Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK

(SNH) DI IGD RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu

Stase Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh

Nama : Sania Amelia Putri

NIM : 82021040079

Prodi : Profesi Ners

PROGAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. PENGERTIAN
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari
seluruh kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan
atau penurunan aliran darah otak. Stroke non hemoragik terjadi akibat
penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian
proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat
seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel yang diikuti dengan
kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi
kematian neuron. Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali
dengan terjadinya serangkain perubahan dalam otak yang terserang,
apabila tidak ditangani akan segera berakhir dengan kematian di bagian
otak. Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak
aterosklerosis arteri otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar
otak yang tersangkut di arteri otak (Junaidi, 2011)
B. ETIOLOGI
Stroke non hemoragik merupakan proses yang multi kompleks dan
didasari oleh berbagai macam faktor risiko. Ada faktor yang tidak dapat
dimodifikasi, dapat dimodifikasi dan masih dalam penelitian yaitu :
a. Tidak dapat dirubah :
1) Usia : Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia,
termasuk anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya
berusia lanjut (60 tahun keatas) dan resiko stroke meningkat
seiring bertambahnya usia dikarenakan mengalaminya degeneratif
organ-organ dalam tubuh (Amin & Hardhi, 2013). Stroke dapat
terjadi pada semua usia, namun lebih dari 70% stroke terjadi pada
usia di atas 65 tahun. Perubahan struktur pembuluh darah karena
penuaan dapat menjadi salah satu faktor terjadi serangan stroke
(Masood dkk, 2010).
2) Jenis kelamin : Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk
terkena stroke pada usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita
dengan perbandingan 2:1. Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada
lakilaki daripada perempuan dengan rata-rata 25%-30% Walaupun
para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih muda,
tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Hal ini, hormon merupakan yang berperan dapat
melindungi wanita sampai mereka melewati masa-masa
melahirkan anak (Burhanuddin, Wahidudin, Jumriani, 2012).
3) Ras
4) Genetik
b. Dapat dirubah :
1) Stress : Pengaruh stres yang dapat ditimbulkan oleh faktor stres
pada proses aterisklerosis melalui peningkatan pengeluaran
hormon seperti hormon kortisol, epinefrin, adernaline dan
ketokolamin. Dikeluarkanya hormon kartisol, hormon adernaline
atau hormon kewaspadaan lainya secara berlebihan akan berefek
pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Sehingga bila
terlalu sering dapat merusak dinding pembuluh darah dan
menyebabkan terjadinya plak. Jika sudah terbentuk plak akan
menghambat atau berhentinya peredaran darah ke bagian otak
sehingga menyebabkan suplai darah atau oksigen tidak adekuat
(Junaidi, 2011).
2) Hipertensi : Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun
menyempitnya pembuluh darah otak, sedangkan penyempitan
pembuluh darah dapat mengurangi suplai darah otak dan
menyebabkan kematian sel-sel otak. Hipertensi mempercepat
pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat
proses arterisklerosis, melalui efek penekanan pada sel endotel atau
lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak
pada pembuluh darah semakin cepat (Junaidi, 2011). Menurut
Burhanuddin, Wahidudin, dan Jumriani (2012) mengemukakan
hipertensi sering disebut sebagai penyebab utama terjadinya stroke.
Hal ini disebabkan peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
stroke. Hipertensi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh
darah karena adanya tekanan darah yang melebihi batas normal dan
pelepasan kolagen. Endotel yang terkelupas menyebabkan
membran basal bermuatan positif menarik trombosit yang
bermuatan negatif sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu,
terdapat pelepasan trombokinase sehingga menyebabkan gumpalan
darah yang stabil dan bila pembuluh darah tidak kuat lagi menahan
tekanan darah yang tinggi akan berakibat fatal pecahnya pembuluh
darah pada otak maka terjadilah stroke.
3) Merokok : adalah salah satu faktor resiko terbentuknya lesi
aterosklerosis yang paling kuat. Nikotin akan menurunkan aliran
darah ke eksterminitas dan meningkatkan frekuensi jantung atau
tekanan darah dengan menstimulasi sistem saraf simpatis. Merokok
dapat menurunkan elastisitas pembuluh darah yang disebabkan
oleh kandungan nikotin di rokok dan terganggunya konsentrasi
fibrinogen, kondisi ini mempermudah terjadinya penebalan dinding
pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah. Merokok
adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak terjadi
pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko stroke akan
menurun setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode
2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa
merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah)
lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis (Pizon
& Asanti, 2010). Arterisklerosis dapat menyebabkan pembuluh
darah menyempit dan aliran darah yang lambat karena terjadi
viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan tekanan
pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran
melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi
lemak yang berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan
menurunkan jumlah HDL (kolestrol baik) atau menurunkan
kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol LDL yang
berlebihan (Burhanuddin, Wahidudin, Jumriani, 2012).
4) Diabetes : mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada
pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar atau
pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi
akan menghambat aliran darah dikarenakan pada kadar gula darah
tinggi terjadinya pengentalan darah sehingga menghamabat aliran
darah ke otak. Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis
prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran arteri,
meningkatkanya pembentukan trombosis dan menyebabkan
glikolisis protein pada dinding arteri. Diabetes melitus juga dapat
menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah
dan jantung), diabetes melitus mempercepat terjadinya
arteriosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar sehingga risiko
penderita stroke meninggal lebih besar. (Burhanuddin, Wahidudin,
Jumriani, 2012).
5) Hiperkolestrolemia : Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati
membentuk kolesterol sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak
jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi kolesterol jika
mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol inilah yang
menempel pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin
hari semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan
dinding pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah
pembuluh darah menuju ke otot jantung terhalang karena
penumpukan kolesterol maka akan terjadi serangan jantung.
Sementara bila yang tersumbat adalah pembuluh darah pada bagian
otak maka sering disebut stroke (Burhanuddin, Wahidudin,
Jumriani, 2012). Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di
mana semakin tinggi kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun
pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran
pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai
darah ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL (lemak
jahat) yang akan mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang
kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah
yang akan menghambat aliran darah (Junaidi, 2011).

C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang umum dijumpai pada penderita stroke non
hemoragik yaitu:
a. Gangguan Motorik
1) Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
2) Penurunan kekuatan otot
3) Gangguan gerak volunter
4) Gangguan keseimbangan
5) Gangguan koordinasi
6) Gangguan ketahanan
b. Gangguan Sensorik
1) - Gangguan propioseptik
2) - Gangguan kinestetik
3) - Gangguan diskriminatif
c. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
1) Gangguan atensi
2) Gangguan memori
3) Gangguan inisiatif
4) Gangguan daya perencanaan
5) Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
d. Gangguan Kemampuan Fungsional
Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke
toilet dan berpakaian.

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan manifestasi klinis menurut Jauch, dkk (2013) yaitu :
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam.
Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli maupun
trombosis.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun
kurang dari 21 hari.
c. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang lagi.
Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu:
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung
dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun
yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium,
infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis.
Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
serangan biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik
seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri
karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan
stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah
terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
indikator penyakit atherosklerosis.

E. KOMPLIKASI
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke
yaitu:
a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat
mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka
dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki
yang lumpuh dan penumpukan cairan.
c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan
kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat
menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar
dan kompresi saraf femoral.
d. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
e. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau
karena umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut
dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke s dan keadaan
ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
f. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah
imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian
obat.
g. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan
nyeri bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu
(shoulder hand syndrome) terjadi pada 27% pasien stroke. Stroke tidak
hanya menyerang orang yang sakit saja tetapi juga dapat menyerang
orang secara fisik yang sehat juga. Stroke datangnya secara tiba-tiba
dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam atau setengah hari. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya stress yang tinggi
(Junaidi, 2011).

F. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai
cadangan oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolisme
di otak mengalami perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat
terjadi dalam waktu 3 sampai 10 menit. Iskemia dalam waktu lama
menyebabkan sel mati permanen dan berakibat menjadi infark otak yang
disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang terserang stroke secara
permanen akan tergantung kepada daerah otak mana yang terkena. Stroke
itu sendiri disebabkan oleh adanya arteroskelorosis (Junaidi, 2011).
Arteroskelorosis terjadi karena adanya penimbunan lemak yang terdapat di
dinding-dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah
kejaringan otak. Arterosklerosis juga dapat menyebabkan suplai darah
kejaringan serebral tidak adekuat sehingga menyebakan resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Arterosklerosis dapat menyebabkan
terbentuknya bekuan darah atau trombus yang melekat pada dinding
pembuluh darah sehingga menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah.
Apabila arterisklerosis bagian trombus terlepas dari dinding arteri akan
mengikuti aliran darah menuju arteri yang lebih kecil dan akan
menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah
(Amin & Hardhi, 2013).
G. PATWAY

H
.

PENATALAKSANAAN
a. Medis
Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran
darah serebral:
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali

arteri karotis, yaitu

dengan membuka arteri karotis di leher.


2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4) Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
b. Keperawatan
Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.
5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

I. POLA FUNGSIONAL
a) Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
b) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
c) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
d) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
e) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
f) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
g) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas
yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
h) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
i) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
j) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
k) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot (00085)
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (00108)
3) Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial
(00103)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan asuhan Terapi Latihan : Mobilitas Sendi
keperawatan selama 3 X 24 jam (0224)
diharapkan masalah hambatan 1. Monitor lokasi dan
mobilitas fisik dapat teratasi dengan kecenderungan adanya nyeri atau
kriteria hasil : ketidaknyamanan selama
Pergerakan (0208) pergerakan
1. Gerakan otot dari skala 1 menjadi 2. Lakukan ROM pasif maupun
3 aktif
2. Gerakan sendi dari skala 1 3. Ajarkan keluarga dan pasien
menjadi 3 untuk melakukan ROM aktif
3. Bergerak dengan mudah dari maupun pasif secara mandiri
skala 1 menjadi 4 4. Kolaborasikan dengan ahli terapi
fisik
2 Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri (1800)
keperawatan selama 3 X 24 jam 1. Monitor kemampuan perawatan
diharapkan masalah deficit diri secara mandiri
perawatan diri teratasi dengan 2. Berikan bantuan sampai pasien
kriteria hasil : mampu melakukan perawatan
Perawatan Diri : Aktivitas sehari – diri mandiri
hari (0300) 3. Pertimbangkan usia pasien ketika
1. Dapat makan sendiri dari skala 1 meningkatkan aktivitas
menjadi 3 perawatan diri
2. Memakai baju dari skala 2 4. Ajarkan keluarga untuk
menjadi 4 mendukung kemandirian dengan
3. Kebersihan diri dari skala 1 membantu hanya ketika pasien
menjadi 3 tak mampu melakukan
4. Berpindah dari skala 1 menjadi 3
3 Setelah dilakukan asuhan Terapi Menelan (1860)
keperawatan selama 3 X 24 jam 1. Monitor pergerakan lidah saat
diharapkan masalah gangguan makan
menelan dapat teratasi dengan 2. Instruksikan pasien untuk
kriteria hasil : membuka dan menutup mulut
Status Neurologi : Sensori Kranial / terkait dengan persiapan
Fungsi Motorik (0913) memanipulasi makanan
1. Berbicara dari skala 1 menjadi 3. Ajari pasien untuk mengucapkan
skala 3 kata “ahs” untuk meningkatkan
2. Gerakan otot wajah dari skala 1 elevasi langit – langit halus, jika
menjadi 3 memungkinkan
3. Gerakan menelan dari skala 1 4. Kolaborasikan dengan anggota
menjadi 4 tim kesehatan yang lain
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Medication

Burhanuddin, M., Wahiduddin, Jumriani. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stroke


pada Dewasa Awal (18 – 40 tahun). UNHAS Makassar.

Jauch dkk., E.C.,Saver,J.L.,Adams, H.P., Bruno,A.,Connors,JJ (Buddy),


Demaerschalk,B.M.,dkk., (2013). Guidalines For The Early
Management Of Patients With Acute Ischemice Stroke A Guidaline
For Healthcare Profesional From The Americam Herath
Association.

Junaidi, Iskandar., 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.

Pinzon R., Asanti L., 2010. Awas Stroke! Pengertian, gejala, tindakan,
perawatan, dan pencegahan. Yogyakarta : ANDI.

Anda mungkin juga menyukai