KONSELING PRANIKAH
“ Dosen Pengampu :
OLEH :
USWATUN HASANAH
19006132
2022
A. Frigid, ED, Impotensi Dan Masalah Seksual Lainnya
1. Frigid
Frigid atau sikap dingin di tempat tidur adalah manifestasi sikap penderita
anoreksia seksual terhadap pasangannya ketika hendak bermesraan di atas ranjang.
Wanita yang tidak ada minat seksual, gairah dan respons untuk berhubungan seksual
atau biasa disebut dengan frigiditas merupakan hal yang sangat mengganggu
kehidupan seksual suami istri. Frigiditas didefinisikan sebagai disfungsi seksual
wanita, yang biasanya ditandai dengan anorgasmia (tidak ada orgasme), dispareunia
(nyeri seksual), vaginismus (penutupan otot kemaluan), sexual anesthesia, sexual
aversion (keengganan seksual) dan hilangnya libido
Menurut Ashornby (dalam Juliana, 2019) frigiditas adalah istilah awam untuk
gangguan seksual yang secara medis termasuk kategori gangguan hasrat seksual
hipoaktif (hypoactive sexual desire disorder) dan gangguan seksual (sexual aversion
disorder). Menurut Juliana (2019) frigiditas adalah sebuah kelainan seksual yang
menyebabkan seseorang mengalami libido yang rendah dan gairah seksual yang terus
menurun. Frigiditas adalah sebuah keadaan yang seringkali menyerang seorang
wanita.
Ciri wanita frigiditas adalah mereka menolak atau sama sekali tidak bergairah
pada suatu rangsangan seksual. Secara fisik, tidak ada tanda-tandanya sama sekali.
Keseharian bisa saja ia seorang yang lincah, bahkan memiliki anak banyak dari
hubungan pernikahannya. Bahkan, banyak wanita yang tidak merasakan ada masalah
dengan kehidupan seksualnya, sebab penyakit ini tidak memunculkan gejala-gejala
tertentu, hanya saja penyakit ini lemah pada hubungan seks, tidak berbeda dengan
wanita pada umumnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991).
Frigiditas bisa timbul di tengah pernikahan, karena suatu perasaan kecewa
yang berat terhadap pasangan, merasa dikhianati atau ada kemarahan yang ditutupi.
Penyebab frbigiditas lainnya, antara lain:
2
a. Secara tidak disadari wanita mengalami ketakutan tidak diterima oleh
pasangannya yang muncul dalam bentuk takut mendapat kritikan dari
pasangannya menyangkut keadaan tubuhnya dan reaksi seksualnya.
b. Kebencian terpendam terhadap pasangannya.
c. Kesulitan keuangan menjadi faktor penyebab frigiditas karena hampir seluruh
energi psikisnya diserap upaya mengatasi kesulitan tersebut.
d. Keadaan kesedihan yang berlanjut dialami wanita sebab faktor di luar diri
ataupun dari dalam diri wanita seperti depresi.
e. Terlalu lelah oleh beban kerja dalam keseharian sehingga membuat minat
terhadap hubungan intim suami-istri pun terkikis.
f. Pengalaman psikoseksual terdahulu yang bersifat traumatik seperti pernah
menjadi korban perkosaan.
2. ED
Ejakulasi dini sebenarnya bukan suatu penyakit, melainkan kelainan yang
muncul karena respon berbeda antara pria dan wanita dalam mencapai klimaks saat
melakukan hubungan seksual. Ada beberapa pengertian mengenai ejakulasi dini
antara lain :
a. Batasan ejakulasi dini didasarkan pada waktu tertentu ketika terjadi ejakulasi.
b. Ejakulasi dini ditentukan oleh berapa kali seorang pria mampu melakukan
gerakan ketika melakukan hubungan seksual sebelum terjadi ejakulasi.
c. Ejakulasi dini diartikan sebagai ketidak mampuan menahan ejakulasi sampai
pasangannya mencapai organisme.
d. Ejakulasi dini ditentukan oleh mampu tidaknya pria mengendalikan ejakulasi
agar terjadi sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka ejakulasi dini berarti ketidakmampuan
mengontrol ejakulasi sehingga terjadi dalam waktu singkat, yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Untuk memudahkan pemahaman, orang awam menyebut ejakulasi dini
dengan suatu keadaan dimana terjadi percepatan ekskresi air mani sebelum
tercapainya orgasme dari pasangan (istri). Berdasarkan berat ringannya ada tiga jenis
ejakulasi dini, yaitu :
3
a. Ejakulasi dini ringan.
3. Impotensi
Kata impoten berasal dari bahasa inggris yang berarti tidak berdaya, tidak
bertenaga, mati pucuk (lemah syahwat) dan juga bisa disebut “’Inniin” (yang tidak
mampu bersetubuh). Menurut Hutagalung (2009: 100) disfungsi ereksi merupakan
istilah yang saat ini sering dipergunakan sebagai pengganti istilah impotensi.
Tampaknya, perubahan istilah impotensi menjadi disfungsi ereksi dimaksudkan untuk
menekankan pada ketidakmampuan mencapai dan mempertahankan ereksi penis yang
cukup untuk suatu hubungan seksual yang memuaskan. Pada dasarnya disfungsi
ereksi merupakan suatu gangguan kesehatan di mana terdapat ketidakmampuan
seorang pria untuk ereksi atau mempertahankan ereksi dalam waktu yang cukup
untuk mengadakan hubungan seksual yang memuaskan (Pangkahila, 2001; dalam
Hutagalung, 2009: 97).
4
Menurut Mawardi (2020: 157) dari segi penyebabnya, impotensi dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Impoten organis adalah impotensi yang disebabkan oleh penyakit kelamin atau
penyakit lainnya yang kemudian mempengaruhi alat kelamin, sehingga
kemampuan seksualnya tidak normal. Penyakit yang dimaksud diatas yaitu
mencakup trauma operasi yang menyebabkan sirkulasi darah ke zakat tidak baik,
kerusakan sum sum tulang belakang (trauma medulla spinalis) pembengkakan
prostat, kerusakan saraf akibat penyakit kelamin, atau karena membengkaknya
saraf-saraf karena difteria.
b. Impoten fungsional adalah impotesi yang disebabkan oleh gangguan saraf,
pemakaian obat-obatan anti hipertensi, antidepresi, trankuilizer, obat diksi seperti
alkohol. Barbiturat, heroin, amfetamin secara berlebihan.
c. Impoten psikis adalah impotensi yang disebabkan oleh faktor psikologis. Laki-
laki yang menderita impotensi jenis ini dari segi fisik penisnya normal, namun
tidak bisa ereksi karena gangguan yang bersifat psikis. Namun jika dibiarkan
bisa menjadi impotensi selamanya. Psikogen adalah impoten yang disebabkan
oleh gangguan psikis dan emosional.
4. Masalah Seksual Lainnya
a. Delayed ejaculation.
5
Gangguan ereksi digambarkan sebagai kegagalan berulang untuk
mendapatkan atau mempertahankan ereksi selama kegiatan seksual dengan
pasangan. Gangguan ereksi ini sering sangat mengganggu lakilaki dan dapat
menyebabkan rendahnya harga diri, kepercayaan diri yang rendah, rasa
maskulinitas yang menurun, dan depresi.
c. Female orgasmic disorder.
6
penembakan, membakar, memotong, atau berdenyut dengan upaya penetrasi
selama hubungan seksual.
f. Male hypoactive sexual desire disorder
7
untuk meningkatkan komunikasi antara pasangan seksual, dan untuk mengintegrasikan
pengalaman menjadi identitas seksual yang sehat yang berkembang (Gerard, 2001; &
Burlew & Capuzzi, 2002; dalam Usman, 2018).
Menurut Usman (2018) konselor berfungsi sebagai konsultan yang memberi
pemahaman dan rasa kepercayaan kepada pasangan dalam mengatasi disfungsi seksual.
Sedangkan proses perubahan yang diupayakan dalam konseling yaitu:
a. Memfasilitasi meningkatnya kenikmatan dan hubungan sesksual pasangan.
b. Pasangan dapat menangani masalah keintiman dan seksualitas, serta eksplorasi
terapeutik individu dan pasangan secara mandiri dan bertanggung jawab.
c. Mendorong pasangan dengan pengalaman fungsional seksual maka yang
melibatkan variabilitas dalam fungsi dan kepuasan.
Dalam proses konseling maupun terapi seksual menekankan pada pasangan,
namun dapat juga secara individual, ada tiga fase untuk setiap sesi, yaitu:
a) Analisis butiran halus dari sikap, perilaku, dan emosi yang ditimbulkan selama
latihan pekerjaan rumah, mengeksplorasi pengalaman positif dan problematik.
b) Memproses apa yang pasangan ini pelajari tentang gaya seksual mereka dan
kenyamanan mereka dan / atau kemampuan untuk menangani masalah keintiman
dan seksualitas, serta eksplorasi terapeutik individu dan pasangan.
c) Diskusikan dan individualisasikan latihan seksual untuk terlibat dalam minggu
ini
8
DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung, A., Elim, C., & Munayang, H. (2009). “Pengaruh Sindroma Depresi Terhadap
Disfungsi Ereksi”. Jurnal Biomedik: JBM, 1(2).
Juliana, J. (2019). Frigiditas Isteri sebagai Alasan Percerain (Studi Putusan Pengadilan
Agama Pinrang No. 152/Pdt. G/2018./PA. Prg) (Doctoral dissertation, IAIN
Parepare).
Mawardi, M. (2020). Impotensi Sebagai Alasan Fasakh Menurut Ibnu Hazm dan Al-
Syiraziy. Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 18(2), 182-207.
Usman, I., & Lakadjo, M. A. (2017). “Sex Counseling Untuk Mengatasi Disfungsi Seksual
Dalam Hubungan Seks Pasangan Suami-Istri”. Prosiding Seminar Nasional
Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi