Disusun Oleh
NIM : 82021040079
C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang umum dijumpai pada penderita stroke non
hemoragik yaitu:
a. Gangguan Motorik
1) Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
2) Penurunan kekuatan otot
3) Gangguan gerak volunter
4) Gangguan keseimbangan
5) Gangguan koordinasi
6) Gangguan ketahanan
b. Gangguan Sensorik
1) - Gangguan propioseptik
2) - Gangguan kinestetik
3) - Gangguan diskriminatif
c. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
1) Gangguan atensi
2) Gangguan memori
3) Gangguan inisiatif
4) Gangguan daya perencanaan
5) Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
d. Gangguan Kemampuan Fungsional
Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke
toilet dan berpakaian.
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan manifestasi klinis menurut Jauch, dkk (2013) yaitu :
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam.
Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli maupun
trombosis.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun
kurang dari 21 hari.
c. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang lagi.
Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu:
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung
dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun
yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium,
infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis.
Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
serangan biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik
seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri
karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan
stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah
terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
indikator penyakit atherosklerosis.
E. KOMPLIKASI
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke
yaitu:
a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat
mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka
dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki
yang lumpuh dan penumpukan cairan.
c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan
kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat
menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar
dan kompresi saraf femoral.
d. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
e. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau
karena umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut
dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke s dan keadaan
ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
f. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah
imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian
obat.
g. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan
nyeri bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu
(shoulder hand syndrome) terjadi pada 27% pasien stroke. Stroke tidak
hanya menyerang orang yang sakit saja tetapi juga dapat menyerang
orang secara fisik yang sehat juga. Stroke datangnya secara tiba-tiba
dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam atau setengah hari. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya stress yang tinggi
(Junaidi, 2011).
F. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai
cadangan oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolisme
di otak mengalami perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat
terjadi dalam waktu 3 sampai 10 menit. Iskemia dalam waktu lama
menyebabkan sel mati permanen dan berakibat menjadi infark otak yang
disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang terserang stroke secara
permanen akan tergantung kepada daerah otak mana yang terkena. Stroke
itu sendiri disebabkan oleh adanya arteroskelorosis (Junaidi, 2011).
Arteroskelorosis terjadi karena adanya penimbunan lemak yang terdapat di
dinding-dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah
kejaringan otak. Arterosklerosis juga dapat menyebabkan suplai darah
kejaringan serebral tidak adekuat sehingga menyebakan resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Arterosklerosis dapat menyebabkan
terbentuknya bekuan darah atau trombus yang melekat pada dinding
pembuluh darah sehingga menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah.
Apabila arterisklerosis bagian trombus terlepas dari dinding arteri akan
mengikuti aliran darah menuju arteri yang lebih kecil dan akan
menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah
(Amin & Hardhi, 2013).
G. PATWAY
H
.
PENATALAKSANAAN
a. Medis
Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran
darah serebral:
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali
I. POLA FUNGSIONAL
a) Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
b) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
c) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
d) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
e) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
f) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
g) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas
yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
h) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
i) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
j) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
k) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot (00085)
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (00108)
3) Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial
(00103)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan asuhan Terapi Latihan : Mobilitas Sendi
keperawatan selama 3 X 24 jam (0224)
diharapkan masalah hambatan 1. Monitor lokasi dan
mobilitas fisik dapat teratasi dengan kecenderungan adanya nyeri atau
kriteria hasil : ketidaknyamanan selama
Pergerakan (0208) pergerakan
1. Gerakan otot dari skala 1 menjadi 2. Lakukan ROM pasif maupun
3 aktif
2. Gerakan sendi dari skala 1 3. Ajarkan keluarga dan pasien
menjadi 3 untuk melakukan ROM aktif
3. Bergerak dengan mudah dari maupun pasif secara mandiri
skala 1 menjadi 4 4. Kolaborasikan dengan ahli terapi
fisik
2 Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri (1800)
keperawatan selama 3 X 24 jam 1. Monitor kemampuan perawatan
diharapkan masalah deficit diri secara mandiri
perawatan diri teratasi dengan 2. Berikan bantuan sampai pasien
kriteria hasil : mampu melakukan perawatan
Perawatan Diri : Aktivitas sehari – diri mandiri
hari (0300) 3. Pertimbangkan usia pasien ketika
1. Dapat makan sendiri dari skala 1 meningkatkan aktivitas
menjadi 3 perawatan diri
2. Memakai baju dari skala 2 4. Ajarkan keluarga untuk
menjadi 4 mendukung kemandirian dengan
3. Kebersihan diri dari skala 1 membantu hanya ketika pasien
menjadi 3 tak mampu melakukan
4. Berpindah dari skala 1 menjadi 3
3 Setelah dilakukan asuhan Terapi Menelan (1860)
keperawatan selama 3 X 24 jam 1. Monitor pergerakan lidah saat
diharapkan masalah gangguan makan
menelan dapat teratasi dengan 2. Instruksikan pasien untuk
kriteria hasil : membuka dan menutup mulut
Status Neurologi : Sensori Kranial / terkait dengan persiapan
Fungsi Motorik (0913) memanipulasi makanan
1. Berbicara dari skala 1 menjadi 3. Ajari pasien untuk mengucapkan
skala 3 kata “ahs” untuk meningkatkan
2. Gerakan otot wajah dari skala 1 elevasi langit – langit halus, jika
menjadi 3 memungkinkan
3. Gerakan menelan dari skala 1 4. Kolaborasikan dengan anggota
menjadi 4 tim kesehatan yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Medication
Pinzon R., Asanti L., 2010. Awas Stroke! Pengertian, gejala, tindakan,
perawatan, dan pencegahan. Yogyakarta : ANDI.