Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dengue adalah penyakit daerah tropis dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti, nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia
hal ini tampak dari kenyataan seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko
untukterjangkit penyakit demam berdarah dengue. Sebab baik virus penyebab
maupun nyamuk penularanya sudah tersebar luas di perumahan-perumahan
penduduk. WHO memperkirakan bahwa hampir 50 juta infeksi DBD terjadi
setiap tahun di dunia (WHO, 2010).
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WorldHealth Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia.Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatanpenduduk.
Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada
tahun 1968, dimana sebanyak 58 orangterinfeksi dan 24 orang diantaranya

meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Depkes RI, 2009).
Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang endemis
untuk penyakit DBD. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2007 terdapat sebanyak 20.565 kasus, tahun 2008
sebanyak 19.307 kasus, tahun 2009 kasus turun menjadi 18.728 kasus dan
pada tahun 2010 sekitar 17.000 kasus DBD (Dinkes Jateng, 2010).
Wabah DBD juga terdapat di kota Semarang dan tersebar di berbagai
daerah. Penderita DBD di kota Semarang terbilang banyak. Menurut data
rekapitulasi kasus DBD tahun 2011, pada tahun 2010 saja ada sekitar 1524
kasus yang terjadi di 26 kelurahan. Jumlah kasus terbanyak pada tahun 2010
terjadi di kelurahan Sendangmulyo kecamatan tembalang yaitu sekitar 342
kasus. Adapula data mengenai jumlah penduduk yang meninggal yaitu sekitar
3 orang yang terjadi di kelurahan Sendangguwo kecamatan Tembalang
(Dinkes Semarang, 2010).
Pada tahun 2011 terjadi penurunan angka penderita DBD di kota
Semarang. Penurunan angka yang terjadi melebihi dari target angka yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang yaitu sekitar 72%
dari yang ditargetkan yaitu sekitar 50%. Dari data rekapitulasi kasus DBD
tahun 2011 yang dikumpulkan (input) sampai dengan tanggal 30 November
2011, telah terjadi kasus DBD sebanyak 56 kasus di kelurahan Gajahmungkur
kecamatan Gajahmungkur. Jumlah penduduk yang meninggal juga masih
tetap ada, namun jumlahnya berkurang hanya sekitar 1 orang yang terjadi di

kelurahan Lamper Lor kecamatan Semarang Selatan, kelurahan Ngesrep


kecamatan Banyumanik dan kelurahan Barusari kecamatan Semarang Selatan
(Dinkes Semarang, 2011).
Berdasarkan data rekapitulasi kasus DBD, maka penulis tertarik untuk
lebih mendalami dan mengidentifikasi epidemiologi penyakit DBD yang
mencakup distribusi dan determinan penyakit DBD dengan pendekatan H.L
Blum, khususnya di wilayah kerja puskesmas Halmahera.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya demam berdarah
dengue pada pasien An. M di Puskesmas Halmahera?
1.3 Tujuan Pengamatan
1.3.1

Tujuan Umum
1.3.1.1 Mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan
manajemen dan permasalahannya serta mutu pelayanan di
Puskesmas Halmahera Semarang pada cakupan penderita DBD
periode Januari Juni 2013 dalam rangka perbaikan kinerja
puskesmas.
1.3.1.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap DBD berdasarkan pendekatan HL.Blum

1.3.2

Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untukmemperolehinformasimengenai factor lingkungan yang
mempengaruhiterjadinyapenyakitDBD.

1.3.2.2 Untukmemperolehinformasimengenaifaktorperilaku
yangmempengaruhiterjadinyapenyakitDBD.
1.3.2.3 Untukmemperolehinformasimengenaifaktorpelayanankesehata
n yang mempengaruhiterjadinyapenyakitDBD.
1.3.2.4 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor kependudukan
yang mempengaruhi terjadinya penyakit DBD.
1.3.2.5 Untuk dapat memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit DBD.
1.4.

Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat
1.4.1.1 Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan
sehat
1.4.1.2 Masyarakat mengetahuimengenai penyakit demam berdarahh
dengue
1.4.1.3 Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan
1.4.1.4 Membangun

kesadaran

masyarakat

tentang

pencegahan

terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengue.


1.4.2

Bagi Mahasiswa
1.4.2.1 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang
ada di lapangan.
1.4.2.2 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai
penemuan masalah sampai pembuatan Plan of action
1.4.2.3 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang
ilmu kesehatan masyarakat.

1.4.2.4 Sebagai media yang dapat mengembangkan keterampilan


sebagai dokter.
1.4.2.5 Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu
kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Etiologi


Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dan ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk yang dapatmenularkan
penyakit demam berdarah adalah nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus (Depkes RI, 2009). Kedua nyamuk Aedes ini tersebar luas di
rumah-rumah dan tempatumum di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di
tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari1000 meter di atas permukaan air
laut (Ginanjar, 2008).
Demam Berdarah (DB) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di negaranegara tropis dan sub tropis. Salah satu bagian yang penting untuk
pemberantasan penyakit DBD adalah sistem surveilans epidemoligi dan
surveilans berbasis laboratorium. Saat ini pelaporan Demam Berdarah atau
Demam Berdarah Dengue tidak standar antara negara, walaupun sudah ada
kriteria standar untuk mengdiagnosis Demam Berdarah Dengue yang telah di
keluarkan oleh World Health Organization (WHO,2005).
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat
selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan
persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2

provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada
tahun 2009. Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada
laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD,
pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009
(Depkes RI,2009).Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau yang biasa disebut
Demam Berdarah Dengue (DBD), sejak ditemukan pertama kali pada tahun
1968 yaitu di DKI Jakarta dan tahun 1969 di Surabaya sampai dengan
sekarang, seringkali menyebabkan kematian dan menyebar hampir ke seluruh
wilayah Indonesia. Di Indonesia, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan
meningkat, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit secara
sporadik dan selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada setiap tahunnya
(Effendi,1995). Dalam kurun waktu 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010,
kasus DBD di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Terdapat dua puncak
epidemik di tahun 2007 terdapat 158.115 kasus dan 2009 terdapat sekitar
158.912 kasus. Pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus (Insiden Rate = 59,02
per 100.000 penduduk) dan tahun 2010 mencapai sekitar 140.000 kasus
(Depkes, 2010).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
virus dengue yaitu (Gibbons dan Vaughan, 2002):
1. Vektor

perkembangbiakan

vektor,

kebiasaan

menggigit,

kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satyu tempat


ke tempat lain.
2. Penjamu : terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi
dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.

3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.


Berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan dan
penyebaran kasus DBD, antara lain (Direktorat Jendral Departemen
Kesehatan RI, 2007):
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
3. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis
4. Peningkatan sarana transportasi
2.3 Cara Penularan
Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia
melalui gigitan. Kemudian virusbereplikasi di dalam tubuh manusia pada
organ targetnya seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppferkemudian
menginfeksi sel-sel darah putih dan jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan
bersirkulasidalam darah. Di tubuh manusia virus memerlukan waktu masa
tunas intrinsik 4-6 hari sebelummenimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan
menghisap virus yang ada di darah manusia. Kemudianvirus bereplikasi di
usus dan organ lain yang selanjutnya akan menginfeksi kelenjar ludah
nyamuk. Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya
siap-siap ditularkan kembali kepadamanusia lainnya. Periode ini disebut masa
tunas ekstrinsik yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masukdan berkembangbiak
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat emnularkan virus
selamahidupnya (infektif). Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk)
berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh
manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.

Ciri fisik nyamuk yang menularkan penyakit DBD dengan nama Ae.
aegypty adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2005):
1. Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang berwarna putih)
di sekujur tubuh nyamuk.
Bisa terbang hingga radius 100 meter dari tempat menetas.
Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali.
Nyamuk betina menghisap darah pada pagi hari dan sore hari.
Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam

2.
3.
4.
5.

rumah.
6. Hidup di lingkungan rumah, bangunan dan gedung.
7. Nyamuk bisa hidup sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.
Tempat yang biasa dijadikan tempat bertelur (berkembang biak)adalah
di tempat yang tergenang air bersih dalam waktu lama seperti bak mandi, vas
bunga, kaleng bekas, pecahan botol, penampungan air, lubang wc, talang air,
dan lain sebagainya. Air kotor seperti got, air keruh, air empang, genangan
yang berhubungan langsung dengan tanah, dan lain sebagainya bukan tempat
yang cocok bagi nyamuk Ae. aegypty untuk bertelur (Departemen Kesehatan
RI, 2005).

2.4 Faktor Resiko Terjadinya DBD


Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD Menurut
Sari (2005) menyatakan bahwa faktor- faktor yang terkait dalam penularan
DBD pada manusia adalah :
1. Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan
DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter.
2. Mobilitas penduduk, memudakan penularan dari suatu tempat ke tempat
lain.

10

3. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah,


bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah ada
nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal
di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang
nyamuk dan orang-orang yang berkunjung kerumah itu.
4. Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan
penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan.
5. Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke puskesmas
atau rumah sakit.
6. Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan
7. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap
dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.
8. Perkumpulan yang ada, bisa digunakan untuk sarana PKM
9. Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih banyak
golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk sakit DBD
lebih besar.
10. Suku bangsa, tiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-masing,
hal ini juga mempengaruhi penularan DBD.
11. Kerentanan terhadap penyakit, tiap individu mempunyai kerentanan
tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam
menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena penyakit, ada yang
tahan terhadap penyakit.
Sedangkan faktor yang dianggap dapat memicu kejadian DBD adalah :
1. Lingkungan. Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan curah hujan
mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor penular
penyakit bertambah dan virus dengue berkembang lebih ganas. Siklus
perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan

11

nyamuk dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan


cepat sekali naik. Keberadaan penampungan air artifisial/ kontainer
seperti bak mandi, vas bunga, drum, kaleng bekas, dan lain-lain akan
memperbanyak tempat bertelur nyamuk. Penelitian oleh Ririh dan
Anny (2005) tentang Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan
Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti di Daerah Endemis Surabaya menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kelembaban, tipe kontainer, dan tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti.
2. Perilaku. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan air
yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Kurang baik perilaku
masyarakat terhadap PSN (mengubur, menutup penampungan air),
urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas manusia
antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan
lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu siang
hari.
2.5 Kinerja program P2B2
1. Penyelidikan epidemiologi (PE) penyakit DBD
Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan untuk pencarian
penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik
nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah / bangunan
sekitarnya termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurangkurangnya 100 m (20 rumah). PE dilakukan baik ada dana maupun tidak
ada dana untuk mengetahui besarnya masalah / luasnya penyebaran

12

penyakit dan langkah-langkah untuk membatasi penyebaran penyakit


DBD.
Langkah kegiatan PE :
a. Setelah mendapat laporan penderita DBD, petugas puskesmas
mencatat dalam Buku Catatan Harian Penderita DBD.
b. Menyiapkan peralatan survey : senter dan formulir PE
c. Melakukan wawancara dengan keluarga yang yang terserang DBD
d. Bila dalam anggota keluarga yang lain menemukan tanda-tanda DBD
dilakukan pemeriksaan di kulit dan dilakukan uji Torniquet.
e. Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk pada tempat penampungan air
dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah maupun diluar rumah.
f. Kegiatan ini dilakukan pada radius 100 meter dari lokasi tempat
tinggal penderita.
g. Bila penderita adalah siswa sekolah, maka PE dilakukan d sekolah
siswa yang bersangkutan.
h. Hasil PE dilaporkan keada Dinas Kesehatan Kota (DKK) untuk tindak
lanjut lapangan dikoordinasikan dengan Lurah setempat
2. Strategi dan Intervensi
a. Penyuluhan DBD
Penyuluhan DBD ini tentang pencegahan yang dapat dilakukan dengan
cara 3M yaitu : menguras dan menyikat bak mandi seminggu 2x,
menutup tempat penamungan air rumah tangga seperti tempayan, drum
dan lain-lain, mengubur, menyingkirkan dan memusnahkan barangbarang bekas seperti kaleng, ban, barang plastiok dan lain-lain
b. Pemberantasan jentik dan nyamuk dewasa
Cara pemberantasan jentik dengan cara memelihara ikan pemakan
jentik seperti ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain.

13

Pemberantasan nyamuk dewasa dengan fogging bila ditemukan 1 atau


lebih penderita DBD dan/atau lebih dari sama dengan 3 orang
tersangka DBD dan ditemukan jentik (lebih dari 5 %) dari
rumah/bangunan yang diperiksa dan disetujui untuk dilaksanakan
fogging.
2.6 Gejala Utama
1. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsungselama 2
7 hari, naik turun (demam bifosik). Kadang kadang suhutubuh sangat
tinggi sampai 40C dan dapat terjadi kejan demam. Akhirfase demam
merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Padasaat fase demam
sudah mulai menurun dan pasien seajan sembuh hati hati karena fase
tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hariketiga dari demam.
2. Tanda tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalahvaskulopati,
trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasiintravasculer yang
menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalahperdarahan bawah kulit
seperti retekia, purpura, ekimosis dan perdarahanconjuctiva. Retekia
merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan.Muncul pada hari
pertama demam tetepai dapat pula dijumpai pada harike 3,4,5 demam.
Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melenadan hematemesis.
3. Hepatomegali

14

Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakitbervariasi


dari haya sekedar diraba sampai 2 4 cm di bawah arcus costakanan.
Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit,namun nyeri
tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanyaperdarahan.
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala
klinismenghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat,
perubahanpada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai
dengankongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan
sirkulasi,sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan
atausementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak
menjadiburuk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat
setelahsuhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit
terababdingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di
sekitarmulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai
tidakteraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut
(Widodo, 2002).
2.7 Diagnosis
Penegakkan diagnosis DBD saat ini yaitu dengan menggunakan kriteria
WHO 1997. Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal di bawah ini dipenuhi (World health organization, 2001):
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.

15

2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif;


petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan
melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
4. Terdapat minimal satu tanda- tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan
jenis kelamin.
b. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
c. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hiponatremia.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:
1. Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
2. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdaran lain.
3. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.
4. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
Bila tanda dan gejala

sudah cukup jelas, maka pemeriksaan

laboratorium lain untuk konfirmasi diagnosis secara umum mungkin


tidak diperlukan.
Sebagai tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator
vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas

16

pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok


(Departemen Kesehatan RI, 2005).
2.8 Penatalaksanaan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi
perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air
dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu). Penambahan cairan tubuh
melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah
platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap
keluhan yang timbul, misalnya:
1. Paracetamol membantu menurunkan demam
2. Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
3. Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu
biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan
tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena.
Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara
medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan. Pengobatan demam
berdarah dengue bersifat simptomatik dansuportif yaitu pemberian cairan oral
untuk mencegah dehidrasi. Apabilacairan oral tidak dapat diberikan oleh
karena muntah atau nyeri perut yangberlebihan maka cairan intravenaperlu
diberikan.Medikamentosa yang bersifat simptomatis :

17

1. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,


2. inguinal.
3. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
4. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
1. Larutan fisiologis NaCl
2. Larutan Isotonis ringer laktat
3. Ringer asetat
4. Glukosa 5% (Hadinegoro dkk, 2001)
2.9 Pencegahan
Untuk memberantas penularannya, dilakukan dengan memutus mata rantai
perkembangbiakan nyamuk yang dilakukan dengan tindakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) (Suhendro, 2006).
Beberapa kegiatan PSN, diantaranya (Departemen Kesehatan RI, 2005):
1. Menutup Tempayan, drum, ember & lain-lain perlu ditutup agar tidak
menjadi tempat perkembang biakan nyamuk
2. Menguras bakmandi minimal seminggu sekali.
3. Mengubur Kaleng-kaleng bekas, ban bekasdan pecahan botol harus
dikubur agar air hujan tidak

tertampung di dalamnya sehingga bisa

digunakan untuk tempat perkembangbiakkan nyamuk Ae. aegypti.

18

Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah menaburkan bubuk abate


pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras, dan pengasapan atau
fogging. Namun fogging sebetulnya hanya untuk membunuh nyamuk dewasa
(Departemen Kesehatan RI, 2005).

19

BAB III
STATUS PRESENT

3.1 Data Penderita


3.1.1

Identitas Penderita
3.1.1.1 Nama

penderita

: An. M

3.1.1.2 Jenis kelamin

: Laki- laki

3.1.1.3 Umur

: 10 tahun

3.1.1.4 Agama

: Islam

3.1.1.5 Pendidikan

: SD

3.1.1.6 Pekerjaan

: Pelajar

3.1.1.7 Alama

: Jl. Kanal sari barat No.32

RT 05/09
3.1.1.8 Tanggal pemeriksaan

: 9 Juli 2013

3.1.1.9 Keluhan Utama

: Demam

3.1.1.10 Riwayat penyakit sekarang : Nyeri ulu hati, muntah dan


lemas
3.1.1.11 Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat mondok

: disangkal

Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

20

3.1.1.12 Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga menderita penyakit serupa

Riwayat sakit DBD

:-

Riwayat alergi obat dann makanan

:-

:-

3.1.1.13 Riwayat sosial


Wabah DBD ditemukan kasus DBD pada teman sekolahnya.
3.1.2

Pemeriksaan Fisik
Bintik merah/tanda perdarahan
Uji torniquet : +

3.1.3

Laboratorium
3.1.2.1 Hematologi
Tabel 3.1 Hematologi Rutin 1
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit

Hasil
12,0
36,7
1,5
13000

Satuan
g/dl
%
ribu/ul
Ribu/ul

Nilai Normal
10,8-15,6
33-45
4,5-13,5
156-408

Satuan

Nilai Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

Imunoserologi
Tabel 3.2 Uji Widal
Pemeriksaan
Salmonella Typhi O
Sal. Paratyphi A O
Sal. Paratyphi B O
Sal. Paratyphi C O
Salmonella Typhi H
Sal. Paratyphi A H
Sal. Paratyphi B H
Sal. Paratyphi C H

Hasil
Negatif
Negatif
Positif 1/160
Positif 1/320
Positif 1/160
Negatif
Negatif
Negatif

21

3.1.4

Terapi
Paracetamol 500 mg 3 x 1/2

3.2 Data Puskesmas


3.2.1. Identitas Keluarga
3.2.1.1. Nama Ayah

: Budi Handoyo

Nama Ibu

: Santi

3.2.1.2. Agama

: Islam

3.2.1.3. Pekerjaan Ayah

: Petugas Paket pengiriman barang

Pekerjaan Ibu
3.2.1.4. Alamat

: Ibu Rumah Tangga


:Jl. Kanal sari barat RT 05/09
Semarang

3.2.2. Data Lingkungan


3.2.2.1 Sumber air bersih yang digunakan berasal dari Air Sumur.
3.2.2.2 Sumber air minum yang digunakan berasal dari Air PAM yang
dimasak. Namun tempat menampung air yang akan digunakan
untuk minum dengan menggunakan gentong plastik.

22

3.2.2.3 Jamban sudah menggunakan model leher angsa, memenuhi


syarat kesehatan dan bersih
3.2.2.4 Pembuangan air limbah dialirkan ke selokan di depan rumah
dan pekarangan sekitar yang kosong.
3.2.2.5 Rumah satu dengan rumah yang lainnya saling berdempetan
dan padat penduduk.
3.2.2.6 Saluran pembuangan air limbah (SPAL) letaknya di depan
rumah dan sedikit tertutup namun tersumbat dan pada saat air
laut pasang akan menimbulkan air menggenang di halaman
depan warga.
3.2.3. Data Perilaku dan Sosial
3.2.3.1 Kebiasaan anggota keluarga menggantung pakaian banyak dan
lama.
3.2.3.2 Anggota keluarga menguras tempat penampungan air sekali
sehari
3.2.3.3 Keluarga pasien sudah menggunakan Air sumur sebagai
sumber air bersih dan PAM sebagai sumber air minum
3.2.3.4 Terdapat teman sekolah pasien yang menderita DBD
3.2.3.5 Kesehariannya pasien menginap di tempat neneknya yang
tinggal di Muktiharjo selatan dan saat ini daerah tersebut
sedang terjadi KLB demam berdarah.
3.2.3.6 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Tabel 3.3 Checklist survei PHBS
No
1
2
3
4
5

Indikator Perilaku

Ya

Pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan
Asi Ekslusif
Penimbangan balita
Gizi keluarga/ sarapan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
KLP Kesling

Tidak

23

6
7
8
9

Air bersih
Anggota rumah tangga menggunakan
jamban
Anggota rumah tangga membuang sampah
pada tempatnya

Lantai rumah kedap air

KLP GAYA HIDUP

10

Aktivitas fisik/olahraga

11

Ada anggota keluarga yg tidak merokok

12

Mencuci tangan

13

Menggosok gigi minimal 2 kali sehari

14

Anggota rumah tangga tidak


menyalahgunakan Miras/Narkoba

KLP UKM
15
16

Anggota rumah tangga menjadi peserta


JPK/Dana Sehat
Anggota rumah tangga melakukan PSN
seminggu sekali

Dari hasil di atas didaptkan skor 14 sehingga dapat di


kasifikasikan sebagai keluarga yang memiliki PHBS bagus/Strata
Sehat Utama.
3.2.4. Data Akses Pelayanan yang terdekat
Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Halmahera, Puskesmas
Bugangan, RS Telogorejo, RS Panti Wilasa, RS Bunda, RS Kusuma.
Pasien memiliki jaminan kesehatan berupa Jamkesmaskot sehingga
dapat digunakan untuk mendapatkan pelayaan kesehatan ketika sakit.
Belum mendapatkan Abate larvasida.
3.2.5. Data genetik/kependudukan

24

3.2.5.1 Kepadatan rumah yang saling berhimpitan.


3.2.5.2 Penyakit DBD bukan penyakit turunan tetapi penyakit yang
menular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang
mengandung virus dengue

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 ANALISA PENYEBAB MASALAH
Analisis penyebab masalah demam berdarah menggunakan pendekatan
HL Blum sebagai berikut:
Tabel 4.1 Analisis HL Blum
Masalah
Demam
berdarah

Perilaku
Menggantung
baju terlalu banyak
dan lama
Jarang menguras
tempat
penampungan air
Ruangan di dalam
rumah
gelap/kurang
pencahayaan

Lingkungan/

Pelayanan

sosial
Kesehatan
1.Terdapat
teman sekolah
yang menderita
demam
berdarah
dengue
2.
Penderita
kesehariannya
tidur di rumah
neneknya yang
saat ini terjadi
KLB
demam
berdarah
dengue
3.
Saluran
pembuangan air
limbah (SPAL)

Genetik atau
Kependudukan
Usia anak-anak
lebih
banyak
menderita demam
berdarah dengue

25

tersumbat
4. dilingkungan
nderita terdapat
rumah-rumah
yang
bak
mandinya
didapati jentikjentik nyamuk
Dari tabel di atas diperoleh faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi
kejadian demam berdarah dengue pada pasien antara lain:
4.1.1

Perilaku
4.1.1.1 kebiasaan menggantung baju, jarang menguras tempat
penampungan air dan ruangan di dalam rumah gelap/kurang
pencahayaan
Menurut penelitian Widyana 2003 kebiasaan menggantung
pakaian di dalam rumah mempunyai resiko terkena penyakit
demam berdarah 4,8 kali daripada yang mempunyai kebiasaan
tidak menggantung pakaian
Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan,
bentuk

rumah,

bahan

bangunan

akan

mempengaruhi

penularan. Bila di suatu rumah ada nyamuk penularnya


maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di
rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak
terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung ke rumah
itu (Sari, 2005).
4.1.2

Genetik
Usia anak-anak lebih banyak menderita demam berdarah dengue

26

penelitian Thomas Suroso (1996) yangmengatakan


sekolah bisa merupakan tempat yang potensial bagi penularan
penyakit DBD. Dengan demikian perlu dilakukan upayaupaya

pencegahan

penyakit

DBD

melalui

sekolah.

Sebagian besar (>80%) kasus DBD adalah anak-anak


(golongan umur < 15 tahun). Penelitian ini sejalan juga dengan
penelitian Siti Rezeki (1999) di Jakarta yang mengatakan
distribusi umum memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari
golongan anak berumur < 15 tahun (86-95%)
4.1.3

Lingkungan
4.1.3.1 Mobilitas
Pengaruh mobilitas penduduk yang tinggI merupakan
salahsatu pembawa dampak masuknya DBD ke suatu
daerah(Hartanto,2007). Hal ini sesuai dengan Suyasa (2006),
ada hubungan antara mobilitas penduduk dengan keberadaan
vektor DBD. Mobilitas penduduk memudahkan penularan
dari satu tempatke tempat lainnya danbiasanya penyakit
menjalar dimulai dari suatu pusat sumber penularan kemudian
mengikuti lalu lintas penduduk. Makin ramai lalu lintas itu,
makin besar kemungkinan penyebaran.

4.2 Alternatif Pemecahan Masalah


4.2.1 Memotivasi keluarga apabila ada salah satu anggota keluarga yang
demam untuk segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.

27

4.2.2

Memotivasi keluarga untuk selalu membersihkan tempat penampungan

4.2.3

air rutin minimal 2 kali seminggu


Memotivasi orang tua untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan

4.2.4

sehat (PHBS)
Memberikan edukasi

mengenai

demam berdarah, mulai

penyebab,penularan, dan pencegahan.


4.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
4.3.4

Memberikan sabun untuk mencuci tangan.

4.3.5

Penyuluhan mengenai caramencuci tangan yang benar.

4.3.6

Penyuluhan mengenai carademam tifoid.

4.3.7

Memberikan tempat sampah

dari

28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis HL-Blum didapatkan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap demam berdarah di lingkungan penderita
5.1.1 Faktor Lingkungan/sosial yang menyebabkan DBD
1. Buruknya sistem SPAL
2. Penderita tidur di rumah neneknya yang saat ini terjadi KLB
demam berdarah
Faktor Perilaku yang menyebabkan DBD
1. Jarangnya menguras tempat penampungan air
2. Kebiasaan menggantung pakaian
3. Penataan ruang yang buruk
Faktor Kependudukan yang menyebabkan DBD
1. Padatnya tingkat hunian
Solusi terhadap faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit DBD
1. Penyuluhan mengenai penyakit DBD terutama pencegahan dan

5.1.2

5.1.3
5.1.4

pertolongan pertama
2. Penyuluhan mengenai PHBS
3. Pemberian larvasida bubuk abate
4. Pemantauan jentik-jentik nyamuk

5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Keluarga
Alternatif pemecahan masalah
1. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk menguras tempat
penampungan air minimal 2 kali seminggu.
2. Memberikan edukasi tentang bahaya menggantung pakaian yang
sudah dipakai dan digantung terlalu lama.

29

3. Memberikan edukasi tentang penataan ruang dalam rumah yang


bersih, rapi dan sehat.
4. Memotivasi kepada keluarga untuk menerapkan PHBS
5. Pemberian larvasida yaitu bubuk abate untuk
tumbuhnya jentik nyamuk.
Saran Kepada Puskesmas
1. Melakukan peningkatan kerjasama

lintas

mencegah

sektoral

dengan

kelurahan guna menanggulangi angka kejadian DBD.


2. Melakukan peningkatan frekuensi penyuluhan mengenai DBD
kepada

keluarga

pasien

dan

masyarakat

sekitar

sehingga

masyarakat dapat mengetahui tentang DBD mulai dari gejala gejala


penyakit DBD, cara penularan, pertolongan pertama dan
pencegahan.
3. Melakukan pengobatan terhadap keluarga dan tetangga pasien yang
menderita sakit yang sama
4. Melakukan pemantauan jentik-jentik

nyamuk

pada

penampungan air secara rutin


Saran kepada masyarakat
1. Melakukan kerja bakti lingkungan terutama untuk SPAL

tempat

30

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2005, Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di
sarana pelayanan kesehatan p.19-34, Dikutip tanggal 18 Juli 2013
Direktorat

Jendral

pengendalian

Penyakit

dan

Penyehatan

Lingkungan

Departemen Kesehatan RI, 2007, Profil Pengendalian Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan, Jakarta
Gibbons RV, Vaughan DW, 2002, Dengue an escalating problem, BMJ 324:15636, Dikutip tanggal 18 Juli 2013
Hadinegoro SRH, dkk., 2006, Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia, Jakarta, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
Hartanto, D. 2007. Waspada Demam Berdarah.
http://www.dinkespurworejo.go.id/
index.php? option=com_content&task=view&id=12&Itemid=3 (diakses
September 2009
Suhendro, dkk., 2006, Demam berdarah dengue dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 4. Edisi 4, Jakarta Pusat, Penerbit : IPD FKUI

31

Sari, Cut,I,N,. 2005, Pengaruh LingkunganTerhadap Perkembangan Penyakit


Malaria dan Demam Berdarah Dengue. http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/cut_ irsanya_ ns.pdf, Dikutip tanggal 18 Juli 2013
R e z e k i , S i t i . D k k , 1 9 9 9 , Naskah lengkap penderita bagi pelalih Dokter
spesialis Anak dan Dokter spesialis penyakit dalam dalm tatalaksana kasus
DBD.DiJakarta
S u r o s o , T h o m a s , d r. d k k , 1 9 9 6 ,

Survei data dasar epidemiologi

pemberawasan penyakit DBD awal pelila VI,Berita epidemiologi RI H : 1-3


Siregar, A. 2004, Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia, Dikutip
tanggal 18 Juli 2013
Widjana, D.P. 2003. Vektor Demam Berdarah Dengue. Denpasar : Bagian
Parasitologi FK Universitas Udayan
World health organization, 2001, Prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever:comprihensive guidelines p.5-17, New Delhi
Wolrd Health Organization Dengue, 2005, dengue haemorrhagic fever and
dengue shock syndrome inthe context of the integrated management of
chilhood illness, Genewa

32

Plan of Action (POA)


Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Metod
e

Tempat

Waktu

Bi
ay
a
-

Penyuluhan
mengenai
penyakit
DBD
terutama
pencegahan
dan
pertolongan
pertama
Penyuluhan
mengenai
PHBS

Meningkatka
n
pengetahuan
keluarga
tersebut
mengenai
penyakit
DBD

Seluruh
anggota
keluarga
pasien

Diskusi

Rumah
Pak RT

Senin,
28 Juli
2013

Meningkatka
n
pengetahuan
masyarakat
mengenai
PHBS
Meningkatka
n
perilaku
masyarakat
untuk
membiasakan

Seluruh
anggota
keluarga
pasien

Diskusi

Rumah
bapak
RT

Senin,
29 Juli
2013

Pelaksa
na

Indikator
Keberhasilan

Dokter
Muda
FK
Unissula

Anggota
keluarga
mengetahui
dengan jelas
mengenai
pencegahan
dan
pertolongan
pertama DBD
Anggota
keluarga
mengetahui
dengan jelas
mengenai
pentingnya
PHBS

Dokter
Muda
FK
Unissula

33

Pemberian
larvasida
bubuk abate

PHBS dalam
kehidupan
sehari-hari
Memberikan
pengetahuan
kepada
anggota
keluarga
tentang
manfaat abate
yaitu
memberantas
jentik
nyamuk

Seluruh
anggota
keluarga
pasien

Diskusi

Rumah
bapak
RT

Lampiran

Senin,
29 Juli
2013

Dokter
Muda
FK
Unissula

Tidak
ditemukan
jentik-jentik
nyamuk

Anda mungkin juga menyukai