Dosen Pembimbing :
Ns.Defia Roza,S.Kep.M.Biomed
Disusun Oleh:
NAMIRA FITRIA
(183110224)
A. Latar Belakang
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan
penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat
dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun
silam.Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih
awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi
kelemahan yang berarti.Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus
dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.Mungkin tak ada
intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan, telah
dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi.Di Amerika Serikat pembedahan serupa
yang sukses, juga penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902. Diikuti oleh pembedahan
katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di tahun 1937 dan 1938, dan reseksi
koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur pintasan arteri koroner bermula di tahun 1954.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan jantung
adalah teknik pintasan jantung-paru.Pertama kali digunakan dengan berhasil pada manusia di
tahun 1951.Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan menggunakan
pintasan jantung paru.Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika Utara. Kebanyakan
prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG = coronary artery bypass graft) dan
perbaikan atau penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan
pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta program
rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang aman untuk
pasien dengan penyakit jantung.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien intra bedah jantung.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari bedah jantung
b. Mengetahui patofisologi
c. Mengetahui klasifikasi bedah jantung
d. Mengetahui Tujuan operasi bedah jantung
e. Mengetahui diagnose penderita penyakit jantung
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bedah jantung adalah Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai
masalah jantung. Prosedur yang tersering mencakup angiolasti koroner perkutan, revaskularisasi
arteri koroner, dan perbaikan dan penggantian katup jantung yang rusak
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan
penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat
dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun
sham. Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih
awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi
kelemahan yang berarti. Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus
dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat. Mungkin tak ada
intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
B. Patofisologi
Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara aliran darah arteri koronaria dengan
kebutuhan miokard. Pada CAD menunjukkan ketidakseimbangan antar aliran darah arterial dan
kebutuhan miokardium.
Keseimbangan ini dipengaruhi oleh :
a. Aliran darah koroner
b. Kepekaan miokardium terhadap iskhemik
c. Kadar oksigen dalam darah
Aliran darah arterial yang berkurang hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria
sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.
Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahaan vaskuler
yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.Dengan demikian keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen genting, membahayakan myokardium distal dan daerah lesi. Lesi
yang bermakna secara klinis, yang dapat menyebabkan iskemi dan disfungsi miokardium
biasanya menyumbat lebih dari 75 % lumen pembuluh darah.
Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara
berikut :
1. Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak
2. Perdarahan pada plak ateroma
3. Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit
4. Embolisasi trombus / fragmen plak
5. Spasme arteria koronaria
Lesi-lesi arteroskleosis biasanya berkembang pada segmen epikardial proksimal dari arteria
koronaria yaitu pada temapat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlekatan. Pada tahap
lebih lanjut lesi-lesi yang tersebar difus menjadi menonjol.
Aterosklerosis
,Spasme aa.
Coronaria
Hipoksia
Jaringan Perubahan
iskemic metabolisme
Fungsi Ventrike
Gangguan gerakan menurun Kontraksi
jantung Miokardium
menurun
Perubahan
hemodinamik
Curah jantung
menurun
Tekanan darah
meningkat,
denyut jantung
menurun
C. Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal)
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh
VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama
pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan
operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan
saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan
arteri koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan
blok total atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab
lain.
E. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang
biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.
Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain
sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan berdasarkan resiko
yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot
adalah pada umur 3 – 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu
insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III.Hal ini adalah saat
operasi dilakukan.Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2x
lebih tinggi bila dilakukan elektif.
Komplikasi potensial yang dapat terjadi mencakup
a. Komplikasi jantung: gagal jantung kongestif, infark miokardium, henti jantung,
disritmia.
b. Komplikasi paru: edema paru, emboli paru. efusi pleura, pneumo atau hematotoraks,
gagal napas. sindrom distres napas dewasa
c. Perdarahan
e. Nyeri
g. Ketidakseimbangan elektrolit
h. Gagal hati
i. Koagulopati
j. Infeksi, sepsis
a. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain: guedel,
laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
b. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula, sungkup,
bagging dan ventilator
c. Circulation (sirkulasi):
1. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding miokard
bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
2. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan analisa gas darah
3. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse kontinu serta
obat-obatan yang perlu diberikan
4. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk mengevaluasi
status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekuatnya
perfusi perifer dan hipertermi maligna
5. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau
kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
6. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan tujuan tidak sadar, amnesia,
analgesia, relaksasi otak dan menurunkan respons stress, sedang obat lain seperti
inotropik, kronotropik, antiaritmia, diuretic, anti hipertensi, anti kuagulan dan
kuagulan juga perlu
d. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
e. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran
untuk mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
f. Posisi pasien dimeja operasi
g. Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu
diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi
operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian
yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
h. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping.
Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
c. TTV
Nadi : 90-110 x/menit
TD : 110/70-140/90 mmHg
RR : 24-27 x/menit
Suhu : 37,5-38.5 ̊ C
d. Rambut : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
e. Wajah : Normal, konjungtiva pucat
f. Hidung : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip
g. Mulut : Bersih
h. Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
· i. Thorax
· j. Jantung
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung melebar
Auskultasi : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
· k. Paru
Inspeksi : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi : ada otot bantu pernafasan
Perkusi : sonor
Auskultasi : weezing
· l. Abdomen
Inspeksi : Bulat datar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : -
Auskultasi : Bising usus (+)
· m. Ekstremitas
Eks. Atas : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
Genetalia : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
B. Diagnosa keperawatan
a. Pre operasi jantung
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
2. Defisit pengetahuan pengetahuan berhubungan dengan kurang tepapar
infornasi
b. Post operasi jantung
1. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2. Risiko perfusi miokard tidak efektif
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisilogis
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
C. INTERVENSI
a.pre operasi jantung
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Operasi Jantung Dibagi Atas :
a. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
b. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka
rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
B. Saran