Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PERKEMBANGAN ANAK II

Tentang :

EARLY CHILDHOOD

Disusun oleh :

NAMA : AMELISA (193030213046)

Dosen pengampu :

WAHYUNI CHRISTIANY M.,M.,PSI.,PSIKOLOG

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan keberkahan dan kemudahan-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Adapun makalah ini saya buat
guna untuk memenuhi nilai tugas saya pada mata kuliah Psikologi Perkembangan II. Pada makalah ini
berisi tentang perkembangan-perkembangan fisik dan kognitif yang dibatasi hanya terjadi pada masa
early childhood atau masa kanak-kanak awal. Aspek perkembangan fisik yang terjadi pada masa early
childhood juga meliputi perubahan dan pertumbuhan pada tubuh anak, nutrisi pada anak yang meliputi
pencegahan obesitas atau kegemukan, malnutrisi, kesehatan oral, pola dan masalah pada tidur, dan
kemampuan motorik, serta kesehatan dan keamanan pada anak. Sedangkan perkembangan kognitifnya
mengacu pada beberapa pendekatan terutama pendekatan Piaget yaitu pada tahapan pra operasional
dan pendekatan proses masuknya informasi pada anak yang meliputi perkembangan ingatan,
intelegensi mengacu pada pendekatan psikometri dan Vygotsky, perkembangan bahasa, dan
perkembangan pendidikan pada masa early childhood atau masa kanak-kanak awal.

Saya penyusun makalah, menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan pada
makalah ini baik dalam penyusunan pada makalah maupun materi yang saya berikan. Maka dari itu, saya
mengharapkan kritik dan sarannya terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah psikologi
perkembangan I sehingga kami dapat melakukan perbaikan agar lebih baik lagi untuk makalah
selanjutnya. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Palangakraya, 19 April 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB III PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF PADA MASA

EARLY CHILDHOOD

A. PERKEMBANGAN FISIK MASA EARLY CHILDHOOD

1. Aspek Perkembangan Fisik

a. Perubahan dan Pertumbuhan Tubuh

b. Nutrisi dalam Pencegahan Obesitas atau Kegemukan

c. Malnutrisi

d. Kesehatan Mulut

e. Pola dan Masalah Tidur

f. Kemampuan motoric

2. Kesehatan dan Keselamatan

a. Cedera Akibat Kecelakaan dan Kematian

b. Kesehatan dalam Konteks Pengaruh Lingkungan


B. PERKEMBANGAN KOGNITIF

1. Pendekatan Piaget: Tahap Praoperasional

a. Tahap Prakonseptual

b. Tahap Intuitif

c. Kemajuan-Kemajuan Kognitif Masa Praoperasional

2. Pendekatan Pemorsesan Informasi :

Perkembangan Ingatan (Memori)

a. Proses Dasar dan Kapasitas Ingatan

b. Pengenalan dan Mengingat Kembali

c. Pembentukan Ingatan pada Anak-anak

d. Interaksi Sosial, Budaya, dan Ingatan

3. Kecerdasan Intelegensi: Psikometrik dan Pendekatan Vygotsky

a. Pengukuran Psikometrik Tradisional

b. Pengaruh pada Pengukuran Kecerdasan

c. Pengujian dan Pengajaran Berdasarkan Teori Vygotsky

4. Perkembangan Bahasa

a. Kosakata

b. Tata Bahasa dan Sintaksis

c. Pragmatis dan Pidato Sosial

d. Interaksi Sosial dan Persiapan untuk Kemampuan Membaca


5. Pendidikan pada Masa Kanak-Kanak Awal

a. Tujuan dan Tipe dari Kelompok Bermain: Pandangan Lintas Budaya

b. Program Pengimbangan Prasekolah

c. Peralihan ke TK

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan manusia adalah pola kelanjutan dan perubahan yang terjadi pada setiap manusia yang
tidak dapat diulang selama perjalanan hidupnya. Perkembangan ini dapat berupa perkembangan
manusia secara fisik, kognitif atau berpikir, dan perkembangan sosial-emosional. Perkembangan
manusia adalah kunci terpenting dalam memahami manusianya. Karena pada setiap tahap
perkembangannya, manusia meiliki batasan-batasan sebelum dia mencapai kesempurnaan baik secara
fisik, kognitif, dan hubungan sosialnya. Misalnya saja, pertanyaan atau pernyataan yang biasa dapat
menjadi sulit dimengerti bagi anak yang berumur 2 tahun yang dikarenakan kognitif pada anak tersebut
belum mencapai pada suatu tahap tertentu. Maka dari itu, perkembangan manusia ini dapat dipelajari
untuk dapat memahami masalah si manusianya. Dan perkembangan manusia terutama pada tahap
masa kanak-kanak awal seharusnya sudah menjadi perhatian penting bagi orang tua dalam mendidik
anak. Karena pada masa kanan-kanak awal inilah dimulai pembentukan karakter bagi anak.

Pada makalah ini, pembahasan akan terfokus pada perkembangan fisik dan kognitif pada anak di masa
early childhood atau masa kanak-kanak awal. Perkembangan fisik lebih mudah dikenali daripada
perubahan kognitif. Hal demikian terjadi dikarenakan perkembangan fisik dapat langsung dilihat dan
diobservasi dengan adanya perubahan-perubahan fisik pada si manusianya, seperti pertambahan tinggi
badan, berat badan, dll. Sedangkan pada perkembangan kognitifnya, tidak dapat diobsevasi secara
langsung jika tidak memahami teorinya terlebih dahulu. Padahal kognitif pada masa kanak-kanak awal
akan mengalami peningkatan perubahan yang besar daripada pada masa sebelumnya.

Maka dari itu, makalah ini akan menjelaskan secara lebih lanjut tentang perkembangan fisik dan kognitif
pada masa kanak-kanak awal.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan fisik pada anak-anak di masa kanak-kanak awal?

2. Nutrisi yang bagaimanakah yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal?

3. Bagaimanakah pola tidur anak di masa kanak-kanak awal?

4. Masalah tidur apa yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak awal?

5. Kemampuan motorik apa yang terjadi pada masa kanak-kanak awal?

6. Bagaimanakah perkembangan kognitif anak pada masa kanak-kanak awal dan batasan-batasannya?

7. Bagaimanakah proses perkembangan ingatan pada anak di masa kanak-kanak awal?

8. Bagaimana cara pengukuran kecerdasan pada masa kanak-kanak awal?

9. Bagaimanakah perkembangan penggunaan bahasa bagi anak-anak pada masa kanak-kanak awal?

10. Apakah tujuan yang ingin dicapai pada anak-anak di masa kanak-kanak awal dalam bidang
pendidikannya?

11. Bagaimana sikap anak dalam menghadapi transisi ke TK?

12. Bagaimana orangtua menyikapi perubahan tersebut?


C. Tujuan

Adapun beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perubahan-perubahan fisik apa saja yang terjadi pada anak di masa kanak-kanak
awal dari masa sebelumnya.

2. Untuk mengetahui nutrisi dan gizi yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal.

3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi pada pola tidur anak di masa kanak-kanak
awal.

4. Untuk mengetahui perkembangan cara berpikir atau kognitif anak dari tahapan sebelumnya.

5. Untuk mengetahui batasan-batasan pemikiran pada anak di masa kanak-kanak awal.

6. Untuk mengetahui perkembangan ingatan dan penggunaan bahasa pada anak di masa kanak-kanak
awal.

7. Untuk mengetahui kecerdasan anak di masa kanak-kanak awal.

8. Untuk mengetahui pendidikan yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal.

9. Untuk mengetahui bagaimana transisi anak sebelum memasuki sekolah TK.


D. Manfaat

Manfaat makalah ini secara umum adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang perkembangan
anak di masa kanak-kanak awal. Dan manfaat makalah ini secara khusus adalah sebagai bentuk penilaian
tugas bagi kami tim penyusun makalah.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Pada masa kanak-kanak awal merupakan masa yang terjadi pada setiap manusia yang mulai berumur
dari 2 sampai 7 tahun. Masa ini merupakan masa penutup dari masa bayi yaitu dari usia 2 minggu hingga
2 tahun. Masa kanak-kanak awal disebut juga dengan masa pra sekolah atau masa sebelum bersekolah.
Perkembangan-perkembangan baik secara fisik, kognitif, maupun sosial banyak terjadi di masa ini.
Perkembangan fisik pada tahap ini cepat, tetapi tidak secepat perkembangan fisik pada tahap
sebelumnya. Biasanya anak pada tahap ini mulai belajar berjalan dengan kakinya, mulai menggambar,
melempar sesuatu, atau memegang apa saja yang dilihatnya dengan tangannya. Gizi dan nutrisi pada
anak juga menjadi hal yang penting dalam pencegahan obesitas atau kegemukan pada anak di masa
kanak-kanak awal. Teror malam, berbicara atau berjalan sambil tidur adalah salah satu gangguan tidur
yang sering terjadi pada masa ini. Kesehatan pada anak di masa ini selain dikarenakan oleh gizi dan
nutrisi, lingkungan juga berperan penting dalam menjaga kesehatan anak. Anak-anak yang berada di
lingkungan kumuh biasanya cenderung mengalami penyakit-penyakit seperti diare, keracunan, dll.

Lain hal pada perkembangan kognitifnya, pada perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal ini masih
memiliki batasan-batasan dalam cara berpikirnya. Begitu juga dalam hal mengingat, anak-anak biasanya
dapat mudah mengingat sesuatu dengan melalui strategi pengulangan, pengelompokan atau
pengorganisasian, ataupun strategi elaborasi. Interaksi sosial juga dapat membantu daya ingat bahkan
menjadi kunci pembentukan memori pada anak. Kemampuan kognitif diiringi pula oleh tingkat
kecerdasan anak. Pengujian kecerdasan yang biasa dilakukan pada masa kanak-kanak awal atau pra
sekolah adalah Standford-Binet Intelligence Scales dan Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intelligence. Tentu saja kecerdasan anak dapat ditingkatkan melalui proses belajar. Dalam proses belajar
anak-anak di masa kanak-kanak awal ini menurut Vygotsky adalah dengan menginternalisasi dari hasil
interaksi dengan orang dewasa. Penggunaan bahasa juga menjadi dasar dalam proses belajarnya. Dan
pada akhir pada tahap ini, anak diharapkan sudah mampu mengikuti jenjang pendidikan yaitu masa
transisi ke TK.
BAB III

PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF

PADA MASA EARLY CHILDHOOD

A. Perkembangan Fisik pada Masa Early Childhood

1. Aspek Perkembangan Fisik

Dalam masa kanak-kanak awal terdapat beberapa aspek dalam perkembangan fisik, diantaranya adalah:

a. Perubahan dan Pertumbuhan Tubuh

Perkembangan fisik pada anak usia 3-6 tahun tumbuh lebih lambat dibandingkan pada masa
sebelumnya, namun masih dikategorikan sebagai perkembangan fisik yang cepat. Tinggi dan berat
badan adalah dua ukuran utama pertumbuhan secara keseluruhan. Tinggi badan sendiri ditentukan
oleh faktor keturunan baik ras, faktor gizi, kesehatan , jenis kelamin dan perbedaan individual. Selama
masa kanak-kanak, tubuh anak akan mengalami perubahan. Selain tinggi badan, berat badan pun
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti gizi, kesehatan, dan faktor individual.

Pada usia 3 tahun anak- anak mulai kehilangan bentuk tubuh seperti bayi, mulai mengerasnya otot
perut, kedutan khas bayi mulai menghilang, tubuh, tangan, dan kaki tumbuh semakin panjang dan
kepala relatif tetap besar akan tetapi bagian tubuh lainnya masih terus berusaha untuk menyusul.
Pertumbuhan otot dan rangka juga tumbuh secara cepat dan tulang rawan berubah menjadi tulang
dalam kecepatan yang lebih tinggi dari pada yang sebelumnya dan menjadi keras yang melindungi
organ-organ dalam.

b. Nutrisi dalam Pencegahan Obesitas atau Kegemukan

Beberapa penelitian di beberapa negara telah mengungkapkan bahwa nutrisi memegang peranan
penting pertumbuhan fisik. Makanan yang bergizi sangat mempengaruhi dalam pembentukan tulang,
daya tahan tubuh, dan kebutuhan nutrisi di dalam otak. Anak-anak yang menerima suplemen makanan
yang berlebih dapat menyebabkan kelebihan berat badan yang disebut obesitas. Orang yang gemuk dan
bertubuh besar belum tentu dapat dikatakan sebagai orang tersebut mengalami obesitas. Untuk
mengetahui obesitas tidaknya seseorang, menurut WHO ( 2010) dapat diukur melalui Indeks Massa
Tubuh (Body Mass Index, BMI). BMI adalah suatu pengukuran yang membandingkan berat badan
dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan indeks, BMI sebenarnya adalah nilai yang dinyatakan
sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang
dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.
Adapun rumus nya adalah:

BMI =

dengan: b = berat badan (kg)

BMI

Klasifikasi

< 18.5

Berat badan dibawah normal

18.5-24.9

Normal

25.0-29.9

Normal Tinggi

30.0-34.9

Obesitas Tingkat 1

35.0-39.9

Obesitas Tingkat 2

≥ 40.0

Obesitas Tingkat 3

t = tinggi badan (meter)

Klasifikasi obesitas sendiri digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:

Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%

Pencegahan Obesitas dapat dilakukan dengan melakukan pola makan yang sehat dan dapat dibantu
oleh obat-obatan yang harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter, ataupun berolahraga dan
melakukan program diet yang aman dan terstruktur secara berkelanjutan.
c. Malnutrisi

Sekitar setengah (46%) dari anak-anak di Asia Selatan, 30% sub-sahara Afrika, 8% di Amerika Latin dan
Caribbean, dan 27% di seluruh dunia mengalami kekurangan berat badan (UNICEF, 2002). Kebanyakan
anak yang kekurangan gizi biasanya hidup di lingkungan yang sangat kekurangan. Mereka yang berasal
dari keluarga yang tidak memiliki makanan yang cukup akan lebih mungkin untuk mendapatkan hasil tes
kemampuan aritmatika yang jelek, tidak naik kelas, harus berkonsultasi ke psikolog, dan mengalami
kesulitan untuk bergaul dengan anak-anak lain (Alaimo, Olson, dan Frongillo, 2001).

Malnutrisi sering sekali disamakan dengan kurang gizi. Tetapi sebenarnya malnutrisi adalah suatu istilah
umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Istilah
ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan
atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi
jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu
jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan,
penyakit, dan infeksi.

d. Kesehatan Mulut

Pada usia 3 tahun,semua gigi susu sudah berada pada tempatnya. Gigi pemanen yang mulai muncul
pada usia 6 tahun, sedang berkembang. Dengan demikian, orang tua biasanya dapat dengan aman
mengabaikan kebiasaan umum mengisap ibu jari pada anak di bawah 4 tahun. Jika anak-anak berhenti
mengisap jempol atau jari pada usia itu, gigi permanen mereka tidak mungkin akan terpengaruh
(Herrmann & Roberts, 1987; Umberger & Van Reenen, 1995).

e. Pola dan Masalah Tidur

Pola tidur akan terjadi perubahan sepanjang masa pertumbuhan (Hoban, 2004; Iglowstein, Jenni,
Molinai, & Largo, 2003). Anak-anak pada masa kanak-kanak awal ini tidur lebih lelap pada malam hari
dibandingkan pada saat mereka lebih besar nantinya. Kebanyakan anak-anak di U.S. memiliki rata-rata
11 jam waktu tidur di usia 5 tahun dan tidak melakukan tidur siang (Hoban, 2004).

Walaupun masih berada pada masa kanak-kanak awal, mereka tetap mengalami masalah dalam tidur.
Teror malam adalah gangguan yang bisa muncul yang ditandai dengan terbangun tiba-tiba dari tidur
nyenyak dalam keadaan agitasi (keresahan atau kegelisahan). Berbicara dan berjalan pada saat tidur dan
mimpi buruk juga sering terjadi pada anak di masa kanak-kanak awal. Biasanya masalah dalam tidur
tersebut terjadi disebabkan aktivasi sistem kontrol motorik otak secara tiba-tiba (Hobson & Silvestri,
1999). Sedangkan pada mimpi buruk, biasanya dapat disebabkan karena melihat acara televisi atau
mendengar cerita-cerita yang menyeramkan sebelum tidur.

Mengompol juga menjadi masalah tidur bagi anak. anak usia ini biasanya mengenali sensasi kandung
kemih penuh saat tidur dan terbangun untuk mengosongkannya di toilet. Anak-anak yang mengompol
tidak memiliki kesadaran tersebut. Dengan demikian, peristiwa enuresis, berulang kali buang air kecil
pada pakaian dan kasur, teutama terjadi pada malam hari.

f. Kemampuan Motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengandalian gerak tubuh.
Ciri utama dari anak pada masa kanak-kanak awal adalah bergerak seperti berlari, melompat, dll.
Gerakan yang pertama dikenal sebagai keterampilan gerakan kasar atau gross motor skills dan yang
kedua adalah keterampilan gerakan halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini
memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu. Karena itu masa usia prasekolah disebut juga
sebagi masa bermain.

1. Keterampilan Gerakan Kasar

Anak usia prasekolah membuat perkembangan yang besar di keterampilan gerakan kasar. Contoh
keterampilan gerakan kasar adalah seperti melompat, berlari, memanjat, dll. Pengembangan daerah
sensorik dan motorik dari korteks serebral memungkinkan koordinasi yang lebih baik antara apa yang
anak ingin lakukan dan apa yang bisa mereka lakukan.karena tukang dan otot mereka lebih kuat dan
kapasitas paru-paru mereka lebih besar, mereka dapat berlari, melompat, bahkan memanjat dengan
lebih cepat dan jauh.

2. Keterampilan Gerakan Halus

Keterampilan gerakan halus ini tidak membutuhkan koordinasi otot yang besar. Contoh keterampilan
gerakan halus adalah seperti memasang kancing pada baju, menjahit, menggambar, dan kegiatan lain
yang melibatkan mata dan tangan dan koordinasi otot yang kecil.

3. Kecenderungan atau Kidal (Handedness)

Handedness adalah kecenderungan untuk menggunakan satu tangan dari tangan yang lain.
Kecenderungan ini biasa terjadi pada usia 3 tahun. Dikarenakan belahan otak sebelah kiri, yang mana
mengatur bagian sebelah kanan tubuh, yang dominan, biasanya orangnya lebih menyukai menggunakan
tangan sebelah kanan. Pada orang yang otaknya lebih simetris secatra fungsionalnya, belahan otak
sebelah kanan lebih mendominasi, maka orangnya akan lebih menyukai menggunakan tangan sebelah
kirinya (kidal). Laki-laki biasanya lebih cenderung menggunakan tangan kirinya (kidal) daripada wanita.

2. Kesehatan dan Keselamatan

Karena penyebaran dan sosialisasi yang baik pada program imunisasi dan vaksin, penyakit yang dulunya
menjadi penyakit utama pada anak-anak sekarang sudah mulai berkurang di negara industri barat.
Selain program kesehatan yang terus berkembang, pengaruh lingkungan tetap berkontribusi besar
dalam kesehatan pada anak-anak yang dapat menyebabkan kematian.

a. Cedera Akibat Kecelakaan dan Kematian

Anak-anak pada masa kanak-kanak awal cenderung berani dan tidak berhati-hati inilah yang menjadikan
sangat sulit untuk menjaga keselamatannya. Banyak kematian yang terjadi bukan karena kurangnya
nutrisi ataupun lingkungan yang tidak kondusif, tetapi karena kecelakaan lalu lintas. Untuk mengurangi
ini, diharapkan orang tua mampu mengawasi anak sebaik mungkin dengan menggunakan alat
pengaman jika berkendara, mendampingi ketika hendak menyebrang jalan, dll.

b. Kesehatan dalam Konteks Pengaruh Lingkungan

Lingkungan memiliki peranan yang sangat penting mengapa setiap anak memiliki kesehatan yang
berbeda-beda.

· Status Sosioekonomi dan Ras/Etnis

Sosioekonomi adalah kajian tentang hubungan aktivitas ekonomi dan kehidupan sosial. Semakin rendah
status sosioekonomi suatu keluarga maka semakin besar resiko seorang anak terhadap gejala penyakit
dan kematian (Chen, Matthews, & Boyce, 2002). Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung
menderita penyakit seperti kurang gizi, anemia, peristiwa keracunan, dll. Tetapi, anak yang berasal dari
keluarga yang tidak memiliki rumah memiliki masalah kesehatan yang sangat tinggi diantara yang
lainnya.

Akses untuk keperawatan kesehatan yang berkualitas menjadi masalah tertentu bagi anak berkulit
hitam dan latin, terutama pada mereka yang miskin atau mendekati miskin (Flores et al., 2005).

· Merokok, Polusi Udara, dan Penggunaan Pestisida yang Berbahaya

Merokok juga salah satu faktor yang menyebabkan kematian karena dari pengaruh lingkungan orang
tuanya yang merokok. Perokok pasif atau orang yang menghirup asap rokok, justru memiliki tingkat
resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan si perokok. Penyakit yang bisa diderita termasuk penyakit
pnemonia,bronkis, penyakit infeksi serius, asma, dll.

Polusi udara juga merupakan salah satu yang menyebabkan kematian pada manusia. Begitu juga dengan
penggunaan pestisida yang berlebihan dapat berujung pada kematian.

B. Perkembangan Kognitif

Selain perkembangan fisik, anak-anak pada masa kanak-kanak awal juga mengalami perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif ini meliputi perkembanagn kognitif dengan pendekatan Piaget,
pendekatan pemorsesan Informasi dengan perkembangan ingatan (memori), kecerdasan intelegensi
diukur dengan psikometrik dan pendekatan Vygotsky, serta pendidikan pada anak di masa kanak-kanak
awal.
1. Pendekatan Piaget: Tahap Praoperasional

Salah satu teori perkembangan kognitif yang paling penting adalah teori yang dikemukakan scientist
Swiss yang terkenal yaitu Jean Piaget. Piaget membedakan 4 masa utama dalam perkembangan kognitif
seseorang, yaitu:

 Masa Sensorimotor (lahir-2 tahun)


 Masa Praoperasional (2-7 tahun)
 Masa Operasional Konkret (7-11 tahun)
 Masa Operasional Formal (11-selanjutnya)

Menurut Piaget, masa kanak-kanak awal telah mencapai masa praoperasional. Ciri utama dari tahap
preoperasional adalah fungsi simbolis pada anak, atau kemampuan untuk menggunakan simbol seperti
kata-kata, gambar, dan gerakan, untuk mewakilkan objek dan kejadian yang terjadi di dalam dunianya.
Kemampuan ini untuk mewakili pengalaman secara simbolik yang berlanjut dan berkembang ke dalam
dua sub-tahap pada periode ini, yaitu tahap prakonseptual dan tahap intuitif. Pada tahap prakonseptual,
munculnya fungsi simbolik terlihat pada perkembangan dalam bahasa yang cepat, bermain yang bersifat
imajinatif, dan peningkatan penggunaan imitasi. Sedangkan pada tahap intuitif, fungsi simbolis
diwujudkankan pada perubahan dalam proses berpikir termasuk hal-hal seperti pemahaman hubungan
sebab akibat, angka-angka, dan klasifikasi. Semua perilaku ini menunjukkan bahwa anak dapat
memproduksi simbol mental yang memediasi penampilannya.

Salah satu perkembangan terbesar pada anak di tahap preoperational adalah pengenalan dari bahasa.
Menurut Piaget, pengenalan dari bahasa adalah perkembangan anak dari fungsi simbolik yang
memungkinkan dirinya untuk memperoleh kemampuan bahasa begitu cepat. Proses simbolik pada
bahasa juga muncul pada saat anak bermain secara imajinatif. Dengan misalnya mengatakan
‘too…..tooot..’ saat kereta api sedang lewat.

Pada tahap prakonseptual dari periode praoperational Piaget memiliki ciri utama khususnya yaitu cara
berfikir egosentrisme. Sedangkan pada tahap intuitif, dinamakan demikian karena selama periode ini,
walaupun mereka dapat menggunakan operasi mental tertentu dalam pemecahan masalah, anak-anak
preoperational tidak dapat menjelaskan prinsip-prinsip operasi yang mendasari mereka telah gunakan.

a. Tahap Prakonseptual (2-4 tahun)

Tahap ini disebut juga dengan tahapan fungsi simbolis. Pada tahap ini biasanya anak-anak tidak
memberikan isyarat sensorik atau motorik untuk berpikir tentang suatu hal tetapi dengan
membayangkan secara mental suatu objek yang mereka inginkan yang objeknya sendiri tidak ada.
Kemampuan tersebut disebut dengan fungsi simbolis. Simbol-simbol dapat membantu anak-anak untuk
berpikir dan mengingat benda-benda yang sebenarnya tidak ada. Contohnya adalah Rani ingin dibelikan
boneka yang dilihatnya kemarin di Mall.
Pada tahap ini pertumbuhan dalam penggunaan bahasa sangatlah besar. Dari usia 2 tahun kosakata
seorang anak dalam berbicara sekitar 300 kata , pada usia 6 tahun anak-anak dari manapun bisa
mencapai lebih dari 14.000 kata, dan 60.000 kata pada usia 18 tahun. Ini berarti anak-anak harus belajar
rata-rata 10 kosakata baru setiap harinya dari usia 2 sampai 18 tahun (Bornstein & others, 2004; Ganger
& Brent, 2004). Pada saat bermain secara imajinatif atau pretend play, anak-anak membayangkan suatu
objek sebagai boneka ataupun manusia dan bermain dengan objek tersebut.

Pada tahap prakonseptual ini, anak-anak dicirikan dengan beberapa karakteristik diantaranya yaitu:

a. Animisme

Hal biasa bagi anak-anak pada tahap ini mempercayai bahwa bulan adalah hidup dan mengikuti ketika
mereka berjalan atau mengendarai mobilnya. Kecenderungan anak-anak mengatributkan kehidupan
pada benda mati inilah yang disebut dengan animisme. Namun pada umur 3 dan 4 tahun, peneliti
menemukan bahwa anak-anak pada usia tersebut dapat membedakan mana benda yang mati dan yang
hidup (Gelman, Spelke, & Meck, 1983).

b. Egosentrisme

Salah satu ciri pemikiran pada tahap preoperational adalah centration atau sentrasi, yaitu
kecenderungan yang hanya berfokus pada satu keadaan hanya pada satu dimensi dari objek atau situasi
dan mengabaikan yang lain. Pada tahap ini anak-anak juga tidak dapat berfikir beberapa hal dalam satu
waktu, yaitu dikenal dengan istilah decenter. Decenter inilah yang menyebabkan anak-anak pada masa
kanak-kanak awal sering menyimpulkan hal-hal yang bersifat tidak logis.

Salah satu wujud dari centration dan menjadi juga menjadi ciri utama pada masa kanak-kanak awal
(preoperational) adalah egosentrisme. Banyak yang salah mengartikan kata egosentrisme sama dengan
sifat egois. Namun pengertian tersebut salah. Egosentrisme yang dimaksud disini adalah sifat dimana
anak praoperational hanya berpusat pada sudut pandangnya atau prespektifnya saja dan tidak mampu
mempertimbangkan atau memikirkan dari sudut pandang orang lain.

Untuk menguji kemampuan anak untuk melihat dari perspektif orang lain, Piaget mendesain penelitian
yang dikenal dengan the three-mountain task atau tugas tiga gunung. Dimana si anak duduk di depan
meja menghadap tiga tumpukan tanah yang berbentuk gunung dengan ukuran yang bervariasi.
Kemudian sebuah boneka ditempatkan di kursi yang berhadapan dengan sang anak. Para periset
kemudian menanyakan kepada anak tersebut apa yang dilihat oleh si boneka. Piaget menemukan
bahwa, biasanya si anak akan menjawabnya dengan mendeskripsikan gunung tersebut dari sudut
pandangnya saja. Piaget melihat hal ini sebagai bukti bahwa anak praoperasional tidak dapat
membayangkan berbagai sudut pandangan yang berbeda (Piaget & Inhelder, 1967).

b. Tahap Intuitif (4-7 tahun)

Tahap ini disebut juga tahap pemikiran intuitif. Piaget menyebut tahap kedua dari periode
praoperasional dengan ‘intuitif’ karena, walaupun anak yang berumur diantara 4 dan 7 tahun dapat
menggunakan operasi mental tertentu seperti mengklasifikasi, menghitung, mengukur, atau keterkaitan
antar benda atau hubungan sebab-akibat. Mereka dapat memecahkan masalah, namun tidak dapat
menjelaskan masalah mengapa mereka memecahkan masalah dengan jalan atau cara tersebut. Dan
anak-anak pada tahap ini begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka akan suatu hal,
padahal mereka belum begitu tahu bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Mereka
mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran yang rasional, logis, dan objektif. Kesalahan-kesalahan
dalam penalaran hubungan sebab-akibat yang dibuat oleh anak-anak preoperational ini disebut dengan
penalaran transduktif.

Adapun pada tahap ini, terdapat beberapa batasan cara berpikir bagi anak-anak pada masa
praoperasional. Misalnya saja konservasi. Menurut Piaget, konservasi adalah kesadaran pada anak tahap
preoperasional bahwa dua objek adalah sama dengan merujuk kepada ukuran tertentu dan akan tetap
sama di hadapan perubahan perseptual selama tidak ada yang ditambahkan atau ditanggalkan. Salah
satu tes pengetahuan anak praoperasional tentang konservasi yang paling sering digunakan adalah
dengan melibatkan mengubah wadah pada cairan yang dituang kedalam wadah. Dalam percobaan ini,
peneliti menunjukkan dua gelas mirip yang berlingkaran lebar dan pendek yang keduanya diisi dengan
jumlah air yang sama, dan kemudian si anak melihat peneliti menuangkan air pada salah satu gelas yang
berlingkaran lebar dan pendek tadi ke dalam satu gelas yang berukuran kecil dan tinggi. Kemudian
peneliti bertanya gelas manakah yang mengandung air lebih banyak, kemudian si anak menunjuk ke
arah gelas yang berukuran berlingkaran kecil dan tinggi. Tanyalah jika ada yang ditambahkan atau
diambil dari gelas, si anak akan mengatakan ‘tidak’ tapi masih akan bersikeras bahwa mereka sekarang
mengandung jumlah air yang berbeda. Anak yang demikian telah gagal untuk mengkonservasikan
jumlah cairan pada gelas, mereka hanya berfokus pada perubahan yang ia telah amati dalam tinggi dan
lebar dari air bukan pada jumlah konstan air pada gelas tersebut.

Piaget juga mengatakan bahwa kemampuan kognitif pada anak di tahap praoperasional dicirikan oleh
tiga batasan yang paling penting yang dekat hubungannya dengan egosentrisme, yaitu:

· Ketidakmampuan untuk memahami konsep reversibilitas.

· Kecenderungan untuk fokus pada keadaan akhir dari suatu tindakan atau tugas daripada sarana
atau arti dari keadaan akhir.

· Sentrasi

Namun, yang paling penting diantara ketiga batasan diatas menurut Piaget adalah ketidakmampuan
anak untuk mengerti konsep reversibilitas atau konsep pembalikan. Misalnya 2 + 3, si anak mampu
menjawab 5, tetapi jika dibalik misalnya 3 + 2 atau 5 – 3, si anak tidak mampu menjawabnya dengan
benar.

Anak-anak pada tahap ini juga mengalami ketidakmampuan dalam membedakan antara fantasi dan
kenyataan dan antara penampilan dan ralitas. Dalam membedakan antara fantasi dan kenyataan, anak-
anak yang berusia diantara 18 bulan dan 3 tahun, sudah mulai belajar membedakan antara peristiwa
nyata dan khayalan. Anak 3 tahun sudah dapat mengetahui perbedaan anjing yang nyata dan anjing
yang ada dalam mimpi, dan antara sesuatu yang tidak tampak (seperti udara) dan sesuatu yang bersifat
imajiner. Mereka dapat berpura-pura dan mengetahui ketika orang lain mulai berpura-pura (Flavell et
al., 1995). Ketidakmampuan dalam membedakan antara penampilan dan realitas juga terjadi pada anak-
anak praoperasional. Menurut Piaget, baru pada usia 5 atau 6 tahun, seorang anak dapat membedakan
antara yang tampaknya dan apa benda tersebut sebenarnya. Tetapi beberapa studi mengungkapkan
bahwa kemampuan ini mulai muncul sebelum usia 4 tahun (Friend & Davis, 1993; C. Rice, Koinis,
Sullivan, Tager-Flusberg, & Winner, 1997).

c. Kemajuan-Kemajuan Kognitif Masa Praoperasional

Adapun kemajuan-kemajuan kognitif sepanjang usia kanak-kanak awal (praoperasional) yaitu:

1. Kemajuan menggunakan simbol

Kemajuan menggunakan simbol ini dapat membantu anak-anak untuk berpikir dan mengingat benda-
benda yang sebenarnya tidak ada pada saat itu. Anak-anak tidak harus berada dalam kondisi kontak
langsung sensorimotoriknya dengan si objek untuk memikirkan hal tersebut.

2. Memahami identitas

Dalam memahami identitas, biasanya anak akan mengenal atau memahami identitas seseorang yang
dekat dengannya, misalnya orang tua, guru, dll. Anak-anak mulai memahami bahwa perubahan
penampilan atau perubahan di permukaan tidak mengubah seseorang tersebut. Misalnya gurunya yang
memakai baju olahraga. Anak akan mengenal bahwa orang tersebut adalah gurunya, hanya saja
menggunakan pakaian yang berbeda dari biasanya.

3. Memahami hubungan sebab-akibat

Dalam memahami hubungan sebab-akibat, anak-anak pada tahap praoperasional hanya mengetahui
bahwa setiap kejadian memiliki sebab. Namun penalaran sebab-akibatnya belum bersifat logis dan
objektif.

4. Mampu mengklasifikasi atau mengkategorikan

Pengkategorian atau klasifikasi pada anak-anak di tahap praoperational biasanya berdasarkan


persamaan dan perbedaan diantara objek-objek yang ada. Anak-anak yang berumur 4 tahun biasanya
dapat mengklasifikasikannya ke dalam dua kriteria, seperti yang sama warnanya dan bentuk atau
ukurannya. Sedangkan dalam pengkategorian, anak-anak menggunakannya dalam aspek kehidupannya
yang berkaitan dengan implikasi psikososial, seperti membedakan orang yang baik , jahat, dll.

5. Memahami angka

Pemahaman angka pada anak-anak preoperational berbeda-beda. Seberapa cepat anak dapat
memahami angka dan berhitung tergantung pada seberapa besar penggunaan angka di kebudayaan
masing-masing dan di sekolah (Naito & Miura, 2001).

2. Pendekatan Pemorsesan Informasi: Perkembangan Ingatan (Memori)


Di masa kanak-kanak awal, kemampuan anak dalam perhatian dan efisiensi memproses informasi mulai
meningkat. Mereka mulai membentuk ingatan jangka panjang. Tetapi dibandingkan dengan orang yang
lebih tua, tentu saja ingatan anak yang muda kalah. Orang yang lebih tua dapat mengingat lebih panjang
dari anak yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena orang yang lebih tua biasanya berkonsetrasi pada
intisari apa yang terjadi sedangkan anak kecil atau orang yang lebih muda cenderung lebih terfokus pada
detail pasti dari sebuah kejadian yang biasanya paling mudah dilupakan ditambah dengan pengetahuan
mereka yang lebih sedikit mengenai dunia.

a. Proses Dasar dan Kapasitas Ingatan

Para ahli menganggap bahwa ingatan itu seperti sebuah sistem kearsipan yang meiliki 3 tahapan, yaitu:

1. Encoding (pengodean)

Suatu proses dimana informasi disiapkan untuk penyimpanan jangka panjang dan pengambilan kembali
dimasa yang akan datang.

2. Storage (penyimpanan)

Penyimpanan informasi dalam ingatan untuk penggunaan dimasa depan.

3. Retrieved (pengambilan kembali)

Proses dimana informasi di akses dan dipanggil kembali dari penyimpanan memori.

Walaupun efisiensi dari setiap sistim berbeda-beda, cara bagaimana otak menyimpan informasi
dianggap universal. Otak memiliki 3 gudang yaitu ingatan sensorik, ingatan kerja, dan ingatan jangka
panjang.

Ingatan sensorik (sensory memory) adalah suatu tempat penyimpanan sementara dari informasi
sensorik yang masuk. Ingatan ini mempunyai sedikit perubahan dari masa bayi, yang jika tanpa adanya
pemrosesan, maka ingatan ini akan hilang begitu saja. Ingatan kerja (working memory) adalah suatu
penyimpanan jangka pendek untuk informasi yang sedang digunakan seseorang dimana seseorang
tersebut berusaha untuk memahami, mengingat atau memikirkan sesuatu. Pertumbuhan ingatan kerja
memungkin kan perkembangan fungsi eksekutif, merencanakan dan melakukan aktivitas mental yang
memiliki tujuan. Perkembangan fungsi eksekutif pada masa anak-anak terlihat dalam kompleksitas
aturan-aturan yang dibuat dan digunakan anak dalam memecahkan masalah. Menurut model yang
digunakan secara umum, Pusat Eksekutif (central executive) mengendalikan operasi dari ingatan jangka
pendek. Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah sebuah penyimpanan dengan kapasitas
hampir tidak terbatas yang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang sangat lama. Pusat Eksekutif
yang kelihatan matang pada usia 8 sampai 10 tahun memerintahkan informasi yang sudah dikodekan di
pindahkan ke ingatan jangka panjang dan kemudian mengambil kembali informasi dari ingatan jangka
panjang untuk memrosesan lebih lanjut.
b. Pengenalan dan Ingatan

Pengenalan (recognition) adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan stimulus yang telah ditemukan
sebelumnya. Ingatan (recall) adalah kemampuan untuk memproduksi kembali materi dari memori.
Contohnya kanak-kanak lebih siap dalam mengenali sarung tangan yang hilang dalam kotak barang
daripada mengingat rupa sarung tangan yang hilang. Pengenalan dan mengingat merupakan bentuk
memori eksplisit dimana kedua kemampuan tersebut berkembang sesuai usia. Semakin akrab seseorang
terhadap suatu informasi maka akan semakin cepat ia mengingatnya. Ingatan juga tergantung pada
motivasi dan strategi yang digunakan oleh anak untuk meningkatkannya.

Anak-anak cenderung tidak berhasil dalam menggunakan strategi mengingat bahkan strategi yang
mereka ketahui (kecuali diingatkan kembali). Anak yang lebih tua yang biasanya lebih efisien
menggunakan strategi ingatan yang spontan.

c. Pembentukan Ingatan Masa Kanak-kanak

Ingatan pada anak kecil biasanya terjadi jika kejadian tersebut memiliki kesan yang kuat, sangat jarang
terjadi karena disengaja. Terdapat 3 jenis ingatan masa kanak-kanak yang memiliki fungsi berbeda :

· Ingatan generik (generic memory)

Dimulai dari umur 2 tahun, menghasilkan naskah(script) rutinitas yang familiar digunakan sebagai
panduan perilaku. Contohnya seorang anak bisa saja mempunyai script untuk berjalan kaki ke sekolah
atau makan siang di rumah paman.

· Ingatan Episodis (episodic memory)

Mengarah kepada kesadaran akan pengalaman tertentu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.
Anak-anak biasanya mengingat lebih baik peristiwa yang unik atau baru bagi mereka. Anak yang berusia
3 tahun mungkin lebih mengingat detail menonton badut selama setahun atau lebih sedangkan ingatan
generik mengenai hal yang biasa seperti makan siang di rumah paman, cenderung melebur mengabur.
Berhubung terbatasnya ingatan anak, ingatan episodic bersifat sementara. Kecuali peristiwa tersebut
berlangsung berulang kali, mereka akan bertahan beberapa minggu atau bulan lalu kemudian
menghilang.
· Ingatan otobiografis (autobiographical memory)

Ingatan inilah yang membentuk sejarah hidup seseorang. Ingatan ini bersifat spesifik dan bertahan lama
atau jangka panjang. Ingatan otobiografis adalah sebuah jenis ingatan episodik tetapi tidak semua
ingatan episodik menjadi bagian dari ingatan ini. Bagi kebanyakan orang, ingatan otobiografis dapat
kembali sampai usia 3 atau 4 tahun, tetapi beberapa orang dewasa dapat mengingat mulai usia 2 tahun
bahkan ada yang tidak bisa mengingat apapun sebelum usia 8 tahun. Munculnya ingatan biografis
berhubungan dengan perkembangan bahasa. Ketika anak dapat mengungkapkan ingatan dalam kata-
kata, baru mereka dapat menyimpan dalam pikiran dan kemudian merefleksikan kejadian tersebut dan
membandingkannya dengan ingatan lain. Ada beberapa faktor kenapa sebagian ingatan dapat bertahan
lebih lama dibandingkan dengan yang lain. Faktor yang pertama adalah unik atau tidaknya kejadian.
Yang kedua adalah partisipasi aktif anak dalam kejadian itu sendiri seperti menceritakan kembali
ataupun melakukan kembali. Faktor ketiga adalah berbicara dengan ibu mereka mengenai kejadian
masa lalu. Menurut penelitian, anak-anak yang berusia 2 setengah sampai 3 tahun akan mulai
melakukan permainan masak-masakan dengan ibunya, kemah-kemahan, dsb. Anakyang melakukan
bersama-sama dan kemudian berdiskusi dengan ibunya mengenai hal yang berkaitan dengan ini akan
dapat mengenang dengan lebih baik 1 sampai 3 hari kemudian dibandingkan anak yang hanya
melakukan atau mendiskusikan hal tersebut. Cara orang dewasa berbicara dengan anak tentang
pengalaman bersama dapat memengaruhi seberapa baik si anak mengingatnya.

d. Interaksi Sosial, Budaya, dan Ingatan

Interaksi sosial membantu anak dalam mengingat dan juga menjadi kunci dalam pembentukan ingatan.
Teori sosiokultural Vygotsky mengemukakan bahwa model interaksi sosial yang menampung ingatan
otobiografis yang dibangun secara kolaboratif dengan orangtua atau orang dewasa lain ketika mereka
membicarakan kejadian-kejadian yang dialami bersama.

Budaya memengaruhi apa yang diingat oleh anak mengenai sebuah kejadian yang juga dipengaruhi oleh
cara orangtua berbicara dengan mereka mengenai hal itu.

3. Kecerdasan Intelegensi: Psikometrik dan Pendekatan Vygotsky

Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang mungkin berpengaruh pada seberapa awal seorang anak
mengembangkan bahasa dan memorinya.

a. Pengukuran Psikometri Tradisional


Pada abad ke-20, Alfred Binet dan Theodore Simon mengembangkan tes psikometrik yang sekarang
digunakan untuk anak dari berbagai tingkat kemampuan, yang mengukur kecerdasan dengan angka.
Usia 3-5 tahun lebih mahir dalam berbahasa daripada anak yang lebih muda. Oleh karena itu tes yang
diberikan pada kelompok ini meliputi item verbal yang lebih banyak dan tes ini memberikan hasil yang
lebih bagus dibandingkan tes non verbal yang diberikan untuk anak pada masa bayi. Anak prasekolah
lebih mudah di tes daripada bayi dan baduta. Terdapat dua jenis tes individu yang digunakan untuk anak
pra-sekolah, yaitu Stanford-binnet intelligence scale dan Wechsler preschool and primary scale of
intelligence.

Stanford-Binnet Intelligence Scale adalah versi Amerika dari tes binnet-simon tradisional. Tes ini
memakan waktu sekitar 30-40 menit. Pada tes ini, anak diminta untuk mendefinisikan kata-kata,
mengidentifikasi bagian gambar yang hilang, menyusun manik-manik, dan menunjukkan pemahaman
terhadap angka-angka. Skor anak dianggap sebagai kemampuan penalaran yang cair, pengetahuan,
penalaran kuantitatif, pemomresan visual-spasial dan ingatan jangka pendek.

Wechsler Preschool and Primary Intelligence, Revised (WPPSI-III) adalah sebuah tes kecerdasan
individual untuk anak berusia 2,5-7 tahun untuk menghasilkan skor verbal dan kinerja, selain sebuah
skor gabungan. Baik Stanford-Binnet dan WPPSI-III telah distandardisasi ulang menggunakan sampel
anak-anak yang mewakili populasi usia pra-sekolah di Amerika Serikat. Tes ini juga divalidasi untuk
populasi khusus seperti keterlambatan perkembangan, kelainan bahasa, kesulitan intelektual, dan
kelainan autistic.

b. Pengaruh pada Pengukuran Kecerdasan

Ada suatu paham yang menyatakan bahwa skor IQ mewakili sebuah kuantitas kecerdasan yang tetap
sejak lahir. Terjadi kesalahpahaman pada pernyataan tersebut. Nyatanya, skor IQ hanya merupakan
pengukuran seberapa baik seorang anak dalam melakukan tugas-tugas tertentu pada waktu tertentu.
Baik tidaknya seorang anak dalam melakukan tes IQ dipengaruhi oleh beberapa faktor:

- Temperament

- Kematangan sosial dan emosional

- Suasana tes yang santai

- Sudah memiliki atau belum memiliki kemampuan membaca

- Status sosial ekonomi

- Etnis/budaya

- Kesesuaian antara gaya kognitif anak dengan tugas yang dihadapi


Ada waktu dimana ilmuwan mempercayai bahwa lingkungan keluarga berperan besar terhadap
kecerdasan anak. Kita tidak bisa mengetahui seberapa besar pengaruh orangtua terhadap kecerdasan
datang dari kontribusi genetik dan seberapa banyak yang datang dari seberapa besarnya mereka
memberikan lingkungan yang mendukung pembelajaran awal anak. Dalam sebuah penelitian
longitudinal terhadap anak-anak Afrika-Amerika dari keluarga berpenghasilan rendah, pengaruh
lingkungan rumah tetap substansial, setidaknya sama besarnya dengan pengaruh tingkat IQ dari ibu.
Situasi ekonomi keluarga dapat menghasilkan pengaruh yang luar biasa tetapi pengaruh tersebut tidak
sebanyak pengaruhnya terhadap praktik pengasuhan dan atmosfer rumah. Pendapatan keluarga
dihubungkan dengan perkembangan kognitif dan prestasi dimasa pra-sekolah dan juga setelahnya.
Meskipun demikian, temperamen anak yang nyaman bersama dengan kehangantan ibu dan aktivitas-
aktivitas yang menstimulasi dirumah dapat menjadi faktor pelindung (mungkin dipengaruhi IQ orangtua)

c. Pengetesan dan Pengajaran Berdasarkan Teori Vygotsky

Menurut Vygotsky, kecerdasan tumbuh dengan cara berinteraksi dengan lingkungan. Pembelajaran
interaktif ini paling efisien dalam membantu anak melewati Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu
istilah Vygotsky untuk kesenjangan antara apa yang bisa dilakukan sendiri oleh anak dan apa yang bisa
dilakukan anak dengan bantuan orang lain. Meskipun demikian, dengan panduan yang sesuai mereka
dapat melakukannya dengan sukses. ZPD dapat diukur dengan menggunakan tes dinamis, dimana
menurut teori Vygotsky memberikan pengukuran yang lebih baik terhadap potensi intelektual anak
dibandingkan dengan tes psikometri tradisional. Beberapa pengikut Vygotsky telah mengaplikasikan
sebuah metafora mengenai perancah atau scaffold terhadap cara pengajaran ini. Scaffolding adalah
dukungan sementara untuk membantu anak menguasai sebuah tugas. Dukungan ini dapat diperoleh
dari orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya. Scaffolding merupakan teknik yang efisien untuk
memandu kemajuan kognitif anak. Dengan membuat anak bisa menjadi lebih sadar dan memantau
proses-proses kognitifnya sendiri serta menyadari kapan mereka membutuhkan bantuan, orangtua
dapat membantu anak mengambil tanggung jawab untuk belajar.

4. Perkembangan bahasa

Anak baru sekolah biasanya memiliki banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada orang dewasa.
Pertanyaan itu adalah pertanyaan-pertanyaan lugu yang kadang orang dewasa pun bingung
menjawabnya. Pertanyaan itu seperti “ siapa yang mengisi air di sungai?”. Fasilitas bahasa yang
berkembang dari anak membantu mereka mengekspresikan pandangan unik mereka mengenai dunia.

e. Kosakata

Pada umumnya anak berusia 3 tahun rata-rata mengetahui 900 sampai 1000 kata. Pada usia 6 tahun ,
anak biasanya memiliki kosakata ekspresif ( yang bisa diucapkan ) sekitar 2600 kata. Menurut Owens
(1996) mengatakan bahwa dengan adanya bantuan sekolah formal, kosakata pasif atau reseptif anak
( kata-kata yang bisa ia pahami ) akan bertambah menjadi 80.000 kata ketika ia memasuki SMA.

Perluasan kosakata mungkin terjadi akibat pemetaan cepat ( fast mapping), yang memungkinkan anak
untuk mengambil sebuah hipotesis yang cepat mengenai arti sebuah kata yang baru didengarnya.
Kemudian hipotesis mengenai arti sebuah kata itu kemudian akan diperbaiki seiring dengan makin
seringnya kata itu didengar atau digunakan.

Sebuah eksperimen menunjukkan bahwa seorang anak yang berusia sedikit di bawah 3 tahun mampu
melakukan fast mapping terhadap kata kerja yang baru dan mengaplikasikannya dalam situasi lain di
mana sebuah tindakan yang sama dilakukan.Perkembangan teori tentang pikiran yaitu peningkatan
kemampuan untuk memahami keadaan mental oranglain , sepertinya memiliki peran dalam
pembelajaran kosakata.

f. Tata Bahasa dan Sintaksis

Pada masa kanak-kanak awal, anak mulai menggabungkan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi
kalaimat yang tumbuh lebih kompleks. Pada usia 3 tahun, anak biasanya mulai menggunakan bentuk
jamak, kata ganti kepemilikkan, bentuk lampau, serta mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan
kita. Kalimat mereka biasanya pendek dan sederhana.

Anak antara usia 4-5 tahun, kalimat yang digunakan rata-rata terdiri dari 4 atau 5 kata dan biasanya
berbentuk deklaratif, negatif (“saya tidak haus”.) interogatif (“kenapa saya tidak boleh main diluar?”)
atau imperative (“ambil bukunya!”). Anak berusia 4 tahun menggunakan kalimat kompleks dan
multiklausal (“Saya minum karena saya haus”) dan akan semakin sering jika orangtua mereka juga
menggunakan kalimat yang seperti ini. Anak usia ini juga cenderung membentuk kalimat dlam bentuk
narasi panjang yang menggunakan kata “lalu”.

Pada usia 5-7 tahun, perkataan anak sudah mulai mirip dengan orang dewasa. Mereka berbicara dalam
kalimat panjang dan kompleks,mereka juga mulai memahami setiap bagian kalimat. Namun walaupun
mereka dapat berbicara dengan lancer, dapat dipahami, dan dengan tata bahasa yang baik mereka
belum menguasai seluk beluk bahasa. Mereka jarang menggunakan bentuk pasif, kalimat kondisional,
atau kata kerja auxiliary.

g. Pragmatik dan Perkataan Sosial

Anak yang belajar kosakata, tata bahasa, dan sintaks, mereka menjadi lebih kompeten dalam hal
pragmatik. Pragmatik itu sendiri adalah pengetahuan praktis mengenai cara menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi. Dalam konteks ini adalah untuk mengetahui bagaimana bertanya tentang sesuatu,
menceritakan lelucon, memulai dan melanjutkan percakapan, dan menyesuaikan tanggapan dan sudut
pandang pendengar. Ini semua adalah aspek-aspek dari perkataan social yang gunanya adalah untuk
dipahami oleh pendengar.

Meningkatkan pelafalan dan tata bahasa akan memudahkan orang lain untuk memahami apa yang
dikatakan anak. Pada usia 3 tahun kebanyakkan anak senang berbicara dan memperhatikan akibat dari
perkataannya kepada orang lain. Ketika orang mengerti, ia akan semakin berusaha menjelaskan lebih
lagi.

Anak berusia 4 tahun, khususnya perempuan , menyederhanakan bahasa mereka, namun saat berbicara
kepada anak dibawah usia mereka , mereka cendderung menaikkan nada suara mereka.

Kebanyakkan anak berusia 5 tahun sudah mampu menyesuaikan apa yang mereka katakana dengan apa
yang diketahui pendengar. Mereka dapat menggunakan kata-kata untuk menyelesaikan perselisihan dan
menggunakan kata yang sopan kepada orang yang lebih tua disbanding anak lain.

Perkataan Pribadi (private speech)

Perkataan pribadi (private speech) adalah berbicara dengan mengeluarkan suara kepada diri sendiri
tanpa ada niat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Berk (1986) private speech biasanya
dijumpai pada anak berusia 4-10 tahun, sebesar 20 sampai 50 persen. Anak yang berusia 2-3 tahun
melakukan “crib talk” , bermain dengan suara dan kata-kata. Anak berusia 4-5 tahun menggunakan
perkataan pribadi sebagai cara untuk mengungkapkan fantasi dan emosi. Anak yang berusia lebih tua “
berpikir sambil bersuara” atau mengguman sesuatu yang hampir tidak terdengar.

Dua tokoh yang memiliki konsep yang berbeda tentang perkataan pribadi. Piaget (1962-1923) melihat
perkataan pribadi sebagai tanda ketidakmatangan kognitif. Piaget berpendapat bahwa anak kecil masih
egosentris, tidak menyadari sudut pandang oranglain, dan belum bisa berkomunikasi secara bermakna.
Ia juga berpendapat bahwa seorang anak kecil hanya menyuarakan apa yang ada dipikiran mereka.
Piaget juga mengemukakan bahwa anak kecilberbicara ketika mereka melakukan sesuatu karena
mereka belum bisa membedakan kata-kata dan tindakan yang diwakili oleh kata tersebut.

Vygotsky (1962/1934) tidak melihat perkataan pribadi sebagai sesuatu yang egosentris. Ia melihat hal ini
sebagai bentuk khusus dari komunikasi yakni terhadap dirinya sendiri. Private speech ini menurutnya
memiliki fungsi penting dalam peralihan antara perkataan social awal dan perkataan dalam diri yang
mengarah ke control internal dan perilaku diri.

Vygotsky berpendapat bahwa private speech mengikuti kurva normal. Hal ini tampak saat private
speech meningkat pada masa prasekolah dan menurun, kemudian menghilang pada masa sekolah awal
seiring dengan lebih mampunya anak mengatur dan menguasai tindakan mereka. Penelitian umunya
mendukung pada pendapat vygotsky, karena penelitian observasional pada 93 anak 3-5 tahun yang
berasal dari ekonomi rendah menengah , 86 komentar tidak bersifat egosentris.

Bukti dari fungsi private speech ini dapat dilihat dalam pengaturan diri, usaha anak untuk mengatur
perilakunya sendiri. Private speech umunya meningkat ketika anak berusaha melakukan tugas yang sulit
terutama tanpa pengawasan orangtua. Memahami pentingnya perkataan pribadi memiliki implikasi
praktis, terutama di sekolah-sekolah. Berbicara kepada diri sendiri atau menggumam tidak boleh
dianggap sebagai perilaku yang salah. Hal ini dikarenakan, mungkin saja anak mengalami kesulitan
menghadapi masalah tertentu dan perlu berpikir dengan bersuara.

Perkembangan Bahasa yang Tertunda


Alasan mengapa beberapa anak terlambat dalam pembicaraan masih belum mendapatkan jawaban
yang pasti. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam berbicara tidak selalu mengalami input
bahasa dirumah , namun mungkin mereka memiliki keterbatasan kognitif yang membuat mereka sulit
untuk belajaran aturan bahasa. Anak-anak ini mungkin mengalami masalah di fast mapping mereka
sehingga mereka perlu lebih sering mendengar kara-kata baru disbanding anak normal.

Anak yang terlambat berbicara namun pemahamannya normal , masih dapat mengejar keterlambata
fast mapping mereka (Dale,Price, Bishop, dan Plomin,2003; Thal,Tobias, dan Morrison, 1991). Beberapa
anak yang lambat berbicara memiliki sejarah penyakit otitis media ( radang telinga tengah) pada usia 13
sampai 18bulan namun saat infeksi ini hilang kemampuan berbahasa anak tersebut akan berkembang
kembali.

Bagi sebagian anak, keterlambatan bahasa di awa, jika tidak dirawat maka akan adanya gangguan
bahasa yang menetap serta memiliki konsekuensi kognitif, social dan emosional yang jauh. Anak-anak
yang tidak dapat berbicara atau memahami dengan baik dibandingkan rekan sebayanya cenderung
dicap negatif oleh orang dewasa dan anak-anak lain dan mendapat kesulitan dalam mencari teman
bermain dan sahabat.

Terapi wicara dan bahasa dapat menjadi perawatan yang efektif, terutama jika dimulai sejak dini. Terapi
ini bisa memasukkan strategi memfokuskan bentuk bahasa yang spesifik, program prasekolah yang
menargetkan kemampuan-kemampuan bahasa yang khusus dan program tindak lanjut di dalam atau di
luar sekolah selama masa sekolah dasar.

h. Interaksi Sosial dan Persiapan untuk Kemampuan Membaca

Menguasai kemampuan-kemampuan pramembaca sangatlah perlu bagi anak untuk memahami apa
yang tertulis. Kemunculan kemampuan literal (emergent literacy) adalah perkembangan dari keahlian-
keahlian ini, bersama dengan pengetahuan dan sikap-sikap yang mendasari menulis dan membaca.

Kemampuan pramembaca mencakup:

1. Kemampuan bahasa secara umum seperti kosakata, sintaks, struktur narasi, dan pemahaman
bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi.

2. Kemampuan fonologis khusus seperti, kesadaran bahwa kata-kata terdiri dari fonem,
kemampuan untuk mengkaitkan bunyi dengan huruf atau rangkaian huruf tertentu.

Interaksi sosial dapat meningkatkan kemunculan kemampuan membaca. Interaksi ini membuat anak
menjadi pembaca dan penulis yang baik jika semasa sekolah mereka dirangsang untuk menceritakan
hal-hal yang sudah bisa dilakukan anak. Ketika anak belajar keahlian-keahlian ini, mereka akan perlu
menerjemahkan kata tertulis ke dalam perkataan, mereka juga belajar bahasa menulis mengekspresikan
ide-ide pemikiran dan perasaan. Selanjutnya mereka mulai menggunakan huruf, angka,dan bentuk yang
mirip huruf untuk melambangkan kata-kata, suku kata, atau fonem. Seringkali pengerjaan mereka
terlalu kreatif sehingga mereka sendiri tidak dapat membacanya.
Pemaparan yang cukup pada program pendidikan di televisi dapat mempersiapkan anak untuk bisa
membaca terutama jika orangtua berbicara kepada anaknya tentang apa yang mereka lihat.

5. Pendidikan Masa Kanak-kanak Awal

Masuk ke kelompok bermain adalah langkah yang penting memperluas lingkungan fisik, kognitif, dan
sosial anak. Peralihan ke TK, dimulainya “sekolah yang sebenarnya” adalah salah satu langkah penting.

a. Tujuan dan Tipe Kelompok Bermain: Pandangan Lintasbudaya

Di beberapa Negara, seperti di China, play group (PG) diharapkan menyediakan persiapan akademis
untuk sekolah. Sebaliknya kebanyakkan play group di AS dan Negara barat lainnya mengikuti filosofi “
terpusat pada anak “ menekan oertumbuhan sosial dan emosional sejalan dengan kebutuhan-
kebutuhan perkembangan anak kecil.hal ini didasari oleh teori piaget atau pendidik italia Mari Morrison
yang menganggap hal itu memiliki penekanan koqnitif yang lebih kuat.

Pendukung pendekatan perkembangan tetap bertahan bahwa program yang berorientasi akademis
mengabaikan kebutuhan anak kecil untuk mengeksplorasi dan bermain bebas serta intruksi yang terlalu
banyak dari guru dapat menghambat minat mereka dan merusak pembelajaran ata inisiatif sendiri.

b. Program Pengimbangan Prasekolah

Status sosial ekonomi yang lebih tinggi memungkinkan anak untuk siap sekolah. Program berskala besar
telah dikembangkan untuk membantu anak dengan ekonomi yang rendah ini untuk mengompensasikan
apa yang tidak dapat mereka dapat dan mempersiapkan diri untuk sekolah. Program ini disebut Project
Head Start yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan kognitif, meningkatkan kesehatan fisik dan
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak,meningkatkan tanggungjawab sosial serta membuat bangga
keluargga dan menaikkan harga diri keluarga.

Namun walaupun disponsoro Negara, anak-anak dari PHS ini akan memiliki kempatan yang lebih kecil
untuk ditempatkan di pendidikan khusus dan SMA.

c. Peralihan ke TK

Meskipun pada awalnya adalah sebuah transisi dari lingkungan yang relatif bebas dirumah atau play
group kesebuah “ sekolah sebenarnya” yang terstuktur, TK sudah mulai melakukan pembelajaran untuk
menjadi modal saat memasuki SD nanti. Anak menghabiskan waktu yang lebih sedikit pada aktifitas yang
dipilihnya dan lebih banyak waktu dihabiskan pada lembar tugas danpersiapan membaca.

Persiapan sebelum memasuki TK pun sangat perlu dilakukan. Mengapa? Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang berasal dari ekonomi yang baik cenderung lebih baik dalam matematika dan membaca
karna didukung fasilitas yang ada di dalam rumah.
Penyesuaian sosial dan emosional adlah factor pentingdalam kesiapan masuk TK dan merupakan
prediktor yang kuat terhadap keberhasialn di sekolah. Hal yang lebih penting disbanding dengan
kemampuan berhitung dn membaca adalah kemampuan untuk duduk diam,mengikuti araha, menunggu
giliran dan mengatur buku-bukunya sendiri.

Tingkat kemampuan anak menyesuaikan diri terhadap TK bergantung pada usia, gender,
tempramen,kompentensi kognitif dan sosial dan kemampuan coping selain itu juga dukungan atau
stress yang didapat dari rumah, lingkungan, dan sekolah.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pada masa early childhood atau masa kanak-kanak awal, anak mengalami perkembangan baik pada
pada fisik maupun kognitifnya. Pada perkembangan fisiknya terdapat perubahan dan pertumbuhan
pada tubuhnya, nutrisi yang baik dalam pencegahan obesitas atau kegemukan, malnutrisi, kesehatan
mulut si anak, pola tidur dan masalah-masalah tidur yang sering dialami anak-anak di masa kanak-kanak
awal, perkembangan motorik,dan kesehatan serta keselamatannya.

Adapun perkembangan kognitif pada anak di masa kanak-kanak awal ini dijelaskan melalui beberapa
pendekatan, seperti perkembangan kognitif menurut pendekatan Piaget dan pendekatan masuknya
informasi berupa perkembangan ingatan. Kecerdasan juga merupakan bagian dari perkembangan
kognitif yang dijelaskan berdasarkan psikometrik dan pendekatan Vygotsky. Kemudian tentang
perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal, dan pendidikan yang diperoleh anak-anak di masa
kanak-kanak awal.

2. Saran

Pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penyusun menyarankan untuk
membaca buku referensi lainnya agar pembaca lebih memahami tentang perkembangan fisik dan
kognitif pada masa kanak-kanak awal.
DAFTAR PUSTAKA

Papalia

Lahey, Benjamin B..2007. Psychology: An Itroduction, Ninth Edition. New York: McGraw Hill

Hetherington, Ross D. Parke, Virginia Otis Locke, 1999. Child Psychology, Fifth Edition: McGraw Hill

King, Laura A..2007.psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif.New York: McGraw Hill

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai