Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN MATERI

GANGGUAN IDENTITAS GENDER

LAURENCE HELINA HUNG


ODILIA LELAONA
MARIA ANDITA
TIMOTIUS NIVIANO.M.P
NATASYA YOSEPHINE. I

JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2017
Sikap terhadap homoseksualitas sangat bevariasi dari satu budaya ke budaya lain dari
waktu ke waktu hal ini menyebabkan konsep prilaku seksual terkadang dianggap
nomal dan abnormal. Pada konteks budaya harus dipertimbangkan antara kenormalan
dan keabnormalan pada perilaku seksual. Perilaku seksual dapat dianggap abnormal
jika hal tersebut bersifat self-defeating, yang menympang dari norma sosial,
menyakiti orang lain menyebabkan stress, mempengaruhi kemampuan fungsi secara
normal.

Gangguan Identitas Gender

Peran gender adalah seperangkat harapan yang menentukan bagaimana


perempuan dan laki-laki dalam berfikir, bertindak dan merasa. Meskipun individu
telah menyadari gendernya sejak awal masa kanak-kanak terdapat dimensi-dimensi
lain yang muncul dan menyebabkan adanya gangguan identitas gender. Diagnosis
gangguan identitas gender diberikan baik pada anak-anak atau orang dewasa yang
mempersepsikan diri mereka secara psikologis sebagai anggota dari gender yang
berlawanan yang secara terus-menerus menyatakan rasa ketidaknyamanan terhadap
anatomi gender mereka.

Perspektif identitas gender sangat berbeda dengan orientasi seksual. Pada


orientasi seksual, seorng gay dan lesbian memiliki minat erotis pada gender mereka
sendiri tetapi identitas gender mereka tetap konsisten dengan anatomi seksualitas.
Mereka tidak memiliki hasrat untuk menjadi anggota gender yang berlawaanan.
Sedangkan gangguan identitas gender memiliki ketertarikan secara seksual pada
anggota dari anatomi gender mereka yang tidak menganggap diri mereka sebagai gay
atau lesbian. Bagi mereka gender yang dimiliki sebelumnya merupakan kesalahan
dan mereka seperti terperangkap pada tubuh dengan gender yang berbeda.
Ciri-ciri Gangguan Identitas Gender

(a) Pada masa anak-anak:

1. Ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota gender lainnya

2. Keinginan untuk mengenakan pakaian dari gender lainnya

3. Adanya fantasi yang terus menerus mengenai anggota dari gender lain atau

berpura-pura menjadi gender lain

4. Hasrat untuk berpartisipasi dalam aktivitas dan permainan yang merupakan

stereotipe gender lainnya

5. Kecenderungan untuk memiliki teman bermain yang lain dari gendernya

sendiri

6. Adanya perasaan tidak nyaman yang kuat yang terus menerus atau gender nya
sendiri

(b). Pada masa remaja dan dewasa:

1. mereka mengekspresikan keinginan untuk menjadi lawan gender dengan


“berperilaku” sebagai anggota gender lainnya.

2. Mereka percaya bahwa emosi yang mereka miliki, setipe dengan gender
lainnya

3. Mereka merasa salah dilahirkan dengan gender yang salah dan berharap akan
adanya intervensi medis untuk menghilangkan karakteristik seksual mereka
dan untuk meniru karakteristik dari gender lainnya.

4. Tidak ada “kondisi interseks”, seperti anatomi seksual yang ambigu

PARAFILIA

Beberapa jenis gangguan gender yang menyangkut fungsi seksual yaitu parafilia dan
disfungsi seksual. Parafilia merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang
artinya “pada sisi lain”p. Pada parafilia orang menunjukkan keterangsangan seksual
sebagai respon terhadap stimulus yang tidak biasa dari stimulus normal. Parafilia
melibatkan dorongan fantasi seksual yang berulang dan kuat selama 6 bulan dan
berpusat pada objek bukan manusia, memiliki perasaan merendahkan atau menyakiti
diri sendiri atau pasangannya. Penderita parafilia secara relatif tidak berbahaya dan
tidak menyebabkan jatuh korban.

Macam-macam parafilia

 Pedofilia

 Masokisme Seksual

 Hipoksifilia

 Sadisme seksual

 Sadomasokisme

 Exhibisionisme

 Fetishisme

 Transvestik Fetishisme

 Voyeurisme

 Froterisme

Faktor-faktor penyebab

1. Perspektif teori belajar: stimulus yang tidak biasa menjadi stimulus terkondisi
untuk rangsangan siswa akibat pemasangannya dengan aktivitas seksualnya di masa
lalu, stimulus yang tidak biasa tersebut dapat menjadi erotis dengan cara melibatkan
fantasi erotis dan masturbasi.

2. Psikodinamika: kecemasan kastrasi yang tidak terselesaikan di masa kanak-kanak


dapat menyebabkan rangsangan seksual pindah pada objek atau aktivitas yang lebih
aman.
Pendekatan penanganan

1. Biomedik menggunakan obat anti depresan untuk membantu individu mengontrol


dorongan seksual yang menyimpang atau mengurangi dorongan seksual.

2. Terapi kognitif behavioral menggunakan cara oversive conditioning


(memasangkan stimulus menyimpang dengan stimulus aversif), sensitisasi tertutup
(memasangkan perilaku yang tidak diharapkan dengan stimulus aversif dalam
imajinasi) dan metode non aversif yang membantu individu mencapai perilaku yang
lebih adaptif.

DISFUNGSI SEKSUAL

Disfungsi Seksual (sexual dysfunctions) merupakan masalah yang terus – menerus


ada sehubungan dengan minat, rangsangan, atau respon seksual.

Ciri-ciri Umum dari Disfungsi Seksual

CIRI DESKRIPSI
Takut akan kegagalan Ketakutan yang terkait dengan kegagalan
untuk mencapai orgasme
Asumsi peran sebagai penonton dan Memonitor dan mengevaluasi reaksi tuuh
bukan sebagai perilaku saat melakukan hubungan seks
Kurangnya self-esteem Kurangi memikirkan kegagalan yang
dihadapi untuk memenuhi standart
normal.
Efek emosional Rasa bersalah, rasa malu, frustasi,
depresi, kecemasan.
Perilaku menghindar Menghindari kontak seksual karena takut
gagal untuk menampilkan performa yang
adekuat; membuat berbagai macam alas
an pada pasangan Anda.
Dalam Disfungsi Seksual dijabarkan siklus seksual dalam beberapa fase yang
berbeda, yaitu

1. Fase Keinginkan
2. Fase Perangsangan
3. Fase Orgasme
4. Fase Resolusi

Jenis-Jenis Disfungsi Seksual

DSM-IV mengelompokkan disfungsi seksual dalam kategori berikut ini:

1. Gangguan Hasrat Seksual (Sexual Desire Disorder)


Kurangnya minat sesual atau fantasi seksual yang terjadi secara persisten dan
berulang
Gangguan seksual aversi suatu tipe disfungsi seksual yang ditandai oleh
adanya keengganan dan penghindaran terhadapa kontak seksual genital
2. Gangguan Rangsangan Seksual (Sexual Arousal Disorder)
Disfungsi seksual pada wanita yang melibatkan kesulitan untuk terangsang
secara secara seksual atau kurangnya gairah atau kenikmatan seksual selama
aktivitas seksual
3. Gangguan Orgasme (Orgasm Disorder)
Orgasme atau klimaks seksual adalah suatu reflex involunter yang
menghasilkan kontraksi rintmik dari otot pelvis dan biasanya disertai dengan
nikmat yang kuat.
Ada tiga jenus spesifik dari gangguan orgasme:
a. Gangguan Orgasme Wanita (female orgasmic disorder)
Disfungsi seksual pada wanita yang melibatkan kesulitan mencapai
orgasme atau ketidakmapuan untuk mencapai orgasme setelah hasrat dan
rangsangan seksual dalam tingkatan yang normal
b. Gangguan Orgasme Pria (male orgasmic disorder)mencapai orgasme
setelah suatu pola normal dari hasrat dan rangsangan seksual
Disfungsi seksual pada pria yang melibatkan kesulitan
c. Ejakulasi Dini (premature ejaculation)
Disfungsi seksual pria yang ditandai oleh terjadinya ejakulasi setelah
diberikan stimulasi seksual yang minim.
4. Gangguan sakit/nyeri Seksual (Sexual Pain Disorder)
Dyspareunia dan Vaginismus

Faktor-faktor penyebab dari Disfungsi Seksual

a. Kondisi mental yang tidak stabil

b. Efek obat-obatan

c. Usia yang bertambah

d. Pengaruh penyakit

e. Trauma akibat operasi

Perspektik Teoretis

1. Perspektif Biologis
2. Perspektif Psikodinamika
3. Perspektif Belajar
4. Perspektif Kognitif
5. Perspektik Sosiokultural
6. Faktor Psikologis

Terapis Seks

1. Gangguan Hasrat Seksual


Terapis seks mencoba membantu seseorang atau pasangan dengan hasrat
seksual yang rendah untuk membangkitkan minat seksualnya melalui
penggunaan latihan self-stimulation (masturbasi) bersamaan dengan fantasi
erotic.
2. Gangguan Rangsangan
Latihan berfokus pada sensasi, aktivitas memberi kenikmatan secara timbal
balik yang difokuskan pada pasangan dengan saling bergantian memberikan
dan menerima kenikmatan fisik
3. Gangguan Orgasme
Banyak peneliti menemukan bahwa program mastrubasi yang diarahkan
paling efektif dalam membantu wanita preorgasme-wanita yang tidak pernah
mencapai orgasme melalui cara apapun (Baucom dkk., 1998; LoPiccolo &
Stock, 1986).
4. Vaginismus dan Dispareunia
Vaginismus adalah reflex terkondisi yang menyebabkan penyempitan tak
sadar pada bagian mulut vagina. Penangganan untuk vaginismus meliputi
kombinasi teknik relaksasi dna penggunaan pembesara vagina untuk secara
bertahap mendesensitisasi otot vagina.

Penanganan Biologis untuk Disfungsi Seksual Pria

Hal ini meliputi penggunaan hormone, pembedahan vascular, dan yang paling umum
pengguanaan obat-obatan untuk membantu membangkitkan ereksi (Viagra) atau
penundaan ejakulasi (antidepresan)

Anda mungkin juga menyukai