Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KARDIOVASKULER I

“PENYAKIT TIDAK MENULAR”

Disusun oleh

NAMIRA FITRIA

183110224

2. B

Dosen Pembimbing

Tasman,S.Kep.M.Kep.Sp.Kom

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan ridha-nya
sehingga makalah PENYAKIT TIDAK MENULAR dapat saya susun yang merupakan tugas
mata kuliah keperawatan kardiovaskuler. Makalah ini disusun sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa keperawatan dalam mempelajari keperawatan kardiovaskuler.
Makalah ini disusun berdasarkan beberapa referensi. Pada kesempatan ini saya
menyadari segala kekurangan dalam penyusunan dalam makalah ini baik secara materi maupun
dalam penggunaan kata bahasanya, meskipun demikian saya berharap bahwa makalah ini dapat
memberikan dalam mempermudah pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar didalam kelas.
Demi kesempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan makalah ini, maka saya menerima saran
dan kritik yang membangun.

Dharmasraya,9 april 2020

Namira fitria
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4

A. Latar belakang…………………………….…………………………………………………...4

B. Rumusan masalah………………………………………..………………………………….…4

C. Tujuan……………………………….…………………………………………………………5

BAB II.......................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................................6

A. fenomena penyakit tidak menular secara global, nasional, dan sumatera barat..............................6
B. lingkup penyakit tidak menular....................................................................................................10
C. faktro risiko penyakit tidak menular.............................................................................................11
D. apa saja program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak menular...................12
E. masalah gangguan kardiovaskuler utama di indonesia dan sumatera barat..................................16
F. factor resiko gangguan kardiovaskuler.........................................................................................19
G. Deteksi dini dan screening gangguan/masalah kardiovaskuler.....................................................22
H. Upaya pengendalian masing-masing factor resiko ptm dan gangguan kardiovaskuler.................23
I. Program POSBINDU PTM..........................................................................................................26
BAB III....................................................................................................................................................29

PENUTUP...............................................................................................................................................29

A. Kesimpulan..............................................................................................................................29
B. Saran........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan kajian data yang ada, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan
jenis penyakit tidak menular yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan segera.
Demikian juga Kementrian Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular juga telah menetapkan jenis penyakit tidak menular prioritas yaitu penyakit jantung
dan pembuluh darah, Diabetes Mellitus (DM), penyakit paru kronis, kanker (khususnya kanker
cervik dan payudara).
Perkembangan PTM di Indoneisa belum dapat dikaji dengan baik, yang disebabkan
belum adanya data yang sistematik yang secara rutin didapatkan secara berjenjang dan
terintegrasi baik lintas program maupun lintas sector di tingkat regional maupun nasional.
Ketersediaan data yang lengkap dan tepat waktu sangat dibutuhkan guna penentuan kebijakan
yang efektif dan efisien dalam upaya pengendalian PTM. Dengan melihat perbandingan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang merupakan sumber data yang cukup lengkap secara
nasional, sudah menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan untuk beberapa
PTM.
Penyakit Jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di
negara maju maupun berkembang, baik penyakit jantung bawaan maupun didapat. Penyakit ini
menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari
3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian
“dini” yang disebabkan oleh penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara
berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja fenomena penyakit tidak menular di global, nasional dan di sumatera
barat?
2. Bagaimana ruang lingkup penyakit tidak menular?
3. Apa saja factor risiko penyakit tidak menular?
4. Apa saja program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak menular?
5. Apa saja fenomena penyakit kardiovaskulerdi global,nasional dan disumatera barat?
6. Masalah apa saja yang terjaadi gangguan kardiovaskuler utama di Indonesia,dan
sumatera Barat.?
7. Apa saja factor risiko gangguan kardiovaskuler.?
8. Bagaimana deteksi dini dan screening gangguan/masalah kardiovaskuler.?
9. Apa saja upaya pengandalian masing-masing factor risiko PTM dan gangguan
kardiovaskuler. ?
10. Apa saja program posbindu PTM?
C. Tujuan
1. Mengetahui fenomena penyakit tidak menular di global, nasional dan di sumatera
barat
2. Mengetahui ruang lingkup penyakit tidak menular
3. Mengetahui factor risiko penyakit tidak menular
4. Mengetahui program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak
menular
5. Mengetahui fenomena penyakit kardiovaskulerdi global,nasional dan disumatera
barat
6. Mengetahui Masalah apa saja yang terjaadi gangguan kardiovaskuler utama di
Indonesia,dan sumatera Barat.
7. Mengetahui factor risiko gangguan kardiovaskuler.
8. Mengetahui deteksi dini dan screening gangguan/masalah kardiovaskuler.
9. Mengetahui upaya pengandalian masing-masing factor risiko PTM dan gangguan
kardiovaskuler.
10. Mengetahui program posbindu PTM.
BAB II
PEMBAHASAN

A. fenomena penyakit tidak menular secara global, nasional, dan sumatera barat
1. fenomena Penyakit tidak tidak menular secara global

Tabel 1.1
Estimasi Proporsi Penyakit Tidak Menular Sebagai Penyebab Kematian
di Beberapa Negara SEARO (WHO, 2014)

kardiovaskule Diabetes Kanker Cedera Pernafasan PTM


r kronik lainnya
Indonesia 37% 6% 13% 7% 5% 10%
India 26% 2% 7% 12% 13% 12%
Thailand 29% 4% 17% 11% 9% 12%
Myanmar 25% 3% 11% 11% 9% 11%
Napal 22% 3% 8% 10% 13% 14%
Sri lanka 40% 7% 10% 14% 8% 10%
Balnglades 17% 3% 10% 9% 11% 18%
Sumber : WHO, 2014
Estimasi penyebab kematian terkait penyakit tidak menular yang dikembangkan oleh
WHO menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di
negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia yaitu sebesar 37% (Tabel 1.1). Lebih dari
80% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan diabetes serta 90% dari kematian
akibat penyakit paru obstruktif kronik terjadi di negara-negara berpendapatan menengah ke
bawah. Disamping itu dua per tiga dari kematian karena penyakit kanker terjadi di Negara
negara berpendapatan menengah ke bawah.

2. Fenomena Penyakit tidak menular di Indonesia


Indonesia juga mengalami ekskalasi masalah PTM yang dramatis. Hasil riset kesehatan
dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa teelah terjadi peningkatan secara bermakna,
dianatara prevelensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per mil pada 2007 menjadi 12,1 per
mil disebabkan oleh penyakit karddiovaskuler, kanker, diabetes, dan PPOK.

Tabel 1.2
Disparitas Prevalensi Penyakit Tidak Menular Utama antar Provinsi di Indonesia

Penyakit Kelompok prevelensi Nilai kisaran


tidak umur Paling Provvinsi Paling Provinsi
menular rendah tinggi
Hipertensi >18 25,80% 16,3% Papua 30,90% Bangka
Belitung
Diabeten >15 6,9%
militus
PPOK >30 3,7% 1,4% Lampung 10% NTT
Asma Semua 4,5% 1,6% Lampung 7,80% Sulawesi
umur tengah
Kanker Semua 1,4% 0,20% Gorontalo 4,15 Yogyakarta
umur
Stroke >15 12,1% 5,2% Riau 17,9% Sulsel
Peenyakit >15 1,5% 0,30% Riau 4,40% NTT
jantung
koroner
Obesitas >18 15,4% 6,2% Kalbar 24% Sulut
Kebutaan >6 0,4% 0,1% Papu 1,1% Gorontalo
Sumber: Riskesdas 2013
Dari penduduk usia 18 tahun keatas satu dari empat mengalami hipertnsidan satu dari 5
orang menderita obesitas. Sementara itu satu dari lima belas daari penduduk usia 15 tahun
keatas menderita kenaikan gula darah (DM). berdasarkan prevelensi Riskesdas 2013 diketahui
bahwa 73,4% hipertensi tidak terdiagnosis dan 72,9% diabetes militus juga tidak terdiagnosis.
Ketiga kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap ledakan penyakit-penyakit kardiovaskuler
seperti stroke dan penyakit jantung koroner bila tidak di upayakan penanggulangannya.
Table 1.3
Persentase factor risiko PTM di Posindu PTM dan puskesmas di Indonesia tahun 2015-
2016
Table 1.4
Prevelensi Asma (diagnosis Dokter) pada penduduk semua umur, 2018
Jumlah kasus Asma dengan diagnose Asma terbanyak dikelompok umur 75 tahun keatas
dan diduduki terbanyak olleh kelompok jenis kelami laki-laki dan di daerah perkotaan
kejadiaan asma juga terbanyak kasusnya dibandingkan perdesaan.

3. Fenomena Penyakit menular di sumatera Barat


Table 1.5
Riskesdas,2007

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Barat berdasarkan
hasil pengukuran tekanan darah adalah 31,2%, dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan adalah 0,9%, sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat
hipertensi adalah 9,2%. Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan dan atau minum obat hipertensi 9,2%. Memperhatikan angka prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis atau minum obat dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, pada umumnya nampak
perbedaan prevalensi yang cukup besar. Tabel di atas menunjukkan 33,0% penduduk Sumatera
Barat mengalami gangguan persendian, dan angka ini lebih tinggi dari prevalensi Nasional yaitu
30,3%. Sementara prevalensi penyakit persendian berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan
adalah 19,0%, masih di atas angka Nasional yaitu 14,0%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi
penyakit persendian (D) di Sumatera Barat berkisar 8,2-29,0%, dengan terendah di
Kab.Payakumbuh dan tertinggi di Kab. Lima Puluh Kota.

Table 1.5
Riskesdas,2007

Prevalensi penyakit asma di Provinsi Sumatera Barat sebesar 3,6% (D/G), tertinggi di
Kab.Pesisir Selatan (7,3%) dan terendah di Kab. Pasaman Barat (1,0%). Prevalensi penyakit
jantung 11,3%, tertinggi di Pesisir Selatan (25,0%) dan terendah ditemukan di Kota Padang.
Prevalensi penyakit diabetes sebesar 1,2%, tertinggi di kota Sawahlunto dan terendah
ditemukan di Kab.Kep.Mentawai (0,0%). Prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 5,5%,
tertinggi di kota Pariaman (12,7%) dan terendah ditemukan di Kab. Kep. Mentawai dan Tanah
Datar. Prevalensi penyakit yang didapat belum mencerminkan prevalensi yang sebenarnya yang
mungkin lebih tinggi karena adanya keterbatasan kuesioner tanpa adanya pemeriksaan.
Mungkin responden yang belum didiagnosis oleh tenaga kesehatan juga tidak merasakan gejala
penyakit.

B. lingkup penyakit tidak menular


4. Pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah
5. Pengendalian penyakit diabetes militus dan penyakit metabolic
6. Pengendalian penyakit kanker
7. Pengendalian penyakit kronis dan penyakit degenaratif lainnya.
8. Pengendalian gangguan akibat kecelakaan dan cidera
C. faktro risiko penyakit tidak menular
1. Factor risiko yang tidak dapat diubah
a. Umur
b. Sex
c. Keturunan
2. Factor perilaku
a. Merokok
b. Diet tak sehat
c. Kurang aktivitas fisik
d. Konsumsi alcohol
3. Factor lingkungan
a. Globalisasi
b. Social ekonomi
c. Modernisasi
4. Factor resiko fisiologi penyakit
a. Hipertensi
b. Hiperglikemi
c. Obesitas
d. Dislipidemia
e. Lesi pra kanker
f. Benjolan padapayudara
5. Fase akhir dari PTM
a. PJK-PD
b. Stroke
c. Diabetes
d. Penyakit ginjal kronik
e. Kanker
f. PPOK
g. Cedera
h. Gagal ginjal
i. Thalasemia
j. Lupus

D. apa saja program yang sudah dilakukan pemerintah terkait penyakit tidak menular
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
10. Peraturan Pemerintah Nomor109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.
11. Peraturan Menteri KesehatanNomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman
Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman
Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan
Olahan dan Pangan Siap Saji.

E. fenomena penyakit kadiovaskuler global, nasional,dan sumatera barat.


a. Fenomena penyakit kardiovaskuler di global
Penyakit kardiovaskuler masih menjadi ancaman dunia (global threat) dan merupakan
penyakit yang berperan sebagai penyebab utama kematian nomor 1 seluruh dunia. Data
organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan, lebih 17 juta orang di dunia meninggal
dunia akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka kejadian penyakit jantung dan
pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ketahun,setidaknya 15 hari 1000 orang atau
sekitar 2.784 individu diindonesia menderita penyakit jantung. Penyakit jantung koroner
menduduki posisi pertama dalam penyakit kardiovaskuler ini angka PJB disuluh dunia
diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus dari 135 juta kelahiran hidup setiap tahunnya.
Hingga 63% kematian yang terjadi di dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Diasia tenggara sendiri, angka kematian sekitar 3,6 juta disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler, dimana angka tersebut adalah seperempat dari angka total kematian setiap
tahunya.
b. Fenomena penyakit kardiovaskuler di Indonesia
Indonesia penyakit kardiovaskuler,stroke, dan penyakit jantung koronner adalah
penyebab utama kematian yang menyebabkan lebih dari 470.000 kematian setiap tahunnya.
Pada tahun 2014,angka kematian diindonesia sebesar 1.551.000 jiwa, dimana 37% dari angka
kematian tersebut disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Table 2.1
Estimasi Penderita Penyakit Jantung Koroner, Gagal Jantung, dan Stroke Umur
≥15 Tahun Menurut Kelompok Umur Tahun 2013
Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar2013, Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin
Kementerian Kesehatan RI.

Penderita penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke banyak ditemukan pada
kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 65-74 tahun.Namun demikian, berdasarkan
diagnosis/gejala, penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke cukup banyak pula
ditemukan pada penduduk kelompok umur 15-24 tahun.

Tabel 2.2
Estimasi Penderita Penyakit Jantung Koroner, Gagal Jantung, dan Stroke Umur
≥15Tahun
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar2013, Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI

Penderita penyakit jantung dan gagal jantung berdasarkan diagnosis dokter maupun
diagnosis/gejala diperkirakan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-
laki.Berdasarkan diagnosis/gejala, penyakit stroke diperkirakan lebih banyak ditemukan pada
perempuan.Namun berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, penyakit stroke lebih banyak
ditemukan pada laki-laki

Table 2.3
Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18 tahun
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI

Prevalensi hipertensi pada penduduk berumur 18 tahunke atas di Indonesia tahun


2013berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, dan pengukuran tekanan darah
sebesar 25,8%. Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, prevalensi tertinggi terdapat pada
Provinsi Sulawesi Utara, sementara itu berdasarkan pengukuran, prevalensi tertinggi terdapat
pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 30,9%. Prevalensi terendah berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan maupun pengukuranterdapat pada Provinsi Papua, yaitu sebesar
16,8%. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Provinsi di Pulau
Sulawesi dan Kalimantan merupakan provinsi dengan prevalensi hipertensi cukup tinggi ,
sementara itu prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke di beberapa
provinsi di Pulau Sulawesi dan Kalimantan juga cukup tinggi

Table 2.4
Proporsi Obesitas Sentral pada umur ≥15 Tahun
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2013

Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI

Table 2.4
Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Umur ≥10 Tahun
Menurut Jenis Kelamin di Indonesia Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
Pada penduduk berumur 10 tahun keatas, berdasarkan kebiasaan merokok
didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang merokok setiap hari dibandingkan dengan
perempuan.Berdasarkan aktivitas fisik yang diukur dalam seminggu terakhir didapatkan
bahwa proporsi aktivitas fisik yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan hampir
sama. Berdasarkan konsumsi makanan didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang
mengonsumsi makanan atau minuman manis sebanyak 1 kali atau lebih setiap harinya,
sedangkan perempuan lebih banyak yang mengonsumsi makanan berlemak sebanyak 1
kali atau lebih setiap harinya
c. Fenomena penyakit kardiovaskuler di sumatera barat
Penyakit kardiovaskuler yang dominan sebaga peneyabab kemaatian di sumatera barat
terbagi atas tiga yakni gagal jantung, stroke dan jantung koroner. Riskesdas penderita penyakit
kardiovaskuler di sumatera barat, prevelensi penyakit itu adalah 1,2 untuk jantung koroner,0.3
untuk gagal jantung dan 12,3 stroke. Dan kejadian ini terdapat beberapa factor pemicu dari
penyakit itu diantaranya factor usia yang rentan adala 45 tahun pada pria dan 55 tahun untk
wanita. Adanya peningkatan kolesterol jahat fn menurunnya kolesterol baik, tekanan darah
ringgi yang membuat jantung bekerja lebih keras, factor gen serta obesitas atau penumpukan
lemak di bagian pinggang dan diabetes.

F. masalah gangguan kardiovaskuler utama di indonesia dan sumatera barat


a. Masalah gangguan kardiovaskuler utama di Indonesia
i. Hipertensi
Penyebab hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang
lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan sisanya (10%)
tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
(hiperaldosteronisme), dan lain-lain. tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
Hipertensi dapat terjadi dalam beberapa bentuk antara lain hipertensi hanya sistolik,
hipertensi campuran (sistolik dan diastolik) dan hipertensi diastolik. Hipertensi diastolik
sangat jarang dan hanya terlihat peninggian yang ringan dari tekanan diastolik, misalnya
120/100 mmHg. Hipertensi adalah "bahaya diam-diam" karena tidak ada gejala khas
yang 'mengirimkan' tanda-tanda peringatan dini. Banyak orang yang merasa sehat dan
energik walaupun memiliki tekanan darah tinggi. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah yang diulangi minimal
2 tahun sekali pada kelompok normotensi, atau setahun sekali pada kelompok pre
hipertensi. Jika tekanan darah yang tidak normal dideteksi tepat pada waktunya,
penanganan/tatalaksana yang segera dilakukan bisa menolong mencegah terjadinya
komplikasi hipertensi.
ii. Jantung koroner
Penyakit jantung koroner Proses aterosklerosis memainkan peranan penting dalam
penyakit jantung koroner dengan ditandai dengan adanya penumpukan terus menerus
plak di dinding pembuluh darah arteri koroner. Apabila pada permukaan arteri koroner
terbentuk bekuan darah di bagian atas plak, dan menimbulkan sumbatan pada arteri
koroner tersebut, maka aliran darah yang kaya akan oksigen yang dibutuhkan oleh otot
jantung akan terhambat. Hal ini menyebabkan otot jantung tersebut mengalami
kelaparan' (iskemia) kematian sel otot jantung (infark miokard). Hal inilah yang disebut
serangan jantung. Dibandingkan dengan angina, serangan jantung biasanya terjadi lebih
lama, dan tidak hilang dengan pemberian obat- obatan ataupun istirahat. akan dan
kerusakan berat bahkan.
iii. Stroke
Stroke Stroke atau serangan otak adalah gangguan defisit neurologis yang mendadak
(akut) akibat iskemik atau perdarahan otak. Definisi Stroke menurut WHO, yaitu defisit
neurologis fokal atau umum, timbul akut (mendadak) berlangsung> 24 jam tidak ada
penyebab lain selain perbaikan vaskuler. Stroke penyebab kecacatan kronik utama yang
mempengaruhi ADL (aktivitas hidup sehari-hari) hingga kira-kira 20% setelah penderita
bertahan dari penyakit stroke selama 1 tahun. Hasil studi Framingham pada tahun 1991,
antara 2,930.000 kasus stroke hidup yang meningkat ADL adalah 31% tergantung
parsial atau total, 20% pakai alat bantu untuk berjalan, dan 16% masuk asrama khusus
stroke
b. Masalah gangguan kardiovaskuler utama di sumatera barat.
i. Stroke
Stroke Stroke atau serangan otak adalah gangguan defisit neurologis yang
mendadak (akut) akibat iskemik atau perdarahan otak. Definisi Stroke menurut WHO,
yaitu defisit neurologis fokal atau umum, timbul akut (mendadak) berlangsung> 24 jam
tidak ada penyebab lain selain perbaikan vaskuler. Stroke penyebab kecacatan kronik
utama yang mempengaruhi ADL (aktivitas hidup sehari-hari) hingga kira-kira 20%
setelah penderita bertahan dari penyakit stroke selama 1 tahun. Hasil studi Framingham
pada tahun 1991, antara 2,930.000 kasus stroke hidup yang meningkat ADL adalah 31%
tergantung parsial atau total, 20% pakai alat bantu untuk berjalan, dan 16% masuk
asrama khusus stroke
ii. Jantung koroner
Penyakit jantung koroner Proses aterosklerosis memainkan peranan penting dalam
penyakit jantung koroner dengan ditandai dengan adanya penumpukan terus menerus
plak di dinding pembuluh darah arteri koroner. Apabila pada permukaan arteri koroner
terbentuk bekuan darah di bagian atas plak, dan menimbulkan sumbatan pada arteri
koroner tersebut, maka aliran darah yang kaya akan oksigen yang dibutuhkan oleh otot
jantung akan terhambat. Hal ini menyebabkan otot jantung tersebut mengalami
kelaparan' (iskemia) kematian sel otot jantung (infark miokard). Hal inilah yang disebut
serangan jantung. Dibandingkan dengan angina, serangan jantung biasanya terjadi lebih
lama, dan tidak hilang dengan pemberian obat- obatan ataupun istirahat. akan dan
kerusakan berat bahkan.
iii. Gagal jantung
Gagal jantung adalah kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu
mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kondisi ini juga sidebut gagal
jantung kongestif. Gagal jantung dapat disebabkan oleh hipertensi, anemia dan
penyakit jantung lainnya.

G. factor resiko gangguan kardiovaskuler


a. Factor resiko yang tidak dimodifikasi :
a. Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dekat yang terkena penyakit jantung dan pembuluh
darah meningkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih
besar disbanding dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga.
b. Umur
Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat pada usia di atas 55
tahun untuk laki - laki dan di atas 65 tahun untuk perempuan.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki - laki mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
lebih tinggi disbandingkan dengan perempuan.
d. Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat
badan normal atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat
dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.
Berat badan normal bila IMT atara 18,5 - 24,9 Kg/m. Berat badan lebih bila IMT
= 25 - 27 Kg/m dan Obesitas bila IMT >27 Kg/m Berat Badan Lebih dan
Obesitas disebut Obesitas Umum. Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak
tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. Penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut 2 90 cm untuk laki -
laki zdan (Obesitas Sentral ) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. 80 cm untuk perempuan
b. Factor risiko yang dapat dimodifikasi :
a. Hipertensi
Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan
peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukan bahwa
tekanan darah sistolik 130 - 139 mmHg dan tekanan diastolik 85 - 89 mmHg
akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali
dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg. Hipertensi
merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta faktor
utama dalam gagal jantung kongestif. Studi yang ada menyebutkan bahwa risiko
gagal jantung kongestif meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi.
b. Diabetes militus
Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula
darah (glukosa) akibat kekurangan hormone insulin baik absolut maupun relatif.
Gejala khas DM antara lain poliuria ( sering buang air kecil ), polidipsi (banyak
minum ), polifagia (banyak makan). dan berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas. Gejala tidak khas DM, antara lain kesemutan, gatal di daerah kemaluan,
keputihan infeksi yang sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, pengelihatan
kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, gangguan ereksi, dan lain - lain.Diagnosis
DM ditegakkan bila : a. Keluhan khas; gula darah (GD) sewaktu 2 200mg/dl,
atau GD puasa 2 126 mg/dL. b. Keluhan tidak khas; GD sewaku 200mg/dL, atau
GD puasa 2126 mg/dl, pada 2 kali pemeriksaan dengan waktu yang berbeda. C.
Bila pemeriksaan Test Toleransi Glucose Oral (TTGO). Kadar glukosa darah 2
jam sesudah pembebanan glukosa oral 75 hasil pemeriksaan meragukan dapat
dilakukan gram (300 kalori): 140 mg/dL (Tidak DM ) 140 - 199 mg/dL Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) 2 200 mg/dL (DM) Berdasarkan hasil penelitian
Framingham, satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan
pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung. Target pengobatan
pada pasien dengan DM adalah kadar HBA1C s 6, kadar gula darah puasa < 110
mg/dL, atau gula darah 2 jam PP < 135 mg/dL.
c. Dislipedimia
Untuk menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, maka nilai
kolesterol total plasma harus < 190 mg/dL dan Low Density Lipoprotein (LDL)
< 115mg/dL. Pada pasien dengan DM atau pasien asimptomatik dengan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, maka target kolesterol total darah harus <
175 mg/dL dan LDL < 100 mg/dL. Kadar High Density Lipoprotein (HDL) <40
mg/dL pada laki - laki dan < 45 mg/dL pada perempuan, serta kadar trigliserida
puasa > 150 mg/dL akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah
d. Merokok
Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2 -4 kali lebih besar daripada
yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin
dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke
jantung. peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol
- HDI ("kolesterol baik") peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan
endotel pembuluh darah koroner.
e. Kurang aktivitas
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
penyakit jantung dan pembuluh darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem
kerja jantung dan pembuluh darah, dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung,
mengurangi keluhan nyeri dadalangina pektoris, melebarkan pembuluh darah,
membuat koleteral atau jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah
koroner, mencegah timbulnyapenggumpalan darah, meningkatkan kemampuan
tubuh termasuk meningkatkan kemampuan seksual, dan meningkatkan kesegaran
jasmani. Dianjurkan melakukan latihan fisik (olahraga) minimal 30 menit setiap
hari selama 3 - 4 hari dalam seminggu (istirahat selang sehari), sehingga tercapai
hasil yang maksimal. Setelah latihan 4 -6 minggu, kemampuan fisik
meningkatkan sebesar 30 - 33 %, dan hasil yang optimal akan dicapai setelah
latihan fisik 6 bulan.
f. Pola makan
Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak
sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori, lemak protein, dan garam
tinggi, tetapi rendah serat pangan (dietary fiber). Jenis makanan ini membawa
konsekuensi terhadap perubahan status gizi menuju gizi lebih (kelebihan berat
badan tingkat ringan atau Berat Badan Lebih, yaitu IMT = 25 - 27 Kg/m? dan
Obesitas (kelebihan berat badan tingkat berat yaitu IMT >27 Kg/m?) yang
memicu berkembangnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, khususnya penyakit jantung koroner. Berat badan normal, IMT
berkisar antara 18,5 - 24,9 Kg/m, sedangkan berat badan kurang, IMT <18,5
Kg/m?. mengurangi risiko penyembuhan penyakit degeneratif termasuk penyakit
jantung dan pembuluh darah., peranan pola makan sehat dan gizi seimbang
sangat penting. Pengaturan pola makan dilakukan dengan mengikuti Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS), sebagai berikut : Dalam upaya dan menunjang
proses a. Konsumsi makanan beraneka ragam Makan makanan beraneka ragam
sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada satu jenis makanan yang
mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk tumbuh kembang
menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber "zat tenaga ", "zat pembangun" dan "zat pengatur Makanan
sumber zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, roti dan ubi, menghasilkan
energi untuk aktivitas sehari - hari. Makanan sumber zat pambangun berperan
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang,
berasal

H. Deteksi dini dan screening gangguan/masalah kardiovaskuler


a. Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskuler
Deteksi dini dan penanganan awal hipertensi dan faktor risiko lainnya, contohnya
melalui kebijakan kesehatan masyarakat untuk mengurangi paparan terhadap faktor
risiko perilaku, telah berkontribusi secara bertahap terhadap turunnya kematian karena
serangan jantung dan stroke di negara berpenghasilan tinggi lebih dari tiga dekade
terakhir.Jika hipertensi dapat dideteksi sejak dini maka kemungkinan terjadinya risiko
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal dapat diminimalisir. Deteksi
sejak dini dapat menurunkan biaya pengobatan yang dibutuhkan untuk mencegah
serangan jantung dan stroke.Orang dewasa tanpa terkecuali disarankan untuk memeriksa
tekanan darahnya dan mengetahui tingkat tekanan darahnya.Tekanan darah dapat diukur
dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah digital.Jika terdeteksi mengalami
hipertensi maka selanjutnya perlu memeriksakan dirinya ke tenaga kesehatan.
Sebagaimana penyakit menular lainnya, perawatan mandiri dapat memfasilitasi deteksi
dini penderita hipertensi, kepatuhan terhadap pengobatan dan perilaku hidup sehat,
pengendalian dan kewaspadaan yang lebih baik terhadap pentingnya mencari
pertolongan kesehatan jika dibutuhkan.
b. Test screening masalah kardiovaskuler
Kegiatan yang bisa dilakukan adalah :
a. Tekanan darah – Sekali setiap 1-2 tahun
b. Berat badan atau IMT – Sekali setiap tahun
c. Kolesterol – Sekali setiap 4-6 tahun
d. Tes gula darah – Sekali setiap 3 tahun
e. Faktor resiko lain – Setiap tahun saat pemeriksaan fisik

I. Upaya pengendalian masing-masing factor resiko ptm dan gangguan kardiovaskuler


1. Pengendalian factor risiko PTM
Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi factor risiko dengan
perubahan perilaku yang dikenal dengan akronim CERDIK. Kegiatan CERDIK harus
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan sebagai berikut :

C : Cek kondisi kesehatan anda secara rutin dan teratur

E : Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya

R : Rajin aktifitas fisik dengan gerak olah raga dan seni

D : Diet yang sehat dengan kalori seimbang (rendah gula, garam dan lemak serta
kaya serat)

I: Istirahat yang cukup dan utamakan keselamatan

K: Kendalikan stres dan tindak kekerasan

Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :


a.Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM
b. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui
pemberdayaan masyarakat
c.Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor
swasta dan professional
d. penguatan surveilans,pengawasan dan riset PTM
2. Pengendalian faktor risiko gangguan kardiovaskuler
Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi factor risiko dengan
perubahan perilaku yang dikenal dengan akronim PATUH. Kegiatan PATUH harus
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan sebagai berikut :
P: periksa kesehatan secara rutin
A: atasi penyakit dnegan pengobatan yang tepat
T: tetap aktivitas fisik dengan aman
U:upayakan diet sehat dan gizi seimbang
H: hindari asap rokok,minuman beralkohol dan zat karsinogenik lainnya.

serta target yang harus dicapai dapat mengikuti pedoman yang sudah tersedia dan sesuai
untuk hal tersebut baik dari organisasi dari luar Indonesia (Eropa, Amerika Serikat)
maupun dari PERKI sendiri. Target Pengendalian Faktor Risiko:

a. Berhenti merokok
Pasien pasca penyakit yang didasari proses atherosklerosis, individu yang mempunyai
faktor risiko atau yang sehat harus berhenti total merokok baik rokok konvensional
maupun elektrik, serta menghindarkan diri dari lingungan yang penuh asap rokok.
Upaya berhenti merokok harus komprehensif, diberikan motivasi yang kuat dan terus
menerus, ditemukan masalah dan alasan merokok dan digali motivasi untuk berhenti
merokok secara seksama, tanpa terkesan menyalahkan. Kegiatan pelayanan ini dapat
dilakukan sendiri oleh dokter SpJP, dapat berkolaborasi dengan dokter spesialis lain,
psikolog, atau pemberi asuhan keperawatan lain dan bila perlu dirujuk ke pusat
pelayanan khusus untuk hal tersebut atau membentuk klinik berhenti merokok sendiri
yang melibatkan berbagai profesi.

b. Pengendalian hipertensi.
Tekanan darah harus terkontrol dengan target sesuai dengan penyakit penyertanya.
Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan cara non farmakologis seperti
pembatasan asupan garam, latihan fisik intensitas sedang yang teratur, dan dengan
mencapai berat badan ideal. Pengendalian tekanan darah tinggi dengan obat-obatan
dapat mengacu kepada pedoman yang khusus untuk pengendalian hipertensi dari
perhimpunan profesi. Pengendalian hipertensi dengan cara non-farmakologis maupun
dengan obat-obatan dapat dilakukan bersama dengan dokter lain atau profesi lain yang
dapat memberikan nasihat mengenai upaya pengontrolan tekanan darah.

c. Pengendalian berat badan berlebih.


Berat badan harus dikendalikan hingga mencapai berat badan ideal dengan indeks masa
tubuh < 25 kg/m2. Pengendalian berat badan dilakukan dengan pengendalian asupan
kalori melalui pengaturan diet terarah dan latihan fisik teratur.Kegiatan pengendalian
berat badan dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis lain atau
pemberi asuhan keperawatan lain.

d. Pengendalian dislipidemia
Pasien-pasien pasca infark miokard, yang sudah diketahui adanya penyakit
kardiovaskuler, atau dengan berbagai faktor risiko yang dapat dianggap pasien berrisiko
tinggi untuk prevensi sekunderdianjurkan terapi statin intensif dengan target penurunan
50% dari kadar LDL sebelumnya, atau mencapai kadar dibawah 70 mg/dL. Terapi statin
dapat dikombinasikan dengan obat lain seperti ezetimibe, bila target belum tercapai.
Kadar LDL menjadi target terapi utama dan terapi statin dapat dipadukan dengan
pengaturan diet yang dapat dibuat programnya bersama dokter spesialis gizi medik atau
ahli gizi, dan latihan fisik teratur. Bila kadar kolesterol LDL telah terkontrol maka
selanjutnya mengendalikan kadar trigliserida, bila nilainya abnormal.

e. Pengendalian diabetes melitus.


Diabetes melitus dikendalikan dengan program diet khusus, meningkatkan aktivitas fisik
atau latihan fisik teratur, serta obat-obatan. Tatalaksana pengendalian diabetes harus
mencapai mencapai target yang ditetapkan sesuai pedoman yang ada. Pelayanan
pengendalian diabetes melitus dapat dikolaborasikan dengan dokter spesialis lain, ahli
gizi dan pelatih fisik baik secara terpisah atau terintegrasi dalam klinik khusus prevensi
dan rehabilitasi kardiovaskuler.

f. Pengendalian hidup sedentary / kurang aktivitas fisik.


Untuk mengatasi keadaan kurang aktivitas fisik perlu diberikan program edukasi khusus,
program rehabilitasi yang mencakup peningkatanan motivasi dan pembuatan program
latihan fisik yang nyaman, aman dan efektif hingga dapat mencapai target aktivitas fisik
sedang dengan frekuensi minimal 5 sesi dalam seminggu, minimal 30 menit setiap
sesi.acc aha

Selain faktor risiko tersebut di atas, perlu upaya identifikasi faktor-faktor risiko lain yang
kemungkinan ada pada pasien dan dibuat program untuk mengendalikannya. Kegiatan
pelayanan pengendalian faktor risiko dapat dilakukan secara kolaborasi dengan dokter spesialis
lain, profesi dan pemberi asuhan lainnya baik secara terpisah dengan metoda konsultasi atau di
dalam klinik khusus prevensi dan rehabilitasi kardiovaskuler. Upaya-upaya pengendalian
faktor risiko tesebut di atas, kemudian harus dilaksanakan secara terus menerus dengan arahan
dokter dan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pasien dalam jangka panjang dan bahkan
harus menjadi gaya hidup sehat dari pasien dan dalam jangka waktu yang panjang.

J. Program POSBINDU PTM


a. Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2919(perpres no.2/2015 :
Ptm yang masuk dalam indicator nasional :
a. Prevelensi tekanan darah tinggi
b. Mempertahankan prevelensi obesitas
c. Prevelensi merokok pada penduduk usia<18 tahun
b. Peraturan menteri kesehaan No 71/2015 tentang penanggulangan PTM
c. PERMENKES RI nomor 39 tahun 2016 tentang PIS-PK
a. Penyandang hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
b. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
d. RENSTRA 2015-2019 KEPMENKES RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015
a. Persentasi puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
b. Persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan posbindu PTM
c. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
kanker leher rahim pada perempuan pada usia 30-50 tahun
d. Persentase kab/kota yang melaksanakan kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR) minimal
50% sekolah
e. Persentase puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak.
e. Peraturan pemerintahan nomor 2 tahun 2018 tentnag standar pelayanan minimal di
kabupaten dan provinsi
a. Pemeriksaan kesehatan standar 15-59 tahun
b. Pemeriksaan kesehatan standar 60 keatas ( satu kali setahun)
c. Akses ke standarisasi manjemen kasus hipertensi
d. Akses ke standarisasi manejemen kasus diabetes mellitus
f. Konsep Kegiatan Posbindu

a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam deteksi, monitoring, dan tindak lanjut
faktor resiko PTM
b. Melibatkan seluruh masyarakat, baik yang sehat, berisiko, maupun penderita PTM
yang berusia > 15 tahun
c. Posbindu PTM dapat dilakukan terintegrasi dengan kegiatan yg telah ada di
masyarakat, misal Posyandu lansia, pengajian, arisan, klub olahraga, atau organisasi
sosial lainnya
d. Kegiatan dapat dilakukan oleh kader kesehatan yg telah ada atau pengurus organisasi
yang telah dilatih, dibina, dan difasilitasi untuk dapat melakukan pemantauan FR
PTM (bila ada, pendidikan minimal SLTA, mau dan mampu)
g. Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat
PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan
buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya
yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut,
analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa
lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran
tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang
sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan
1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak
dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes
melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan
penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk
pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di
lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal
5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan
krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5
tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali.
Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan
dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok
pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis
laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM.
Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila
masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika
ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan
sumber daya tersedial termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra-
rujukan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kementrian Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
juga telah menetapkan jenis penyakit tidak menular prioritas yaitu penyakit jantung dan
pembuluh darah, Diabetes Mellitus (DM), penyakit paru kronis, kanker (khususnya kanker
cervik dan payudara). Peyakit tidak menular ini dipengaruhi oleh factor risiko seperti :
umur,keturunan,sex,merokok,diet tak sehat, konsumsi alcohol, hipertensi, obesitas,dll.
Pemerintah telah mengupayakan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular ini melalui POSBINDU PTM dengan akronimnya CERDIK yaitu cek
kondisi kesehatan secara rutin dan teratur, enyahkan asap rokok dan polusi udara, rutin
beraktivitas fisik seperti olahraga teratur, diet yang sehat dan kalori yang seimbang,
istirahat yang cukup dan kendalikan stress.
Penyakit Jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di negara maju maupun berkembang, baik penyakit jantung bawaan maupun
didapat. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya.
Faktor risiko penyebab gangguan kardiovaskuler yaitu : riwayat keluarga, umur, jenis
kelamin, obesitas, hipertensi ,DM, dislipedimia, merokok, kurang aktivitas, dan pola
makan tidak seimbang.
Pemerintah telah mengupayakan pengendalian dan pencegahan terhadap gangguan
kardiovaskuler di Indonesia dengan akronimnya PATUH yaitu periksa kesehatan rutin,
atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat, tetap melakukan aktivitas fisik yang aman,
upayakan diet sehat dan gizi seimbang, dan hindari asap rokok, minuman beralkhohol dan
zat karsiogenik

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah saya perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik dari sekarang, dan saya juga berharap, setelah membaca makalah ini kita menjadi
lebih mengetahui penyakit tidak menular dan penyakit gangguan kardiovaaskuler baik
secara global, nasional maupun di kawasan sumatera Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Directorat jendral pencegahan dan pengendalian penyakit.2017.rencana aksi
nasional,pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular 2015-2019.Kemenkes RI.
Directorat jendral PB & PL.2011.pedoman pengendalian factor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah ed.1. Kemenkes RI.
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler Indonesia.2019.panduan rehabilitasi
kardiovaskuler ed.1.Perki.
Directorat jendral PB & PL.2012.pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (POSPINDU
PTM). Kemenkes RI.
Directorat jendral PB & PL.2014.pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (POSPINDU
PTM )Ed.1. Kemenkes RI.
Kemenkes.2012.Modul training of trainer teknisis pengendalian penyakit tidak menular.
Directorat jendral penyakit tidak menular.2017. profil penyakit tidak menular2016.jakarta :
Kemenkes RI.
Directorat P2PTM Kementerian kesehatan RI.
WHO.2014. Estimasi proporsi PTM di Negara SEARO.
Riskesdas 2013. situasi kesehatan jantung. Pusdatin Kemenkes RI.
Riskesdas 2007. Provinsi Sumatera barat.
Riskesdas.2018
PERKI,2019.world heart day.

Anda mungkin juga menyukai