PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Inggris bernama
James Parkinson pada tahun 1817. Pada awalnya, James Parkinson mendeskripsikan
penemuannya sebagai paralysis agitans, yang ditandai oleh suatu kondisi penurunan
akibat penurunan atau tidak adanya neuron dopaminergik pada substansia nigra.1
hingga 230 dari 100.000 populasi,3 dan insidensi di Inggris berlangsung pada 6-11
orang dari 6000 populasi.1 Prevalensi Parkinson meningkat seiring dengan penambahan
usia serta memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi pada pria dibanding wanita.1
25 tahun kedepan.2
definitif yang dapat dilakukan, sehingga penegakkan diagnosis hanya didasarkan atas
terhadap pasien itu sendiri, keluarga, maupun tenaga medis yang merawat pasien,
dimana dampak terhadap pasien selain karena adanya masalah kesehatan, Parkinson
1
juga berdampak terhadap quality of life, dimana terjadi keterbatasan pasien dalam
masalah ekonomi pasien dan keluarga oleh karena membutuhkan penanganan jangka
panjang.1,2 Penanganan penyakit Parkinson saat ini telah berkembang luas dan
menentukan pengobatan yang tepat dan sesuai dengan pasien. Oleh karena penyakit
kriteria penegakkan diagnosis penyakit, serta pemahaman dan pemilihan terapi yang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
kronik progresif, ditandai dengan adanya kelainan dari segi fungsi motorik dan non-
bodies”.5
B. EPIDEMIOLOGI
Parkinson berdampak pada 120 hingga 230 dari 100.000 populasi,3 dan insidensi di
sering terkait dengan usia, dimana prevalensi penyakit meningkat seiring dengan
penambahan usia. Penyakit Parkinson jarang terjadi pada usia dibawah 50 tahun dan
paling banyak ditemukan pada rentang usia 85-90 tahun, serta lebih sering terjadi pada
jenis kelamin laki-laki dibandingkan wanita, dengan rasio perbandingan antara laki-laki
3
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
tidak disadarinya.
Hingga saat ini etiologi Parkinson primer masih belum diketahui, akan tetapi ada
beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasi terkait dengan penyakit
Parkinson, yaitu :
1. Usia : Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 tahun, dan
meningkat hingga 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan
penyakit parkinson, yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang
pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada
gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu, juga ditemukan adanya disfungsi
faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70
tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika
disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
3. Faktor Lingkungan
4
b) Pekerjaan : Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi
dan lama.
d) Diet : Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah
merupakan neuroprotektif.
4. Ras : angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan
kulit berwarna.
gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena
pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu
stress oksidatif.
D. PATOFISIOLOGI
penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta
(SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy
5
segmen internal globus pallidus dan pars retikulata substansia nigra yang didominasi
oleh reseptor dopamine D1. Sedangkan reseptor D2 dopamin lebih dominan pada output
neuron GABAergik di segmen eksternal globus pallidus. Dopamine memiliki efek yang
berbeda terhadap reseptor-reseptor diatas, dan oleh karena itu, pada perangsangan
neuron di daerah striatal, akan membangkitkan reseptor D1 (sumber dari jalur langsung
striatopallidal) dan menginhibisi neuron dengan reseptor D2 (sumber dari jalur tidak
keseimbangan aktivitas antara jalur langsung dan jalur tidak langsung pada internal
segmen globus pallidus dan pars retikulata substansia nigra.7 Sedangkan pada defisiensi
berlebihan. Efek keseluruhan adalah inhibisi bersih pada keluaran lengkung basal
ganglia, dan dengan demikian terjadi penurunan aktivasi area motorik kortikal,
menyebabkan terjadinya gejala klinis berua akinesia atau bradikinesia dan rigiditas. 8
relatif kegiatan interneuron striatal kolinergik, dimana hal ini menyebabkan terjadinya
6
E. GEJALA KLINIS
Terdapat empat tanda klinis kardinal dari penyakit Parkinson, yang disingkat
menjadi TRAP, yaitu Tremor at rest, Rigidity, Akinesia (atau bradykinesia), dan
Postural Instability. Sebagai tambahan, terdapat gejala lain berupa flexed posture, dan
freezing (motor blocks) yang juga dimasukan sebagai penemuan klinis klasik
1) Bradikinesia4
dijumpai pada penyakit lain, termasuk depresi. Bradikinesia merupakan hal yang
kesulitan dalam melaksanakan gerakan secara simultan. Manifestasi awal sering diawali
dengan kelambanan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Activity of Daily Living) dan
perlambatan pergerakan serta respon time yang menurun. Hal ini termasuk kesulitan
dalam melakukan gerak motorik halus seperti membuka kancing baju, dan
langkah spontan, air liur yang menetes dikarenakan gangguan menelan akibat
ekspresi wajah (hipomimia), muka menjadi seperti topeng, dan penurunan kedipan
mata, pengurangan ayunan tangan sehingga cara berjalan tidak lagi melenggang.
Bradikinesia merupakan gejala dari penyakit Parkinson yang paling mudah untuk
dikenali, dan mungkin terlihat jelas walaupun belum dilakukan pemeriksaan neurologis.
7
Pada bradikinesia juga dapat ditemukan gejala tambahan seperti gerakan cepat,
pronasi-supinasi tangan). Serta ketukan tumit tidak hanya lambat tetapi juga amplitudo
yang melemah, dan bila tangan yang dominan terlibat, maka tulisan secara gradual
dengan baik, gejala ini tetap menjadi gejala utama yang mengemukakan kaitan penyakit
dengan tingkat defisiensi dopamine. Hal ini didukung dengan dilakukannya observasi
terhadap penurunan jumlah neuron di substansia nigra pada pasien usia tua dengan
itu, positron emission tomografi pada pasien dengan penyakit Parkinson menunjukkan
2) Tremor 4
Tremor saat istirahat “tremor at rest” merupakan gejala tersering dan mudah
dikenali pada penyakit Parkinson. Tremor bersifat unilateral, dengan frekuensi antara 4
sampai 6 Hz, dan hampir selalu terdapat di extremitas distal. Tremor pada tangan
tangan ke tangan yang lain. Resting tremor pada pasien penyakit Parkinson juga dapat
mengenai bibir, dagu, rahang dan tungkai. Namun, tidak seperti tremor pada umumnya,
tremor pada penyakit Parkinson jarang mengenai leher atau kepala dan suara.
Karakteristik resting tremor adalah tremor akan menghilang ketika penderita melakukan
gerakan, juga selama tidur. Beberapa pasien mengatakan adanya “internal” tremor yang
8
tidak dikaitkan dengan tremor yang terlihat.
yang dapat diidentikkan dengan tremor essential, selama beberapa tahun atau dekade
sebelum onset parkinsonian tremor atau gejala lain penyakit Parkinson timbul.
Beberapa pasien penyakit Parkinson juga memiliki postural tremor yang dirasa
lebih utama dan lebih mengganggu dibandingkan resting tremor dan mungkin
merupakan manifestasi awal penyakit. Parkinson dengan adanya postural tremor (“re-
emergent tremor”), berbeda dari tremor essential, dimana tremor menghilang setelah
tremor” terjadi dalam frekuensi yang sama seperti halnya resting tremor, dan juga
tremor dapat dianggap sebagai varian dari resting tremor. Ada beberapa petunjuk dalam
dengan tremor, tremor pada region kepala dan suara, dan tremor yang tidak berhenti
ada tidaknya rasa gemetar saat menulis dan memilin, juga adanya tremor yang
3) Rigidity 4
oleh adanya “cogwhell phenomenon” yang secara khusus dihubungkan dengan adanya
tremor, terdapat melalui pergerakan pasif extremitas baik flexi, extensi atau rotasi sendi.
Rigiditas dapat terjadi di tubuh bagian proximal maupun bagian distal. “Foment’s
9
maneuver” merupakan manuver yang biasa digunakan untuk memeriksa adanya
rigiditas. Keistimewaan manuver ini dapat mendeteksi rigiditas yang masih ringan.
Rigiditas dapat disertai dengan nyeri, dan nyeri pada bahu adalah satu hal yang
terjadi misdiagnosis, sebagai arthritis, bursitis atau cedera pada otot-otot rotator cuff.
Sebuah prospektif studi yang dilakukan pada 6038 orang (usia rata-rata 68,5 tahun),
4) Postural Instability 4
manifestasi umum dari penyakit Parkinson tahap lanjut dan biasanya terjadi setelah
tanda klinis lainnya terjadi. Pemeriksaan berupa pull test, dimana penderita diberikan
dorongan ke depan atau ke belakang secara cepat pada bahu, digunakan untuk
menentukan derajat retropulsi atau propulsi. Bila pasien mundur dua langkah atau sama
postural.
resiko fraktur panggul. Onset latensi yang panjang membedakan penyakit Parkinson
10
instabilitas postural pada penderita Parkinson, seperti hipotensi ortostatik, perubahan
sensorik terkait usia, dan kemampuan mengintegritaskan visual, vestibularm dna input
instabilitas postural, dapat berdampak pada kontrol keseimbangan. Pada sebuah studi,
38% pada penderita yang dievaluasi mengalami kejadian terjatuh, 13% diantaranya
sering terjatuh lebih dari satu kali dalam seminggu, sehingga dikatakan bahwa frekuensi
5) Freezing 4
Freezing, yang juga berarti motor block, merupakan suatu bentuk akinesia
(hilang pergerakan) dan merupakan gejala disabilitas paling penting pada penyakit
Parkinson. Meskipun freezing merupakan gejala klinik yang khas, gejala ini tidak selalu
terdapat pada pasien dengan penyakit Parkinson. Gejala ini lebih sering terdapat pada
laki-laki dibandingkan pada wanita, dan frekuensinya lebih sedikit terjadi pada pasien
dengan gejala utama berupa tremor. Freezing paling sering mengenai tungkai saat
berjalan, tetapi lengan dan kelopak mata juga dapat terkena. Manifestasi klinik dapat
terjadi secara mendadak dan bersifat sementara (biasanya kurang dari 10 detik),
sehingga dapat terjadi kesulitan dalam berjalan. Dalam hal ini, mungkin meliputi
kesulitan untuk memulai berjalan atau terjadi secara tiba-tiba saat sedang berjalan
melintasi jalanan yang padat dan ramai. Freezing merupakan penyebab tersering
terjadinya trauma.
11
12
Gejala Non-motorik4,9
gangguan motorik utama akibat berkurangnya dopamin menjadi fokus utama pada
1) Disfungsi Otonom
Gangguan fungsi otonom dapat menjadi penanda klinis dari penyakit Parkinson,
meskipun secara tipikal lebih sering dihubungkan dengan multiple systemic atrophy
(MSA). Gejalanya antara lain; hipotensi ortostastik, disfungsi dalam sekresi keringat,
diantaranya memenuhi kriteria diagnosis untuk demensia yang setelah diikuti selama 15
tahun. Prospektif studi lainnya menunjukkan bahwa pasien penyakit Parkinson memiliki
resiko enam kali lipat lebih besar untuk terjadinya demensia di kemudian hari. Penyakit
13
komorbiditas neuropsikiatri. Diantara 537 pasien, depresi (58%), apatis (54%), anxietas
(49%) dan halusinasi (44%) merupakan hal yang tersering dilaporkan. Sehubungan
dengan disfungsi afektif dan kognitif, banyak pasien dengan penyakit Parkinson
dilaporkan memiliki tingkah laku obsesif-kompulsif dan impulsive. Gejala tingkah laku
kognitif dan tingkah laku pada pasien penyakit Parkinson, belum dapat dimengerti
sepenuhnya.4
3) Gangguan Tidur
untuk sebagian besar dianggap berasal dari efek terapi farmakologis, beberapa klinikus
saat ini percaya bahwa hal ini merupakan satu bagian integral dari penyakit Parkinson.
Hal ini didukung oleh adanya suatu observasi yang menunjukkan adanya rapid eye
movement (REM) dalam gangguan tidur, yang terdapat setidaknya pada 1/3 (sepertiga)
pasien dengan penyakit Parkinson. Gangguan tidur REM, saat ini telah dianggap
sebagai pre-parkinsonian state, yang ditandai dengan peningkatan mimpi buruk; seperti
bicara dalam tidur, berteriak, menyumpah, memukul, menendang dan hal lainnya yang
melibatkan aktifitas motorik. Insomnia, juga terdapat (dengan prevalensi > 50%) dalam
daerah mulut dan nyeri pada regio genitalia merupakan gangguan terbanyak namun
sekaligus sering tidak dikenali sebagai gejala Parkinsonian. Dalam salah satu studi
ditemukan bahwa disfungsi sistem olfaktori (hiposmia) mungkin merupakan tanda dini
14
dari penyakit Parkinson, hal ini dikorelasikan dengan meningkatnya resiko sebanyak
10% terhadap terjadinya penyakit dalam 2 tahun kemudian. Telah didalilkan bahwa
Hingga saat ini, terdapat beberapa skala penilaian untuk menilai dan
sebagian besar dari skala penilaian tersebut, tidak memiliki hasil yang valid dan tidak
Skala menurut Hoehn dan Yahr merupakan skala penilaian yang paling sering
15
F. DIAGNOSIS
1) Secara klinis
bradikinesia, atau
ketidakstabilan postural.
G. PENATALAKSANAAN
Mengingat obat-obat ini mempunyai efek samping jangka pendek dan jangka panjang
yang dapat mengganggu, dianjurkan untuk tidak memulai terapi bila penyakit Parkinson
16
yang diderita belum mengakibatkan halangan atau gangguan. Banyak teori yang
namun kebanyakan teori ini didasarkan atas eksperimen dan penelitian di lapangan yang
masih terbatas.11
a. Medikamentosa
1) Obat dopaminergik12
Prekursor dopamine
tidak dapat secara langsung diberikan dopamin eksogen sebab dopamin dalam darah
tidak dapat menembus blood brain barier. Hal ini berbeda dengan levodopa, dimana
levodopa yang diserap dalam saluran cerna melalui transport aktif menuju darah, dan
dopamine di otak dengan bantuan enzim dopa dekarboksilase. 12 Lebih dari 90%
SSP) dan kadar yang sampai ke otak kurang dari 2%, sehingga levodopa perlu diberikan
dalam dosis tinggi. Akan tetapi, kadar dopamine yang tinggi di perifer dapat
menyebabkan efek samping otonomik yang hebat. Efek samping otonomik yang hebat
ini dapat dikurangi dengan pemberian bersama-sama dengan inhibitor enzim dopa
3 kategori dasar yaitu kategori ringan, sedang dan berat. Pada tingkat ringan (3-5 tahun
pertama setelah diagnosis), respon terhadap levodopa masih baik dan efek yang
menguntungkan ini menetap walaupun dosis yang diberikan tidak bersifat individual.13
Pada tingkat sedang biasanya setelah 5-10 tahun di diagnosa, biasanya 50-70% pasien
17
memperlihatkan komplikasi motorik yang diinduksi oleh obat (drug induce) berupa
periode “on” dan “off”. Waktu periode “on” pasien tampak berrespon terhadap obat tapi
waktu periode “off” gejala parkinson kembali kambuh.13 Pada kategori ketiga (berat)
pasien PD yang lanjut sudah terjadi kerusakan motorik yang progresif meskipun telah
mendapat terapi levodopa, dan tidak berespon secara baik terhadap pengobatan yang
mungkin sulit diobati, bahkan tidak mungkin dapat dikontrol dengan terapi obat. 14
Untuk mencegah timbulnya efek samping dari penggunaan levodopa tersebut, saat ini
gejala parkinson pada pasien sudah mulai menyebabkan gangguan fungsional dalam
kehidupan sehari-hari.12
jaringan perifer, tetapi tidak masuk susunan saraf pusat. Karena tidak dapat melewati
blood brain barier, sebagai hasilnya karbidopa menurunkan kadar dopamine di perifer,
Dopamin agonis
Oleh karena perlunya penundaan pemberian levodopa pada tahap awal penyakit
dopamine agonis sebagai terapi awal atau inisial dari golongan obat dopaminergik.
bahwa aktivasi reseptor dopamin yang penting adalah reseptor dopamin D2 dalam
18
penelitian saat ini juga menyatakan bahwa stimulasi reseptor D1 dan D2 dibutuhkan
and pergolide) dan derivat non-ergot (pramipexole and ropinirole). Derivat non-ergot
memiliki resiko komplikasi yang lebih rendah dibandingkan derivat ergot. Komplikasi
yang terjadi dapat berupa ulkus peptikum, efek vasokonstriktif, fibrosis retroperitoneal,
penyakit katup jantung, dan reaksi serosal berupa efusi pleura, perikardial, dan
peritoneal. Oleh karena obat-obat derivat ergot berpotensi cukup kuat terhadap kejadian
penyakit jantung katup, penggunaan obat golongan ini sudah sangat terbatas.1,12
Pramiprexole merupakan obat yang aman dan efektif apabila digunakan sebagai
mesensefali. Penggunaan ropirinole juga merupakan obat yang aman dan efektif pada
tahap awal penyakit Parkinson, hanya saja ropirinole berisko lebih tinggi terhadap
MAO-B Inhibitor
striatum.1
COMT Inhibitor
19
melewati sawar darah otak.1, 12 Tolcapon kini sudah tidak digunakan di negara Eropa
setelah 3 pasien meninggal akibat toksisitas hepar terhadap obat tersebut. 12 Entacapom
2) Obat Non-dopaminergik
Antikolinergik
mulut kering, retensi urin. Piridostigmin, sampai 60 mg, 3x sehari, dapat membantu
mengatasi mulut kering dan kesulitan miksi. Efek samping sentral terutama adalah
halusinasi dan psikosis, terutama apda kelompok usia lanjut, sehingga dapat digunakan
(Norflex), amitriptilin.11
Amantadin
20
1) Tingkat disabilitas pasien
diindikasikan.
2) Prevensi fluktuasi
3) Usia pasien
Pasien penyakit Parkinson usia muda (<65 tahun) umumnya lebih mampu
mentoleransi medikasi dan resiko terjadinya efek samping lebih rendah. [asoen
21
a. Nonmedikamentosa15
1) Edukasi
pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati
dan empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikis menjadi
maksimal.
2) Terapi rehabilitasi
sebagai berikut :
Abnormalitas gerakan
Gejala otonom
22
Perubahan psikologik.
berikut:
Peregangan
Latihan koordinasi
b) Terapi okupasi
c) Terapi wicara
d) Psikoterapi
H. PROGNOSIS
penderita penyakit Parkinson, namun penyakit ini masih mengurangi harapan hidup
pada sebagian besar pasien, terutama yang menderita bentuk umum, berusia antara 50-
60 tahun. Penyakit Parkinson adalah penyakit degenratif, hilangnya sel-sel neuron tetap
obat akan mengurang dan keadaan pasien memburuk, tidak mampu mobilisasi, tinggal
23
DAFTAR PUSTAKA
disease: National clinical guideline for diagnosis and management in primary and
24
2. National Institute for Health and Clinical Excellence. Parkinson's disease:
(SIGN); 2010.
Parkinson’s Disease. England: The New England Journal of Medicine; 2005; 353;
p.1021-7.
10. Lim SY, Susan H, Lang AE. Overview of the extranigral aspect of Parkinson’s
11. Lumbantobing SM. Sindrom Parkinson. In: Gangguan gerak. Jakarta: Balai
25
12. Jankovic J, Aguilar LG. Current approaches to the treatment of Parkinson’s disease.
13. Munaf Sjamsuir. Obat antiparkinson. In: Kumpulan kuliah farmakologi. Ed.2.
15. Muis A, Joesof AA, Agoes A, Sudomo A, Shahab A, Husni A, dkk. Konsensus
26