Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri tengkuk (neck pain) didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan didaerah

yang dibatasi oleh : linea nuchae superior dibagian superior, dibagian lateral sisi lateral

leher dan dibagian inferior oleh garis transversal imajiner melalui prosesus spinosus

Torakal 1.1

Nyeri tengkuk merupakan problem umum dalam masyarakat yang diperkirakan

dialami oleh ± 10 % populasi. Di Amerika Serikat ditemukan nyeri tengkuk ± 7 % pada

laki-laki dan ± 9,4 % pada wanita, dalam periode tahun 1976 – 1980. Nyeri tengkuk

lebih sering ditemukan pada wanita dan frekwensinya lebih banyak pada usia tua,

perokok dan pekerja yang banyak mengalami stres baik fisik maupun mental. 2,3

Manifestasi nyeri tengkuk dapat timbul di daerah tengkuk atau menyebar ke

tempat lain (terbanyak adalah ke anggota gerak atas dan kepala).4 Penyebab nyeri dapat

berasal dari kompresi terhadap struktural nyeri yang dapat berupa inflamasi, neoplastik,

infeksi, proses degenerasi atau trauma. Nyeri tengkuk umumnya cenderung berulang,

disertai beragamnya keluhan dan temuan klinis dari derajat ringan sampai sedang

disertai temuan pemeriksaan imajing yang tidak spesifik dan banyaknya diagnosis

banding sehingga hal ini merupakan tantangan bagi klinisi dalam mendiagnosis dan

memberikan terapi yang tepat.5,6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Servikal sindrom adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala yang ditandai

adanya iritasi atau kompresi pada radiks saraf servikal, dengan gejala adanya rasa nyeri

pada leher (tengkuk) yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai radiks yang

terganggu.1,7

Rasa nyeri yang dijalarkan disebut nyeri radikuler (rasa nyeri berpangkal pada

tempat perangsangan dan menjalar ke daerah persarafan radiks yang terkena, sesuai

dengan kawasan dermatom).1,2,3

Standar pelayanan medis Neurologi tahun 2006 mendefinisikan servikal sindrom

sebagai sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri menjalar, rasa kesemutan yang

menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna vertebra

servikalis akibat perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, ligamentum flavum

dan facet joints.8

B. ANATOMI

Tulang dan jaringan ikat

Tulang belakang cervical terdiri dari 7 vertebra yang secara keseluruhan

membentuk kurva lordosis bila diliat dari lateral. Dapat dibagi menjadi 2 regio, regio

2
atas (C1, C2) dan regio bawah (C3-C7). Ada perbedaan nyata terhadap kedua regio

tersebut baik secara anatomis maupun fungsionalnya.

Regio atas

Secara struktural terdapat perbedaan yang jelas antar tulang C1 (Atlas) dan C2

(Axis). Tulang C1 tidak mempunyai korpus vertebra, berbentuk seperti cincin dengan

kedua masa lateral dihubungkan dengan arkus anterior dan posterior. Sedangkan tulang

C2 mempunyai korpus vertebra, arkus anterior yang menebal ditengah membentuk

prosesus odontoid, arkus posterior dan prosesus spinosus.

Diantara tulang oksiput dan C1 dihubungkan dengan sendi oksipitoatlas dengan

gerakan fleksi 10° dan ekstensi 25°, tidak ada pergerakan rotasi dan lateral fleksi.

Antara C1 dan C2 dihubungkan dengan sendi alantoaxial yang dapat bergerak rotasi 45°

kiri dan kanan, mungkin hanya sedikit fleksi dan ekstensi.

Terdapat banyak ligamen pada regio atas vertebra servikal dan sangat penting

peranannya dalam membatasi pergerakan. Itu berguna untuk melindungi medula

spinalis dan radiks saraf dari trauma eksternal.


Ligamentum transversum sebagai penahan prosesus odontoid terhadap arkus

anterior

Ligamentum apikal: menghubungkan prosesus odontoid dengan foramen

magnum

Ligamentum alar: 2 ligamentum turun dari oksiput ke pinggir prosesus odontoid


Ligamentum asesorius: 2 ligamentum untuk membatasi gerakan atlas terhadap

axis

3

Ligamentum longitudinal posterior yang terhubung dari foramen magnum

sampai sacrum

Ligamentum flavum: mencegah subluksasi ke depan dari oksiput atlas terhadap

axis

Ligamentum nukhae/interspinosus: sebagai septum yang membagi otot ekstensor

leher.9,10

Regio bawah

Vertebra cervical C3-C7 mempunyai karakteristik spesifik, bagian anteriornya

lebih lebar dari bagian posterior. Begitu pula dengan diskus intervertebralis nya

sehingga dapat membentuk kurva lordotik. Vertebra cervical ini mempunyai persendian

yang disebut sendi uncovertebral disebut juga sebagai sendi lusckha terletak pada tepi

posterolateral korpus vertebral. Diskus intervertebralis terdapat diantara 2 korpus

vertebra berisikan annulus dan nucleus.

Gerakan yang dapat terjadi pada regio ini adalah fleksi, ekstensi, lateral fleksi

dan rotasi. Sedangkan ligamentum yang terdapat pada segmen ini adalah ligamentum

flavum, ligamentum longitudinal anterior, posterior, dan ligamentum

nukhae/interspinosus.

Saraf

Struktur medulla spinalis terdapat di dalam kanalis spinalis mulai dari foramen

magnum sampai lebih kurang setinggi L2. Nervus spinalis mempunyai 2 radiks spinalis

posterior (sensori) dan anterior (motorik). Kedua radiks tersebut berjalan bersamaan

4
keluar dari foramen intervertebralis dan menjadi satu membentuk nervus

spinalis.Nervus spinalis C1 dan C2 mempersarafi belakang kepala sedangkan C3 di

daerah leher. Sedangkan C4-C8 mempersarafi daerah bahu dan lengan.9

C. ETIOLOGI

Timbulnya sindroma servikal ini oleh karena adanya rangsangan pada radiks

saraf servikal, dimana radiks anterior dan posterior akan bergabung menjadi saraf spinal

di foramen intervertebralis sehingga letak gangguannya adalah pada atau dekat foramen

intervertebralis. 3,4

Terdapat dua penyebab timbulnya servikal sindrom yaitu: 1,2

1. Foramen intervertebralis tetap utuh.

 Peradangan dari sarafnya sendiri misalnya radikulitis.

 Dorongan dari tumor, abses atau perdarahan oleh karena trauma tumor.

 Radiks mengalami tarikan, misalnya pada trauma whiplash (pecut) yaitu

trauma oleh karena anggukan kepala yang intensif yang didahului oleh

tengadahan kepala, dimana radiks dorsalis C5, C6 dan C7 teregang dan

mengalami reksis.

 HNP servikalis yang paling sering terdapat diantara C5 dan C6 serta

antara C6 dan C7 sehingga menekan radiks C6 dan radiks C7.

2. Foramen intervertebralis menyempit.

 Terbentuknya osteofit atau eksostosis yang masuk ke dalam foramen

intervertebralis sehingga dapat menekan radiks.

5
 Adanya penipisan dari diskus intervertebralis sehingga keadaan ini akan

mendekatkan jarak kedua pedikel yang membentuk foramen intervertebralis.

 Namun demikian adanya penyempitan foramen intervertebralis harus

disesuaikan dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan oleh penderita dan

ditemukan dalam pemeriksaan.

D. MANIFESTASI KLINIK

Seperti yang telah diketahui bahwa saraf cervical yang berperan dalam

persarafan bahu, lengan, sampai jari adalah saraf cervical yang berasal dari segmen

medula spinalis C5, C6, C7, dan C8 maka radiks-radiks dari segmen inilah yang

memegang peranan dalam masalah cervical root syndrome ini. Pada anamnesa biasanya

dijumpai pasien dengan keluhan nyeri tengkuk serta kaku pada otot leher dan kadang

disertai dengan sakit daerah belakang kepala. Rasa nyeri biasanya timbul pada

pergerakan kepala dan leher disertai adanya penjalaran ke lengan sesuai dengan

persarafan radiks yang terkena, ini yang dinamakan nyeri radikuler.

Pada pemeriksaan tidak jarang leher mengalami keterbatasan dalam lingkup

geraknya dan biasanya pasien juga merasakan hal itu dengan atau tidak disertai nyeri

leher. Kelainan neurologiknya, terhadap radiks saraf spinal akan menimbulkan

gangguan sensibilitas dan motorik. Untuk ganguan sensibilitas pengenalan klinisnya

ditentukan oleh terdapatnya nyeri saraf daerah kulit yang dipersarafi oleh radiks dorsalis

yang terangsang. Hal tersebut yang dinamakan dengan dermatom. Sedangkan kelaianan

motorik ditandai dengan adanya kelemahan pada daerah lengan dan tangan.

Pemeriksaan lebih lanjut dinilai refleks tendonnya yang terkadang menurun pada otot

yang dipersarafinya.11

6
Radiks Nyeri dijalarkan Kelemahan Gangguan Refleks

dari leher ke: otot sensibilitas tendon


C5 Bahu bagian bawah Supraspinatus Permukaan Refleks

dan lengan atas Deltoideus ventral lengan biceps tidak

bagian lateral Infraspinatus atas dan terganggu

Biceps bawah atau menurun

Tidak ada

gangguan

sensibilitas

pada jari-jari
C6 Bagian lateral Biceps Permukaan Refleks

(radial) lengan Brachioradialis ibu jari dan biceps,

bawah tepi radial menurun /

dari lengan menghilang


C7 Bagian dorsal lengan Triceps Permukaan Refleks

bawah jari telunjuk, triceps

jari tangan menurun atau

dan dorsum menghilang

manus
C8 Bagian medial Otot-otot Jari Refleks

(ulnar) lengan bawah tangan: kelingking biceps dan

interossei dan jari manis triceps tidak

terganggu

Gejala dan tanda dari gangguan masing-masing radiks spinalis seperti terlihat

pada skema dan gambar di bawah ini.

7
Dermatom pada anggota gerak atas

Dermatom servikal sampai sakrum menurut Keegan & Garret

E. PATOLOGI

8
Leher mempunyai bangunan peka nyeri dalam daerah relatif kecil dan padat.

Bangunan peka nyeri tersebut mencakup : ligamentum longitudinale posterior, sendi

faset, radiks saraf, kapsul faset, ligamentum longitudinale anterior, otot, ligamentum

interspinosum, kapsul artikularis dan duramater. Nyeri leher dapat dihasilkan oleh

berbagai patologi terhadap bangunan peka nyeri tersebut, baik primer maupun rujukan

dari bagian lain tubuh (sekunder) misalnya : iritasi, cedera atau trauma, inflamasi,

infeksi dan destruksi 7,8.

Berbagai patologi penyebab servikal sindrom tersebut yaitu :

 Spondilosis servikalis : Myelopathy

 Mekanik : Neck strain, Herniasi diskus

 Infeksi : Osteomyelitis, Meningitis

 Rujukan/reffered : Thoracic outlet syndrom, Pancoast tumor

 Neurologik : Brachialis plexitis, jebakan saraf perifer

 Rheumatologik : Rheumatoid arthritis, Fibromialgia

 Neoplasma : Multiple myeloma, Syringomyelia

F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Anamnesis memegang peranan penting mengingat banyaknya kausa yang dapat

menyebabkan cervical root syndrome ini, terutama mengenai identitas, serta riwayat

hidup seperti umur, riwayat trauma sebelumnya, riwayat pekerjaan. 13

2. Inspeksi

9
Perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit. Bagaimana

posisi kepala dan leher selama wawancara. Biasanya pasien menekukkan kepala

menjauhi sisi yang cedera dan leher terlihat kaku. Gerak leher ke segala arah menjadi

terbatas, baik yang mendekati maupun menjauhi sisi cedera.2

3. Palpasi
-
Nyeri kaku pada leher
-
Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan
-
Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps. Berkurangnya reflex biceps
-
Dijumpai nyeri alih (referred pain) di bahu yang samar, dimana “nyeri bahu”

hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan infrascapula

atas.1

4. Pemeriksaan fungsi motorik

Pemeriksaan motorik sangatlah penting untuk menentukan tingkat radiks

servikal yang terkena sesuai dengan distribusi myotomal. Sebagai contoh: Kelemahan

pada abduksi pundak menunjukkan radikulopati C5. Kelemahan pada fleksi siku dan

ekstensi pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C6. Kelemahan pada ekstensi

siku dan fleksi pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C7 dan kelemahan pada

ekstensi ibu jari dan deviasi ulnar dari pergelangan tangan menunjukkan radikulopati

C8. Pemeriksaan refleks tendon sangat membantu menentukan tingkat radiks yang

terkena. Seperti : Refleks biseps mewakili tingkat radiks C5-6, Refleks triseps mewakili

tingkat radiks C7-8.2

5. Pemeriksaan fungsi sensorik

10
Pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan bila ada gangguan sensorik. Namun

seringkali gangguan sensorik tidak sesuai dermatomal atlas anatomik. Hal ini

disebabkan oleh adanya daerah persarafan yang bertumpang tindih satu sama lain .

Pemeriksaan ini juga menunjukkan tingkat subyektivitas yang tinggi.1

6. Tes Provokasi
-
Tes Spurling

Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher

diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan

tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri

radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala.

Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya

radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri,

dapat dilakukan distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam

posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Hasil

dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

-
Tes Lhermitte

Penderita disuruh duduk kemudian oleh pemeriksa dilakukan kompresi pada

kepalanya dalam berbagai posisi (miring kanan, miring kiri, tengadah,

menunduk). Hasil tes ini dinyatakan positif bila pada penekanan dirasakan

adanya rasa nyeri yang dijalarkan

11
-
Tes Distraksi Kepala

Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi

terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi

radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun

penyebab lain belum dapat disingkirkan.

12
-
Tes Valsava

Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang

di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan

intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai

dengan tingkat proses patologis di kanalis vertebralis bagian cervical. Cara

meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah pasien disuruh

mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri

radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.

-
Tes Naffziger

13
Dilakukan pada posisi berbaring atau berdiri dengan menekan vena jugulare

dengan kedua tangan pemeriksa sementara pasien mengejan. Akan terjadi

peningkatan intrakranial yang akan diteruskan sepanjang rongga arachnoidal

medula spinalis. Adanya proses desak ruang kanalis vertebralis akan

menimbulkan nyeri radikuler.6

7. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan radiografi cervical

Foto polos servical ini biasanya rutin dilakukan pada pasien dengan cervical

root syndrome dengan kecurigaan spondilosis servikalis. Untuk keperluan

tersebut maka foto dibuat dengan berbagai proyeksi anterior-posterior, lateral,

oblik kanan-kiri. Pada pemeriksaan ini dinilai keadaan tulang, foramen,

diskus, adanya spur sehingga dapat ditentukan tingkat dari spondilosis.

 CT Scan dengan myelografi

Digunakan untuk menilai spinal dan stenosis foraminal. Tetapi jarang

digunakan karena sifatnya invasif dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan

cukup dengan pemeriksaan fisik dan foto polos rutin.

 MRI

Salah satu prosedur untuk mendiagnosis cervical spondylosis.

Keuntungannya dapat memberikan gambaran dalam bermacam potongan,

tidak invasif, dan dapat mengidentifikasi kompresi radiks spinal.

 EMG

14
Berguna untuk menilai lokasi radiks yang terlibat.9

G. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa :

Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-

obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat- obatan yang banyak

digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri

dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan narkotik

seperti codein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik dapat diberikan

pada mereka yang mengalami ketegangan mental. Pada kondisi tertentu seperti

nyeri yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih awal

dapat mempercepat proses perbaikan. Kepala sebaiknya diletakan pada bantal servikal

sedemikian rupa yaitu sedikit dalam posisi flexi sehingga pasien merasa nyaman

dan tidak mengakibatkan gerakan kearah lateral. Istirahat diperlukan pada fase akut

nyeri,terutama pada spondilosis servikalis atau kelompok nyeri non spesifik.

Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:12

o Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)

o Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)

o Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)

o Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)

o Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)

o Vit. B1, B6, B12

15
b. Non medikamentosa

Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali

bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik.

Saran yang dapat diberikan antara lain:12

 Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu

masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai

 Tidur dengan bantal

 Penggunaan telepon dengan posisi leher menekuk dapat dikurangi dengan

menggunakan headset, menghindari penggunaan kacamata bifokal dengan

ekstensi leher yang berlebihan, posisi tidur yang salah.

 Saat menonton pertandingan pada lapangan terbuka, maupun layar lebar

sebaiknya menghindari tempat duduk yang menyebabkan kepala

menoleh/berotasi ke sisi lesi.

 Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.

 Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat

duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai

pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.

c. Rehabilitasi Medik

 Traksi

Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang

atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks

saraf. Traksi dapat dilakukan 3 kali sehari selama 15 menit, dan dapat dilakukan dengan

frekuensi yang lebih sedikit selama 4 sampai 6 minggu. Setelah keluhan nyeri hilang

16
pun traksi masih dapat dianjurkan. Traksi dikontraindikasikan pada pasien dengan

spondilosis berat dengan mielopati dan adanya arthritis dengan subluksasi atlanto-

aksial.1

 Cervical Collar

Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta

mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang

benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan

adalah SOMI Brace (Sternal Occipital)

 Mandibular Immobilizer).

17
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan

diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus

diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya

yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini

biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila

disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya

nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi

pelepasan collar.1

 Thermotherapy

Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri.

Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk

relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1- 4 kali sehari selama 15-30

menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan

kompres dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas

atau dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan

nyeri.1

 Latihan

18
Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa

dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan

mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan nyeri.

Hindari gerakan ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh

spasme otot dapat ditanggulangi dengan melakukan pijatan.1

d. Operasi

Tindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang

disebabkan kompresi terhadap radiks saraf atau pada penyakit medulla spinalis yang

berkembang lambat serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan

kompresi tentunya harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta

tidak memberikan respon dengan terapi medikamentosa biasa.1

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Noerjanto. Nyeri tengkuk,. dalam : Nyeri pengenalan dan tatalaksana. BP

UNDIP. Semarang. 20001: 83-91.

2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. edisi ke enam. Jakarta : PT

Dian Rakyat, 2008; 9 – 95.

3. Rahardjo R. Jepitan saraf dan kelumpuhan. dalam : Soedomo Hadinoto.

Gangguan gerak (ed). Semarang : Badan Penerbit FK UNDIP, 2002; 106 – 07.

4. Patten J. Neurological differential diagnosis. 2nd ed. Springer-verlag London

Limited, 2004; 283-86.

5. Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta. PT Dian rakyat.

2004 : 492-514.

6. Aulina S. Pendekatan diagnostik pada nyeri tengkuk (Neck Pain). Neurology

update dalam makalah ilmiah konas PERDOSSI 7. Manado, 2011; 364-72

7. Jenie MN. Mekanisme nyeri di leher dan dari leher. Naskah lengkap pertemuan

ilmiah nasional 1 Kelompok studi nyeri PERDOSSI. Manado, 2005;6-11

8. Servikal sindom dalam buku pedoman standar pelayanan medis dan standar

pelayanan operasional neurologi PERDOSSI, 2006;171-73

9. Emil R. 2004. Sindroma Servikal. Semarang: FK UNDIP

10. Jackson R. 2010. The Classic: The Cervical Syndrome.

http://www.springerlink.com/content/1r7004736x033820/fulltext.html.

11. Turana Y, Rasyid A, Wibowo BS. Gambaran klinis, radiologis dan EMG pada

nyeri servikal. Departemen Neurologi FKUI / RSCM

12. Tejo B. 2009. Cervical Root Syndrome.

http://bimaariotejo.wordpress.com/2009/05/31/cervical-root-syndrome/

20
13. Susilo WA. Pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan terhadap penurunan

rasa nyeri pada pasien cervical root syndrome di RSUD. DR. Moewardi

Surakarta. Skripsi. FK Universitas Sebelas Maret.

21

Anda mungkin juga menyukai