DI RUANG INTERMEDIATE
DISUSUN OLEH :
NAMIRA FITRIA
183110224
DOSEN PEMBIMBING :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa sebab,
bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka perawat harus
mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi ini
harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan klien. Peran
perawat dalam menangani halusinasi antara lain melakukan penerapan standar asuhan
keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga untuk merawat klien dengan
halusinasi.Strategi pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi,
mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakapdengan
orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah
halusinasi (Afnuhazi, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indra terhadap lingkungantanpa
ada stimulasi atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah
kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara-suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintah untuk melakukan sesuatu.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).
B. Jenis-jenis halusinasi
1. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disurh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,
atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulasi yang jelas.Rasa tersetrum
yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain.
C. Etiologi Halusinasi
Menurut Stuart proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan
faktor presipitasi:
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk, 2014) :
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitianberikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilakupsikotik.
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosial Budaya
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untukdiinterpretasikan.
2) Lingkungan
E. Tahapan halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Isi halusinasi
1) Menanyakan suara siapa yang didengar
2) Apa bentuk bayangan yang dilihat
3) Bau apa yang tercium
4) Rasa apa yang dikecap
5) Merasakan apa dipermukaan tubuh
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
1) Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
2) Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu terjadinya halusinasi
tersebut
c. Situasi pencetus halusinasi
1) Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum halusinasi
muncul
2) Mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
d. Respon klien
1) Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi
2) Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi
terhadap halusinasi.
1. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
2. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
b. Faktor Presipitasi
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat
peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga
diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c. Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicraan, aktivitas , alam perasaan , efek
pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses fikir , isi piker , tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
b. Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
c. Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang abnormal.
d. Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
e. Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai danambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar
dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang, dan mudah tersinggung.
h. Proses pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k. Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudah tertarik.Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Objektif:
1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat
dikaji.
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
3. Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi.
5. Kosentrasi rendah.
6. Pikiran cepat berubah-ubah.
7. Kekacauan alur pikiran.
B. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Gangguan persepsi sensori : Setelah dilakukan asuhan Manajemen halusinasi
Halusinasi keperawatan 3x 24 jam 1. Monitor perilaku yang
dengan criteria hasil mengidentifikasi
Persepsi sensori : (SLKI : halusinasi
93) 2. Monitor dan sesuaikan
1. Verbalisasi tingkat aktivitas dan
mendengarkan bisikan stimulus lingkungan
menurun 3. Monitor isi halusinasi
2. Verbalisasi melihat 4. Pertahankan lingkungan
bayangan yang aman
3. Verbalisasi merasakan 5. Diskusikan perasaan dan
susatu melalui indra respon terhadap
perabaan halusinasi
4. Verbalisasi merasakan 6. Hindari perdebatan
sesuatu melalui indra tentang validasi
perabaan halusinasi
5. Perilaku halusinasi 7. Anjurkan memonitor
menrun sendiri situasi terjadinya
6. Menarik diri menurun halusinasi
7. Mondar mandir 8. Ajarkna pasien dan
menurun keluarga cara
8. Curiga menurun mengontrol halusinasi
9. Konsentrasi 9. Kolaborasi pemberian
meneningkat. obat antipsikotik dan
antiansietas
D. Strategi pelaksanaan
1. SP Pasien
a. SP 1
1. Mengidentifikasi Jenis Halusinasi Pasien
2. Mengidentifikasi Isi Halusinassi Pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi Pasien
5. Mengidentifikasi Situasi yang menimbulkan Halusinasi
6. Mengidentifikasi Respon Pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik ke dalam jadwal kegiatan
pasien
b. SP 2
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP1)
2. Melatih Pasien mengendalikan Halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien
c. SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP 1 dan SP 2)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan berbicara/bercakap dengan orang
lain saat halusinasi muncul
3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal kegaitan harian pasien
d. SP 4
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP1, SP2, dan SP 3)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan sehari-hari
(Kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal harian pasien
2. SP Keluarga
a. SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
2. Menjelaskan Pengertian,tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Gunakan media seperti liflet dalam menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
4. Latih cara menghardik dibimbing keluarga
5. Masukkan ke jadwal harian
6. Anjurkan memberi pujian
b. SP 2
1. Evaluasi SP 1 keluarga dalam cara menghardik
2. Latih keluarga untuk melatih pasien minum obat
3. Masukkan ke jadwal harian
4. Anjurkan memberi pujian
c. SP 3
1. Evaluasi SP1 dan SP 2 keluarga
2. Latih keluarga merawat pasien dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3. Masukkan ke jadwal harian
4. Anjurkan memberi pujian
d. SP 4
1. Evaluasi SP1,SP2 dan SP 3
2. Anjurkan keluarga untuk melatih kegiatan yang masih bias dilakukan pasien
3. Latih keluarga untuk mencegah kekambuhan pada pasien
4. Anjurkan memberi pujian
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan disesuaikann dengan rencana tindakan keperawatan
dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktul dan mengancam
integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah direncanakan , perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatanyang setiap kali berinteraksi
menggunakan anamnesa SOAP (Subjektif,Objektif,Analisis,problem). Semua tindakan
dengan halusinasi yang dibahas melalui strategi pelaksanaan yang dapat dilakukan.
Klien dapat membina hubungan saling percaya , klien mengetahui cara mengatasi
halusinasinya.
DAFTAR PUSTKA
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaram Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.