L
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DHF DI RUANG
BOUGENVIL 2
RSUD LOEKMONO HADI KUDUS
Disusun Oleh:
Nama : Eka Nihayatur Rohmah
NIM : 920173111
Prodi : S1 Keperawatan
1.5 WOC
1.6 Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian
turun menuju suhu normal atau lebih rendah.Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia.Nyeri
punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyetainya.(Soedarto, 2012).
b. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.(Soedarto,
2012).
c. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita .(Soederta, 2012).
d. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok
terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
(2012).
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajatpenyakitnya,
tanda dan gejala lain adalah:
1) Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksiperabaan.
2) Asites.
3) Cairan dalam rongga pleura(kanan).
4) Ensephalopati : kejang, gelisah, soporkoma.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigastrium, muntah – muntah, diare maupun
obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 2012).
1.7 Komplikasi
a. Ensefalopatidengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang
tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau
perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat
ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan
oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari koagulasi
intravaskular yang menyeluruh. Virus dengue dpat menembus sawar darah otak,
tetapi sangat jarang dapat menginfeksi jaringan otak. Dikatakan pulabahwa
keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apati atau
somnolen, dapat disertai atau tidak kejang, dan dapat terjadi pada DBD/DSS.
Apabila pada pasien syok terjadi ensefalopati , syok harus diatasi terlebih
dahulu. Pungsi lumbal dilakukan apabila syok sudah teratasi dan kesadaran tetap
menurun (hati-hati apabila trombosit <50.000/uL). Pada ensefalopati dengue
dijumpaipeningkatankadartransaminase(SGOT/SGPT),PTdanPTT
memanjang, kadar gula darah turun, alkalosis pada AGD, dan hiponatremia.
b. KelainanGinjal
GGA pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang
tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupn
jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok
telah teratasi dengan baik. Oleh karena apabila syok belum teratasi dengan baik,
sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada
keadaan syok beratsering kali dijumpai acute tubular nekrosis, ditandai dengan
penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
c. UdemParu
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak menyebabkan udem paru oleh
karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadinya reabsorbsi
plasma dari ruang ekstravaskular, apabila cairan diberikan secara berlebih.
Pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata,
dan ditunjang dengan gambaran udem paru harus dibedakan dengan pendarahan
paru.
1.8 PemeriksaanPenunjang
a. Hasil laboratorium
1) Trombosit menurun <100.000/ μ (pada hari sakit ke 3 –7
2) Hematokrit meningkat 20% ataulebih
3) Albumin cenderungmenurun
4) SGOT, SGPT sedikitmeningkat
5) Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 – 40 mmHg, HCO3menurun.
6) Dengue blatIgM positif IgG positif pada hari ke6.
7) NS 1positif
b. Foto rontgen
Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) : Efusi Pleura
c. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan :
1) Asites dan Efusi pleura
2) Hepatomegali
1.9 PenatalaksaanMedis
Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994
; 203 – 206 adalah :
a. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal
tidak boleh diberikan pada :
1) Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari.
2) Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4sehari.
3) Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kalisehari.
4) Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kalisehari.
b. Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan
BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kgbersama
– sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya.
c. Untukkasusyangmenunjukangejaladehidrasidisarankanminumsebanyak–
banyaknya dan sesering mungkin.
d. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu24
jam yang diestimasikan sebagai berikut :
1) 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
2) 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30kg.
3) 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40kg.
4) 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50kg.
e. Obat-obatan lain:
1) Antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain.
2) Antipiretik untuk antipanas.
3) Darah 15 cc/kgBB/hari perdarahanhebat.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF
IKA, 1994 adalah :
a. Belum atau tanpa renjatan (Grade I dan II):
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan
“surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golonganasetaminofen,
asetosal tidak boleh diberikan pada :
1) Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kalisehari.
2) Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4sehari.
3) Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kalisehari
4) Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kalisehari
Terapi cairan:
1) Infuscairanringerlaktatdengandosis75ml/kgBB/hariuntukanak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10
kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minumsebanyak-
banyaknya dan sesering mungkin.
3) Apabilaanaktidaksukaminumsamasekalisebaiknyajumlahcairaninfus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
a) 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
b) 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30kg.
c) 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40kg.
d) 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50kg.
e) Obat-obatanlain:antibiotikaapabilaadainfeksilain,antipiretikuntuk
anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
b. Dengan Renjatan (Grade III):
1) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan
dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan
infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan
dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan
sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan).
Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkansebagai
berikut :
a) 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
b) 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30kg.
c) 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40kg.
d) 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50kg.
2) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang
maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelahdapat
mengatasi renjatan.
3) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan
nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg
BB/1jam.Dandapatdiulangmaksimal30mg/KgBBdalamkurunwaktu
24 jam.
Bila pasien sudah masuk dalam tahap DSS (Dengue Syok Syndrom) yaitu
pada grade 3 atau 4 maka penatalaksanaan yang terpenting adalah
pengelolaan cairan diantaranya adalah : Resusitasi volume pada DSS adalah
Pilihan cairan colume intra verkuler dan kemampuan menyumpal vaskuler.
Cepat mempertahankan volume vaskuler, bertahan lama didalam intra
vaskuler sehingga cepat mengatasi syok.
Hal – hal yang perlu dipertahankan dalam tubuh / cairan pada DSS :
1) Kristaloid
a) R / C
b) NacL0,9%
Tujuan : memperbaiki volume extra vaskuler seperti pada diare akut dengan
dehidrasi.
2) Koloid
a) HES
b) WidaHES
c) Voluven
d) Fima HES, dll.
Efek yang menguntungkan :
a) Dapat meningkatkan ankotikplasma.
b) Dapat meningkatkan volume darah.
c) Dapat membatasi kebocoranvaskuler
3) Kolaborasi Medis àPemberian terapi/oksigen.
4) Transfusi komponendarah
a) Komponen yang biasa dipakai FFP : 15 cc / kgBB.
b) Bila terdapat trombositopeni beratàTrombosit konsentrit (Trombo < 30.000/
m3).
5) Obat – Obatan (KolaborasiMedis)
PemberianAntibiotika
a) Pemberian obatantipiretik
b) Imunoglobolin intravena(Gamaras)
c) Bicnat bila asidosismetabolic
2. AsuhanKeperawatan
2.1 Pengkajian
a. Identitas : Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah adayang
terkena DB)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :panas,
muntah, epistaksis, pendarahan gusi.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasiensaat
masuk rumah sakit) : kapan mulai panas?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama ataupenyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien)
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yangpernahdideritaolehanggotakeluargayanglainbaikbersifatgenetic
atautidak)
5) Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuhkembang?
6) Riwayat imunisasi
c. PemeriksaanFisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,panjang
badan, usia)
2) Pemeriksaan per system
a) System persepsi sensori :
Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak,cekung/normal
Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidaklembab/kering
b) System persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang,pusing
c) System pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis,cuping
hidung, odem pulmo, krakles
d) System kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba,
kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis, sianosisperifer,
nyeri dada
e) System gastrointestinal:
Mulut : membrane mukosa lembab/kering, pendarahangusi
Perut:turgor?,kembung/meteorismus,distensi,nyeri,asites,lingkar
perut?
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume,bau,
konsistensi, darah, melena
f) System integument : RL test (+)?, petekie, ekimosis, kulitkering/lembab,
pendarahan bekas tempat injeksi?
g) System perkemihan : bak 6 jam terakhir,oliguria/anuria
Gejala klinis didapatkan:
1) Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas,
manifestasiperdarahanhanyaberupaujitorniquetpositifdanataumudah
memar, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2) DerajatII:ManifestasiklinikpadaderajatderajatIdisertaiperdarahan
spontan dibawah kulit seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari tempat
lain.
3) Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditambah dengan
terdapatkegagalansistemsirkulasi,nadicepatdanlemahatauhipotensi,
disertai kulit dingin dan sembab atau gelisah.
4) Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
renjatan yang berat ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak
teraba.
2.2 DiagnosaKeperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dandemam.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virusdengue.
c. Ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandengan
mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungandengan
kurangnya informasi
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengantrombositopenia.
2.3 Intervensi Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.
NOC: Fluidbalance
Kriteria hasil :
1) Palpasi nadiperifer
2) Keseimbangan masukan dan keluaran 24 jam
3) Berat badanstabil
4) Asites
5) Edemaperifer
6) Konfusi
NIC:
Electrolyte Monitoring
1) Identifikasi kemungkinan penyebab dari ketidakseimbanganelektrolit
2) Monitor untuk mual, muntah, dandiare
3) Monitor untuk kehilangan cairan dan elektrolit
4) Instruksikan klien dan keluarga untuk modifikasi diet yangsesuai
5) Ajarkan klien cara untuk mencegah atau meminimalisir
ketidakseimbangan elektrolit
Electrolyte Management
1) Berikan suplemen elektrolit (oral, IV,NG)
2) Pertahankan kekuatan intake dan output
3) Pertahankan aliran dari elektrolit melalui aksesIV
4) Pertahankan kepatenan akses IV
5) Ajarkan klien dan keluarga tentang tipe, penyeybab dan penatalaksanaan
dari ketidakseimbangan elektrolit.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virusdengue.
NOC:Thermoregulation
Kriteria Hasil:
1) Penurunan temperatur kulit
2) Sakitkepala
3) Iritabilitas
4) Perubahan warnakulit
5) Dehidrasi
6) RR
7) Nadi
8) Melaporkan kenyamanan suhutubuh
NIC:
Hypertermia Treatment
1) MonitorTTV
2) Menjauhkan pasien dari sumberpanas
3) Menggunakan metode penghilang panas dari luar (kompres pasien dileher,
dada, ketiak, lipatan dada)
4) Tingkatkan hidrasioral
5) Monitor hasil laboratorium
6) Monitor urine output
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
NOC: Nutritional Status
Kriteria hasil:
1) Intake nutrisi
2) Intake makanan dancairan
3) Energi
4) BodyMass
5) Berat Badan
NIC:
Nutrition Management
1) Identifikasi alergi makanan klien atauintoleransi
2) Mendorong klien tentang kebutuhannutrisinya
3) Menentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yangdibutuhkan
4) Menentukan pilihan makananklien
5) Membantu klien dengan perawatan mulut sebelumnya untukmakan
6) Monitor masukan kalori dandiet
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Ginanjar 2011. Demam Berdarah. Yogyakarta: B-fist (PT. Bentang Pustaka)
Hockenberry, Wilson 2010. Wong’s Nursing Care Of Infants And Children Eighth Edition.
Mosby Elsevter : Canada.
Mansjoer, Arif & Suprohaita 2009. Kapita Slekta Kedokteran Jilid III. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius : Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius. Jakarta.
Soedarmo SSP,dkk 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Jakarta.