Disusun oleh
NAMIRA FITRIA
183110224
2. B
Dosen Pembimbing
Tasman,S.Kep.M.Kep.Sp.Kom
Namira fitria
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar belakang…………………………….…………………………………………………...4
B. Rumusan masalah………………………………………..………………………………….…4
C. Tujuan……………………………….…………………………………………………………5
BAB II.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................6
A. fenomena penyakit tidak menular secara global, nasional, dan sumatera barat..............................6
B. lingkup penyakit tidak menular....................................................................................................10
C. faktro risiko penyakit tidak menular.............................................................................................11
D. apa saja program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak menular...................12
E. masalah gangguan kardiovaskuler utama di indonesia dan sumatera barat..................................16
F. factor resiko gangguan kardiovaskuler.........................................................................................19
G. Deteksi dini dan screening gangguan/masalah kardiovaskuler.....................................................22
H. Upaya pengendalian masing-masing factor resiko ptm dan gangguan kardiovaskuler.................23
I. Program POSBINDU PTM..........................................................................................................26
BAB III....................................................................................................................................................29
PENUTUP...............................................................................................................................................29
A. Kesimpulan..............................................................................................................................29
B. Saran........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan kajian data yang ada, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan
jenis penyakit tidak menular yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan segera.
Demikian juga Kementrian Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular juga telah menetapkan jenis penyakit tidak menular prioritas yaitu penyakit jantung
dan pembuluh darah, Diabetes Mellitus (DM), penyakit paru kronis, kanker (khususnya kanker
cervik dan payudara).
Perkembangan PTM di Indoneisa belum dapat dikaji dengan baik, yang disebabkan
belum adanya data yang sistematik yang secara rutin didapatkan secara berjenjang dan
terintegrasi baik lintas program maupun lintas sector di tingkat regional maupun nasional.
Ketersediaan data yang lengkap dan tepat waktu sangat dibutuhkan guna penentuan kebijakan
yang efektif dan efisien dalam upaya pengendalian PTM. Dengan melihat perbandingan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang merupakan sumber data yang cukup lengkap secara
nasional, sudah menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan untuk beberapa
PTM.
Penyakit Jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di
negara maju maupun berkembang, baik penyakit jantung bawaan maupun didapat. Penyakit ini
menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari
3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian
“dini” yang disebabkan oleh penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara
berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja fenomena penyakit tidak menular di global, nasional dan di sumatera
barat?
2. Bagaimana ruang lingkup penyakit tidak menular?
3. Apa saja factor risiko penyakit tidak menular?
4. Apa saja program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak menular?
5. Apa saja fenomena penyakit kardiovaskulerdi global,nasional dan disumatera barat?
6. Masalah apa saja yang terjaadi gangguan kardiovaskuler utama di Indonesia,dan
sumatera Barat.?
7. Apa saja factor risiko gangguan kardiovaskuler.?
8. Bagaimana deteksi dini dan screening gangguan/masalah kardiovaskuler.?
9. Apa saja upaya pengandalian masing-masing factor risiko PTM dan gangguan
kardiovaskuler. ?
10. Apa saja program posbindu PTM?
C. Tujuan
1. Mengetahui fenomena penyakit tidak menular di global, nasional dan di sumatera
barat
2. Mengetahui ruang lingkup penyakit tidak menular
3. Mengetahui factor risiko penyakit tidak menular
4. Mengetahui program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak
menular
5. Mengetahui fenomena penyakit kardiovaskulerdi global,nasional dan disumatera
barat
6. Mengetahui Masalah apa saja yang terjaadi gangguan kardiovaskuler utama di
Indonesia,dan sumatera Barat.
7. Mengetahui factor risiko gangguan kardiovaskuler.
8. Mengetahui deteksi dini dan screening gangguan/masalah kardiovaskuler.
9. Mengetahui upaya pengandalian masing-masing factor risiko PTM dan gangguan
kardiovaskuler.
10. Mengetahui program posbindu PTM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. fenomena penyakit tidak menular secara global, nasional, dan sumatera barat
1. fenomena Penyakit tidak tidak menular secara global
Tabel 1.1
Estimasi Proporsi Penyakit Tidak Menular Sebagai Penyebab Kematian
di Beberapa Negara SEARO (WHO, 2014)
Tabel 1.2
Disparitas Prevalensi Penyakit Tidak Menular Utama antar Provinsi di Indonesia
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Barat berdasarkan
hasil pengukuran tekanan darah adalah 31,2%, dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan adalah 0,9%, sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat
hipertensi adalah 9,2%. Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan dan atau minum obat hipertensi 9,2%. Memperhatikan angka prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis atau minum obat dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, pada umumnya nampak
perbedaan prevalensi yang cukup besar. Tabel di atas menunjukkan 33,0% penduduk Sumatera
Barat mengalami gangguan persendian, dan angka ini lebih tinggi dari prevalensi Nasional yaitu
30,3%. Sementara prevalensi penyakit persendian berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan
adalah 19,0%, masih di atas angka Nasional yaitu 14,0%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi
penyakit persendian (D) di Sumatera Barat berkisar 8,2-29,0%, dengan terendah di
Kab.Payakumbuh dan tertinggi di Kab. Lima Puluh Kota.
Table 1.5
Riskesdas,2007
Prevalensi penyakit asma di Provinsi Sumatera Barat sebesar 3,6% (D/G), tertinggi di
Kab.Pesisir Selatan (7,3%) dan terendah di Kab. Pasaman Barat (1,0%). Prevalensi penyakit
jantung 11,3%, tertinggi di Pesisir Selatan (25,0%) dan terendah ditemukan di Kota Padang.
Prevalensi penyakit diabetes sebesar 1,2%, tertinggi di kota Sawahlunto dan terendah
ditemukan di Kab.Kep.Mentawai (0,0%). Prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 5,5%,
tertinggi di kota Pariaman (12,7%) dan terendah ditemukan di Kab. Kep. Mentawai dan Tanah
Datar. Prevalensi penyakit yang didapat belum mencerminkan prevalensi yang sebenarnya yang
mungkin lebih tinggi karena adanya keterbatasan kuesioner tanpa adanya pemeriksaan.
Mungkin responden yang belum didiagnosis oleh tenaga kesehatan juga tidak merasakan gejala
penyakit.
D. apa saja program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak menular
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
10. Peraturan Pemerintah Nomor109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.
11. Peraturan Menteri KesehatanNomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman
Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman
Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan
Olahan dan Pangan Siap Saji.
Penderita penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke banyak ditemukan pada
kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 65-74 tahun.Namun demikian, berdasarkan
diagnosis/gejala, penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke cukup banyak pula
ditemukan pada penduduk kelompok umur 15-24 tahun.
Tabel 2.2
Estimasi Penderita Penyakit Jantung Koroner, Gagal Jantung, dan Stroke Umur
≥15Tahun
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar2013, Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI
Penderita penyakit jantung dan gagal jantung berdasarkan diagnosis dokter maupun
diagnosis/gejala diperkirakan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-
laki.Berdasarkan diagnosis/gejala, penyakit stroke diperkirakan lebih banyak ditemukan pada
perempuan.Namun berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, penyakit stroke lebih banyak
ditemukan pada laki-laki
Table 2.3
Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18 tahun
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
Table 2.4
Proporsi Obesitas Sentral pada umur ≥15 Tahun
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2013
Table 2.4
Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Umur ≥10 Tahun
Menurut Jenis Kelamin di Indonesia Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
Pada penduduk berumur 10 tahun keatas, berdasarkan kebiasaan merokok
didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang merokok setiap hari dibandingkan dengan
perempuan.Berdasarkan aktivitas fisik yang diukur dalam seminggu terakhir didapatkan
bahwa proporsi aktivitas fisik yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan hampir
sama. Berdasarkan konsumsi makanan didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang
mengonsumsi makanan atau minuman manis sebanyak 1 kali atau lebih setiap harinya,
sedangkan perempuan lebih banyak yang mengonsumsi makanan berlemak sebanyak 1
kali atau lebih setiap harinya
c. Fenomena penyakit kardiovaskuler di sumatera barat
Penyakit kardiovaskuler yang dominan sebaga peneyabab kemaatian di sumatera barat
terbagi atas tiga yakni gagal jantung, stroke dan jantung koroner. Riskesdas penderita penyakit
kardiovaskuler di sumatera barat, prevelensi penyakit itu adalah 1,2 untuk jantung koroner,0.3
untuk gagal jantung dan 12,3 stroke. Dan kejadian ini terdapat beberapa factor pemicu dari
penyakit itu diantaranya factor usia yang rentan adala 45 tahun pada pria dan 55 tahun untk
wanita. Adanya peningkatan kolesterol jahat fn menurunnya kolesterol baik, tekanan darah
ringgi yang membuat jantung bekerja lebih keras, factor gen serta obesitas atau penumpukan
lemak di bagian pinggang dan diabetes.
D : Diet yang sehat dengan kalori seimbang (rendah gula, garam dan lemak serta
kaya serat)
serta target yang harus dicapai dapat mengikuti pedoman yang sudah tersedia dan sesuai
untuk hal tersebut baik dari organisasi dari luar Indonesia (Eropa, Amerika Serikat)
maupun dari PERKI sendiri. Target Pengendalian Faktor Risiko:
a. Berhenti merokok
Pasien pasca penyakit yang didasari proses atherosklerosis, individu yang mempunyai
faktor risiko atau yang sehat harus berhenti total merokok baik rokok konvensional
maupun elektrik, serta menghindarkan diri dari lingungan yang penuh asap rokok.
Upaya berhenti merokok harus komprehensif, diberikan motivasi yang kuat dan terus
menerus, ditemukan masalah dan alasan merokok dan digali motivasi untuk berhenti
merokok secara seksama, tanpa terkesan menyalahkan. Kegiatan pelayanan ini dapat
dilakukan sendiri oleh dokter SpJP, dapat berkolaborasi dengan dokter spesialis lain,
psikolog, atau pemberi asuhan keperawatan lain dan bila perlu dirujuk ke pusat
pelayanan khusus untuk hal tersebut atau membentuk klinik berhenti merokok sendiri
yang melibatkan berbagai profesi.
b. Pengendalian hipertensi.
Tekanan darah harus terkontrol dengan target sesuai dengan penyakit penyertanya.
Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan cara non farmakologis seperti
pembatasan asupan garam, latihan fisik intensitas sedang yang teratur, dan dengan
mencapai berat badan ideal. Pengendalian tekanan darah tinggi dengan obat-obatan
dapat mengacu kepada pedoman yang khusus untuk pengendalian hipertensi dari
perhimpunan profesi. Pengendalian hipertensi dengan cara non-farmakologis maupun
dengan obat-obatan dapat dilakukan bersama dengan dokter lain atau profesi lain yang
dapat memberikan nasihat mengenai upaya pengontrolan tekanan darah.
d. Pengendalian dislipidemia
Pasien-pasien pasca infark miokard, yang sudah diketahui adanya penyakit
kardiovaskuler, atau dengan berbagai faktor risiko yang dapat dianggap pasien berrisiko
tinggi untuk prevensi sekunderdianjurkan terapi statin intensif dengan target penurunan
50% dari kadar LDL sebelumnya, atau mencapai kadar dibawah 70 mg/dL. Terapi statin
dapat dikombinasikan dengan obat lain seperti ezetimibe, bila target belum tercapai.
Kadar LDL menjadi target terapi utama dan terapi statin dapat dipadukan dengan
pengaturan diet yang dapat dibuat programnya bersama dokter spesialis gizi medik atau
ahli gizi, dan latihan fisik teratur. Bila kadar kolesterol LDL telah terkontrol maka
selanjutnya mengendalikan kadar trigliserida, bila nilainya abnormal.
Selain faktor risiko tersebut di atas, perlu upaya identifikasi faktor-faktor risiko lain yang
kemungkinan ada pada pasien dan dibuat program untuk mengendalikannya. Kegiatan
pelayanan pengendalian faktor risiko dapat dilakukan secara kolaborasi dengan dokter spesialis
lain, profesi dan pemberi asuhan lainnya baik secara terpisah dengan metoda konsultasi atau di
dalam klinik khusus prevensi dan rehabilitasi kardiovaskuler. Upaya-upaya pengendalian
faktor risiko tesebut di atas, kemudian harus dilaksanakan secara terus menerus dengan arahan
dokter dan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pasien dalam jangka panjang dan bahkan
harus menjadi gaya hidup sehat dari pasien dan dalam jangka waktu yang panjang.
a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam deteksi, monitoring, dan tindak lanjut
faktor resiko PTM
b. Melibatkan seluruh masyarakat, baik yang sehat, berisiko, maupun penderita PTM
yang berusia > 15 tahun
c. Posbindu PTM dapat dilakukan terintegrasi dengan kegiatan yg telah ada di
masyarakat, misal Posyandu lansia, pengajian, arisan, klub olahraga, atau organisasi
sosial lainnya
d. Kegiatan dapat dilakukan oleh kader kesehatan yg telah ada atau pengurus organisasi
yang telah dilatih, dibina, dan difasilitasi untuk dapat melakukan pemantauan FR
PTM (bila ada, pendidikan minimal SLTA, mau dan mampu)
g. Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat
PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan
buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya
yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut,
analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa
lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran
tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang
sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan
1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak
dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes
melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan
penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk
pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di
lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal
5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan
krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5
tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali.
Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan
dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok
pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis
laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM.
Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila
masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika
ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan
sumber daya tersedial termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra-
rujukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kementrian Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
juga telah menetapkan jenis penyakit tidak menular prioritas yaitu penyakit jantung dan
pembuluh darah, Diabetes Mellitus (DM), penyakit paru kronis, kanker (khususnya kanker
cervik dan payudara). Peyakit tidak menular ini dipengaruhi oleh factor risiko seperti :
umur,keturunan,sex,merokok,diet tak sehat, konsumsi alcohol, hipertensi, obesitas,dll.
Pemerintah telah mengupayakan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular ini melalui POSBINDU PTM dengan akronimnya CERDIK yaitu cek
kondisi kesehatan secara rutin dan teratur, enyahkan asap rokok dan polusi udara, rutin
beraktivitas fisik seperti olahraga teratur, diet yang sehat dan kalori yang seimbang,
istirahat yang cukup dan kendalikan stress.
Penyakit Jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di negara maju maupun berkembang, baik penyakit jantung bawaan maupun
didapat. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya.
Faktor risiko penyebab gangguan kardiovaskuler yaitu : riwayat keluarga, umur, jenis
kelamin, obesitas, hipertensi ,DM, dislipedimia, merokok, kurang aktivitas, dan pola
makan tidak seimbang.
Pemerintah telah mengupayakan pengendalian dan pencegahan terhadap gangguan
kardiovaskuler di Indonesia dengan akronimnya PATUH yaitu periksa kesehatan rutin,
atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat, tetap melakukan aktivitas fisik yang aman,
upayakan diet sehat dan gizi seimbang, dan hindari asap rokok, minuman beralkhohol dan
zat karsiogenik
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah saya perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik dari sekarang, dan saya juga berharap, setelah membaca makalah ini kita menjadi
lebih mengetahui penyakit tidak menular dan penyakit gangguan kardiovaaskuler baik
secara global, nasional maupun di kawasan sumatera Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Directorat jendral pencegahan dan pengendalian penyakit.2017.rencana aksi
nasional,pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular 2015-2019.Kemenkes RI.
Directorat jendral PB & PL.2011.pedoman pengendalian factor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah ed.1. Kemenkes RI.
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler Indonesia.2019.panduan rehabilitasi
kardiovaskuler ed.1.Perki.
Directorat jendral PB & PL.2012.pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (POSPINDU
PTM). Kemenkes RI.
Directorat jendral PB & PL.2014.pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (POSPINDU
PTM )Ed.1. Kemenkes RI.
Kemenkes.2012.Modul training of trainer teknisis pengendalian penyakit tidak menular.
Directorat jendral penyakit tidak menular.2017. profil penyakit tidak menular2016.jakarta :
Kemenkes RI.
Directorat P2PTM Kementerian kesehatan RI.
WHO.2014. Estimasi proporsi PTM di Negara SEARO.
Riskesdas 2013. situasi kesehatan jantung. Pusdatin Kemenkes RI.
Riskesdas 2007. Provinsi Sumatera barat.
Riskesdas.2018
PERKI,2019.world heart day.