4),
5
bahan yang dipakai dalam proses dulling, finishing, bleaching, water treatment,
effluent treatment dan zat untuk pembebas sulfur. Sedangkan limbah padat terdiri
dari bahan pengotor (debu, pasir, dan lain sebagainya), bahan dari pulp yang
tidak larut, selulosa dan serat rayon yang lolos (Suratmo,1991).
Air limbah dari proses pemerseran mengandung soda kaustik sebanyak
lebih kurang 5%. Air limbah ini bersifat alkali, mengandung banyak zat padat
terlarut (TDS) dengan nilai BOD tinggi. Secara umum air limbah yang dihasilkan
dari proses basah mempunyai sifat basa, BOD tinggi, berwarna, berbusa, berbau
dan memiliki suhu tinggi (BAPEDAL, 1994)
Menurut Jorgensen (1979) in Rachmawati (1994), pencemaran akibat
limbah industri tekstil sangatlah bervariasi dan tergantung pada jenis tekstil yang
diproduksi. Komposisi air limbah tekstil jenis katun pada umumnya seperti
tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi air limbah industri tekstil jenis katun (Jorgensen, 1979)
kilogram bahan tekstil yang diproses, air yang dibutuhkan dapat mencapai 300-
400 liter. Sedangkan bahan pewarna, zat kimia dan bahan pembantu
penyempurnaan diperlukan 5 % dari berat tekstil yang diproses. Bahan-bahan ini
sebagian kecil terserap oleh bahan tekstil dan tetap berada dalam bahan tekstil
sampai proses selesai, sedangkan sisanya akan terbuang sebagai air limbah.
Sumber pencemar air limbah pada industri tekstil dibagi menjadi 2, yaitu
yang berasal dari proses produksi dan limbah domestik. Proses produksi tekstil
yang menghasilkan air limbah adalah proses penghilangan kanji (desizing),
pemerseran (mercerizing), pengelantangan (bleaching), pencelupan (dyeing),
pencapan (printing) dan penyempurnaan (finishing). Dari semua proses ini,
pencelupan (dyeing) dan pembilasan kanji (desizing) memerlukan air dalam jumlah
besar, sehingga jumlah limbah cair yang dihasilkan relatif tinggi. Semakin besar
kapasitas produksi, maka akan semakin besar pula limbah yang akan dihasilkan.
Banyaknya limbah tersebut seringkali menyebabkan peningkatan debit air limbah
yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) (Andalusia, 2006).
Sumber bahan pencemar air limbah yang lain adalah limbah domestik.
Limbah domestik berasal dari toilet dan air limbah kantin. Limbah dari toilet akan
dikumpulkan dalam septic tank, kemudian dipisahkan limbah padat dan cair.
Limbah padat akan diendapkan dalam septic tank, sedangkan limbah cair akan
dialirkan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
6
7
7
8
8
10
Sistem lumpur aktif PT. UNITEX merupakan sistem aerobik yang terdiri
atas: tangki aerasi, tangki penjernih (tangki sedimentasi 2 atau secondary clarifier
dengan volume 407 m3), sistem pemompaan untuk mengembalikan lumpur
(Return Activated Sludge) yang terendapkan dalam tangki sedimentasi 2 dan
untuk membuang kelebihan lumpur (Wasting Sludge) ke belt filter press serta
sistem pemompaan udara (aerasi). PT. UNITEX memiliki 3 tangki aerasi yang
saling berhubungan dengan total kapasitas 2175 m3, 7 buah pengaduk (surface
aerator) dengan kecepatan pengadukan 1440 rpm dan blower yang berfungsi
sebagai alat pemasok udara ke dalam air. Pengaduk dan blower juga
berfungsi untuk mencegah timbulnya gumpalan, serta penggerak laju aliran
limbah (Jamhari, 2006). Proses pengolahan biologi air limbah berlangsung pada
tangki aerasi 1 (tangki berbentuk oval), tangki aerasi 2 dan 3 (berbentuk empat
persegi panjang). Dalam tangki aerasi, air limbah bercampur dengan massa
mikroorganisme (lumpur aktif) dan terjadi penguraian
bahan organik serta pembentukan sel-sel
mikroorganisme baru. Pada proses penguraian bahan organik oleh lumpur aktif
diperlukan suplai oksigen yang memadai. Konsentrasi oksigen tidak boleh terlalu
tinggi ataupun rendah, berkisar antara 1-2 mg/l. Jika konsentrasi oksigen terlalu
tinggi serta debit air yang masuk besar maka flok-flok di tangki sedimentasi 2
akan sulit diendapkan, kondisi seperti ini menimbulkan adanya lumpur mumbul
(rising sludge) yang disebut carry over. Untuk mengatasi hal ini dilakukan
penanganan dengan cara mengurangi jumlah kerja pengaduk (surface aerator) pada
tangki aerasi agar lumpur yang terbawa ke tangki sedimentasi 2 lebih kecil,
memperbesar konsentrasi koagulan (polymer) agar flok-flok yang terbentuk lebih
Suryadiputra (1995), apabila jumlah lumpur aktif yang dibuang (WAS) terlalu
banyak maka nilai MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid) di dalam tangki aerasi
akan berkurang, selanjutnya turunnya nilai MLSS akan meningkatkan nilai F/M
rasio dan menurunkan nilai CRT. Jadi untuk mempertahankan nilai F/M rasio
dan CRT yang memadai maka pelaksanaan WAS harus tepat.
Influent
Tangki Aerasi Tangki Effluent
Pengendapan
RAS
WAS
Gambar 6. Skema pengolahan air limbah konvensional yang memperlihatkan
adanya WAS dan RAS (MetCalf dan Eddy, 2003)
Populasi protozoa
Dengan mengetahui populasi protozoa yang terdapat dalam lumpur aktif,
maka kita dapat mengetahui kondisi dalam proses lumpur aktif. Aktifitas
operasional dari lumpur aktif tergantung pada mikroorganisme yang terkandung
di dalamnya, seperti bakteri, alga dan protozoa. Protozoa adalah hewan
multisellular yang terdiri dari 3 kelompok utama yaitu amuba, ciliata dan
flagellate. Dari ketiga kelompok ini, yang terpenting dalam pengolahan air limbah
adalah kelompok ciliata. Ciliata tertentu mampu mengkonsumsi sejumlah besar
bakteri. Jumlah ciliata yang terdapat dalam pengolahan air limbah berkisar 10 3
sampai 104 per ml (Mara 1976 in Rachmawati 1994). Kehadiran sejumlah besar
flagellata menunjukkan kondisi kekurangan oksigen dan usia lumpur aktif yang
masih muda. Jika gumpalan berukuran kecil dan terdapat sejumlah besar rotifer,
menunjukkan bahwa gumpalan lumpur aktif berusia tua. Kehadiran dari bebagai
jenis dan jumlah mikroorganisme, seperti protozoa menunjukkan suatu proses
yang seimbang (CRS Group Engineers, 1978). Dengan demikian, keberadaan
protozoa dari jenis-jenis tertentu dapat dijadikan indikator akan sehat tidaknya
kondisi lumpur aktif dan indikator akan keberadaan bakteri di dalam lumpur
aktif.
17
2.7.1. Parameter
fisika Suhu
Suhu air merupakan pengatur utama proses alami dalam lingkungan
perairan. Suhu air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia dan biokimia yang
terjadi dalam air dan organime hidup di dalamnya. Suhu merupakan parameter
kualitas air yang kritis, karena langsung mempengaruhi jumlah oksigen terlarut
(DO) di
18
dalam air, dimana oksigen ini dibutuhkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam
air (Siregar, 2005).
Clark et al. (1977) menegaskan bahwa suhu air limbah yang tinggi akan
meningkatkan aktifitas biologi dari mikroorganisme, sedangkan pada suhu yang
rendah akan menyebabkan turunnya efisiensi pengambilan (removal) BOD dari
air limbah.
Suhu air limbah tekstil berkisar antara 30 o 70o C, suhu tinggi diperoleh
dari proses pencucian kain setelah dicetak dan proses pencelupan (dyeing) pada
bagian heat setting (Rachmawati, 1994).
Oksigen Terlarut
Oksigen yang terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen
terlarut di dalam air yang diukur dalam satuan milligram per liter (mg/l).
19
nilai COD secara umum akan lebih besar daripada nilai BOD5 (Metclaft dan Eddy,
2003).
Menurut Gaudy dan Gaudy (1980), delta COD ( COD) yang merupakan
selisih antara nilai COD air limbah sebelum masuk ke dalam sistem pengolah
20
limbah dan nilai COD pada saat air limbah sudah diolah merupakan suatu
pendekatan pengukuran yang baik tentang jumlah bahan organik yang terambil
(remove) .
Unsur Hara
Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk
pertumbuhan organisme adalah nitrogen dan fosfat. Dalam sistem pengolahan
biologi, N dan P merupakan unsur hara terbesar yang dibutuhkan sebagai elemen
dasar pembentukan protein, enzim dan nucleid acids. Perbandingan antara BOD
dengan unsur N dan P dalam pengolahan air limbah dengan metode biologi
adalah BOD : N : P = 100 : 5 : 1. Dalam sistem aerobik, N terdapat dalam bentuk
amonia, nitrat dan nitrit. Sedangkan P terlarut dalam berbagai bentuk dapat
dimanfaatkan dalam sistem aerobik (Azad, 1978).
21
3. METODE PENELITIAN
3.3.3. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap staf PT. UNITEX bagian personalia,
bagian utility, dan seksi air limbah. Wawancara juga dilakukan terhadap
penduduk yang tinggal di sekitar lokasi pengambilan air contoh di Sungai
Cibudig.
L=CxQ
keterangan :
C = Konsertasi BOD, COD atau TSS (mg/l)
Q = Debit air limbah (m3/hari)
L = Beban bahan pencemar (BOD, COD, TSS), (kg/hari)
( A B)
A x100%
Efisiensi =
keterangan:
A = Nilai konsentrasi BOD, COD dan TSS di air limbah sebelum diolah
atau pada influent (catatan : A 0)
B = Nilai konsentrasi BOD, COD dan TSS di air limbah setelah diolah atau
pada effluent
Apabila nilai efisiensi negatif (-) berarti terjadi peningkatan konsentrasi bahan
pencemar ke dalam unit pengolahan tersebut. Jika nilai positif berarti sebaliknya
yaitu terjadi penurunan konsentasi bahan pencemar.
keterangan:
Q1 = Debit air sungai sebelum saluran air limbah tekstil PT. UNITEX (m 3/hari)
Q2 = Debit air limbah tekstil PT. UNITEX (m3/hari)
Q3 = Debit air sungai setelah saluran air limbah tekstil PT. UNITEX (m 3/hari)
C1 = Konsentrasi BOD, COD dan TSS pada Sungai Cibudig, 20 m sebelum
menerima air limbah tekstil PT. UNITEX (mg/l)
25
C2 = Konsentrasi BOD, COD dan TSS air limbah tekstil PT. UNITEX pada saluran
akhir pembuangan (mg/l)
C3 = Konsentrasi BOD, COD dan TSS pada Sungai Cibudig, 20 m setelah
menerima air limbah tekstil PT. UNITEX (mg/l)
Kriteria :
Keterangan :
SV30 = Endapan lumpur aktif dalam gelas ukur 1 liter
setelah diendapakan selama 30 menit (ml/l)
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solid (mg/l)
Kriteria :
80 120 = Menunjukkan kondisi lumpur yang baik
(CRS Group Engineers,1978)
> 200 = Menunjukkan lumpur yang miskin dan
mempunyai kecenderungan terjadnya bulking
( Siregar, 2005)
tetoron merupakan kain yang bahan bakunya berasal dari campuran kapas dan
polyester dengan perbandingan 35 : 65. Bahan baku selain diperoleh dari dalam
negeri, juga diimpor dari berbagai negara seperti Cina, Amerika dan Australia.
Disamping bahan baku tersebut, digunakan pula beberapa bahan pembantu
diantaranya adalah zat untuk pemasakan seperti NaOH, zat pemutih H 2O2, zat
warna serta zat-zat kimia penyempurna agar tahan air, tahan api dan anti jamur.
Proses produksi tekstil PT. UNITEX meliputi proses pemintalan (Spinning),
penenunan (Weaving), dan pencelupan (Dyeing). Sedangkan produk yang
dihasilkan berupa benang yang dicelup (yarn died) dan kain yang dicelup (piece
yard) serta sistem produksi didasarkan atas pemesanan.
a. Pemintalan (Spinning)
Proses pemintalan terdiri dari beberapa tahap, yaitu : blowing
(penghembusan dan pembersihan serat), carding (penyisiran), combing (pemilihan
panjang serat), drawing (penyatuan serat), rooving (penghalusan serat), ring
spinning (pemintalan benang). Setelah benang dipintal, proses selanjutnya adalah
winding (penggulungan benang), lalu reeling (benang digulung dalam gulungan
besar yang selanjutnya dicelup) dan menghasilkan yarn dyed (benang yang telah
dicelup).
b. Penenunan (Weaving)
Setelah proses pemintalan selesai, proses produksi tekstil dilanjutkan
dengan proses penenunan yang meliputi proses warping spool winding
(penyimpanan penggulungan spool), weaving (penenunan) dan inspecting
(pemeriksaan hasil penenunan). Kain-kain yang lolos dalam proses pemeriksaan,
selanjutnya akan diolah dalam proses basah yaitu pencelupan.
c. Pencelupan (Dyeing)
Bagian pencelupan dibagi ke dalam beberpa seksi, yaitu persiapan,
pencelupan dan rezin-finish. Proses pencelupan dimuai dengan preparing
(persiapan) seperti penyambungan dan penentuan pencelupan warna. Proses
kemudian dilanjutkan dengan proses scouring dan bleaching (pembersihan dan
30
4.2. Kualitas Fisika Kimia Air Limbah PT. UNITEX Sebelum Pengolahan
Air limbah industri tekstil umumnya memiliki karakteristik seperti pH dan
suhu tinggi, warna pekat, serta kandungan bahan organik dan padatan
tersuspensi dalam jumlah tinggi. Nilai kualitas fisika kimia air limbah tekstil PT.
UNITEX sebelum diolah menunjukkan beberapa parameter melebihi baku muku
yang ditetapkan pemerintah (Tabel 5).
Tabel 5. Kualitas fisika kimia air limbah PT. UNITEX sebelum diolah
Gambar 10. Grafik nilai suhu air limbah PT. UNITEX selama penelitian
Suhu air limbah yang tinggi, akan mengakibatkan aktifitas biologi dari
mikroorganisme meningkat tetapi konsentrasi oksigen menurun sehingga
menyebabkan kondisi anaerob dan dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran
33
Gambar 11. Grafik nilai TSS air limbah PT. UNITEX selama penelitian
Gambar 12. Grafik nilai pH air limbah PT. UNITEX selama penelitian
Gambar 13. Grafik nilai DO air limbah PT. UNITEX selama penelitian
4.3.2.3. BOD
BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air limbah secara
biologi. Semakin tinggi nilai BOD maka semakin banyak tingkat pencemaran
bahan organik dalam perairan, sehingga semakin banyak jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organik dan
semakin
37
Gambar 14. Grafik nilai BOD air limbah PT. UNITEX selama penelitian
Nilai BOD pada inlet PT. UNITEX berkisar antara 22,36 285,96 mg/l
dengan rata-rata sebesar 174,34 mg/l. BOD limbah industri tekstil berasal bahan
baku yang sebagian besar merupakan bahan organik. Pada pengamatan di tangki
aerasi diperoleh nilai BOD berkisar antara 20,55 164,06 mg/l dengan rata-rata
sebesar 106,19 mg/l. Penurunan nilai BOD terjadi karena proses biologis yang
dilakukan oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif telah mampu memanfaatkan
bahan organik yang terdapat dalam air limbah. Sedangkan nilai BOD yang
diperoleh setelah dilakukan pengolahan (outlet) nilainya berkisar antara 8,78
124,12 mg/l dengan rarta-rata sebesar 41,81 mg/l, pada jam pengamatan pukul
24.00 tingginya nilai BOD diduga penghilangan bahan organik pada proses
pengolahan belum optimal. Berdasarkan baku mutu menurut SK. Gub. Jawa Barat
No. 6 Tahun 1999, nilai BOD ini tidak melampaui baku mutu yang ditetapkan
yaitu sebesar 60 mg/l.
38
4.3.2.4. COD
Hasil pengukuran COD pada inlet yang dihasilkan PT. UNITEX, berkisar
antara 432,85 1123,64 mg/l dengan rata-rata 747,54 mg/l. Pengukuran COD
dalam air limbah menunjukkan jumlah bahan organik, baik yang mudah
didegradasi secara biologi (biodegradable) maupun yang sulit didegradasi
(nonbiodegradable).
Gambar 15. Grafik nilai COD air limbah PT. UNITEX selama penelitian
Tabel 6. Hasil pengujian parameter biologi pada lumpur aktif PT. UNITEX
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai MLSS pada tangki aerasi
sebesar 2400 mg/l. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan laporan PT. UNITEX
dan menunjukkan bahwa jumlah biomassa mikroorganisme yang terdapat pada
tangki aerasi tersebut cukup banyak. Menurut Suryadiputra (1995), kisaran nilai
MLSS yang memadai bagi proses pengolahan air limbah dengan proses lumpur
aktif adalah sebesar 2.000 3.500 mg/l. Jika dilihat dari nilai MLSS, maka proses
lumpur aktif pada tangki aerasi dapat berjalan dengan baik. Nilai SVI yang
terdapat dari hasil pengukuran pada tangki aerasi PT. UNITEX adalah sebesar
29,17 ml/g sedangkan laporan PT. UNITEX sebesar 26,18 ml/g. Nilai SVI seperti
ini (kurang dari 80 ml/g) menunjukkan kondisi lumpur aktif yang kurang baik
dalam hal pengendapan dan jumlahnya. Besarnya nilai SVI sangat dipengaruhi
oleh kualitas dan nilai konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi. Secara teoritis,
nilai SVI yang rendah terjadi akibat adanya konsentrasi MLSS yang terlalu tinggi,
kurangnya jumlah lumpur buangan (wasting sludge), komunitas mikroorganisme
penyusun lumpur aktif yang belum terbentuk dengan sempurna, dan komposisi
bakteri yang terdapat dalam lumpur aktif berumur muda dan/atau berbentuk
filament sehingga sulit mengendap, kondisi demikian disebut dengan istilah
lumpur mumbul (bulky).
Dari hasil pengukuran F/M Ratio pada tangki aerasi diperoleh nilai
sebesar 0,310 per hari. Menurut Suryadiputra (1995) nilai ini menunjukkan bahwa
ketersediaan bahan organik sebagai bahan makanan (F=BOD) dengan jumlah
mikroorganisme (M=MLSS) pada lumpur aktif dalam tangki aerasi cukup
seimbang, karena berkisar antara 0,1 1,0 per hari.
karbon dan energi, selanjutunya karbon dan energi ini dalam air limbah diubah
menjadi massa mikroorganisme atau biomass dan pembentukan sel-sel baru.
Jenis
Mikroorganisme Kelimpahan
Protozoa:
Polytema ##
Paramecium #
Rotifer:
Keratella ##
Dicranophorus ####
Chromagaster ##
Euchlanis #
Testudinella #
Chloropycheae:
Spirogyra ###
Ankistrodesmus #
Scenedesmus #
Protococcus #
Zygnema #
Phormidium #
Oedogonium #
Ket : semakin banyak jumlah tanda # maka semakin
berlimpah mikroorganisme yang ditemukan
Dari grafik terlihat adanya fluktuasi nilai efisiensi dari setiap unit
pengolahan limbah. Efisiensi untuk nilai BOD pada tangki aerasi berkisar antara
8,09 56,63%, dengan rata-rata 32,28%. Nilai efisiensi tersebut menunjukkan
adanya penurunan nilai BOD setelah dilakukan proses pengolahan air limbah.
Penurunan nilai BOD dapat berjalan dengan baik karena adanya mikroorganisme
dalam lumpur aktif yang mampu mendegradasi kandungan polutan organik pada
air limbah serta adanya proses pengadukan pada tangki aerasi sehingga oksigen
43
Gambar 17. Grafik efisiensi seluruh pengolahan limbah untuk nilai BOD
Dari grafik tersebut terlihat besarnya kisaran efisiensi pada tangki aerasi
dalam menurunkan nilai COD berkisar antara 6,94 44,33%, dengan rata-rata
23,01%. Sedangkan efisiensi untuk outlet sebesar 33,76 87,07%, rata-rata 70,70%.
Nilai tersebut menunjukkan adanya peningkatan efisiensi pada pengolahan air
limbah PT. UNITEX Peningkatan efisiensi ini diduga karena adanya aerasi yang
membantu proses penguraian bahan organik.
Gambar 19. Grafik efisiensi seluruh pengolahan limbah untuk nilai COD
bahwa proses pengolahan air limbah PT. UNITEX dalam penurunan konsentrasi
COD sudah berjalan dengan baik (Gambar 19).
Setelah air limbah memasuki tangki aerasi maka akan melalui tangki
sedimentasi 2 dan 3, maka air limbah akan mengalami proses pengendapan
sehingga konsentrasi TSS akan menurun. Hal ini terlihat dari peningkatan
efisiensi yang terjadi pada outlet sebesar 33,33 87,80% dengan rata-rata sebesar
73,43%. Menurut Imhoff (1940) in Rachmawati (1994), menyatakan bahwa efisiensi
penghilangan padatan tersuspensi pada proses sedimentasi kurang lebih sebesar
60%.
46
Gambar 21. Grafik efisiensi seluruh pengolahan limbah untuk nilai TSS
Tabel 8. Perbandingan nilai efisiensi unit pengolahan air limbah PT. UNITEX
Efisiensi (%) Sumber
BOD COD TSS
-28,39 -15,91 46,05 Rachmawati (1994)
68,75 68,26 75,86 PT. UNITEX (Januari, 2007)
68,16 67,82 71,77 PT. UNITEX (Januari, 2008)
penggunaan bahan kimia dalam pengolahan air limbah dan peningkatan teknik
operasional IPAL sehingga memungkinkan adanya peningkatan efisiensi unit
pengolahan air limbah. Maka dapat diduga bahwa seluruh tahap pengolahan air
limbah PT. UNITEX memiliki nilai efisiensi yang cukup baik dalam menurunkan
kadar BOD, COD dan TSS.
4.7. Volume dan Cara Penanganan Lumpur Hasil Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah PT. UNITEX menghasilkan produk sampingan
berupa lumpur atau sludge. Lumpur yang dihasilkan dari sistem pengolahan air
limbah PT. UNITEX, dibedakan menjadi dua, yaitu lumpur kimia dan lumpur
biologi. Lumpur kimia berasal dari pemisahan hasil perlakuan proses kimia,
sedangkan lumpur biologi berasal dari perlakuan proses biologi. Umumnya
lumpur yang dihasilkan masih memiliki kandungan air cukup tinggi, oleh karena
itu perlu adanya perlakuan terhadap lumpur berupa dewatering (pengambilan air
dari padatan lumpur) yang merupakan bagian dari penanganan air limbah.
Tujuan utama pengolahan lumpur adalah mengurangi volume lumpur dengan
cara memisahkan air dari dalam lumpur (dewatering) sebelum dibuang agar
mempermudah dalam pengangkutan.
Pentingnya pengelolaan lumpur yang dihasilkan dari pengolahan limbah,
dikarenakan lumpur yang terdapat dalam limbah tekstil termasuk jenis limbah B3,
sehingga perlu dilakukan pengolahan lumpur untuk mencegah timbulnya
pencemaran serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan
makhluk hidup lainnya. Untuk dapat mengelola lumpur secara efektif dan tepat,
perlu diketahui karakteristik lumpur tersebut. Karakteristik lumpur dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain : sumber lumpur, jenis industri penghasil air
limbah, proses dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah, sifat fisik, komposisi
kimia serta teknik pengolahan yang ditentukan.
Lumpur yang dihasilkan PT. UNITEX berasal dari tangki sedimentasi I,
sedimentasi II dan sedimentasi III. Jenis lumpur yang dihasilkan dari tangki
sedimentasi I dan III merupakan lumpur kimia, dengan jumlah yang dihasilkan
kurang lebih sebanyak 20 m3/hari. . Sedangkan tangki sedimentasi II
menghasilkan lumpur biologi yang sebagian dikembalikan ke tangki aerasi dan
lebih dikenal
48
Lumpur yang jatuh dan sisa air perasan akan dialirkan kembali menuju bak
berkapasitas 2 m3 untuk diendapkan kembali. Bagian lumpur akan dialirkan
menuju tangki penampungan lumpur untuk diolah kembali dengan menggunkan
belt filter press sedangkan airnya akan dialirkan menuju tangki penampungan air
limbah (tangki air limbah) untuk dilakukam proses pengolahan kembali. Hasil
lumpur yang telah dipadatkan akan diangkut dengan kendaraan menuju tempat
penampungan sementara (TPS) dan disimpan dalam karung berkapasitas kurang
lebih 1 ton selama satu minggu atau lebih. Jumlah lumpur padat yang dihasilkan
PT. UNITEX kurang lebih sebanyak 20 ton/bulan. Selanjutnya lumpur akan
dibawa ke PPLI (Prasadha Pemusnah Limbah Industri) untuk dilakukan
penanganan limbah B3.
Penurunan diduga karena terjadi proses pencampuran yang cukup baik antara air
limbah olahan PT. UNITEX dengan air Sungai Cibudig dan adanya dekomposisi
bahan organik oleh bakteri serta pengendapan di dalam badan air Sungai
Cibudig. Sedangkan pada lokasi 200 m setelah saluran air limbah, terjadi kenaikan
nilai BOD sebesar 1,68 mg/l, hal ini diduga karena adanya kegiatan penduduk
yang ikut menambah konsentrasi bahan organik di Sungai Cibudig.
Nilai COD pada lokasi 20 m sebelum saluran air limbah sebesar 27,58
mg/l, setelah 20 m saluran air limbah terjadi perubahan nilai COD menjadi 56,75
mg/l. Hal ini diduga karena masuknya air limbah olahan PT. UNITEX memiliki
nilai COD relatif besar yaitu 142,71 mg/l. Nilai COD pada lokasi 200 m setelah
saluran air limbah sebesar 62,89 mg/l, adanya peningkatan ini diduga terjadi
karena adanya masukan air limbah kegiatan penduduk sekitar yang ikut
menambah nilai COD di Sungai Cibudig.
Konsentrasi TSS pada lokasi 20 m sebelum saluran dan 20 m setelah
saluran bernilai sama, yaitu sebesar 20 mg/l. Hal ini terjadi diduga karena
konsentrasi TSS air limbah terolah PT. UNITEX yang masuk ke perairan Sungai
Cibudig tidak begitu besar, yaitu sebesar 40 mg/l. Menurut Alabaster dan Lloyd
(1982) in Effendi (2003), nilai konsetrasi TSS 25 80 mg/l memberi sedikit
pengaruh terhadap kepentingan perikanan. Sedangkan pada lokasi 200 m setelah
saluran air limbah, konsentrasi TSS meningkat menjadi 40 mg/l. Peningkatan
konsentrasi TSS diduga akibat masuknya air limbah buangan penduduk sekitar ke
dalam Sungai Cibudig.
Dari uraian di atas terlihat bahwa input atau masukan air limbah olahan
PT. UNITEX terhadap air sungai Cibudig ternyata tidak banyak merubah mutu air
badan penerima limbah, namun dalam jangka panjang harus diantisipasi karena
akumulasi beban pencemar akan menggangu habitat bagi biota akuatik pada
perairan.
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah (SK. Gub. Jawa Barat No.
6 Tahun 1999).
PT. UNITEX pada bulan Juni 2009 menghasilkan 1.074.000 meter kain
setara dengan 168,3 ton kain dan benang sebanyak 133,1 ton, sehingga nilai total
produksi adalah 301,4 ton/bulan (10,05 ton/hari). Hasil produksi tersebut
menghasilkan air limbah yang harus diolah oleh IPAL PT. UNITEX Jika debit air
limbah PT. UNITEX sebesar 1517,3 m3/hari, maka jumlah air limbah yang
dihasilkan dari proses produksi adalah 151 m3/ton produksi.
Besarnya beban pencemaran air limbah olahan PT. UNITEX yang masuk
ke Sungai Cibudig dapat dilihat pada Tabel 10.
pemerintah (SK. Gub. Jawa Barat No. 6 Tahun 1999 dan Kep Men LH No. 51 Tahun
1995).
Dilihat dari sisi konsentrasi, air limbah olahan PT. UNITEX telah
memenuhi baku mutu limbah industri tekstil, namun beban pencemaran yang
tinggi akibat besarnya debit air akan memberatkan bagi badan air penerima, dan
akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem Sungai Cibudig.
Sehingga dalam jangka panjang penurunan kualitas air sungai akibat adanya
beban pencemaran yang tinggi dari PT. UNITEX perlu diantisipasi.
Sedangkan besarnya beban bahan pencemar air limbah olahan PT.
UNITEX dalam kg/ton produksi untuk nilai BOD sebesar 4,37 kg/ton produksi;
COD 21,55 kg/ton produksi dan TSS 6,04 kg/ton produksi. Nilai BOD telah
memenuhi baku mutu namun untuk parameter COD dan TSS, nilainya sedikit
melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dalam SK. Gub. Jawa Barat
No 6 Tahun 1999, sedangkan menurut Kep Men LH No. 51 Tahun 1995 nilai beban
pencemaran air limbah olahan PT. UNITEX dalam kg/ton produksi untuk semua
parameter telah memenuhi baku mutu. Tingginya nilai beban pencemaran dalam
kg/ton diduga karena debit air limbah/ton produksi tekstil PT. UNITEX telah
melebihi batas yaitu sebesar 151 m3/ton, sedangkan debit limbah cair maksimum
menurut SK. Gub. Jawa Barat No. 6 Tahun 1999 yaitu sebesar 100 m 3/ton
(Lampiran 3). Peningkatan jumlah produksi diduga mempengaruhi jumlah air
bersih yang dibutuhkan dan jumlah air limbah yang dihasilkan, dimana debit air
limbah sangat besar pengaruhnya terhadap beban (load).
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan optimalisasi
penggunaan air baku dalam proses produksi dan peningkatan kinerja IPAL PT.
UNITEX sehingga air buangan limbah yang dihasilkan menjadi minimum dan
mutunya tidak berdampak buruk terhadap kualitas badan air penerimanya
Dari data tersebut terlihat bahwa beban pencemar pada lokasi 20 m setelah
saluran akhir pembuangan air limbah olahan PT. UNITEX memiliki nilai yang
jauh lebih besar jika dibandingkan dengan 20 m sebelum saluran akhir
pembuangan air limbah olahan PT. UNITEX Dapat diduga bahwa sumber beban
pencemar Sungai Cibudig tidak hanya berasal dari air limbah olahan PT. UNITEX,
karena PT.UNITEX memberikan kontribusi nilai BOD sebesar 43,96 kg/hari; COD
216,54 kg/hari dan TSS 60,69 kg/hari. Sebagian besar beban pencemar di Sungai
Cibudig diperoleh dari sumber lain yang jumlahnya relatif tinggi, yaitu sebesar
1077,43 kg COD/hari dan 146,67 kg TSS/hari. Sumber beban pencemar lain yang
berkontribusi terhadap Sungai Cibudig adalah limbah rumah tangga serta adanya
kegiatan perikanan dari penduduk setempat. Sedangkan untuk nilai BOD terjadi
penurunan nilai beban pencemaran sebesar 29,61 kg BOD/hari, hal ini diduga
terjadi karena adanya pengadukan (agitasi) yang cukup tinggi dan dekomposisi
bahan organik oleh bakteri yang terdapat dalam badan air.
55
Tabel 12. Analisa data tangki ekualisasi saat produksi air limbah maksimum
(Februari 2008)
debit
vol vol vol
Debit kumulatif -
debit debit ekualisasi ekualisasi ekualisasi
kumulatif debit
Jam pengukuran limbah kumulatif setelah setelah setelah
rata-rata kumulatif
(m3/jam) (m3) ditambah ditambah ditambah
(m3) rata-rata
50% safety 100% safety 500% safety
(m3)
1.00 110.17 110.17 114.48 -4.30 38.72 81.74 425.91
2.00 110.17 220.34 228.95 -8.61 34.41 77.43 421.60
3.00 110.00 330.34 343.43 -13.08 29.94 72.96 417.13
4.00 109.31 439.66 457.90 -18.25 24.77 67.79 411.96
5.00 109.31 548.97 572.38 -23.41 19.61 62.63 406.80
6.00 111.38 660.34 686.85 -26.51 16.51 59.53 403.70
7.00 110.69 771.03 801.33 -30.29 12.73 55.75 399.92
8.00 109.31 880.34 915.80 -35.46 7.56 50.58 394.75
9.00 107.59 987.93 1030.28 -42.35 0.67 43.69 387.86
10.00 200.52 1188.45 1144.76 43.69 86.71 129.73 473.90
11.00 108.10 1296.55 1259.23 37.32 80.34 123.36 467.53
12.00 110.00 1406.55 1373.71 32.84 75.86 118.88 463.05
13.00 111.55 1518.10 1488.18 29.92 72.94 115.96 460.13
14.00 113.45 1631.55 1602.66 28.89 71.91 114.93 459.10
15.00 113.79 1745.34 1717.13 28.21 71.23 114.25 458.42
16.00 114.31 1859.66 1831.61 28.05 71.07 114.09 458.26
17.00 113.97 1973.62 1946.09 27.54 70.56 113.58 457.75
18.00 113.10 2086.72 2060.56 26.16 69.18 112.20 456.37
19.00 112.41 2199.14 2175.04 24.10 67.12 110.14 454.31
20.00 111.72 2310.86 2289.51 21.35 64.37 107.39 451.56
21.00 111.21 2422.07 2403.99 18.08 61.10 104.12 448.29
22.00 107.93 2530.00 2518.46 11.54 54.56 97.58 441.75
23.00 108.28 2638.28 2632.94 5.34 48.36 91.38 435.55
24.00 109.14 2747.41 2747.41 0.00 43.02 86.04 430.21
jumlah total 2,747.41
Rataan 114.48
Max 200.52 43.69 86.71 129.73 473.90
Min 107.59 -42.35 0.67 43.69 387.86
peak faktor 1.75
volume tank, VT
(m3) 86.04
Nilai safety faktor 50% dari VT 43.02
Nilai safety faktor 100% dari VT 86.04
Nilai safety faktor 500% dari VT 430.21
VT Ekualisasi Max + SF 50% 86.71
VT Ekualisasi Min + SF 50% 0.67
VT Ekualisasi Max + SF 100% 129.73
VT Ekualisasi Min + SF 100% 43.69
VT Ekualisasi Max + SF 500% 473.90
VT Ekualisasi Min + SF 500% 387.86
kedalaman 4 m
Luas bak pada VTE max + SF50% 21.68
Luas bak pada VTE max + SF100% 32.43
Luas bak pada VTE max + SF500% 118.48
ketinggian air saat volume tanki ekualisasi minimum dengan SF 50% 0.03
ketinggian air saat volume tanki ekualisasi maximum dengan SF 50% 4.00
ketinggian air saat volume tanki ekualisasi minimum dengan SF 100% 1.35
ketinggian air saat volume tanki ekualisasi maximum dengan SF 100% 4.00
ketinggian air saat volume tanki ekualisasi minimum dengan SF 500% 3.27
ketinggian air saat volume tanki ekualisasi maximum dengan SF 500% 4.00
57
Tabel 14. Analisa data tangki ekualisasi saat produksi air limbah minimum
(Desember 2008)
Produksi air limbah minimum PT. UNITEX terjadi pada bulan Juli
Desember, terlihat dari volume dan debit air limbah yang cendrung lebih rendah
dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, produksi paling minimum terjadi
pada bulan Desember. Berikut hasil pengolahan data sekunder PT. UNITEX,
dapat dilihat pada Tabel 14.
Berdasarkan data diatas terlihat pola aliran limbah pada bulan Desember
sangat fluktuatif. Puncak debit air limbah terjadi pada pukul 01.00 sebesar 104, 35
m3/jam, diduga hal ini terjadi karena adanya pencucian mesin mesin produksi
yang menyebabkan debit air limbah tinggi. Sedangkan pada pukul 06.00 10.00,
tidak terdapat air limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
diduga PT. UNITEX tidak melakukan proses produksi, sehingga pengolahan air
limbah dihentikan. Dari pengolahan data secara teoritis diperoleh volume tangki
ekualisasi sebesar 95,19 m3. Namun dengan volume tersebut, pada jam 14.00 dan
15.00 tangki ekualisasi akan kosong (tidak berair), sehingga dibuat beberapa contoh
faktor pengaman (safety faktor) yaitu 50%, 100% dan 500% (Tabel 15).
Tabel 16. Analisa data waktu tinggal (Retention time) tangki ekualisasi
selama Tahun 2008
5.1. Kesimpulan
Efisiensi IPAL PT. UNITEX secara keseluruhan cukup tinggi (69,11% untuk
BOD; 78,97% untuk COD dan 83,73% untuk TSS), sehingga secara umum
konsentrasi bahan pencemar (28,97 mg/l untuk BOD; 142,71 untuk COD; 40 untuk
TSS; suhu 33,60C; pH 7 dan DO 3,6 mg/l) dari air limbah olahan yang dibuang ke
Sungai Cibudig telah memenuhi baku mutu limbah cair industri tekstil yang
ditetapkan pemerintah (SK. Gub. Jawa Barat No. 6 Tahun 1999).
Jumlah lumpur kimia dan biologi (sludge) yang dihasilkan dari pengolahan
air limbah PT. UNITEX sebesar 20 ton per bulannya. Lumpur (sludge) biologi
(jumlahnya tidak dilketahui persis) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman
sedangkan lumpur (sludge) kimia (jumlahnya juga tidak dilketahui persis) dibawa
ke PPLI (Prasadha Pemusnah Limbah Industri) untuk pengolahan selanjutnya.
Beban pencemaran PT. UNITEX yang dibuang ke Sungai Cibudig yaitu
sebesar 4,37 kg BOD/ton; 21,55 kg COD/ton dan 6,04 kg TSS/ton. Nilai BOD telah
memenuhi baku mutu namun untuk nilai COD dan TSS,nilainya sedikit melebihi
baku mutu yang ditetapkan pemerintah daerah (SK.Gub Jawa Barat No. 6 Tahun
1999) namun menurut Kep MEN LH No. 51 Tahun 1995, nilainya sudah
memenuhi baku mutu.
Kontribusi air limbah olahan PT. UNITEX ke Sungai Cibudig cukup tinggi
dengan debit rata-rata sebesar 1517,3 m3/hari, berisikan 43,96 kg BOD/hari;
216,54 kg COD/hari dan 60,69 kg TSS/hari, sehingga dalam jangka panjang beban
tersebut diduga dapat menurunkan kualitas air Sungai Cibudig.
5.2. Saran
Perlunya pengendalian penggunaan air dalam setiap proses produksi
(internal control) agar air limbah yang dihasilkan minimum.
Untuk meningkatkan kinerja IPAL PT. UNITEX, perlu dilakukan
pemantauan terhadap: (a) unsur N dan P yang disesuaikan dengan removal BOD
yang diinginkan, (b) kelimpahan dan jenis-jenis mikroorganisme (khususnya
64
DAFTAR PUSTAKA
Alerts and Santika. 1984. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. 308
hlm.
Clark, J. W., W. Viessman and M. J. Hammer. 1977. Water Supply and Pollution
Control. Harper and Row Publishers. New York.
CRS Group Engineers Inc. 1978. Operators Pocket Guide to Activated Sludge.
Houston Texas.
Hermanawati, Irma. 2001. Kajian terhadap Pengolahan Air Limbah Secara Biologi
PT. Kertas Bekasi Teguh, Bekasi, Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. 85 hlm.
Irawan, Iwan. 2006. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. UNITEX
[Skripsi]. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor: Bogor. 40 hlm.
MetCalf and Eddy. 2004. Wastewater Engineering Treatment and Use. 4 th edition.
McGraw-Hill Companies, Inc : NewYork. 1542 hlm.
Rachmawati, T. S. 1994. Efisiensi Sistem Pengolahan Air Limbah PT. UNITEX dan
Kontribusi Air Limbah Terolah Terhadap Perairan. [Skripsi].
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. 143 hlm.
Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.
LAMPIRAN
67
68
President Director
Yoshinori Endo
Marketing Utilyty
Spinning Weaving Yarn Dyeing Technical Guarantee GA & Accounting
Dept. Sugi
K.Okubo, Y. Taniuchi, S. & Finishing Production of Quality Personal Heru Yulianto
S. Matsuei, HP,
Syahrul Sapta N. Ozawa, Ahmad N. Ozawa, Sugi HP
S.Kawagoe Maman
Tri Ajmojo Saputra Tri Ajmojo
69
a. Spinning (Pemintalan)
Blowing Carding Combing
(Hembusan (sisir) (Pemilihan
pembersihan) panjang serat)
b. Weaving (Penenunan)
Benang
Kain
c. Dyeing (Pencelupan)
Lampiran 3.Baku mutu limbah cair industri tekstil menurut SK. Gub. Jawa
Barat No 6. Tahun 1999
71
Lampiran 4. Baku mutu limbah cair (SK.Gub. Jawa Barat No. 6 Tahu1999)
72
LOKASI PARAMETER
pH SUHU (0C) DO (mg/l)
rata- rata-
1 2 3 4 5 6 rata 1 2 3 4 5 6 rata 1 2 3 4 5 6 rata-rata
Inlet 10 10.80 10.30 10 11 9.25 10.23 37.90 40.40 40.10 39.20 40.90 37.60 39.35 3.43 4.37 2.86 2.54 0.86 1.65 2.62
Aerasi 7 8 7 7.50 8 7 7.38 33.30 34.00 33.00 33.90 33.80 33.00 33.50 0.83 0.76 0.49 0.58 0.58 0.71 0.66
Outlet 7 7 7 7 7 7 7 33.40 33.60 33.40 31.80 32.40 32.60 32.87 3.20 3.60 3.60 4.80 3.60 3.60 3.73
Lokasi
Parameter Satuan 20 m sebelum 20 m sesudah 200 m sesudah
Suhu 0 C 26.8 28.8 28.2
pH - 6.98 6.85 6.86
DO mg/l 4.9 5.7 4.9
BOD mg/l 20.84 15.00 16.68
COD mg/l 27.58 56.75 62.89
TSS mg/l 20 20 40
74
Lampiran 8. Nilai Efisiensi dari setiap unit pengolahan limbah PT. UNITEX
Parameter
Beban Pencemaran (kg/hari) BOD COD TSS
Q1C1 (a) 504.05 667.25 483.84
Q2C2 (b) 43.96 216.54 21.55
Q3C3 (c ) 518.40 1961.23 691.20
Keterangan :
(a) : beban bahan pencemar (kg/hari) di Sungai Cibudig sebelum menerima buangan air limbah olahan PT. UNITEX
(b) : beban bahan pencemar (kg/hari) air limbah olahan PT. UNITEX
(c) : beban bahan pencemar (kg/hari) di Sungai Cibudig setelah menerima buangan air limbah olahan PT. UNITEX
B. Prosedur penentuan pH
1. Siapkan pH-meter digital, lalu kalibrasi alat tersebut
2. Tekan power, mode, 2nd, nilainya sesuaikan dengan larutan buffer yang
dipakai untuk kalibrasi
3. Setelah sesuai nilainya, bilas elektroda dengan aquades, bersihkan
kemudian masukkan ke dalam air contoh
4. Tunggu sampai tanda ready muncul. Catat nilai pH-nya
5. Bilas pH-meter setalah digunakan dan sebelum digunakan untuk
mengukur air contoh yang lain
Rumus :
COD (mg/l) =
Keterangan :
A = ml FAS yang terpakai untuk blanko
B = ml FAS yang terpakai untuk air contoh
M = Molaritas FAS (0,025 N)
8000 = miliekuivalen bobot oksigen x 1000 (ml/l)
Untuk mendapatkan nilai COD yang mendekati hasil cara penentuan
standar, nilai COD dari hasil perhitungan disubsitusikan kedalam
persamaan regresi : Y = 3,02 + 1,505 X
Y = nilai COD dengan metode standar
X = nilai COD yang diperoleh dengan titrimetri
X (mg/l) =
79
Keterangan :
X (mg/l) = Total nitrogen
V (l) = volume air contoh
A = Jumlah ml titrasi air contoh
B = Jumlah ml titrasi blanko
Cooling tower
Bar Screen
Tangki Koagulasi
Kolam Ekualisasi
81
Tangki Sedimentasi
Tangki Intermediet
Kolam Aerasi
Kolam Ikan