Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HALUSINASI

DI RUANG INTERMEDIATE

RUMAH SAKIT JIWA PROF DR. HB.SAANIN PADANG

DISUSUN OLEH :

NAMIRA FITRIA

183110224

DOSEN PEMBIMBING :

Heppi Sasmita, S.Kp, M. Kep, Sp.Jiwa

Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera seseorang dalam


membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar), dimana
klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya suatu objek (Yosep, 2013). Sekitar
70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar, 20%
mengalami halusinasi penglihatan dan 10% mengalami halusinasi penghidu, pengecap,
perabaan. Halusinasi dapat mengancam dan menakutkan bagi klien walaupun klien lebih
jarang melaporkan halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan. Mula-mula klien
merasakan halusinasi sebagai pengalaman nyata, tetapi kemudian dalam proses penyakit
tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai halusinasi (Videbeck,2008).

Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa sebab,
bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka perawat harus
mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi ini
harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan klien. Peran
perawat dalam menangani halusinasi antara lain melakukan penerapan standar asuhan
keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga untuk merawat klien dengan
halusinasi.Strategi pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi,
mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakapdengan
orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah
halusinasi (Afnuhazi, 2015).
B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi ?

C. Tujuan

1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan


halusinasi
2. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan
halusinasi
3. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan halusinasi
4. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan halusinasi
6. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian keperawatan pada klien dengan
halusinasi
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indra terhadap lingkungantanpa
ada stimulasi atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah
kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara-suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintah untuk melakukan sesuatu.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).
B. Jenis-jenis halusinasi
1. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disurh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,
atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulasi yang jelas.Rasa tersetrum
yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain.

C. Etiologi Halusinasi
Menurut Stuart proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan
faktor presipitasi:
1. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk, 2014) :
1) Biologis

Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitianberikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilakupsikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan


dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinyaskizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi(post-mortem).
2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,


konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.

2. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untukdiinterpretasikan.
2) Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan


untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
4) Dimensi Spriritual
Secara spriritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang berupaya secara
spriritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
memburuk.

D. Tanda dan gejala halusinasi


Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-suara atau
dengar/suara sendiri kegaduhan
2. Marah-marah tanpa 2. Mendengarkan suara yang
sebab mengajak bercakap;cakap
3. Menyedengkan telinga ke 3. Mendengar suara-suara
arah tertentu menyentuh melakukan
4. Menutup telinga sesuatu yang berbahaya
Halusinasi 1. Menunjuk-menjuk kea 1. Melihat bayangan
penglihatan rah tertentu 2. Melihat sinar
2. Ketakutan pada sesuatu 3. Melihat bentuk geometris
yang tidak jelas 4. Melihat bentuk kartun
5. Melihat hantu
6. Melihat monster
Halusinasi 1. Mencium seperti sedang 1. Membaui bau-bauan seperti
penciuman membaui bau-bauan bau darah, urin, feses,
tertentu kadang-kadang bau itu
2. Menutup hidung menyenangkan
Halusinasi 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa seperti darah,
pengecap 2. Muntah urin atau feses
Halusinasi 1. Mengaruk-garuk 1. Mengatakan ada seranngga di
perabaan permukaan kulit permukaan kulit
2. Merasa seperti tersengat
listrik

E. Tahapan halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut :

1) Fase pertama / Tahap comforting (ansietas sedang) Yaitu fase menyenangkan


a. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
b. Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas ringan, perasaan perpisahan,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.
c. Gejala : Klien mulai melamun, memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara
ini hanya menolong sementara.
d. Perilaku klien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, menggerakkan mata cepat, respon verbal yang lambat jika
sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2) Fase kedua / Tahap condemming (ansietas berat) Yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik ringan
b. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan.
c. Gejala : Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin ada
orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
d. Perilaku klien : Meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien asyik dengan
halusinasinya, dan tidak bisa membedakan realitas.
3) Fase ketiga / Tahap controling (ansietas berat)Yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa.
a. Pada tahap ini termasuk dalam gangguan psikotik
b. Karakteristik : Klien mendengar bisikan, suara, isi halusinasi semakin
menonjol, menguasai dan mengontrol klien
c. Gejala : Klien menjadi terbiasa, dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
d. Perilaku klien : Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor,
dan tidak mampu mematuhi perintah.
4) Fase keempat / Tahap conquering (panik)Yaitu Klien lebur dengan halusinasinya
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik berat
b. Karakteristik : Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien
c. Gejala : Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungan.
d. Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri tau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
F. Identifikasi Perilaku Halusinasi

a. Isi halusinasi
1) Menanyakan suara siapa yang didengar
2) Apa bentuk bayangan yang dilihat
3) Bau apa yang tercium
4) Rasa apa yang dikecap
5) Merasakan apa dipermukaan tubuh
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
1) Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
2) Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu terjadinya halusinasi
tersebut
c. Situasi pencetus halusinasi
1) Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum halusinasi
muncul
2) Mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
d. Respon klien
1) Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi
2) Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi
terhadap halusinasi.

G. Proses Terjadinya Halusinasi


Yang menjadi penyebab atau sebagai trigger muncunya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan
berhubungan sosian klien menjadi menrik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien
akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulasi internal menjadi lebih dominan dibandingkan
stimulasi ekternal.Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulasi
internal dengan stimulus eksternal.Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
H. Pohon masalah

Resiko Perilaku Kekerasan akibat

Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi Cord problem

Harga Diri Rendah penyebab

I. Prinsip Tindakan Keperawatan Pada Halusinasi


1) Bina Hubungan Saling Percaya
2) Validasi halusinasi klien dan tidak memfasilitasi halusinasi klien
3) Adakan Kontrak sering tapi singkat
4) Terima Halusinasi dan ungkapkan realita perawat
5) Bantu klien mengontrol Halusinasinya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes keperawatan terdiri
drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medic
2. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke RS karena keluarga merasa tidak mampu
merawat, terganggu karena perilaku klien hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah
sehingga klien di bawa ke RS untuk mendapatkan perawatan
3. Kaji factor-faktor predisposisi dan prepisitasi
a. Factor predisposisi

1. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
2. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga

3. Klien dengan gangguan orientasi besifatherediter

4. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu

b. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat


penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram , konsep diri, hubungan social dan spiritual
a. Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan
dan pola asuh.
b. Konsepdiri

Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat
peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga
diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c. Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d. Spiritual

Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicraan, aktivitas , alam perasaan , efek
pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses fikir , isi piker , tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri
a. Penampilan

Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
b. Pembicaraan

Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
c. Aktifitas motorik

Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang abnormal.
d. Alam perasaan

Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
e. Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai danambivalen.
f. Interaksi selama wawancara

Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,


tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
g. Persepsi

Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar
dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang, dan mudah tersinggung.
h. Proses pikir

Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis


dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.Ketidakmampuan klien ini sering
membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i. Isi pikir

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j. Tingkat kesadaran

Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k. Memori

Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudah tertarik.Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar


menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan
perhatian.
m. Kemampuan penilaian

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai, dan


mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan yang
telah disepakati.Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah
salah.
n. Daya tilik diri

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.Menilai dan


mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus, membuat
rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah disepakati.
Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan
sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
7. Penatalaksanaan
Farmako
a. Anti Psikotik :
Chlorpromazine ( promactile, largactile), haloperidol ( Haldol, serenace, lodomer),
stelazine, clozapine (clozaril), risperidone ,risperdal)
b. Anti perkinson:
Trihexyphenidile, artan

Data yang Perlu Dikaji adalah :

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


A. Perubahan Persepsi Subjektif:
Sensori: Halusinasi 1. Klien mengatakan mendengar sesuatu.
(pendengaran, 2. Klien mengatakan melihat bayangan putih.
Penglihatan, Perabaan, 3. Klien mengatakan dirinya seperti disengat
penciuman, pengecapan ) listrik.
4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,
seperti feses.
5. Klien mengatakan kepalanya melayang di
udara.
6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada
sesuatu yang berbeda pada dirinya.

Objektif:
1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat
dikaji.
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
3. Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi.
5. Kosentrasi rendah.
6. Pikiran cepat berubah-ubah.
7. Kekacauan alur pikiran.

B. Isi Halusinaasi Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang


didengar,berkata apabila halusinasi yang dialami
adalah halusinas dengar, atau apa bentuk
bayangan yang dilihat oleh klien bila jenis
halusinasi adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa
yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa di permukaan tubuh bila
halusinasi perabaan.

C. Waktu dan Frekuensi Data yang dikaji dengan menanyakan kepada


Halusinasi klien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu atau bulan,
pengalaman halusinasi itu muncul, bila mungkin
klien diminta menjelaskan kapan persisnya
waktu terjadi halusinasi tersebut. Informasi ini
penting untuk mengidentifasi pencetus halusinasi
dan menentukan bilamana klien perlu
diperhatikan saat mengalami halusinasi.

D. Situasi Pencetus Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien


Halusinasi sebelum mengalami halusinasi. Data dapat dikaji
dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau
kejadian yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa
yang dialamai klien menjelang muncul
halusinasi untuk memvalidasi klien.

E. Respon Klien Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah


mempengaruhi klien bisa dikaji dengan
menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat
mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien
masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau
sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.

B. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Gangguan persepsi sensori : Setelah dilakukan asuhan Manajemen halusinasi
Halusinasi keperawatan 3x 24 jam 1. Monitor perilaku yang
dengan criteria hasil mengidentifikasi
Persepsi sensori : (SLKI : halusinasi
93) 2. Monitor dan sesuaikan
1. Verbalisasi tingkat aktivitas dan
mendengarkan bisikan stimulus lingkungan
menurun 3. Monitor isi halusinasi
2. Verbalisasi melihat 4. Pertahankan lingkungan
bayangan yang aman
3. Verbalisasi merasakan 5. Diskusikan perasaan dan
susatu melalui indra respon terhadap
perabaan halusinasi
4. Verbalisasi merasakan 6. Hindari perdebatan
sesuatu melalui indra tentang validasi
perabaan halusinasi
5. Perilaku halusinasi 7. Anjurkan memonitor
menrun sendiri situasi terjadinya
6. Menarik diri menurun halusinasi
7. Mondar mandir 8. Ajarkna pasien dan
menurun keluarga cara
8. Curiga menurun mengontrol halusinasi
9. Konsentrasi 9. Kolaborasi pemberian
meneningkat. obat antipsikotik dan
antiansietas

D. Strategi pelaksanaan
1. SP Pasien
a. SP 1
1. Mengidentifikasi Jenis Halusinasi Pasien
2. Mengidentifikasi Isi Halusinassi Pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi Pasien
5. Mengidentifikasi Situasi yang menimbulkan Halusinasi
6. Mengidentifikasi Respon Pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik ke dalam jadwal kegiatan
pasien
b. SP 2
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP1)
2. Melatih Pasien mengendalikan Halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien
c. SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP 1 dan SP 2)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan berbicara/bercakap dengan orang
lain saat halusinasi muncul
3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal kegaitan harian pasien
d. SP 4
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP1, SP2, dan SP 3)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan sehari-hari
(Kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal harian pasien

2. SP Keluarga
a. SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
2. Menjelaskan Pengertian,tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Gunakan media seperti liflet dalam menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
4. Latih cara menghardik dibimbing keluarga
5. Masukkan ke jadwal harian
6. Anjurkan memberi pujian
b. SP 2
1. Evaluasi SP 1 keluarga dalam cara menghardik
2. Latih keluarga untuk melatih pasien minum obat
3. Masukkan ke jadwal harian
4. Anjurkan memberi pujian
c. SP 3
1. Evaluasi SP1 dan SP 2 keluarga
2. Latih keluarga merawat pasien dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3. Masukkan ke jadwal harian
4. Anjurkan memberi pujian
d. SP 4
1. Evaluasi SP1,SP2 dan SP 3
2. Anjurkan keluarga untuk melatih kegiatan yang masih bias dilakukan pasien
3. Latih keluarga untuk mencegah kekambuhan pada pasien
4. Anjurkan memberi pujian

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan disesuaikann dengan rencana tindakan keperawatan
dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktul dan mengancam
integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah direncanakan , perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatanyang setiap kali berinteraksi
menggunakan anamnesa SOAP (Subjektif,Objektif,Analisis,problem). Semua tindakan
dengan halusinasi yang dibahas melalui strategi pelaksanaan yang dapat dilakukan.
Klien dapat membina hubungan saling percaya , klien mengetahui cara mengatasi
halusinasinya.
DAFTAR PUSTKA

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta:


Badan PPSDMKesehatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaram Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai