Anda di halaman 1dari 15

RESENSI BUKU

Nama Kelompok:

1. Faqihuddin (2020080025P)
2. Budi Sumbangsih (2020080051P)
3. Alik Chusnul M (2020080052P)
4. Iswati (2020080053P)
5. Nur Aisyah (2020080054P)
6. Fatimatuz Zuhriyyah (2020080055P)
7. Nasrul Ainia (2020080061P)
8. Dina Rizky F (2020080072P)

UNIVERSITAS GRESIK
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat
menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai wujud dari
pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung
jawab dan kewajiban kami selama mengikuti pelajaran ini.
Makalah ini berisi materi tentang “RESENSI”. Pembahasan yang
memaparkan tentang jenis-jenis karangan itu sendiri. Sehingga Makalah ini dapat
digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai
materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang
telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh guru bidang studi
Bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini

Gresik, 28 Februari 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Resensi.......................................................................................
B. Tujuan Penulisan Resensi............................................................................
C. Syarat Penyusunan Resensi..........................................................................
D. Unsur-Unsur dalam Resensi.........................................................................
BAB III
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Kritik dan Saran...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, Resentie yang berarti
kupasan atau pembahasan. Jadi, resensi adalah kupasan atau pembahasan
tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa,
seperti surat kabar atau majalah. Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan
buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan
buku.
Dengan demikian, penulis akan membahas pengertian resensi, syarat
penyusunan resensi, unsur-unsur dalam resensi dan komponen resensi di dalam
makalah ini.

B. Tujuan
Tujuan dari makalah yang berjudul resensi ini adalah :
1. Untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah bahasa indonesia tentang
resensi.
2. Untuk mengetahui pengertian resensi, syarat penyusunan resensi, unsu-
unsur dalam resensi dan komponen dalam resensi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Resensi
Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, Resentie yang berarti
kupasan atau pembahasan. Resensi adalah ulasan atau penilaian sebuah hasil
karya dengan menyajikan kualitas yang terkait dengan keunggulan maupun
kekurangannya. Menilai berarti mengulas, mempertimbangkan, mengkritik dan
menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan buku dengan
penuh tanggung jawab. Artinya, penilaian yang disampaikannya harus disertai
landasan dan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Pada Kamus
Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan,
pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal
dengan istilah timbangan buku.
Dalam menulis resensi harus bertolak dari tujuan resensi itu sendiri
yaitu untuk membantu para pembaca perlu tidaknya membaca sebuah buku
tertentu. Pertimbangan buku diberikan menyesuaikan pertimbangan tersebut
dengan selera pembaca. Resensi tidak hanya diberikan terhadap buku atau
karangan tetapi diberikan juga kepada karya-karya lainnya seperti resensi film,
drama dan sebagainya.
Pertimbangan yang di tulis oleh penulis resensi harus disesuaikan
selera pembaca maka sebuah resensi yang disiarkan melalui sebuah majalah
yang mungkin berbeda dengan resensi yang ditulis pada majalah lain. Resensi
yang disiarkan oleh majalah budaya yang profesional akan berbeda sifatnya
dengan resensi yang dimuat pada majalah hiburan biasa karena latar belakang
pendidikan serta minat pembaca yang berbeda-beda.
Sebuah majalah budaya profesional biasanya dibaca oleh orang-orang
yang berpendidikan cukup serta mempunyai apresiasi seni yang cukup tinggi.
Sedangkan majalah hiburan biasanya di baca oleh pembaca yang tidak
mengerti seluk beluk seni serta apresiasi seninya tidak mendalam.
Orang yang menulis resensi disebut resentator. Sebelum menulis
resensi, tentu saja resentator harus membaca buku yang mau diresensi itu,
kalau perlu berulang-ulang, agar memahami dan tahu betul arah yang dituju
buku tersebut. Lebih baik lagi bila resentator mempunyai pengetahuan yang
memadai berkaitan dengan buku yang diresensi itu. Dengan Dengan demikian,
resentator dapat menulis resensi dengan secara objektif dan dapat
menghindarkan diri dari penilaian yang bersifat subjektif.

B. Tujuan Penulisan Resensi


Agar sebuah resensi atau pertimbangan diberikan secara obyektif atas
sebuah buku atau karangan, maka penulis resensi harus memperhatikan dua
hal yaitu penulis harus memahami sepenuhnya tujuan penulis dari pengarang
buku tersebut dan penulis resensi harus menyadari sepenuhnya tujuan
menulis resensi itu.
Tujuan penulisan resensi antara lain:
a. Memberikan informasi atau pemahaman yang menyeluruh tentang apa
yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
b. Memberikan pertimbangan apakah sebuah buku pantas mendapat
sambutan dari masyarakat atau tidak.
c. Menjawab pertanyaan yang mungkin timbul jika seseorang melihat buku
yang baru terbit. Adapun pertanyaannya sebagai berikut :
1. Siapa pengarangnya?
2. Mengapa ia menulis buku?
3. Apa pertanyaannya?
4. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan
oleh pengarang-pengarang lain?
5. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang
yang sama?
d. Membantu pembaca dalam memilih buku yang dikehendaki.
C. Syarat Penyusunan Resensi
Ada beberapa syarat dal menyusun resensi antara lain :
a. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit dan tebal
buku.
b. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi
pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
c. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
d. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan.

D. Unsur-Unsur dalam Resensi


Unsur-unsur dalam resensi meliputi :
1. Judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan
atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat
sesudah penulisan resensi selesai. Yang perlu di ingat, judul resensi harus
selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2. Data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
a. Judul buku (jika buku itu termasuk buku hasil terjemahan, judul aslinya
juga harus ditulis)
b. Pengarang (jika ada, tulis juga penerjemah, editor, atau penyunting
seperti yang tertera dalam buku)
c. Penerbit
d. Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa)
e. Tebal buku (berapa halaman)
f. Harga buku (jika diperlukan)
3. Pembukaan (lead)
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini.
a. Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan
prestasi apa yang diperoleh.
b. Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh
pengarang sendiri maupun pengarang lain.
c. Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang.
d. Memaparkan keunikan buku.
e. Merumuskan tema buku.
f. Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku.
g. Mengungkapkan kesan terhadap buku.
h. Memperkenalkan penerbit.
4. Tubuh atau isi pertanyaan resensi buku
Tubuh atau isi pertanyaan resensi buku biasanya memuat hal-hal
dibawah ini :
a. Sinopsis atau isi buku secara benar dan kronologis.
b. Ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya.
c. Keunggulan buku.
d. Kelemahan buku.
e. Rumusan kerangka buku.
f. Tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit).
g. Kesalahan cetak (jika ada)
5. Penutup resensi
Bagian penutup, biasanya berisi saran atau pertanyaan bahwa buku itu
penting untuk siapa dan mengapa.

E. Komponen Resensi Novel


Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi novel adalah
sebagai berikut.
a. Tema.
1. Apakah yang diungkap dalam novel?
2. Apakah tema yang diungkapkan itu menarik  pembaca secara umum?
3. Apakah tema sudah sering diungkapkan dalam seri cerita lain yang
dibuatnya?
4. Apakah tema dapat diterima sebagai kebenaran yang umum?
b. Alur Cerita
1. Bagaimana peristiwa-peristiwa diatur dalam cerita?
2. Apa keunikan susunan peristiwa yang digunakan pengarang?
3. Apakah ada pembaruan susunan peristiwa dalam cerita itu?
c. Penokohan
1. Bagaimana pengarang memberi (menciptakan) watak atau karakter pada
tokoh-tokohnya?
2. Bagaimana sifat tokoh tersebut?
3. Adakah keunikan dalam menciptakan watak tokoh?
d. Sudut Pandang
1. Sudut pandang apa yang dipakai pengarang untuk menyampaikan cerita?
2. Adakah keunikan sudut pandang dalam cerita?
e. Latar Cerita
1. Bagaimana latar cerita digunakan?
2. Apakah latar ceritanya cocok dengan peristiwa?
f. Nilai-nilai
1. Nilai-nilai apakah yang dapat diambil pembaca dari cerita?
2. Adakah nilai-nilai baru yang dikembangkan?
g. Bahasa dan Gaya Cerita
1. Bagaimana bahasa yang digunakan pengarang?
2. Apakah cerita disampaikan dengan cara humor, serius, atau sinis?
h. Pengarang siapa pengarang cerita itu?
1. Bagaimana latar belakang kehidupannya?
2. Bagaimana kreativitasnya? Dalam sebuah resensi tidak semua cerita
tersebut diulas oleh penulis.

F. Contoh Resensi
Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta
Identifikasi Buku
Judul : Ayat-Ayat Cinta
Pengarang : Habiburrahman El-Shirazy
Tebal Buku : 411 halaman
Diresensi : Shelvi Novianita

Sinopsis
“Mencintai-Nya Menuntunku Pada Cintamu”
Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai
gelar masternya di Al Ahzar. Berteman dengan panas dan debu Mesir. Berkutat
dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan
menjadi penerjemah buku-buku agama. Belajar di Mesir, membuat Fahri dapat
mengenal Maria, Nurul, Noura, dan Aisha.
Maria Grigis adalah tetangga satu flat Fahri, yang beragama Kristen
Koptik tapi mengagumi Al Quran. Dan menganggumi Fahri. Kekaguman yang
berubah menjadi cinta. Sayangnya, cinta Maria hanya tercurah dalam diary
saja.
Sementara Nurul adalah anak seorang kyai terkenal, yang juga mengeruk
ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang
rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah
menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan
selalu menebak-nebak.
Sedangkan Noura adalah tetangga Fahri, yang selalu disika Ayahnya
sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Hanya
empati saja. Tidak lebih! Namun Noura yang mengharap lebih. Dan nantinya
ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.
Dan yang terakhir adalah Aisha. Si mata indah yang menyihir Fahri.
Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot
dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi
hatinya.
Lantas, siapakah yang nantinya akan dipilih Fahri? Siapakan yang akan
dipersunting oleh Fahri? Siapakah yang dapat mencintai Fahri dengan tulus?
Mari kita cari jawabannya dari sinopsis “Ayat-Ayat Cinta” berikut.
Fahri sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq
yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi
(belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman, seorang
syaikh yang cukup tersohor di Mesir.
Dengan menaiki metro, Fahri berharap ia akan sampai tepat waktu di
Masjid Abu Bakar As-Shiddiq. Di metro itulah ia bertemu dengan Aisha.
Aisha yang saat itu dicacimaki dan diumpat oleh orang-orang Mesir karena
memberikan tempat duduknya pada seorang nenek berkewarganegaraan
Amerika, ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri memberikan kesan yang
berarti pada Aisha. Mereka pun berkenalan. Dan ternyata Aisha bukanlah gadis
Mesir, melainkan gadis Jerman yang juga tengah menuntut ilmu di mesir.
Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang
juga berasal drai Indonesia. Mereka adalah Siful, Rudi, Hamdi, dan Misbah.
Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai,
dimana lantai dasar menjadi temapt tinggal Fahri dan empat temannya,
sedangkan yang lanai atas ditemapati oleh keluarga Kristen Koptik yang
sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros,
Madame Nahed dan dua orang anak mereka, taitu Maria dan Yousef.
Walau keyakinan dan aqiqah mereka berbeda, tapi antara keluarga Fahri
dan Tuan Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Terlebih Fahri dan
Maria berteman begitu akarab. Fahri menyebut Maria sebagai gadis koptik
yang aneh. Bagaimana tidak, Maria mampu menghafal surat Al-Maidah dan
surat Maryam.
Selain bertetangga dengan keluarga Tuan Boutros, Fahri juga
mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perrangainya berbanding
seratusdelapan puluh derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini
bernama Bahadur. Istrinya bernama madame Syaima dan anak-anaknya
bernama Mona, Suzanna, dan Noura.
Bahadur, madame Syaima, Mona, dan Suzanna sering menyiksa noura
karena rupa serta warna rambut Noura yang berbeda dengan mereka. Noura
berkulit putih dan berambut pirang. Ya, nasib Noura memang malang.
Suatu malam Noura diusir Bahadur dari rumah. Noura diseret ke jalan
sembari dicambuk. Tangisannya memilukan. Fahri tidak tega melihat Noura
diperlakukan demikian oleh Bahadur. Ia meminta Maria melalui sms untuk
menolong Noura. Fahri tidak bisa menolong Noura secara langsung karena
Noura bukan muhrimnya. Maria pun bersedia menolong Noura malam itu. Ia
membawa Noura ke flatnya.
Fahri dan Maria berusaha mencari tahu siapa keluarga Noura sebenarnya.
Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur dan madame Syaima.
Dan benar. Noura bukan anak mereka. Noura yang malang itu akhirnya
bisa berkumpul bersama orang-orang yang menyayanginya. Ia sangat
berterima kasih pada Fahri dan Maria.
Sementara itu, Aisha tidak dapat melupakan pemuda yang baik hati mau
menolongnya di metro saat itu. Aisha rupanya jatuh hati pada Fahri. Ia
meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri. Kebetulan,
paman Eqbal mengenal Fahri dan Syaik Utsman. Melalui bantuan Syaik
Utsman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha.
Mendengar kabar pernikahan Fahri, Nurul menjadi sangat kecewa.
Paman dan bibinya sempat datang ke rumah Fahri untuk memberitahu bahwa
keponakannya sangat mencitai Fahri. Namun terlambat! Fahri akan segera
menikah dengan Aisha. Oh, malang benar nasib Nurul.
Dan pernikahan Fahri dengan Aisha pun berlangsung. Fahri dan Aisha
memutuskan untuk berbulanmadu di sebuah apartemen cantik selama beberapa
minggu.
Sepulang dari ‘bulanmadu’nya, Fahri mendapat kejutan dari Maria dan
Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke rumah Fahri untuk memberikan
sebuah kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih kurus dan murung.
Memang, saat Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi
berlibur. Alhasil, begitu mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan
tidak lagi tinggal di flat, Maria sangat terpukul.
Kebahagian Fahri dan Aisha tidak bertahan lama karena Fahri harus
menjalani hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura.
Noura teramat terluka saat Fahri memutuskan untuk menikah dengan Aisha.
Di persidangan, Noura yang tengah hamil itu memberikan kesaksian
bahwa janin yang dikandungnya adalah anak Fahri. Pengacara Fahri tidak
dapat berbuat apa-apa karena ia belum memiliki bukti yang kuat untuk
membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam di bui
selama beberapa minggu.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam
Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam itu (malam yang
Noura sebut dalam persidangan sebagai malam dimana Fahri memperkosanya).
Tapi Maria sedang terkulai lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta
yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Tidak ada jalan lain.
Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Aisha berharap, dengan
mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari
koma panjangnya. Dan harapan Aisha menjadi kenyataan. Maria dapat
membuka matanya dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di
persidangan. Alhasil, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Dengan kata lain,
Fahri dapat meninggalkan penjara yang mengerikan itu.
Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa besar,
Fahri memaafkan Noura. Dan, terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam
kandungan Noura adalah Bahadur.
Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan
baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula Maria yang
menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Tidak ada yang menduga jika
maut akhirnya merenggut Maria. Namun Maria beruntung karena sebelum ajal
menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf.
Dari buku kita tahu bahwa Fahri selalu “menjaga diri” di tengah wanita-
wanita yang dekat dengannya. Hal itu Fahri lakukan karena rasa cintanya pada
Yang Maha Kuasa. Fahri berusaha konsisten dengan prinsip, dan ajaran agama
yang ia pegang teguh. Cinta Fahri pada agama dan Sang Khalik menuntunnya
pada cinta Aisha. Atas izin Allah Fahri dan Aisha bersatu di bawah payung
cinta yang tulus mengharapkan ridhaNya.

Kelebihan
 Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir seakan pembaca mengalami
berbagai problema yang melilit sang tokoh
 Penulis mengajak pembaca mendalami Islam dengan bahasanya yang
menyejukkan
 Kisah-kisah hubungan antar manusia (kisah cinta) digambarkan secara
menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.
Kekurangan
 Seorang pria dicintai empat orang wanita. Mungkinkah? Jika dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari, rasanya aneh jika ada pria yang di”gilai” oleh
empat orang wanita sekaligus. Baik Aisha, Maria, Noura, dan Nurul
menginginkan Fahri menjadi suaminya. Beruntung sekali tokoh Fahri!
Mungkinkah hal yang demikian ada dalam kehidupan nyata?
 Noura frustasi karena tidak mendapatkan cinta Fahri. Ia lantas memfitnah
Fahri dengan tuduhan yang kejam. Benarkah ada seorang wanita yang
seperti Noura dalam kehidupan nyata? Cinta tetaplah cinta. Tidak akan
berubah menjadi pisau yang dapat menusuk dari belakang.
Kebermanfaatan
 Merupakan media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin
mengetahui lebih banyak tentang islam
 Dengan membaca novel ini kita dapat mengetahui geografi kota Mesir serta
sosial budaya Timur Tengah tanpa harus pergi ke sana.
 Memberikan contoh pada kita tentang sebuah pernikahan yang baik dan
sesuai syariat Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Resensi adalah ulasan atau penilaian sebuah hasil karya dengan
menyajikan kualitas yang terkait dengan keunggulan maupun kekurangannya.
Penulis resensi harus memperhatikan dua hal yaitu penulis harus memahami
sepenuhnya tujuan penulis dari pengarang buku tersebut dan penulis resensi
harus menyadari sepenuhnya tujuan menulis resensi itu.
Syarat penyusunan resensi adalah ada data buku, ada ulasan singkat
buku, harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan. Unsur-unsur
dalam resensi antara lain judul resensi, data buku, pembukaan, tubuh atau isi
pertanyaan resensi buku dan penutup resensi. Sedangkan komponen resensi
meliputi tema, alur cerita, penokohan, sudut pandang, latar cerita, nilai-
nilai,bahasa dan gaya cerita serta pengarang.

B. Kritik dan Saran


1. Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk mengetahui
bagaimana cara membuat resensi dari sebuah novel, drama, novel dan
sebagainya.
2. Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa
membaca buku tentang resensi.

Anda mungkin juga menyukai