Anda di halaman 1dari 23

PERDARAHAN

RETROBULBAR
Disusun oleh: dr. Natasya Saraswati
Pembimbing: dr. Wa Ode Diah Erwati
Pembimbing: dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M
ANATOMI
• Orbita digambarkan seperti piramid berdinding empat
yang berkonvergensi ke arah belakang, Terdiri atas Lima
tulang pembentuk orbita:
1. 1. Os. Frontal
2. Os. Spenoidal
3. Os. Zygomaticus
4. Os. Palatinum
5. Os. Maxila
6. Os. Ethmoidales
7. Os. Lakrimalis
• Volume orbita kira-kira 30cc lebar 40 mm,
panjang 35 mm, tinggi 45 mm dan bola mata hanya
menempati seperlima ukuran
• bagian ruangan, selebihnya diisi lemak dan otot. Pada
bagian anterior, terdapat
• septum orbitae (pemisah antara palpebra dan orbita)
Dinding Orbita:
1. Atap orbita, terdiri dari tulang
frontal dan sphenoid ala parva.
Daerah atap orbita berdekatan
dengan fossa kranii dan sinus
frontal.
2. Dinding lateral, terdiri dari
tulang zigomatik, frontal dan
sphenoid alamagna,
berdekatan dengan fossa kranii
dengan fossa pterigopalatinus.
3. Dinding medial, terdiri dari
tulang etmoid, frontal, lakrimal
dan sphenoid berdekatan
dengan sinus etmoid, sfenois
dan kavum nasi
4. Dasar orbita, terdiri dari tulang
maksila, palatum dan
zigomatik, berdekatan dengan
sinus maksila dan rongga–
rongga tulang palatum.
Arteri Carotis Interna => Arteri Ophtalmika
(berjalan dengan nervus optikus menuju
orbita dan bercabang)
Apeks Orbita => merupakan tempat • Arteri Retina Sentralis (cabang intraorbita
masuknya semua saraf dan pembuluh pertama, memasuki nervus optikus sekitar
darah 8-15mm di belakang bola mata.
ke mata • Arteri Lakrimalis => perdarahi glandula
1. Fisura orbitalis superior lakrimalis dan kelopak mata atas.
• vena ophthalmika superior, nervus • Arteri Siliaris Posterior Longa dan Brevis
lakrimalis, frontalis, dan trabekularis (cabang muskularis ke berbagai otot
• Ramus superior dan inferior nervus orbita)
okulomotorius, nervus abducens dan • Arteri Siliaris Anterior (cabang muskularis
nasosiliariso menuju muskuli recti) => perdarahi sklera,
• Vena ophthalmika superior sering episklera, limbus, konjungtiva.
bergabung dengan vena ophthalmika • Arteri Palpebralis (cabang ke kelopak
inferior sebelum keluar dari orbita. mata
2. Kanalis Optikus dilalui nervus optikus • ACPL (Artery Cyliaris Posterior Longus) +
dan arteri ophthalmika ACA (Artery Cyliaris Anterior) => di
• pangkal iris membentuk sirkulus arteriosus
mayor.
Tinjauan
Pustaka
PERDARAHAN RETROBULBAR (RBH)

• Merupakan suatu kondisi darurat pada mata yang


terjadi akibat adanya perdarahan di daerah belakang
bola mata
• Perdarahan retrobulbar bersifat progresif dan
mengancam penglihatan
• Menyebabkan peningkatan TIO yang mendadak
(8–21 mmHg)
• Perdarahan retrobulbar dapat terjadi secara
CREDITS: This presentation template was created
spontan, atau sebagai akibat dari trauma, komplikasi
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.dari penyuntikan peribulbar atau retrobulbar, dan
juga operasi
Epidemiologi:
• Angka kejadian perdarahan
Faktor Risiko:
retrobulbar sangat kecil, dengan
1.hipertensi
penyebab paling sering yaitu
2.obat antikoagulan (aspirin,
kasus trauma tumpul atau penetrasi
NSAID dan coumadin)
orbita memiliki insiden 0.45-12%,
3.Valsava manuever
0.44%-3% pada injeksi
(muntah dan batuk)
anestesi retrobulbar, 0.0052% pada
4.penyakit pembuluh darah,
kasus post operasi blepharoplasty,
koagulopati, diskrasia
0.3% pada penanganan
(trombositopenia, sirosis dan
fraktur facial dan 0.006% pada
leukemia)
pembedahan sinus endoskopik
Klasifikasi Berdasarkan Perdarahan
 Setelah Perbaikan Fraktur Orbital
 Perdarahan Retrobulbar Spontan Terjadinya kebutaan akibat perdarahan intraorbital
Jarang terjadi, Laporan terbesar setelah perbaikan fraktur wajah, dapat terjadi pada
menggambarkan 115 kasus selama periode 24 tahun, 0,242-0,3% kasus..
dapat disebabkan oleh adanya anomali vaskular orbital,  Setelah Operasi Kosmetik atau Rekonstruksi
seperti varix orbital, lymphangioma atau malformasi arteri- Eyelid Surgery
vena, sering mendasari pendarahan. penglihatan akibat perdarahan retrobulbar
 Pasca Trauma sebesar 0,04%
pasien dengan fraktur wajah dikaitkan dengan fraktur  Setelah Bedah Sinus Endoskopi
tulang orbita Dalam review 3500 kasus dilaporkan perdarahan
 Post Anastesi orbital di 0,43% kasus
dapat terjadi setelah tindakan penyuntikan  Setelah Operasi lainnya
peribulbar dan sub-Tenon kapsul. operasi strabismus, dacryocystectomy ekstraksi gigi
molar ketiga atas.
Etiopatogenesis

Keterbatasan ruangan
menyebabkan terjadi kondisi
peningkatan tekanan intraocular.
Tekanan intraocular yang
meningkat diatas tekanan sistolik
menyebabkan penurunan perfusi
ke bola mata, menekan
nervus optikus dan pembuluh
darah siliaris longus dan brevis
(akibat compartment syndrome)
sehingga terjadi iskemia retina,
nervus optikus dan pada akhirnya
menyebabkan kebutaan
Gejala Klinis

• rasa nyeri tiba-tiba, mual


dan muntah, dan diplopia.
• Pemeriksaan eksternal akan
tampak proptosis, kemosis,
perdarahan subkonjungtiva • Funduskopi tampak
difus, edema periorbital, dan papilledema akibat neuropati
keterbatasan gerak bola optic kompresif, nervus
mata optikus atau retina yang
• Pupil dapat terjadi RAPD pucat akibat oklusi dari arteri
( relative afferent pupillary atau vena gambaran cherry
defect) red spot
• Pemeriksaan tonometry
didapatkan peningkatan
tekanan intraocular yang
mendadak, TIO >40mmhg
Pemeriksaan penunjang radiologi

• CT Scan atau MRI


akan membantu
menegakkan
diagnosis.
• Pada CT Scan
• perdarahan
retrobulbar akan
menampilkan
CREDITS: This presentation template was created
gambaran proptosis
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
daninfographics
area hyperdense
& images by Freepik.
di daerah orbita di
belakang bola mata.
Diagnosa Banding
 Abses retrobulbar
 Selulitis orbita
 Cavernous sinus
thrombosis
 Carotid Cavernous sinus
fistula
 Tumor orbita
Penatalaksanaan
 Tujuan  Farmakologi
1.menurunkan tekanan intraorbita 1. injeksi acetazolamide 500 mg
2. melindungi nervus optikus intravena--> menurunkan Produksi
Aquous Humor
2. kortikosteroid Intravena-->
mengurangi inflamasi dan menstabilkan
membrane selterhadap kerusakan
 Non-Farmakologi iskemik
1. posisikan kepala 3.Mannitol 20% 2 g/kg->mengurangi
lebih tinggi volume jaringan di orbita.
2. kompres dingin 4. Pemberian tetes mata timolol
3.hindari penggunaan bebat maleate 1 hingga 2 tetes sehari juga
dapat diberikan untuk mengurangi
produksi aquos Humor
Tindakan Dekompresi segera dilakukan
tanpa menunggu hasil radiologi saat: Tindakan harus segera dekompresi
1. proptosis berat, harus dilakukan setelah onset gejala
2. perdarahan subkonjungtiva difus untuk mencegah kerusakan permanen,
3.penurunan penglihatan dan untuk memperoleh
4. peningkatan TIO (>40 mmHg) dan RAPD penyembuhan total dari retina maka
(+) tindakan .
.
5. jika dengan penanganan konservatif tidak
terdapat perbaikan penglihatan dalam 30
hingga 45 menit.
kantotomi dan kantolisis

 Desinfeksi kelopak mata dan kantus


lateral
 Dilakukan Anestesi dengan lidocaine dan
epinephrine di kantus lateral
 Jepit kulit di kantus lateral dengan
hemostat atau klem Kelly selama 1-2
menit
 kantus lateral diinsisi menggunakan
gunting 1-2 cm kearah rima orbita
sepanjang garis yang dibentuk oleh klem
 kelopak bawah diretraksi hingga terlihat
tendon kantus lateral lalu potong tendon
dan lepaskan dari rima orbit
 Tekanan bola mata diharapkan akan turun
 hingga <40 mmHg.
Kompilkasi yang dapat terjadi
setelah tindakan kantotomi dan
• jika tidak terdapat perbaikan setelah tindakan kantolisis:
kantotomi – kantolisis maka dilakukan tindakan 1. Ektropion
pembedahan definitif 2 kerusakankelenjar lakrimal
• dengan melakukan dekompresi orbita dalam 3. Infeksi post tindakan
bius umum
bertujuan untuk drainase Hematom dan infiltrasi
radang,dan juga dapat melakukan pemasangan
selang drainase sehingga dapat menghambat
pembentukan hematoma baru.
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Prognosis

● Kondisi perdarahan retrobulbar


harus dapat didiagnosa dengan
cepat, diawasi dan tindakan
dekompresi harus segera
dilakukan untuk
mempertahankan penglihatan.
Kebutaan terjadi pada48% dari
kasus perdarahan retrobulbar. N
● insiden kebutaan menurun
menjadi sekitar 0.14%
THANK YOU ☺

Anda mungkin juga menyukai