Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan


Kehutanan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan dalam Mata Kuliah Hukum Kehutanan yang
Dibina oleh Bapak Anwar Sulaiman Nasution, SH., MH.

Oleh :
Nama : Roy Husein Rambe
NIM : 1703120226

PROGRAM STUDI FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN
PADANGSIDIMPUAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmat-Nya makalah yang
berjudul ”Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Kehutanan” ini dapat selesai dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Kehutanan, dimana sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan, dan media
internet guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca khususnya
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan dan bermanfaat untuk pembangunan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padangsidimpuan, 16 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5

2.1 Mahkamah Konstitusi ................................................................................................... 5

2.2 Peran serta Masyarakat .................................................................................................. 5

2.3 Bentuk – Bentuk Peran serta Masyarakat ....................................................................... 6

2.4 Tanggapan Terhadap Rancangan Peraturan Pemerintahan terhadap Peran serta


Masyarakat dalam Pembangunan Hutan ................................................................................ 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 10

3.2 Saran ............................................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan YME yang dianugerahkan kepada Bangsa
Indonesia merupakan kekayaan alam yang tidak ternilai harganya, oleh karena itu wajib
disyukuri. Karunia yang diberikanNya merupakan sebagai amanah, oleh karena itu hutan
harus diurus dan dimanfaatkan dengan arif bijaksana sebagai perwujudan rasa syukur kepada
Allah SWT.

Hutan sebagai modal dasar pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi
kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun
ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu, hutan harus diurus dan dikelola,
dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik
generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Dalam rangka memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi
kesejahteraan masyarakat, maka pada prinsipnya semua hutan dan kawasan hutan dapat
dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan sifat karakteristik dan kerentanannya, serta tidak
dibenarkan mengubah fungsi pokoknya. Pemanfaatan hutan dan kawasan hutan harus
disesuaikan dengan fungsi pokoknya yaitu fungsi lindung, produksi, dan konservasi. Untuk
menjaga keberlangsungan fungsi pokok hutan dan kondisi hutan, dilakukan juga upaya
rehabilitasi hutan dan lahan, yang bertujuan selain mengembalikan kualitas hutan juga
meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga peran serta masyarakat
merupakan inti keberhasilannya.

Dalam kedudukannya sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan, hutan telah
memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia. Oleh karena itu, harus dijaga
kelestariannya. Di samping itu, hutan mempunyai peranan ekologi sebagai penyerasi dan
penyeimbang lingkungan global, sehingga keterkaitannya dengan dunia internasional menjadi
sangat penting meskipun tetap mengutamakan kepentingan nasional.

Predikat hutan hujan tropis sebagai paru-paru dunia, sangat terkait dengan peranan
ekologis hutan. Peranan ini sangat strategis sebagai pendukung kehidupan. Hutan sangat

1
bernilai bukan saja karena kayunya, tetapi justru karena sumber daya alam dan sumber
hayatinya. Hutan dengan sumber daya alamnya mampu mencegah terjadinya kekeringan dan
kepanasan serta cuaca buruk yang sangat merugikan manusia. Sebagai pencegah kekeringan,
hutan mampu menyimpan berjuta-juta kubik air yang siap dialirkan ke sungai-sungai
berupa mata air dan uap air ke udara sebagai proses awal timbulnya hujan. Itulah sebabnya
kerusakan hutan akan mengakibatkan rusaknya tata air dan terjadinya erosi tanah. Erosi tanah
akan menurunkan kesuburan tanah, yang berarti menurunkan produksi dan menambah biaya
produksi, menyebabkan pendangkalan sungai, waduk, dan saluran irigasi, menurunkan
produksi ikan, memperbesar bahaya banjir, meningginya suhu udara.

Untuk itulah, dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam hutan secara lestari dan
bijaksana, terutama di kawasan hutan lindung dan konservasi seperti di Kabupaten Maros,
maka sebenarnya tidak lepas dari perbedaan persepsi masyarakat wilayah sekitar hutan yang
menganggap hutan adalah sumber kehidupan, sehingga hutan dikuras dan dieksploitasi terus
dengan tidak memperhatikan kelestariannya.

Di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional
yang mewajibkan agar bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, maka
penyelenggaraan kehutanan senantiasa mengandung jiwa dan semangat kerakyatan,
berkeadilan, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penyelenggaraan kehutanan harus dilakukan
dengan asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan
keterpaduan dengan dilandasi akhlak mulia dan bertanggung gugat.

Dalam Undang-undang Nomor Nomor 19 tahun 2004 tentang Kehutanan (selanjutnya


disingkat UUK) hasil revisi dari Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 juga mengatur:

Hutan dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan,
juga memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia. Oleh karena itu, harus dijaga
kelestariannya. Hutan mempunyai peranan sebagai penyerasi dan penyeimbang lingkungan
global, sehingga keterkaitannya dengan dunia Internasional menjadi sangat penting dengan
tetap mengutamakan kepentingan nasional.

2
Ketentuan yang mengatur perlindungan hutan yang ada dalam UUK tersebut lebih
lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan
yang menegaskan bahwa:

Larangan menebang pohon dalam hutan, memungut dan mengambil hasil hutan,
membakar hutan tanpa izin yang berwenang, larangan penggembalaan dalam hutan,
mengambil rumput, dan sarasah dalam hutan kecuali ada izin dari pejabat yang berwenang.

Dengan demikian pengelolaan hutan harus ditingkatkan secara terpadu dan berwawasan
lingkungan agar fungsi tanah, air, udara, dan iklim mampu memberikan manfaat bagi
manusia. Pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
32/Kpts-II/2001 tentang Kriteria dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan menyebutkan
bahwa:

Pengelolaan hutan kemasyarakatan diberikan kepada masyarakat lokal untuk


memanfaatkn sumber daya hutan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan pengetahuan
yang dimiliki dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian, masyarakat merasa ikut
bertanggung jawab dalam pelestarian hutan dengan fungsi, status, dan kepemilikan hutan
seperti semula. Sasaran lokasi dapat pada hutan lindung dan kawasan pelestarian alam pada
zonasi tertentu.

Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya yang menetapkan bahwa kawasan pelestarian alam yang terdiri dari
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam hanya diperuntukkan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dengan tidak
mengurangi fungsi pokok masing-masing kawasan.

Kawasan hutan lindung dan konservasi yang ada di Taman Wisata Alam (TWA)
Bantimurung Kabupaten Maros seharusnya bebas dari pemanfaatan orang-orang luar, namun
kenyataan sekarang ini terjadi di mana-mana. Berdasarkan penilaian Komisi B DPRD
Sulawesi Selatan bahwa terjadinya kerusakan hutan diduga karena kesengajaan, di mana
ditemukan kejanggalan dalam pengelolaan TWA Bantimurung, terutama pemanfaatan
kawasan untuk kepentingan beberapa proyek (seperti keberadaan pabrik semen Bosowa)
yang membabat hutan secara besar-besaran, sehingga kondisi permandian alam Bantimurung

3
tidak sejuk lagi seperti sediakala dan bahkan fauna seperti kupu-kupu terganggu (Harian
Fajar Edisi, 8 Januari 2007)

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a. Bagaimana pembangunan kehutanan?
b. Bagaimana peran-serta masyarakat?
c. Apa saja bentuk-bentuk peran serta masyarakat?
d. Bagaimana tanggapan terhadap rancangan peraturan pemerintahan mengenai
Peran serta masyarakat dalam pembangunan hutan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pembangunan kehutanan?
b. Untuk mengetahui peran-serta masyarakat?
c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk peran serta masyarakat?
d. Untuk mengetahui tanggapan terhadap rancangan peraturan pemerintahan
mengenai Peran serta masyarakat dalam pembangunan hutan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mahkamah Konstitusi


Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu konsep politik sosial dan ekonomi untuk
mengarahkan proses perubahan ke arah yang diinginkan melalui kebijakan-kebijakan atau
perundang-undangan. Pada masa lampau, kebijakan pembangunan kehutanan yang
dikembangkan berdasarkan pandangan ekonomi politik terhadap sumber daya hutan yang
dianggap suatu modal pembangunan nasional. Pandangan tersebut melahirkan kebijakan
yang memandang hutan semata-mata sebagai aset ekonomi yang dimanfaaatkan untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi
nasional. Sebagai akibat dari kebijakan tersebut, maka yang terlibat dalam pembangunan
kehutanan sangat terbatas, hanya segelintir orang. yaitu pelaku ekonomi yang memiliki
modal yang besar. Sedangkan sebagian masyarakat, khususnya yang hidup di dalam dan di
sekitar hutan hanya menjadi penonton saja.
Dengan adanya reformasi di segala bidang, maka paradigma pembangunan juga
berubah, tidak terkecuali pembangunan di bidang kehutanan. Pembangunan kehutanan kini
dan masa akan datang diarahkan untuk tujuan konservasi dan kelestarian hutan, rehabilirasi
sumber daya yang sudah terdegradasi dan pemerataan pembangunan. Dalam paradigma baru
tersebut peranserta masyarakat dalam pembangunan menjadi menonjol.

2.2 Peran serta Masyarakat


Dalam proses demokratisasi, pemberdayaan masyarakar memegang peranan yang
sangat penting. Proses pemberdayaan ini dapar berjalan dan membuahkan hasil yang
diharapkan, apabila dalam setiap kegiaran pengelolaan kehidupan bernegara terdapat
pelibatan peranserta masyarakat. Pelibatan peran serta masyarakat ini harus memberikan
keuntungan bagi masyarakat yang berupa peningkatan kesejahteraan mereka. Adanya
peningkatan ini akan berdampak positif bagi kehidupan bernegara. karena dengan demikian
diharapkan terjadi pemerataan kemakmuran di masyarakat. Dalam pembangunan kehutanan,
dampak yang diharapkan dari peran serta masyarakar tidak saja kesejahteraan masyarakat
sendiri, juga kelestarian hutan dan sebagainya.
Konsep masyarakat dalam pembangunan kehutanan, hendaklah jelas. Masyarakat dapat
terdiri dari berbagai pihak, antara lain kelompok masyarakar disekitar hutan. Masyarakat

5
lokal dan tradisional yang mempunyai interaksi dan kepentingan dengan hutan, disamping
kelompok-kelompok lainnya seperri lembaga masyarakar pemerhati hutan.
Proses pelibatan masyarakat ini dimaksudkan agar masyarakat mempunyai perasaan
"memiliki" atau sense of belonging, dan mempunyai tanggung jawab rerhadap pembangunan
kehutanan itu sendiri. Proses ini diperlukan karena selama ini sebagian besar masyarakat
hanyalah menjadi penonton. Proses agar merasa "memiliki" dan bertanggung jawab perlu
dibangun dan di motivasi oleh pemerintah. Proses ini mungkin tidak dapat diwujudkan
seketika. Perlu waktu untuk penyadaran tentang pentingnya peranserta masyarakat, yang
dilakukan dengan berbagai cara, baik tertulis maupun Iisan melalui pertemuan-pertemuan,
rembuk desa dengan berbagai kelompok masyarakat. Selama lebih 30 talmn berbagai
lembaga-lembaga masyarakat (adat/tradisional) yang diharapkan dapat mengembangkan
proses peranserta secara aktif dalam pembangunan umumnya dan kehutanan khususnya telah
banyak hilang atau pudar. Oleh karena untuk dapat mengaktifkan kembali dan meningkatkan
peranserta tersebut diperlukan suatu strategi dan pendekatan.

2.3 Bentuk – Bentuk Peran serta Masyarakat


Dalam pembangunan umumnya, peran serta masyarakat dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, baik dilakukan secara pasif maupun secara aktif. Secara pasif berarti,
masyarakar dalam sikap, perilaku, tindakannya tidak melakukan tindakan-tindakan
mengganggu pembangunan sedangkan secara aktif dengan turut serta memperlancar aktifitas
pembangunan pada umumnya dan pembangunan hutan pada khususnya.
Dalam pembangunan kehutanan, masyarakat dapat dilibatkan mulai tahap perencanaan
pembangunan. pelaksanaan. pengelolaan dan evaluasi pembangunan, termasuk di dalamnya
pengawasan . Dalam proses perencanaan. peran sena masyarakat dapat dilakukan dengan
memberikan masukan dalam rangka penyusunan kebijakan program dan kegiatan
pembangunan kehutanan. Disamping ini memberikan informasi dan saran-saran tentang
sumber daya, potensi hutan di Iingkungannnya. Dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan.
misalnya dilibatkan dalam kontrol dan pengawasan. Dalam tahap evaluasi diberi kesempatan
untuk memberikan masukan apakah pelaksanaan hutan sudah sesuai dengan rencana semula
dan sesuai dengan harapan masyarakat.
Dalam pengawasan yang dilakukan oleh masyarakal. maka seluruh keterlibatan
masyarakat dalam proses sebelumnya dalam rangka pembangunan kehutanan memiliki
makna. Oleh karena itu bukanlah hal yang berlebihan apabila masyarakat dimungkinkan
melakukan pengawasan. Namun demikian dalam melakukan pengawasan perlu diatur

6
sedemikian rupa sehingga penyelesaian masalah yang ditemukan dalam rangka pengawasan
tersebut dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Berdasarkan pemikiran yang demikian ini
wujud pengawasan oleh masyarakat harus dipilah-pilah menurut lingkupnya, serta melalui
mekanisme yang jelas.
Dalam rangka pengawasan, masyarakat dapat berperan serta apabila ada kelalaian dan
pelanggaran dalam pengurusan hutan, yang mengakibatkan kerusakan hutan dan Iingkungan.
Kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian finansial atau sosial atau lingkungan hidup
di pihak masyarakat baik jangka pendek ataupun jangka panjang baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Dalam pengawasan dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok
masyarakat atau lembaga masyarakat. Warga desa dapat secara langsung melaporkan
kerusakan di wilayahnya. Pengawasan tersebut juga terkait dengan pelestarian lingkungan
hidup dalam penelitian lapangan dijumpai konsep-konsep adat untuk keseimbangan dengan
alam sekitarnya.
Berkaitan dengan hutan dan lingkungan umumnya, sebenarnya selama ini. berbagai
suku bangsa di Indonesia mengenal apa yang disebut "kearifan tradisional" dalam mengelola
Iingkungan, termasuk hutan. Dalam pendekatan anthroplogis, disebut juga local knowledge.
Bentuk-bentuk yang demikian masih banyak kita lihat pada berbagai suku di Indonesia,
misalnya suku Dayak di pedalamam Kalimantan, Bali dan sebagainya. Nilai-nilai tradisional
yang bersifat positif dan yang hidup di masyarakat tradisional tersebut sebenarnya dapat
dikembangkan dalam rangka peranserta masyarakat dalam pembangunan kehutanan.
Peranserta ini dapat berupa keikutsertaan dalam pembangunan sebagai suatu kegiatan
yang didasarkan pada kemampuan dirinya sendiri. Peran serta ini tidak dapat dipandang
begitu saja sebagai suatu pengorbanan yang harus diberikan oleh masyarakat. Sebagai
gantinya, peranserta tersebut akan memberikan suatu keuntungan yang positif pada
masyarakat yaitu akan mensejahterakan masyarakat.
Wujud konkrit peranserta masyarakat di atas secara berurutan adalah sebagai berikut :
a. Berupa usulan, bentuk peranserta yang berupa pemikiran-pemikiran
b. Tenaga, merupakan bentuk peranserta fisik
c. Material, merupakan peranserta konstribusi masyarakat yang berupa benda
bergerak seperti bahan-bahan, dana/uang maupun benda tidak bergerak seperti
menyumbangkan tanah miliknya.
d. Teknologi yang dimiliki masyarakat tersebut.

7
Beberapa hal yang harus ditempuh oleh pemerintah agar terwujudnya peranserta dalam
pembangunan adalah :
a. Memberikan informasi kepada masyarakat
b. Memberikan motivasi kepada masyarakat

Sedangkan pengarahan tentang pokok-pokok program tidak lagi dikehendaki oleh


masyarakat, kemungkinan karena dianggap masih seperti pola lama yang top-down,
masyarakat lebih menginginkan yang berasal dari bawah atau bottom-up.
Di bidang pembangunan kehutanan cara yang ditempuh agar peranserta dapat terwujud
adalah melibatkan kelompok masyarakat dan badan hukum serta dimungkinkan perorangan.
Untuk itu perlu pemberdayakan masyarakat. Pemberdayaan dalam hal ini berarti suatu proses
untuk peningkatan kemampuan dan pengembangan diri masyarakat agar mampu
berperanserta dalam pembangunan.
Secara sosiologis pemberdayaan masyarakat hanya akan berhasil apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Masyarakat mengerti, dalam arti mampu menangkap maksud program yang
diperkenalkan .
2. Program tersebut tidak bertentangan dengan sistem nilai dan norma yang hidup
dalam masyarakat.
3. Program tersebut bermanfaaat untuk masyarakat.
4. Pelaksanaan program tersebut menerapkan teknologi yang tidak melampaui
kemampuan masyarakat.

Peran serta masyarakat pada dasarnya dimulai dengan melibatkan masyarakat dari
tahap perencanaan sampai dengan tahap pemanfaatan, dengan dasar pemikiran bahwa
masyarakat itu sendiri yang memahami watak dan lingkungan ulayatnya melalui forum
rembuk desa dengan instansi le terkait. Untuk itu perlu digali kemampuan masyarakat agar
pemberdayaan masyarakat menjadi lebih efektif.
Dalam lingkup ini merupakan kewajiban Pemerintah untuk memberdayakan
masyarakat selempat. Pemberdayaan masyarakat disini bukan sekedar memacu kemajuan,
tetapi lebih menekankan pada pengembangan. Dalam pengertian yang terakhir ini, maka
setiap kegiatan dalam pembangunan Kehutanan melibatkan masyarakat dan keseluruhan
kegialan tersebut menjadi kegiatan masyarakat yang menguntungkan mereka. Dengan
demikian, maka pemberdayaan masyarakat mengarah menguatnya kemampuan kelompok-

8
kelompok masyarakat sebagai pelaku pembangunan secara terorganisir dan profesional,
menjadi pendamping masyarakat lainnya dalam rangka meningkatkan kinerja secara bersama.
Selain itu perlu dipikirkan reward kepada masyarakat. Reward ini dapat bersifat positif
maupun negatif berupa imbalan jasa atau ketaat yang dilakukan dan sanksi terhadap
pelanggaran.
Dalam peranserta dilakukan didalam berbagai bentuk dan tahap terdapat kemungkinan
adanya sengketa atau perselisihan. Untuk itu diperlukan sualu mekanisme penyelesaian
sengketa antara berbagai pihak. Mekanisme penyelesaian sengkela seyogyanya dialur.

2.4 Tanggapan Terhadap Rancangan Peraturan Pemerintahan terhadap Peran


serta Masyarakat dalam Pembangunan Hutan
Beberapa konsep yang disampaikan dalam rancangan Peraturan Pemerintah dengan
perubahan paradigma baru dalam pembangunan dimana masyarakat hanya secara pasif,
seyogyanya masyarakat lokal dapat berperan secara aktif dalam pembangunan kehutan.
Disamping itu perlu ditambahkan dan diperhatikan agar pembangunan kehutanan berjalan
dengan efektif, perlu dilakukan hal-hal berikut yaitu :
a. mengembangkan peranserta masyarakat dengan mengangkat nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat, yaitu kearifan tradisional yang menyangkut hutan.
b. mengaktifkan fungsi pengawasan dalam peranserta masyarakat. reward system
dalam pembangunan kehutanan, baik berupa imbalan maupun sanksi bagi
pelanggarnya.
c. Memikirkan mekanisme penyelesaian sengketa dalam masalah kehutanan. baik
sengketa antara kelompok masyarakat, antara masyarakar dengan pengeioia hutan,
masyarakat dengan pemerintah.

Butir b dan c diperiukan daiam penegakan hukum. agar kepastian dan keadilan dapat
tercapai .

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu konsep politik sosial dan ekonomi untuk
mengarahkan proses perubahan ke arah yang diinginkan melalui kebijakan-kebijakan atau
perundang-undangan. Pada masa lampau, kebijakan pembangunan kehutanan yang
dikembangkan berdasarkan pandangan ekonomi politik terhadap sumber daya hutan yang
dianggap suatu modal pembangunan nasional.
Dengan adanya reformasi di segala bidang, maka paradigma pembangunan juga
berubah, tidak terkecuali pembangunan di bidang kehutanan. Pembangunan kehutanan kini
dan masa akan datang diarahkan untuk tujuan konservasi dan kelestarian hutan, rehabilirasi
sumber daya yang sudah terdegradasi dan pemerataan pembangunan. Dalam paradigma baru
tersebut peranserta masyarakat dalam pembangunan menjadi menonjol.
Wujud konkrit peranserta masyarakat di atas secara berurutan adalah sebagai berikut :
a. Berupa usulan, bentuk peranserta yang berupa pemikiran-pemikiran
b. Tenaga, merupakan bentuk peranserta fisik
c. Material, merupakan peranserta konstribusi masyarakat yang berupa benda
bergerak seperti bahan-bahan, dana/uang maupun benda tidak bergerak seperti
menyumbangkan tanah miliknya.
d. Teknologi yang dimiliki masyarakat tersebut.

3.2 Saran
Kami sangat mengharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagaai salah satu sumber
pengetahuan. Serta kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah-makalah yang selanjutnya.

10

Anda mungkin juga menyukai