Anda di halaman 1dari 33

Oleh :

GANGGUAN KOGNITIF Iskim Luthfa

DAN PSIKOLOGIS PADA

LANSIA
PIKUN

MITOS VS FAKTA
Latar Belakang
 Gangguan kognitif dan psikologis pada lansia
dikenal 3 D : Delirium, Depresi dan Demensia
 3 D : merupakan proses penyakit yang berbeda,
namun menimbulkan gejala yang sama
Delirium
 Delirium  kebingungan akut / sementara,
onsetnya singkat, reversibel
 Penyebab : tidak diketahui (multifaktorial),
penuaan, fx sensorik, farmakodinamik, alkohol dsb
 Biaya per tahun 4 miliar (AS)
 Lansia  16 % delirium
 CAM  Confusion assesment methode (4 kategori)
 The_Confusion_Assessment_Method.pdf
 Gejala :
1. Penurunan perhatian, tidak fokus thdp rangsangan
2. Gangguan berfikir
3. Gangguan kesadaran
4. Gangguan persepsi
5. Gangguan siklus tidur dan bangun
6. Gangguan psikomotor
7. Disorientasi orang, tempat dan waktu
8. Gangguan memori

 Intervensi  tingkatkan ketenangan dan kenyamanan (mandi air


hangat, spons, pijat lotion)
Depresi
 Lansia yang tinggal di panti  15-25% mengalami depresi
 Penyebab : gangguan keseimbangan kimia akibat
menurunnya neurotransmitter (perubahan peran, pensiun,
translokasi, kehilangan)
 Perempuan lebih tinggi mengalami depresi drpd lk2
 Penelitian : depresi dg bunuh diri (15% lansia depresi berat
komit bunuh diri), 75% nya mengunjungi dokter sblm
bunuh diri.
 Pria beresiko 3 kali bunuh diri drpd pr
 Pemeriksaan :
 GDS (geriatrik depresion scale)
 GDS.docx (Yesavage, 1992)
 Terapi :
 Antidepresan :
 inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) : prozac,
paxil, zoloft.
 antidepresan trisiklik,
 oksidase inhibitor monoamine
 Efek : mual, diare, mulut, kering, tremor, insomnia
 Kontraindikasi : parkinson
 TerapiECT :
 Dilakukan 6-12 hari perawatan
DEMENSIA
 Usia 65-70 th  demensia 5 %
 Meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45
% pada usia diatas 85 tahun.
 Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di
Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau
sekitar 3 – 4 juta orang.
 Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer
dan Demensia Vaskuler.
 Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak
di Negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%.
 Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 –
40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
DEMENSIA
 Demensia adalah sindroma klinis yang menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari.
 Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang
biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi
gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian.
 Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak
jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya
karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.
 Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan
menyerang usia diatas 60
tahun.
 Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses
penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur,
maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan
hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka
pendek).
 Demensia merupakan penurunan kemampuan mental
yang lebih serius, yang makin lama makin parah.

 Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal


yang detil;

 Tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan


peristiwa yang baru saja terjadi.
Tanda dan Gejala
 Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
 Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
 Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
 Defisit neurologi dan fokal.
 Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
 Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
 Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
 Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
 Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
 Lupa meletakkan barang penting.
 Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.
 Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
 Tidak dapat makan dan menelan.
 Inkontinensia urine
 Dapat berjalan jauh dari rumah dan tidak bisa pulang.
 Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita
demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak
bisa lepas.
 Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa
hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia
berada
 Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi
kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat
untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang
sama berkali-kali
 Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan
saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada
kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang
tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
 Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh,
menarik diri dan gelisah
Klasifikasi
 Menurut Umur:
 Demensia senilis (>65th)
 Demensia prasenilis (<65th)

 Menurut perjalanan penyakit:


 Reversibel (bisa diperbaiki)
 Ireversibel (hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)  pembesaran ventrikel sebabkan
LCS meningkat.

 Menurut kerusakan struktur otak


 Tipe Alzheimer
 Tipe non-Alzheimer (dipelajari sendiri)
Penyebab
 50-60% karena alzeimer, serangan stroke yang berulang
 Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana
mestinya (Grayson, C. 2004).
 Ditandai :
 kehilangan memori (daya ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk
kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang tepat,
 tidak mampu mengenali objek,
 lupa cara menggunakan benda biasa dan sederhana, seperti pensil, lupa
mematikan kompor, menutup jendela atau menutup pintu,
 suasana hati dan kepribadian dapat berubah, agitasi, masalah dengan daya
ingat,
 membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak
biasa.
Demensia Alzeimer
 demensia alzheimer menurut Nugroho (2008) dapat
berlangsung dalam tiga stadium yaitu :
 Stadium awal atau demensia ringan ditandai dengan
gejala yang sering diabaikan dan disalah artikan sebagai
usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses menua.
 Berlangsung 2-4 tahun
 Umumnya klien menunjukkan gejala kesulitan dalam
berbahasa, mengalami kemunduran daya ingat secara
bermakna, disorientasi waktu dan tempat, sering tersesat
ditempat yang biasa dikenal, kesulitan membuat keputusan,
kehilangan inisiatif dan motivasi, dan kehilangan minat
dalam hobi dan agitasi.
 Stadium menengah atau demensia sedang (2-10 tahun)
 Ditandai dengan :
 proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.
 Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan
aktivitas kehidupan sehari- hari dan menunjukkan gejala
sangat mudah lupa terutama untuk peristiwa yang baru terjadi
dan nama orang,
 tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul
masalah,
 sangat bergantung pada orang lain,
 semakin sulit berbicara, membutuhkan bantuan untuk
kebersihan diri (ke toilet, mandi dan berpakaian),
 dan terjadi perubahan perilaku, serta adanya gangguan
kepribadian.
 Stadium lanjut atau demensia berat (setelah 6-12
tahun)
 ditandai dengan :
 Ketidakmandirian dan inaktif total, tidak mengenali lagi
anggota keluarga (disorientasi personal),
 sukar memahami dan menilai peristiwa, tidak mampu
menemukan jalan di sekitar rumah sendiri,
 kesulitan berjalan, mengalami inkontinensia (berkemih
atau defekasi),
 Menunjukkan perilaku tidak wajar dimasyarakat,
akhirnya bergantung dikursi roda atau tempat tidur.
Penyebab
 Belum diketahui secara pasti, tetapi ada Kemungkinan
karena : faktor genetik, radikal bebas, pengaruh logam
alumunium (PB), dan akibat infeksi virus.
 Faktor predisposisi dan resiko dari penyakit ini adalah usia,
riwayat penyakit alzheimer (keturunan).
 Faktor resiko yang kemungkinan juga berpengaruh ialah
adanya keluarga dengan sindrom Down, fertilitas yang
kurang, kandungan alumunium pada air minum, dan
defisiensi kalsium
 Semakin dini penyakit demensia alzheimer dikenali,
semakin baik hasil penanganannya daripada penyakit yang
sudah lanjut.
Pengakajian
 Identitaspasien
 Riwayat kesehatan
 Status kesehatan
 Status kesehatan mental
 Aspek kognitif, pembelajaran dan memori
 Perubahan sistem tubuh
 Perubahan kardiovaskuler
 Perubahan sistem pernafasan
 Perubahan integlumen
 Perubahan sistem reproduksi
 Perubahan genitourinaria
 Perubahan gastrointestinal
 Perubahan kebutuhan nutrisi
 Perubahan muskuloskeletal
 Perubahan sensorik 
Cara melakukan pengkajian
 BHSP
 Empati
 Observasi dan wawancara
 Observasi :
 Kurang konsentrasi
Kurang kebersihan diri
Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
Tremor
Kurang kordinasi gerak
Aktiftas terbatas
Sering mengulang kata-kata.
Pemeriksaan Penunjang
 PET (positron emission tomography) 90% akurat (aktivitas
otak)
 Lab. Rutin (darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum,
kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar
asam folat)
 CT Scan, MRI
 EEG
 Pemeriksaan cairan otak
 Pemeriksaan genetik
 Pemeriksaan neuropsikologis (pemeriksaan awal MMSE,
SPSMQ, Clinical dementia rating/CDR)
 Clock drawing (menggambar jam)
 Pemeriksaan CDR (clinical dementia rating)
 CDR.pdf
 CDR 2.pdf
6 kategori : gangguan memori, orientasi, pengambilan
keputusan, aktivitas sosial/masyarakat, pekerjaan rumah
dan hobi, perawatan diri.
 Nilai 0 : untuk orang normal tanpa gangguan kognitif.
 Nilai 0,5, untuk Quenstionable dementia.
 Nilai 1, menggambarkan derajat demensia ringan,
 Nilai 2, menggambarkan suatu derajat demensia sedang
 nilai 3, menggambarkan suatu derajat demensia yang
berat.
Diagnosa Keperawatan
Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
 Demensia alzeimer : Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
 Demensia vaskuler (strok) : Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel
 Demensia akibat depresi : anti depresan (Sertraline dan
Citalopram.)
 Perilaku tidak terkontrol : anti-psikotik (Haloperidol ,
Quetiapine dan Risperidone)
2. Terapi simtomatik
 Diet
 Latihan fisik
 Terapi rekreasional dan aktifitas dll
Dukungan keluarga
 Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa
membantu penderita tetap memiliki orientasi.
 Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang
senang berjalan-jalan.
 Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara
rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
 Membuat catatan kegiatan sehari-hari
 Minum obat secara teratur
 Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan
akan memperburuk keadaan.
 Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
Pencegahan dan Perawatan
 Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak
seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
 Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir
hendaknya dilakukan setiap hari.
 Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat
dan aktif
 Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
 Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan
teman yang memiliki persamaan minat atau hobi
 Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap
relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita
tetap sehat.
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai