Disusun Oleh :
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin
hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok
untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level
hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah
satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia.
Anemia adalah keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
haemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh[CITATION Hin08 \l 1033 ]
Anemia sering didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb dalam darah
sampai di bawah rentang normal. Batasan yang umum digunakan adalah
kriteria WHO pada tahun 1968 yaitu:
laki-laki dewasa Hb<13gr/dl
perempuan dewasa tidak hamil Hb<12 gr/dl
perempuan hamil Hb<11 gr/dl
anak-anak 6-14 tahun Hb<10gr/dl
anak-anak 6 bulan -6 tahun Hb<11gr/dl
derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah sebagai berikut[ CITATION Hin08 \l 1033 ]
F. Manifestasi klinis
menurut [CITATION Nik \l 1033 ] untuk manifestasi klinis dari anemia
adalah sebagai berikut :
a) keadaan umum : lemah, letih, lesu, sering mengeluh pusing, dan mata
berkunang-kunang, sensitive terhadap dingin, BB tutun, vertigo
b) kulit : kering, kuku rapuh, clubbing
c) mata : pengelihatan kabur, perdarahan retina
d) mulut: stomatitis, mukosa licin danmengkilap
e) paru-paru: dipsneu dan ortopnea
f) kardiovaskuler : takikardi, mur, mur, aginia, gagal jantung, kardiomegali
g) gastrointestinal : anoreksia dan menoragia
h) moskuloskelektal : nyeri pinggang
i) depresi, cemas, kesulitan koping
G. Penatalaksanaan
penatalaksanaan anemia menurut [ CITATION Wia13 \l 1033 ] yang dapat
dilakukan adalah:
a) Anemia karena pendarahan
Pengobatan terbaik adalah transfusi darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfusi packed cell. Mengatasi renjatan dan penyebab perdarahan.
Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infus apa
saja yang tersedia
b) Anemia deficit besi
respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti
diagnostik, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukonat,
fumarat)merupakanterapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi
parenteral (dekstran besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan
bila perhitungan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi
tentang diet penderita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24
jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan
yang kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena intoleransi
protein susu sapi tercegah.
c) anemia deficit asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula
dengan pemberian/ suplementasi asam folat oral 1 mg/ hari.
d) anemia hemolitik
Anemia hemolitik autoimun
Terapi inisial dengan menggunakan Prednison®1-2 mg/Kg BB/hari.
Anemia hemolitik karena kekurangan enzyme11
Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting.
Transfusi tukar mungkin terindikasi untukhiperbillirubinemia pada
neonatus. Transfusi eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia
berat atau krisisaplastik.Jika anemia terus menerus berat atau jika
diperlukan transfusi yang sering,splenektomi harus dikerjakan
setelah umur 5-6 tahun
e) anemia apalistik
Dua metode penanganan yang saat ini sering dilakukan :
Transplantasi sumsum tulang.
Terapi imunosupresif dengan ATG (Globulin Antitimosit)
H. Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik)
MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan
pansitopenia (apalastik)
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah /hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
Laju Endap Darah : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi,
misal : peningkatan kerusakansel darah merah : atau penyakit malignasi
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun. Sel Darah Putih : jumlah sel total sama
dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau
menurun (aplastik)
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat; normal atau tinggi
(hemolitik)
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas.
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan Gastro Intestinal (Doenges 2009).
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Data umum
1. Identitas
a. Identitas pasien
nama : Ny.Y
Umur : 77 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku/bangsa : Indonesia
alamat : Kotabumi
diagnosa medis :
tanggal dan jam masuk : 11 Mei 2019
b. Identitas penangung jawab
Nama : Tn.M
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : islam
suku/bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Kotabumi
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Status kesehatan saat ini
riwayat kesehatan sekarang
pengkajian pada tanggal 06 juni 2018, klien mengatakan muka
dan telapak tangan pucat, badan lemas dan hanya berbaring di
tempat tidur, kepala pusing, tidak nafsu makan, klien
melakukan aktifitas dibantu oleh keluarga, tidak mamapu pergi
ke kamar mandi, dan badan bau
3. Riwayat kesehatan lalu
klien tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan,
tidak ada riwayat penyakit berat, tidak ada riwayat operasi
4. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga menyatakan tidak ada yang memiliki sakit seperti pasien
2. Pola Eliminasi
BAK sebelum sakit, rekuensi BAK 6-8 kali per hari, waktu pagi
siang sore dan malam. Jumlah kurang lebih 1500 cc, warna khas urine,
bau khas urine, tidak ada keluhan. BAB sebelum sakit, frekuensi BAB 1-2
kali sehari, waktu pagi siang dan malam. Warna khas feses, bau khas
feses, konsistensi padat lunak, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan
obat pencahar. BAK saat sakit, frekuensi BAK 4-5 kali per hari, waktu
pagi siang sore dan malam. Jumlah kurang lebih 800 cc, berwarna
kemerahan, bau khas urine, sakit saat berkemih. BAB saat sakit, frekuensi
BAB 1-2 kali sehari, waktu pagi siang dan malam. Warna feses gelap
kehitaman, bau khas feses, klien mengatakan feses keluar sedikit dikit.
3. Pola personal hygiene
Sebelum sakit, mandi 2 kali sehari, oral hygiene 2 kali sehari, cuci
rambut 2 kali per hari. Saat sakit, mandi 2 kali sehari, oral hygiene 2 kali
sehari, cuci rambut 1 kali per hari.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit, lama tidur klien kurang lebih 5-6 jam, waktu siang
(tidak sering) dan malam hari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada,
kesulitan dalam hal tidur tidak ada. Saat sakit, lama tidur klien kurang
lebih 4-6 jam, waktu siang dan malam hari, kebiasaan sebelum tidur tidak
ada, kesulitan dalam hal tidur sering mudah terbangun karna nyeri dan
merasa tidak puas setelah bangun. Klien tampak lesu, lelah dan fisik
lemah.
5. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit, kegiatan dalam pekerjaan adalah buruh, waktu
bekerja siang hari sampai sore hari, tidak ada keluhan dalam beraktifitas,
dan tidak ada keterbatasan gerak. Saat sakit, kegiatan dalam pekerjaan
tidak ada, waktu bekerja tidak ada, mengeluh nyeri pada perut sehingga
mengganggu dalam beraktifitas, 30 mudah merasa lelah dan lemah,
kepala terasa pusing, pandangan kunang-kunang danada keterbatasan
gerak karna nyeri. Aktivitas dibantu oleh keluarga
6. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tindakan keluarga
adalah membawa ke RS, tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan seperti merokok dan minuman keras, klien tidak
ketergantungan obat.
B. Analisa data
C. Diagnose keperawatan
perfusi perifer tidak efektif bd penuhuruna hb
deficit perawatan diri bd kelemahan
D. Rencana tindakan
Diagnose Implementasi
perfusi perifer tidak Observasi
efektif bd penuhuruna
hb memeriksa sirkulasi
periver (nadi,warna,suhu)
mengidentifikasi factor
resiko gangguan sirkulasi
memomonitor
panas,kemrahan,nyeri,atau
bengkak pada ekstimitas
melakukan hidrasi
menganjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
deficit perawatan diri Observasi
bd kelemahan mengidentifikasi
kebiasaan perawatan diri
sesuai usia
memonito tingkat
kemandirian
mendentifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan diri
terapeutk
menyiapkan keperluan
pribadi
mendamping dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
memfasilitasi
kemandirian, bantu jika
tidak mamapu melkaukan
erawatan diri
menganjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemapuan
F. evaluais
Hindayani, w., & Wibowo, A. S. (2008). asuhan keperawatan pada klien dengna gangguan sistem
hematologi. Jakarta: Salemba medika.
Kardyudiani, N. k., & Susanti, D. A. (2018). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.
Wiajaya, A. s., & Putri, Y. M. (2013). KMB II Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa.
Yogyakarta: Nuha Medika.