Oleh:
Namira Fitria
(183110224)
PENDAHULUAN
1.2.2
Selain itu penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur, yakni pada
masa neonatus, bayi dan anak :
1. Periode Neonatus
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus, dan bila
ada biasanya berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan elektrolit atau gangguan
metabolik lainnya.
Lesi jantung kiri seperti sindrom hipoplasia jantung kiri, koarktasio aorta,
atau stenosis aorta berat adalah penyebab penting gagal jantung pada 1 atau 2
minggu pertama.
2. Periode bayi
Antara usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab tersering ialah kelainan
struktural termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten atau defek
septum atrioventrikularis
3. Periode Anak
Gagal jantung pada penyakit jantung bawaan jarang dimulai setelah usia 1
tahun. Di negara maju, karena sebagian besar pasien dengan penyakit jantung
bawaan yang berat sudah dioperasi, maka praktis gagal jantung bukan menjadi
masalah pada pasien penyakit jantung bawaan setelah usia 1 tahun.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac
output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV:
Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada
jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung);
(2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3)
Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan
tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah
sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu
tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat
memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi
ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini
sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek
penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem
rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal
jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
1. Edema
2. Hepatomegali
3. Anoreksia
4. Nokturia
5. Lemah.
E. Manifestasi Klinis
1. Pada bayi, gejala Gagal jantung biasanya berpusat pada keluhan orang tuanya bahwa
bayinya tidak kuat minum, lekas lelah, bernapas cepat, banyak berkeringat dan berat
badannya sulit naik.
2. Anak yang lebih besar dapat mengeluh lekas lelah dan tampak kurang aktif, toleransi
berkurang, batuk, mengi, sesak napas dari yang ringan (setelah aktivitas fisis
tertentu), sampai sangat berat (sesak napas pada waktu istirahat).
3. Pada gagal jantung kanan
terjadi karena gangguan atau hambatan daya pompa ventrikel kanan sehingga isi
sekuncup ventrikel kanan menurun, biasanya gejala yang ditemukan berupa edema
tumit dan tungkai bawah, hepatomegali, lunak dan nyeri tekan; bendungan pada vena
perifer (vena jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites.
Keluhan yang timbul berat badan bertambah akibat penambahan cairan badan,
kaki bengkak, perut membuncit, perasaan tidak enak di epigastrium.
4. Pada gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri
terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri, biasanya
ditemukan keluhan berupa perasaan badan lemah, berdebar-debar, sesak, batuk,
anoreksia, keringat dingin. Tanda obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea,
ronki basah paru di bagian basal, bunyi jantung III,
F. Komlikasi CHF
1. Edema pulmonal
2. Miocardiac infark
3. Gagal ginjal
4. Gagal hati.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Foto dada : dengan sedikit perkecualian, biasanya disertai kardiomegali. Paru tampak
bendungan vena pulmonal.
2. Elektrokardiografi : di samping frekuensi QRS yang cepat atau disritmia, dapat
ditemukan pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda penyakit miokardium/
pericardium.
3. Ekokardiografi : M-mode dapat menilai kuantitas ruang jantung dan shortening
fraction yaitu indeks fungsi jantung sebagai pompa. Pemeriksaan Doppler dan
Doppler berwarna dapat menambah informasi secara bermakna.
4. Terdapat tiga aspek yang penting dalam menanggulangi Gagal jantung : pengobatan
terhadap Gagal jantung, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan
pengobatan terhadap faktor pencetus. Termasuk dalam pengobatan medikamentosa
yaitu mengurangi retensi cairan dan garam, meningkatkan kontraktilitas dan
mengurangi beban jantung.
Pengobatan umum meliputi istirahat, pengaturan suhu dan kelembaban, oksigen,
pemberian cairan dan diet.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan dalam pengkajian
perawat mengumpulkan berbagai data sebelum mendiagnosa penyakit pasien.
1. Identitas klien dan keluarga
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur,jenis kelamin, pendidikan, dan alamat.
b. Data penanggung jawab
Meliputi Nama, pekerjaan, Alamat, dan hubungan
c. Diagnose dan informasi Medik
Diagnose dan informasi medic ini meliputi tanggal masuk, No MR, Ruang Rawat,
Diagnosa Medik, yang mengirim/Merujuk Dan alas an Masuk.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien sesak nafas, dan tidak mau menyusui (pada bayi), rewel, gelisah.
b. Keluhan dahulu
Pasien memiliki riwayat faktor-faktor penyebab seperti : hipertensi, penyakit katub,
penyakit jantung bawaan, infark miokard, gagal ginjal, bedah jantung, endokarditis,
SLE, anemia, syok septik, kelainan pada otot jantung, aterosklerosis koroner,
peradangan dan penyakit miokardium, degeneratif atau tidak.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanda : penambahan berat badan secara signifikan dan distensi abdomen/asites serta
oedema.
b. Pola Eliminasi
Untuk kasus CHF perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi.Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna,
bau, dan jumlah.Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
Gejala yang ditemukan : penurunan volume urin, urin berwarna gelap, kebiasaan
berkemih malam hari (nokturia).
d. Pola Aktivitas
Pada klien dengan CHF sering ditemukan keletihan dan kelelahan sepanjang hari, nyeri
dada dan sesak saat beraktivitas, sesak saat istirahat.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Penginderaan/Tingkat Kesadaran
Pasien mengalami konfusi karena volume darah dan cairan pembuluh darah
meningkat. Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara jelas.
d. Jantung
Jantung diauskultasi mengenai adanya S1&S4.Jika ada berarti pompa mulai
mengalami kegagalan.Catat frekuensi dan irama jantung.Jika frekuensinya terlalu
cepat menunjukkan ventrikel perlu waktu lebih banyak untuk pengisian dan stagnasi
darah terjadi di atria, akhirnya di paru.
e. Perifer
Kaji adanya udem di bagian bawah tubuh pasien.Jika pasien duduk tegak, periksa
kaki dan tungkai bawah.Jika pasien berbaring terlentang, kaji sacrum dan
punggungnya.Kaji juga jaridan tangannya.Terjadi edema periorbital (kelopak mata
tertutup karena bengkak). Hati diperiksa untuk menentukan adanya hepatojugular
refluks(HJR).
g. Sirkulasi
Tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan); normal (GJK ringan atau kronis;
atau tinggi (kelebihan beban caiaran/peningkatan TVS).Tekanan nadi mungkin sempit,
menunjukkan penurunan volume sekuncup, adanya takikardi, disaritmia, titk denyut
maksimal mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior ke kiri.bunyi jantung
S3 adalah diagnostic; S4 dapat terjadi; S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik
dan diastolic dapat menandakan adanya stenosis katup. Nadi perifer berkurang;
perubahan kekuatan denyutan dapat terjadi; nadi sentral mungkin kuat.Warna kulit
pucat.Punggung kuku pucat dengan pengisian kapiler lambat, pembesaran hepar, dan
ada reflek hepetojugularis. Bunyi nafas krekels, ronki dan terdapat edema.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan irama Jantung.
2. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (mis.nyeri saat
bernafas, kelemahan otot bernafas)
C. INTERVENSI