Anda di halaman 1dari 16

RESUME KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

Nama : Nur Huda


NIM : (30901700064)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin
hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok
untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level
hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah
satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia.
Anemia adalah keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
haemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh[CITATION Hin08 \l 1033 ]
Anemia sering didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb dalam darah
sampai di bawah rentang normal. Batasan yang umum digunakan adalah
kriteria WHO pada tahun 1968 yaitu:
 laki-laki dewasa Hb<13gr/dl
 perempuan dewasa tidak hamil Hb<12 gr/dl
 perempuan hamil Hb<11 gr/dl
 anak-anak 6-14 tahun Hb<10gr/dl
 anak-anak 6 bulan -6 tahun Hb<11gr/dl

derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah sebagai berikut[ CITATION Hin08 \l 1033 ]

 ringan sekali Hb 10-13 gr/dl


 ringan Hb 8-9,9 gr/dl
 sedang Hb 6 – 7,9 gr/dl
 berat Hb <6 gr/dl
B. klasifikasi
menurut Prawihardjo (2009) macam-macam anemia adalah sebgai
berikut :
1. anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral fe.
Kekurangan ini dapat disebabkankarena kurang masuknya unsur besi
dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau banyaknya
besi keluar dari tubuh, misalnya pada pendarahan.
2. anemia megaloblastic
adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang
sekali karena defisiensi vitamin B12,anemia ini sering ditemukan pada
wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan
dengan protein hewani tinggi.
3. anemeia hemolitik
adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
4. anemia hipoplastik dan aplastic
adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang belakang
kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru
C. Etiologi
Penyebab anemia menurut Sudoyo dkk dalam penelitian Indartanti dan
Apoina (2014) antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit oleh
sumsum tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat
besi, vitamin C, vitamin B12, dan asam folat. Menurut Agragawal S, penyebab
utama anemia adalah gizi dan infeksi. Masalah gizi yang berkaitan dengan
anemia adalah kekurangan zat besi. Hal tersebut karena 18 mengkonsumsi
makanan yang tidak beragam atau cenderung monoton dan kaya akan zat yang
dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates) sehingga zat besi tidak
dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kekurangan zat besi juga dapat diperburuk
oleh status gizi yang buruk, terutama yang berkaitan dengan kekurangan asam
folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi sumber penghambat
penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap status anemia.
Sumber makanan yang mengandung zat penghambat zat besi (inhibitor) atau
yang mengandung tanin dan oksalat adalah kacang-kacangan, pisang, bayam,
kopi, teh, dan coklat.
D. Patofisiologis
terjadinya anemia mencerminkan bahwa adanya kegalalan sumsum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebih atau keduaanya. kegalalan
sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajaan toksis, invasi
tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darahmerah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
darah.Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau
kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dl akan mengakibatkan ikterik pada sklera.
E. Pathways

F. Manifestasi klinis
menurut [CITATION Nik \l 1033 ] untuk manifestasi klinis dari anemia
adalah sebagai berikut :
a) keadaan umum : lemah, letih, lesu, sering mengeluh pusing, dan mata
berkunang-kunang, sensitive terhadap dingin, BB tutun, vertigo
b) kulit : kering, kuku rapuh, clubbing
c) mata : pengelihatan kabur, perdarahan retina
d) mulut: stomatitis, mukosa licin danmengkilap
e) paru-paru: dipsneu dan ortopnea
f) kardiovaskuler : takikardi, mur, mur, aginia, gagal jantung, kardiomegali
g) gastrointestinal : anoreksia dan menoragia
h) moskuloskelektal : nyeri pinggang
i) depresi, cemas, kesulitan koping
G. Penatalaksanaan
penatalaksanaan anemia menurut [ CITATION Wia13 \l 1033 ] yang dapat
dilakukan adalah:
a) Anemia karena pendarahan
Pengobatan terbaik adalah transfusi darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfusi packed cell. Mengatasi renjatan dan penyebab perdarahan.
Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infus apa
saja yang tersedia
b) Anemia deficit besi
respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti
diagnostik, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukonat,
fumarat)merupakanterapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi
parenteral (dekstran besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan
bila perhitungan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi
tentang diet penderita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24
jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan
yang kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena intoleransi
protein susu sapi tercegah.
c) anemia deficit asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula
dengan pemberian/ suplementasi asam folat oral 1 mg/ hari.
d) anemia hemolitik
 Anemia hemolitik autoimun
Terapi inisial dengan menggunakan Prednison®1-2 mg/Kg BB/hari.
 Anemia hemolitik karena kekurangan enzyme11
Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting.
Transfusi tukar mungkin terindikasi untukhiperbillirubinemia pada
neonatus. Transfusi eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia
berat atau krisisaplastik.Jika anemia terus menerus berat atau jika
diperlukan transfusi yang sering,splenektomi harus dikerjakan
setelah umur 5-6 tahun
e) anemia apalistik
Dua metode penanganan yang saat ini sering dilakukan :
 Transplantasi sumsum tulang.
 Terapi imunosupresif dengan ATG (Globulin Antitimosit)
H. Pemeriksaan penunjang
 Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik)
 MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan
pansitopenia (apalastik)
 Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah /hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
 Laju Endap Darah : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi,
misal : peningkatan kerusakansel darah merah : atau penyakit malignasi
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
 Tes kerapuhan eritrosit : menurun. Sel Darah Putih : jumlah sel total sama
dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau
menurun (aplastik)
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat; normal atau tinggi
(hemolitik)
 Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas.
 Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan Gastro Intestinal (Doenges 2009).
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. Data umum
1. Identitas
a. Identitas pasien
nama : Ny.Y
Umur : 77 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku/bangsa : Indonesia
alamat : Kotabumi
diagnosa medis :
tanggal dan jam masuk : 11 Mei 2019
b. Identitas penangung jawab
Nama : Tn.M
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : islam
suku/bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Kotabumi
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Status kesehatan saat ini
 riwayat kesehatan sekarang
pengkajian pada tanggal 06 juni 2018, klien mengatakan muka
dan telapak tangan pucat, badan lemas dan hanya berbaring di
tempat tidur, kepala pusing, tidak nafsu makan, klien
melakukan aktifitas dibantu oleh keluarga, tidak mamapu pergi
ke kamar mandi, dan badan bau
3. Riwayat kesehatan lalu
klien tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan,
tidak ada riwayat penyakit berat, tidak ada riwayat operasi
4. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga menyatakan tidak ada yang memiliki sakit seperti pasien

5. Riwayat kesehatan lingkungan


II. anamesis

1. Pola nutrisi dan cairan


Sebelum sakit, asupan makan klien oral, frekuensi makan 3 kali
sehari, nafsu makan baik, tidak ada diit, makanan tambahan buah buahan.
Tidak ada alergi makanan. Asupan cairan klien oral, jenis air putih,
frekuensi kurang lebih 8 gelas per hari. Saat sakit, asupan klien melalui
oran dan parenteral, frekuensi makan 3 kali sehari tapi tidak habis, nafsu
makan berkurang, makanan tambahan roti, klien mengalami penurunan
berat badan 2 kg dari berat badan 50kg menjadi 48kg. Asupan cairan klien
oral dan parenteral, jenis air putih dan cairan RL 20tpm dan Nacl 0.9%.

2. Pola Eliminasi
BAK sebelum sakit, rekuensi BAK 6-8 kali per hari, waktu pagi
siang sore dan malam. Jumlah kurang lebih 1500 cc, warna khas urine,
bau khas urine, tidak ada keluhan. BAB sebelum sakit, frekuensi BAB 1-2
kali sehari, waktu pagi siang dan malam. Warna khas feses, bau khas
feses, konsistensi padat lunak, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan
obat pencahar. BAK saat sakit, frekuensi BAK 4-5 kali per hari, waktu
pagi siang sore dan malam. Jumlah kurang lebih 800 cc, berwarna
kemerahan, bau khas urine, sakit saat berkemih. BAB saat sakit, frekuensi
BAB 1-2 kali sehari, waktu pagi siang dan malam. Warna feses gelap
kehitaman, bau khas feses, klien mengatakan feses keluar sedikit dikit.
3. Pola personal hygiene
Sebelum sakit, mandi 2 kali sehari, oral hygiene 2 kali sehari, cuci
rambut 2 kali per hari. Saat sakit, mandi 2 kali sehari, oral hygiene 2 kali
sehari, cuci rambut 1 kali per hari.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit, lama tidur klien kurang lebih 5-6 jam, waktu siang
(tidak sering) dan malam hari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada,
kesulitan dalam hal tidur tidak ada. Saat sakit, lama tidur klien kurang
lebih 4-6 jam, waktu siang dan malam hari, kebiasaan sebelum tidur tidak
ada, kesulitan dalam hal tidur sering mudah terbangun karna nyeri dan
merasa tidak puas setelah bangun. Klien tampak lesu, lelah dan fisik
lemah.
5. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit, kegiatan dalam pekerjaan adalah buruh, waktu
bekerja siang hari sampai sore hari, tidak ada keluhan dalam beraktifitas,
dan tidak ada keterbatasan gerak. Saat sakit, kegiatan dalam pekerjaan
tidak ada, waktu bekerja tidak ada, mengeluh nyeri pada perut sehingga
mengganggu dalam beraktifitas, 30 mudah merasa lelah dan lemah,
kepala terasa pusing, pandangan kunang-kunang danada keterbatasan
gerak karna nyeri. Aktivitas dibantu oleh keluarga
6. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tindakan keluarga
adalah membawa ke RS, tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan seperti merokok dan minuman keras, klien tidak
ketergantungan obat.

III. pemeriksaan fisik


1. kesadaran : composmentis
2. penampilan
3. vital sigh
a) suhu tubuh :36,8
b) TD : 103/56 mmHg
c) nadi :78x/menit
d) nafas :21x/menit
4. kepala
I: rambut hitam dan beruban,berkettombe
P: tidak ada udem,memar, dan nyeri di kepala
5. mata
Posisi mata simetris, pergerakan bola mata normal, konjungtiva
anemis, skleraikterik, pupil isokor, tidak ada tanda radang, tidak
memakai alat bantu, klien mengatakan pandangannya seperti kunang
kunang.
6. hidung
normal
7. telinga
Posisi telinga simetris, tidak ada tanda radang, tidak ada cairan
dari telinga, fungsi pendengaran baik, tidak memakai alat bantu, tidak
ada keluhan lain.
8. mulut dan tenggorokan
lidah tampak kotor, mukosa bibir kering, tidak ada gangguan bicara
9. dada
Nadi 80x/menit, irama teratur, temperatur kulit dingin, warna kulit
pucat, CRT > 3 detik, bunyi jantung normal, tidak ada kelainan bunyi
jantung, tidak ada keluhan.
10. abdomen
I: simsteris kanan-kiri, tidak ada lesi, warna kulit norma
A: bising usus 12x/menit
P: tidak ada nyeri tekan
P: Tympani
11. genetalia
Tidak ada distensi kandung kemih, menggunakan kateter,
12. ekstremitas
kekuatan otot normal. 5555 5555 5555 5555
13. kulit
Rambut bersih, kuku bersih, kulit bersih, tidak ada tanda tanda
radang pada kulit, tidak ada tanda tanda pendarahan.
14. data penunjang

B. Analisa data

Data focus problem Etiologi


Do : Perfusi perifer tidak Penurunan HB
 Warna kulit pucat efektif
 klien tampak lemas
 Hb: 8,1 gr
 TD:103/56
Ds :
 klien mengeluh lemas
 klien mengeluh
pusing
 klien mengeluh
mudah lelah
Ds : Deficit perawatan diri Kelemahan
 klien mengatakan
tidak mampu pergi ke
kamar mandi
D0 :
 badan klien sedikit
bau
 aktifitas dibantu
keluarga
 terpasang kateter
 klien tampak
berbaring saja di
tempat tidur
.

C. Diagnose keperawatan
 perfusi perifer tidak efektif bd penuhuruna hb
 deficit perawatan diri bd kelemahan
D. Rencana tindakan

Diagnose Luaran Intervensi


perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi(1.02079)
tidak efektif bd tindakan keperawatan Observasi
penuhuruna hb 2x24 jam diharapkan  periksa sirkulasi periver
 Warna kulit pucat (nadi,warna,suhu)
menurun  identifikasi factor resiko
 TD sistol dan gangguan sirkulasi
diastole membaik  monitor
 kelemahan otot panas,kemrahan,nyeri,atau
meningkat bengkak pada ekstimitas
terapeutik
 lakukan hidrasi
edukasi
 anjurkan obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
deficit perawatan Setelakh dilakuakan Dujungan oerawatan diri
diri bd kelemahan perawatan 1x24 jam Observasi
diharapkan  identifikasi kebiasaan
 kemampuan ke perawatan diri sesuai usia
toilet meningkat  monito tingkat
 mempertahankan kemandirian
keberishan diri  identifikasi kebutuhan
meningkat alat bantu kebersihan diri
terapeutik
 siapkan keperluan pribadi
 damping dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
 fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mamapu
melkaukan erawatan diri
edukasi
 anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemapuan
E. implementasi

Diagnose Implementasi
perfusi perifer tidak Observasi
efektif bd penuhuruna
hb  memeriksa sirkulasi
periver (nadi,warna,suhu)
 mengidentifikasi factor
resiko gangguan sirkulasi
 memomonitor
panas,kemrahan,nyeri,atau
bengkak pada ekstimitas
 melakukan hidrasi
menganjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
deficit perawatan diri Observasi
bd kelemahan  mengidentifikasi
kebiasaan perawatan diri
sesuai usia
 memonito tingkat
kemandirian
 mendentifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan diri
terapeutk
 menyiapkan keperluan
pribadi
 mendamping dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
 memfasilitasi
kemandirian, bantu jika
tidak mamapu melkaukan
erawatan diri
 menganjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemapuan
F. evaluais

Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Ttd


perfusi perifer S:
tidak efektif bd Klien mengatakan bahwa tidak

penuhuruna hb merasa lemas


O:
GDS 200 mg/dL
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi
deficit perawatan S:
diri bd kelemahan Klien mengatakan belum bias pergi
ke kamar mandi
O:
Pasien belum mampu ke kamar
mandi
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Hindayani, w., & Wibowo, A. S. (2008). asuhan keperawatan pada klien dengna gangguan sistem
hematologi. Jakarta: Salemba medika.

Kardyudiani, N. k., & Susanti, D. A. (2018). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.

Wiajaya, A. s., & Putri, Y. M. (2013). KMB II Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai