Anda di halaman 1dari 35

PARAFILIA DAN DISFUNGSI

PSIKOSEKSUAL
PEMBIMBING :
dr. Prianto Djatmiko , Sp.KJ

Parafilia / Deviasi Seksual


Gangguan preferensi seksual yang ditandai dengan :
Khayalan (fantasi) seksual yang kuat dan bersifat rekuren
Dorongan / perilaku seks yang melibatkan objek-objek non-manusiawi,
yang menyangkut penderitaan atau penghinaan diri sendiri, pasangan
anak-anak atau orang lain yang tidak bersedia
Terjadi dalam kurun waktu sedikitnya 6 bulan
Menyebabkan distress yang secara klinis berarti, atau mengakibatkan
gangguan dalam kehidupan sosial, okupasional, atau aspek fungsi lain.

Kriteria diagnostik
Pasien terdapat fantasi yang sangat kuat
Bersifat rekuren
Terjadi dalam waktu > 6 bulan

I.

Gangguan prefensi seksual


(parafilia)

Klasifikasi parafilia dalam DSM-V:


Ekshibisionisme

Pedofilia

Fethishisme

Masokisme/
sadisme

Voyeurisme

Parafilia lain YTT

Fethisisme
transvestik

Gangguan Preferensi
Seksual Multipel

Gangguan Preferensi
Seksual Lainnya

F65.0 Fetishisme

Mengandalkan pada beberapa benda mati (non-living-object)


sebagai rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan
memberikan kepuasan seksual. Kebanyakan benda tersebut (objek
fetish) adalah ekstensi dari tubuh manusia seperti pakaian atau
sepatu.

Hampir terbatas pada pria saja

F65.1 Tranvestisme Fetishistik

Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan pokok untuk


mencapai kepuasan seksual.

Pakaian sebagai objek fetish bukan hanya sekedar dipakai, tetapi juga
untuk menciptakan penampilan seorang dari lawan jenis kelaminnya.
Biasanya lebih dari 1 jenis barang yang dipakai dan seringkali suatu
perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tata rias
wajah.

Adanya hubungan yang jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan


keinginan / hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut apabila
orgasme sudah terjadi dan rangsangan seksual menurun.

F65.2 Ekshibisionisme

Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk


memamerkan alat kelamin kepada asing (biasanya lawan
jenis kelamin) atau kepada orang banyak di tempat umum,
tanpa ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab.

Hampir

terbatas

pada

laki-laki

heteroseksual

yang

memamerkan pada wanita, remaja atau dewasa, biasanya


menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat
umum. Apabila yang menyaksikan itu terkejut atau takut,
maka kegairahan penderita menjadi meningkat.

F65.3 Voyeurisme
Kecenderungan yang berulang atau menetap
untuk melihat orang yang sedang berhubungan
seksual atau berperilaku intim seperti sedang
menanggalkan pakaian.

Biasanya menjurus kepada rangsangan seksual


dan masturbasi, yang dilakukan tanpa orang
yang diintip menyadarinya.

F65.4 Pedofilia
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau masa awal pubertas, baik laki-laki
nnaupun perempuan.

Preferensi tersebut harus berulang atau menetap.

F65.5 Sadomasokisme

Preferensi terhadap aktivitas seksual yang melibatkan


pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan

Resipien dari perangsangan masochism

Pelaku sadism

Seringkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari


aktivitas sadistik maupun masokistik.

F65.6 Gangguan Preferensi


Seksual Multipel
Kombinasi paling sering :
Fetishisme,

transvestisme

sadomasokisme

fetishistik,

dan

Disfungsi Psikoseksual

Ditandai oleh hambatan dalam selera seksual atau perubahan psikofisiologik yang khas dari
siklus respons seksual :

F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual

F52.1 Penolakan seksual dan kurangnya kenikmatan seksual

F52.2 Kegagalan dari respons genital

F52.3 Disfungsi orgasme

F52.4 Ejakulasi dini

F52.5 Vaginismus fungsional

F52.6 Dispareunia fungsional

F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan

F52.8 Disfungsi seksual lainnya, yang bukan disebabkan gangguan atau penyakit organik

F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan gangguan atau penyakit organik

Disfungsi Psikoseksual
Gambaran Utama
Terdapat hambatan (inhibisi) pada selera
(appetitive) atau perubahan patofisiologik
yang merupakan ciri khas dari siklus respon
seksual yg lengkap.

Respons Seksual Fisiologis


Fase Appetitive
Fantasi tentang aktivitas seksual dan
keinginan untuk melakukan aktivitas
seksual

Disfungsi Psikoseksual
Gangguan dorongan seksual hipoaktif,
gangguan penolakan seksual

Fase Excitement
Gairah seksual dimana terjadi
perubahan-perubahan fisiologik

Gangguan rangsangan seksual pada


wanita, gangguan erektil laki-laki.

Fase Orgasm
Puncak kepuasan seksual dengan
pelepasan ketegangan seksual

Gangguan orgasmik perempuan,


gangguan orgasmik laki-laki, ejakulasi
dini, disfungsi seksual lain karena
kondisi medis umum/zat

Fase Resolution
Kondisi saat tubuh secara umum
kembali kepada keadaan semula

Disforia pasca sanggama, nyeri kepala


pasca sanggama

Disfungsi dapat bersifat menetap seumur


hidup, atau didapat imbangan sesudah suatu
periode berfungsi (sementara), menyeluruh
atau situasional terbatas pada situasi
(pasangan tertentu), dan total, atau sebagian
derajat (frekuensi gangguan itu). Pada
beberapa kasus perlu ditelaah apakah
disfungsi timbul juga sewaktu masturbasi.

Gambaran Penyerta
Depresi, cemas, rasa salah, malu, frustasi
dan keluhan somatik
Ketakutan gagal dan sensitivitas luar
biasa terhadap reaksi pasangannya

Usia Timbul
Paling sering dalam usia dewasa muda
(awal 30-an dan akhir 20-an)
Untuk ejakulasi prematur perjumpaan
seksual pertama kali
Usia dewasa lanjut hambatan gairah
seksual pada pria

Komplikasi
Gangguan dlm hubungan perkawinan atau
seksual

Prevalensi
Sering ditemukan khususnya dalm bentuk
ringan
Hambatan selera seks + orgasme
pada wanita lebih banyak daripada pria
Dispareunia fungsional pada wanita
lebih banyak daripada pria

Diagnostik Defferensial
Depresi berat
Gangguan kepribadian
Gejala sementara akibat robekan selaput dara
hambatan gairah seks
Keadaan sementara dari kegagalan ereksi penis oleh
karena kelelahan, kecemasan, alkohol dan obat-obatan
Problem
perkawinan
atau
problem
hubungan
interpersonal lainnya
Keadaan dengan stimulus seks tidak adekuat, baik
dalam fokus, intensitas atau lamanya stimulus

Hambatan Selera Seksual


Kriteria Diagnosis
Terapat hambatan selera seks yg menetap.
(perhitungan faktor: umur, jenis kelamin,
kesehatan, intensitas dan frekuensi selera seks,
konteks kehidupan individu)
Faktor organis tidak ada
Gangguan jiwa lain pada axis I tidak ada

Kriteria Diagnosis
A. Hambatan yg berulang dan menetap dari
gairah
selama
aktivitas
seks
yang
bermanifestasi sebagai berikut :
1. Pada
pria
terdapat
kegagalan
sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi sampai akhir
aktivitas seks, atau
2. Pada
wanita
terdapat
kegagalan
sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau
mempertahankan respon pelumasan dan
pembengkakan alat kelamin yg merupakan
respon gairah seks sehingga akhir dari
aktivitas seks

Hambatan Orgasme Wanita


Hambatan orgasme pada wanita yang berulang
dan menetap serta bermanifestasi sebagai
keterlambatan atau tidak terjadinya orgasme
setelah terjadi fase gairah yg cukup kuat dalam
fokus, intensitas dan lamanya individu itu
mungkin pula memenuhi kriteria hambatan
gairah seks.

Hambatan Orgasme Pria


Kriteria diagnosis
Sama dengan wanita kecuali kata orgasme
diganti dengan ejakulasi

Ejakuasi Prematur
Ejakulasi yg terjadi sebelum individu itu
menghendaki karena secara berulang dan
menetap tidak ada pengendalian volunter yg
wajar terhadap ejakulasi dan orgasme selama
aktivitas seks (pertimbangan faktor umur, ciri
pasangan seks, frekwensi serta lamanya
senggama)

Dispareunia Fungsional
Kriteria Diagnosis
A. Rasa nyeri berulang dan menetap pada
alat kelamin pada waktu senggama baik
pada wanita maupun wanita
B. Gangguan fisik/kurang pelumasan
dalam vagina/vaginismus fungsional

Vaginismus Fungsional

Dikategorikan sebagai faktor psikologik


yg mempengaruhi kondisi fisik
Kriteria diagnostik
A. Terdapat riwayat yg berulang dan
menetap dari spasme involunter otot 1/3
bagian luarvagina sehingga
menghalangi senggama
B. Gagguan fisik/jiwa

Gangguan Tidur Nonorganik


F51.0
F51.1
F51.2
F51.3
F51.4
F51.5
F51.8
F51.9

Insomnia nonorganik
Hipersomnia nonorganik
Gangguan Jadwal tidur nonorganik
Somnambulisme (berjalan sambil tidur)
Teror tidur (night terror)
Mimpi buruk (nightmare)
Gangguan tidur nonorganik lainnya
Gangguan tidur nonorganik YTT

GANGGUAN TIDUR
Suatu kumpulan kondisi yang dicirikan
dengan adanya gangguan dalam jumlah,
kualitas, atau waktu tidur pada seorang
individu.

Klasifikasi Gangguan Tidur


Secara garis besar
dibagi menjadi 2 yaitu
1. Dissomnia
2. Parasomnia
Penggolongan gangguan
tidur lain adalah
gangguan tidur organik,
gangguan nonpsikogenik
termasuk narkolepsi dan
katapleksi, apne waktu
tidur, gangguan
pergerakan episodik
termasuk mioklonus
nokturnal, dan enuresis

menurut PPDGJ III

Gangguan tidur dibagi


menjadi
1. Insomnia primer,
2. Hipersomnia primer,
3. Narkolepsi,
4. Gangguan tidur yang
berhubungan dengan
pernapasan,
5. Gangguan tidur irama
sirkadian,
6. Gangguan mimpi buruk,
7. Gangguan teror tidur,
8. Gangguan tidur berjalan,
9. Gangguan tidur terkait kondisi
medis,
10.Gangguan tidur yang
diinduksiDSM
zat IV-TR
Menurut

(American Psychiatric
Association)

1. INSOMNIA
Tidur yang bersifat
tidak menyegarkan
atau kesulitan
memulai atau
mempertahankan
tidur, dan keluhan ini
terus berlangsung
minimal 1 bulan,
tanpa adanya
gangguan fisik atau
psikologis

Insomnia primer

suatu keadaan yang


disebabkan oleh nyeri,
kecemasan obat,
depresi, atau stress
yang hebat

Insomnia sekunder

2. HIPERSOMNIA
Tidur yang berlebihan
atau terjadi serangan
tidur ataupun
perlambatan waktu
bangun
Hipersomnia dapat
merupakan akibat
dari penyakit mental
organis, penyakit
organik, idiopatik

SOMNAMBULISME
( SLEEP WALKING )
Gejala yang utama :
- pasien bangun dari tempat tidur
- biasanya pada sepertiga awal tidur
malam, dan terus berjalan-jalan;
(kesadaran berubah).
Selama satu episode, individu
menunjukan wajah bengong (blank,
staring face) dan sulit untuk
dibangunkan dari tidurnya
Biasanya pasien tidak ingat apa yang
telah terjadi

NIGHT TERROR
Gejala utama ialah satu/ lebih episode bangun
dari tidur dengan :
Berteriak karena panik
Anxietas yang hebat
Seluruh tubuh bergetar
Hiperaktivitas otonomik spt jantung berdebar,
nafas cepat, pupil melebar, dan berkeringat
Lamanya berkisar 1-10 menit, biasanya 1/3
awal tidur malam
Biasanya terjadi disorientasi dan gerakangerakan berulang setelah individu terbangun
Ingatan terhadap kejadian, jika ada, sangat
minimal

Mimpi Buruk (Nightmare)


Terbangun dari tidur berkaitan dengan
mimpi yang menakutkan yang dapat
diingat kembali dengan rinci dan jelas
Biasanya mimpi berkisar ancaman
kelangsungan hidup, keamanan, ataupun
harga diri
Setelah terbangun dari mimpi, individu
segera sadar penuh dan mampu
mengenali lingkungannya
Pengalaman mimpi buruknya biasanya
menyebabkan penderitaan yang cukup
berat bagi individu

Anda mungkin juga menyukai