Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KARDIOVASKULER 1

ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST BEDAH JANTUNG

Dosen Pembimbing :

Ns.Defia Roza,S.Kep.M.Biomed

Disusun Oleh:
NAMIRA FITRIA
(183110224)

Prodi D-III Keperawatan Padang


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan
penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat
dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun
silam.Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih
awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi
kelemahan yang berarti.Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus
dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.Mungkin tak ada
intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan, telah
dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi.Di Amerika Serikat pembedahan serupa
yang sukses, juga penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902. Diikuti oleh pembedahan
katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di tahun 1937 dan 1938, dan reseksi
koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur pintasan arteri koroner bermula di tahun 1954.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan jantung
adalah teknik pintasan jantung-paru.Pertama kali digunakan dengan berhasil pada manusia di
tahun 1951.Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan menggunakan
pintasan jantung paru.Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika Utara. Kebanyakan
prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG = coronary artery bypass graft) dan
perbaikan atau penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan
pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta program
rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang aman untuk
pasien dengan penyakit jantung.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Bedah Jantung ?


2. Apa patofisiologi bedah jantung?
3. Apa saja Klasifikasi Bedah Jantung ?
4. Apa Tujuan Operasi Bedah Jantung ?
5. Apa saja Diagnosis Penderita Penyakit Jantung ?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien intra bedah jantung.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari bedah jantung
b. Mengetahui patofisologi
c. Mengetahui klasifikasi bedah jantung
d. Mengetahui Tujuan operasi bedah jantung
e. Mengetahui diagnose penderita penyakit jantung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bedah jantung adalah Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai
masalah jantung. Prosedur yang tersering mencakup angiolasti koroner perkutan, revaskularisasi
arteri koroner, dan perbaikan dan penggantian katup jantung yang rusak
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan
penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat
dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun
sham. Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih
awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi
kelemahan yang berarti. Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus
dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat. Mungkin tak ada
intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.

B. Patofisologi
Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara aliran darah arteri koronaria dengan
kebutuhan miokard. Pada CAD menunjukkan ketidakseimbangan antar aliran darah arterial dan
kebutuhan miokardium.
Keseimbangan ini dipengaruhi oleh :
a. Aliran darah koroner
b. Kepekaan miokardium terhadap iskhemik
c. Kadar oksigen dalam darah
Aliran darah arterial yang berkurang hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria
sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.
Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahaan vaskuler
yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.Dengan demikian keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen genting, membahayakan myokardium distal dan daerah lesi. Lesi
yang bermakna  secara klinis, yang dapat menyebabkan iskemi dan disfungsi miokardium
biasanya menyumbat lebih dari 75 % lumen pembuluh darah.
Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara
berikut :
1. Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak
2. Perdarahan pada plak ateroma
3. Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit
4. Embolisasi trombus / fragmen plak
5. Spasme arteria koronaria
Lesi-lesi arteroskleosis biasanya berkembang pada segmen epikardial proksimal dari arteria
koronaria yaitu pada temapat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlekatan. Pada tahap
lebih lanjut lesi-lesi yang tersebar difus menjadi menonjol.
Aterosklerosis
,Spasme aa.
Coronaria

Hipoksia
Jaringan Perubahan
iskemic metabolisme
Fungsi Ventrike
Gangguan gerakan menurun Kontraksi
jantung Miokardium
menurun
Perubahan
hemodinamik

Curah jantung
menurun

Tekanan darah
meningkat,
denyut jantung
menurun

C. Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal)
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.

D. Tujuan Operasi Bedah Jantung

Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :

1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh
VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama
pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan
operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan
saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan
arteri koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan
blok total atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab
lain.
E. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang
biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
Klas   I    : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
Klas  II    : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.
Klas III   : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV   : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain
sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan berdasarkan resiko
yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot
adalah pada umur 3 – 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu
insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III.Hal ini adalah saat
operasi dilakukan.Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2x
lebih tinggi bila dilakukan elektif.
Komplikasi potensial yang dapat terjadi mencakup
a. Komplikasi jantung: gagal jantung kongestif, infark miokardium, henti jantung, 
disritmia.

b. Komplikasi paru: edema paru, emboli paru. efusi pleura, pneumo atau hematotoraks,
gagal napas. sindrom distres napas dewasa

c. Perdarahan

d. Komplikasi neurologis: cedera serebrovaskuler, emboli udara

e. Nyeri

f. Gagal ginjal, akut atau kronis

g. Ketidakseimbangan elektrolit

h. Gagal hati

i. Koagulopati

j. Infeksi, sepsis

F. Pemeriksaan penunjang Penyakit Jantung


Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis maka
diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani,
laboratorium, maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :

1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai


alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat
pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat
gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi
Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat
bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena
kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
6. Kateterisasi   jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung
kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.

G. perawatan pasien bedah jantung


1. Perawatan Pre bedah jantung
a. pengkajian
Pengkajian Kesehatan. Riwayat praoperatif dan pengkajian kesehatan harus lengkap
dan didokumentasikan dengan balk karena merupakan landasan sebagai pembanding
pascaoperatif. Pengkajian sistematis mengenai semua sistem harus dilakukan, dengan
penekanan pada fungsi kardiovaskuler.
Status fungsional sistem kardiovaskuler ditentukan dengan mengamati simptomatologi
pasien. termasuk pengalaman sekarang maupun masa lampau tentang adanya nyeri dada,
hipertensi. berdebar-debar. sianosis, susah bernapas (dispnu). nyeri tungkai yang terjadi
setelah berjalan, ortopnu. dispnu nokturnal paroksismal, edema perifer dan klaudikasio
intermiten. Karena perubahan curah jantung dapat mempengaruhi fungsi ginjal, pernapasan.
gastrointestinal, kulit, hematologi dan saraf. maka sistem-sistem tersebut harus dikaji
dengan lengkap.
Riwayat penyakit utama, pembedahan sebelumnya, terapi obat-obatan, dan
penggunaan obat, alkohol dan tembakau juga harus dieksplorasi.
Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap, dengan penekanan khusus pada parameter berikut:
a. Keadaan umum dan tingkah laku
b. Tanda-tanda vital
c. Status nutrisi dan cairan, berat dan tinggi badan
d. Inspeksi dan palpasi jantung, menentukan titik impuls maksima! (PMI = point
b. of maximal impulse), pulsasi abnomsal, thrill
a. Auskukasi jantung, mencatat frekuensi nadi, mama dan kualitasnya. S, S4, snap,
klik, murmur, friction rub
b. Tekanan vena jugularis
c. Denyut nadi perifer
d. Edema perifer
e. Pengkajian Psikososial.
Pengkajian psikososial dan pengkajian kebutuhan belajar-mengajar pasien
dankeluarganya sama pentingnya dengan pemeriksaan tisik. Persiapan pembedahan
jantung merupakan sumber stres yang berat bagi pasien dan keluarganya. Mereka akan
menjadi cemas dan ketakutan dan kadang mempunyai banyak pertanyaan yang tidak
terjawab. Kecemasan mereka biasanya bertambah saat pasien dirawat di rumah sakit dan
segera dilakukan operasi. Pengkajian beratnya kecemasan sangat penting. Bila ringan,
mungkin merupakan penolakan. Bila berat, perlu diajarkan pemakaian mekanisme koping
secara .efektif melalui penyuluhan praoperatif. Pertanyaan perlu diajukan untuk
memperoleh informasi berikut mengenai pasien maupun keluarganya:

b. Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang Persiapan

1. Melakukan serah terima dengan perawat ruangan


2. Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
3. Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
4. Memberikan surport kepada pasien
5. Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti
ganti baju, pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
6. Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
7. Menciptakan situasi yang tenang
8. Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan
alat bantu dengar
9. Membawa pasien keruang operasi

2. Perawatan Intra Operasi


Kebanyakan prosedur pembedahan jantung dilakukan melalui insisi sternotomi median.
Pasien dipersiapkan untuk pemantauan bcrkcsinambungan: elektroda, kateter indwelling, dan
probe dipasang sebelum prosedur untuk rnemudahkan pengkajian status pasien dan
penubahan terapi bila diperlukan. Pipa intravena harus dipasang bila diperlukan pemberian
cairan, obat, dan komponen darah. Selain itu pasien akan diintubasi dan dihubungkan dengan
ventilasi mekanis. Sebelum insisi dada ditutup, dipasang tabung dada untuk pengeluaran
udara dan drainase dan mediastinum dan toraks. Elektroda pacu jantung epikardial
diimplantasikan pada permukaan atrium kanan dan ventrikel kanan. Elektroda epikardial ini
dapat dipakai pascaoperatif untuk memacu jantung atau untuk memantau jantung apabila ada
disritmia melalui lead atrium. Selain membantu prosedur pembedahan, perawat bedah juga
bertanggung jawab terhadap kenyamanan dan keamanan pasien. Ruang lingkup intervensinya
meliputi mengatur posisi, perawatan kulit, serta dukungan emosional terhadap pasien dan
keluarganya. Komplikasi intraoperatif yang mungkin terjadi meliputi disritmia, pendarahan,
infark miokardium, cedera pembuluh darah otak, emboli, dan gagal organ akibat syok,
embolus atau reaksi obat. Pengkajian pasien imraoperatif yang cermat sangat penting dalam
mencegah komplikasi tersebut selain dapat mendeteksi gejala dan memulai tindakan segera.

a. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain: guedel,
laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
b. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula, sungkup,
bagging dan ventilator
c. Circulation (sirkulasi):
1. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding  miokard
bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
2. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau  tekanan arteri dan analisa gas darah
3. Pemasangan CVP untuk pemberian darah  autologus dan infuse kontinu serta
obat-obatan  yang  perlu diberikan
4. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk mengevaluasi
status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekuatnya
perfusi perifer dan hipertermi maligna
5. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau
kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
6. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan  tujuan tidak sadar, amnesia,
analgesia, relaksasi otak dan  menurunkan respons stress, sedang obat lain seperti
inotropik, kronotropik, antiaritmia, diuretic, anti  hipertensi, anti kuagulan dan
kuagulan juga perlu
d. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
e. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran
untuk mencegah  panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
f. Posisi pasien dimeja operasi
g. Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu
diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi
operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian
yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
h. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping.
Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.

3. Perawatan POST OPERATIF


1. Pengkajian
Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut;
a. Status neurologis—tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya,
refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
b. Status Jantung—frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP =
pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan
pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik
dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO,) bila ada, drainase rongga dada, dan status
serta fungsi pacemaker.
c. Status respirasi—gerakan dada, suana napas, penentuan ventilator (fnekuensi, volume
tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEPfl,
kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO,), CO2 akhir tidal,
pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.
d. Status pembuluh darah perifer—denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa.
bibir dan cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
e. Fungsi ginjal—haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas
f. Status cairan dan elektrolit—asupan; haluaran dan semua pipa drainase. serta parameter
curah jantung, dan indikasi ketidakseinibangan elektrolit berikut:
Hipokalemia: intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T
yang datar atau terbalik)
Hiperkalemia.- konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas,
disrirmia (tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks
QRS; perpanjangan interval QT)
Hiponatremia: kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma
Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani
Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole
g. Nyeri—sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri
angina): aprehensi, respons terhadap analgetika.
h. Catatan: Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interns
akan mengalaini parestesis nervus ulnanis pada sisi yang sama dengan graft yang
diambil. Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien yang menjalani
CABG dengan arieni gasiroepiploika juga akan mengalami ileus selama beberapa
waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri
dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan
apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2 akhir tidal, monitor
Sa02, kateter arteri paru, monitor SO2, pipa arteri dan vena, slat infus intravena dan
selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase urin.
Begitu pasien sadar dan mengalami kemajuan selama periode pascaoperatif,
perawat harus mengembangkan pengkajian dengan memasukkan parameter yang
menunjukkan status psikologis dan emosional. Pasien dapat irternperlihatkan iingkah laku
yang mencerminkan penolakan dan depresi atau dapat pula mengalami psikosis pasca
kardiotomi. Tanda khas psikosis meliputi (1) ilusi persepsi sementara, (2) halusinasi
dengar dan penglihatan (3) disorientasi dan waham paranoid.
2. Pengkajian Komplikasi
Pasien terus-menerus dikaji mengenai adanya indikasi ancaman komplikasi.
Perawat dan dokter bekerja secara kolaboratif unruk mengetahui tanda dan gejala awal
komplikasi dan memberikan tindakan untuk mencegah perkemhangannya.
Penurunan Curah Jantung. Penurunan curah jantung selalu merupakan ancaman
bagi pasien yang baru saja menjalani pembedahan jantung. Hal ini dapat terjadi karena
berbagai penyebab:
a. Gangguan preload—terlalu sedikit atau terlalu banyak volume darah yang
kembali ke jantung akibat hipovolemia. perdarahan yang berlanjut. tamponade
jantung, atau cairan yang berlebihan.
b. Gangguan afterload—arteri dan kapiler yang terlalu konstriksi atau terlalu
dilatasi karena perubahan suhu tubuh atau hipertensi.
c. Gangguan frekuensi jantung—terlalu cepat, terlalu lambat. atau disritmia
d. Gangguan kontraktilitas—gagal jantung. infark miokardium. ketidakseiinbangan
elektrolit, hipoksia
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi setelah pembedahan
jantung. Pengkajian keperawatan untuk komplikasi ini meliputi pemantauan asupan dan
haluaran, berat PAWP, hasil pengukuran tekanan atrium kiri dan CVP, tingkat
hematokrit, distensi vena leher, edema, ukuran hati, suara napas (misalnya krekels halus,
wheezing) dan kadar elektrolit. Perubahan elektrolit serum harus dilaporkan segera
sehingga penanganan dapat segera diberikan. Yang penting kadar kalium, natrium dan
kalsium tinggi atau rendah
Gangguan pertukaran gas adalah komplikasi lain yang mungkin terjadi pasca
bedah jantung. Semua jaringan tubuh memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang
adekuat untuk bertahan hidup. Untuk mencapai hal tersebut pada pasca pembedahan,
maka perlu dipasang pipa endotrakeal dengan bantuan ventilator selama 4 sampai 48 jam
atau lebih. Bantuan ventilasi dilanjutkan sampai nilai gas darah pasien normal dan pasien
menunjukkan kemampuan bernapas sendiri. Pasien yang stabil setelah pembedahan dapat
diekstubasi segera setelah 4 jam pasca pembedahan, sehingga mengurangi kecemasannya
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan berkomunikasi. Pasien dikaji terus menerus
untuk adanya indikasi gangguan pertukaran gas; gelisah, cemas, sianosis pada selaput
lendir dan jaringan perifer, takikardia dan berusaha melepas ventilator. Suara napas dikaji
sesering mungkin untuk mendeteksi adanya cairan dalam paru dan untuk memantau
pengembangan paru Gas darah arteri selalu dipantau.
Gangguan Peredaran Darah Otak. Fungsi otak sangat tergantung pada suplai
oksigen darah yang berkesinambungan. Otak tidak memiliki kapasitas untuk menyimpan
oksigen dan sangat bergantung pada perfusi berkesinambungan yang adekuat dan
jantung. Jadi sangat penting mengobservasi pasien mengenai adanya gejala hipoksia:
gelisah, sakit kepala, konfusi. dispnu, hipotensi. dan sianosis. Gas darah arteri, SaO, SO
dan CO akhir tidal harus dikaji bila ada penurunan oksigen dan peningkatan
karbondioksida. Pengkajian status neurologis pasien meliputi tingkat kesadaran. respons
terhadap perintah verbal dan stimulus nyeri, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya.
gerakan ekstremitas. kekuatan menggenggarn tangan. adanya denyut nadi poplitea dan
kaki, begitu juga suhu dan warna ekstremitas. Setiap tanda yang menunjukkan adanya
perubahan status harus dicatat dan setiap temuan yang abnormal harus dilaporkan ke ahli
bedah segera karena bisa merupakan tanda awal komplikasi pada periode pascaoperatif.
Hipoperfusi dan mikroemboli dapat rnenyebahkan kerusakan sistem saraf pusat setelah
pembedahan jantung.
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan dalam pengkajian
perawat mengumpulkan berbagai data sebelum mendiagnosa penyakit pasien.
1. Identitas klien dan keluarga
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur,jenis kelamin, pendidikan, dan alamat.
b. Data penanggung jawab
Meliputi Nama, pekerjaan, Alamat, dan hubungan
c. Diagnose dan informasi Medik
Diagnose dan informasi medic ini meliputi tanggal masuk, No MR, Ruang Rawat,
Diagnosa Medik, yang mengirim/Merujuk Dan alas an Masuk.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan
datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas
cepat
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat warung

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung

3. Pemeriksaan Fisik
a.  Kesadaran       : Composmentis
b. Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
c. TTV
Nadi                    : 90-110 x/menit
TD                       : 110/70-140/90 mmHg
RR                      : 24-27 x/menit
Suhu                    : 37,5-38.5 ̊ C
d. Rambut           : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
e. Wajah              : Normal, konjungtiva pucat
f. Hidung            : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip
g.  Mulut              : Bersih
h. Leher               : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
·      i. Thorax
·          j. Jantung
Inspeksi           : tampak ictus cordis
Palpasi             : ictus cordis kuat angkat
Perkusi            : batas jantung melebar
Auskultasi       : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
·        k.  Paru
Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
 Palpasi             : ada otot bantu pernafasan
 Perkusi            : sonor
 Auskultasi       : weezing
·       l.   Abdomen                                                                  
Inspeksi           : Bulat datar
 Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi            : -
 Auskultasi       : Bising usus (+)
·        m. Ekstremitas 
 Eks. Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
 Eks. Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
Genetalia         : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid

B. Diagnosa keperawatan
a. Pre operasi jantung
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
2. Defisit pengetahuan pengetahuan berhubungan dengan kurang tepapar
infornasi
b. Post operasi jantung
1. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2. Risiko perfusi miokard tidak efektif
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisilogis
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
C. INTERVENSI
a.pre operasi jantung

DIAGNOSA SLKI SIKI


1. Ansietas Setelah dilakukan Terapi relaksasi (hlm 436)
berhubungan dengan tiindakan selama 1x8 Observasi
ancaman kematian jam ditanda dengan 1. Identifikasi teknik relaksasi
Kritia hasil : yang pernah efektif
Tingkat ansietas 2. Periksa ketegangan otot,
1.perilaku gelisah frekuensi nadi,tekanan
menurun darah,dan suhu sebelum
2. perilaku tegang sesudah latihan
menurun Terapieutik
3. frekuensi nafas 1. Berikan informasi
membaik tertulis tentang
4. frekuensi nadi persiapan dan
membaik prosedur relaksasi
5. tekanan darah 2. Gunakan relaksasi
membaik sebagai trategi
6. pola tidur membaik penunjang dengan
analgetik.
3. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
2.Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan (hlm 65)
pengetahuan tiindakan selama 1x8 Observasi
berhubungan dengan jam ditanda dengan 1.identiifikasi kesiapan dan
kurang tepapar Kritia hasil : kemampuan menerima informasi
infornasi Tingkat pengetahuan Terapieutik
(146) a. Sedikan materi dan media
1.perilaku sesuai pendidikan kesehatan
anjuran membaik b. Jadwalkan pendidikan
2. kemampuan kesehatan sesuai
menjelaskan mambaik kesepakatan
3. perilaku sesuai c. Berikan kesempatan untuk
pengetahuan meningkat bertanya
4. persepsi yang keliru Edukasi
terhadap masalah a. Jelaskan factor resiko yang
menurun. dapat mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan stategi untuk
digunakan dalam
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
b.post operasi Jantung

DIAGNOSA SLKI SIKI


1. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (hlm 247)
pertukaran Gas tiindakan selama Observasi
berhubungan 1x8 jam ditanda 1. Monitor frekuensi,irama,kedalaman
dengan dengan Kritia hasil : dan upaya nafas.
ketidakseimbanga Pertukaran gas 2. Monitor pola nafas
n ventilasi-perfusi. (hlm 94) 3. Auskultasi bunyi nafas
1. Dispnea 4. Monitor saturasi oksigen
menurun Terapeutik
2. Bunyi napas 1. Atur interval pemantauan respirasi
tambahan sesuai kondisi pasien.
3. Pusing
menurun
4. Gelisah
menurun
5. PCO2
membaik
6. Takikardi
membaik
7. Pola nafas
membaik
2. Risiko Setelah dilakukan Perawatan jantung (hlm 317)
perfusi miokard tiindakan selama Observasi
tidak efektif 1x8 jam ditanda a. Idnetifikasi tanda dan gejala primer
dengan Kritia hasil : penurunan curah jantung
Perfusi miokard b. Monitor tekanan darah
(83) c. Monitor intake dan output
1.gambaran ekg d. Monitor keluhan nyeri dada
arimia menurun e. Monitor aritmia
2, nyeri dada
menurun Edukasi
3.Arteri apical a. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
mambaik toleransi
4. takikardi b. Anjurkan beraktifitas fisik secara
membaik bertahap
5. bradikardi c. Kolaborasi pemberian obat
membaik antiaritmia.
6. tekanan darah
membaik

3. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (hlm 201)


berhubungan tiindakan selama Observasi
dengan agen 1x8 jam ditanda a. Identifikasi lokasi
pencederaaan dengan Kritia hasil : nyeri,karakteristik,durasi,frekuenasi
fisiologi Tingkat nyeri (145) dan kualitas nyeri
1.keluhan nyeri b. Identifikasi skala nyeri
berkurang Terapieutik
2. meringis a. Berikaan teknik
berkurang nonfarmakologis untuk
3. gelisah berkurang mengurangi nyeri
4. kemampuan b. Fasilitasi istirahat dan tidur
beraktivitas c. Berikan obat analgetik untuk
meningkat penghilang nyeri.
5. frekuensi nadi
meningkat
6. pola nafas
membaik
7. pola tidur
membaik
4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy (176)
aktivitas tiindakan selama Observasi
berhubungan 1x8 jam ditanda a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dengan kelemahan dengan Kritia hasil : yang mengakibatkan kelelahan
Toleransi aktifitas b. Monitor jam tidur
(hlm 149) Terapieutik
1.frekuensi nadi a. Lakukan latihan rentang gerak pasif
meningkat dan aktif
2. saturasi oksigen Edukasi
meningkat a. Anjurkan tirah baring
3. aktivitas sehari- b. Anjurkan beraktifitas
hari meningkat bertahap
4. keluhan lemah c. Kolaborasi dengan
menurun ahligizi untuk
5. artimia saaat meningkatkan asupan
beraktivitas makanan.
menurun
6. tekanan darah
membaik
7. frekuensi nafas
membaik.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Operasi Jantung Dibagi Atas :

a. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
b. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka
rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.

Tujuan bedah jantung antara lain :

a. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada


b. Transposition Of Great Arteri (TGA).
c. Operasi paliatif
d. Repair
e. Replacement katup
f. Bypass koroner
g. Pemasangan inplant
h. Transplantasi jantung

B.     Saran

a. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit


b. Mengurangi nyeri pada pasien
c. Meningkatkan istirahat yang cukup
d. Mencegah suhu tubuh agar tetap normal
e. Jaga pola makan dan gaya hidup
DAFTAR PUSTAKA

Shodiq,abror.2004.operating room,instalasi bedah sentral RS dr.sardjito Yogyakarta.

Smeltzer,Suzanne C.and Brenda G bare.2002. buku ajar keperawatan medical bedah


:brunner suddarht,vol.1 EGC: Jakarta.

Tim pokja SDKI.2016. standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI).jakarta : dewan


pengurus pusat
Tim pokja SLKI 2018. standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI).jakarta : dewan
pengurus pusat
Tim pokja SIKI.2018. standar Intervensi keperawatan Indonesia (SiKI).jakarta : dewan
pengurus pusat

Anda mungkin juga menyukai