Anda di halaman 1dari 40

Laporan kasus

ablasio retina
Ratih purnamasari nukana
(1002005002)
Fairuziah binti bader alkatiri
(1002005185)
Kartina beevi binti kasirul
(1102005199)

pendahuluan
Ablasio retina : terpisahnya sel kerucut dan
batang retina dengan jaringan bagian dalam,
epitel pigmen retina dibawahnya
Terjadi pada 1 orang dari 15.000 populasi
Insiden tiap tahunnya diperkirakan 1 dari
10.000 orang
Sering pada orang usia lanjut 40-70 tahun
3 jenis utama : ablasio regmatogenosa
(tersering)
: ablasio NON
REGMATOGENOSA

Tinjauan pustaka
anatomi retina

Retina selembar tipis


jaringan saraf yang
semitransparan dan terdiri
atas beberapa lapis yang
melapisi bagian dalam dua
pertiga belakang bola mata.
Retina membentang ke depan
hampir sama jauhnya dengan
korpus siliare, dan berakhir di
tepi ora serrata.
Retina mempunyai tebal 0,1
mm pada ora serrata dan 0,23
mm pada kutub posterior.
makula - daerah pigmentasi
kekuningan yang disebabkan
oleh pigmen luteal (xantofil)
yang berdiameter 1,5 mm.
Fovea - retina temporal. Di
tengah makula sekitar 3,5 mm
di sebelah lateral diskus
optikus

Fisiologi retina

SEL BATANG DAN KERUCUT MENGUBAH RANGSANGAN


CAHAYA MENJADI IMPULS SARAF
MAKULA TAJAM PENGLIHATAN TERBAIK UNTUK
PENGLIHATAN SENTRAL DAN UNTUK PENGLIHATAN WARNA
DISUSUN SEBAGIA BESAR OLEH SEL KERUCUT
BAGIAN LAIN RETINA TERSUSUN FOTORESEPTOR BATANG
UNTUK PENGLIHATAN WARNA DAN MALAM
DALAM RETINA TERJADI PERUBAHAN ENERGI CAHAYA MENJADI
AKSI POTENSIAL YANG DAPAT DITERUSKAN KE KORTEKS
CEREBRI
RETINA MEMILIKI 2 KOMPONEN : PIGMENTED RETINA DAN
SENSORY RETINA.
PIGEMENTED RETINA UTK MEMPERTAJAM PENGLIHATAN DGN
MENGURANGI PENYEBARAN CAHAYA DAN MENGISOLASI
FOTORESEPTOR YANG ADA
SENSORY RETINA TERJADINYA AKSI POTENSIAL
LALU SINYAL DITERUSKAN KE NERVUS OPTIKUS OPTIC
CHIASM OPTIC TRACT LATERAL GENICULATE SUPERIOR
COLLICULI KORTEKS CEREBRI

Ablasio retina
definisi
Ablasio retina adalah terpisahnya sel
kerucut dan batang retina dengan
jaringan bagian dalam, epitel pigmen
retina dibawahnya.
Pada keadaan ini sel epitel pigmen
masih melekat erat dengan membran
Bruch.
antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan
struktural dengan koroid atau pigmen
epitel, sehingga merupakan titik lemah
yang potensial untuk lepas secara
embriologis.

Ablasio retina
epidemiologi
di Amerika Serikat insiden ablasio retina
kejadiannya 1 dalam 15.000 populasi dengan
prevalensi 0,3%.
insiden per tahun kira-kira 1 diantara 10.000
orang3 dan lebih sering terjadi pada usia lanjut
kira-kira umur 40-70 tahun
Risiko terjadinya ablasio retina :
- komplikasi ekstraksi katarak dengan hilangnya
vitreus
- miopia yang tinggi (>6 dioptri)
- afakia
- FAKTOR PENCETUS : TRAUMA
sekitar 15% orang yang mengalami ablasio
retina pada salah satu mata akan berkembang
ke mata sebelahnya

KLASIFIKASI DAN
pathogenesis
KLASIFIKASI :
A.ABLASIO RETINA
REGMATOGENOSA
B.ABLASIA RETINA
NON
REGMATOGENOSA
- ABLASIO
RETINA
EKSUDATIF
- ABASIO
RETINA
TRAKSI

DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
Fotopsia
floaters
Penurunan visus
Defek lapangan pandang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
slit lamp biomicroscopy : ditemukan adanya pigmen yang terlihat
sebagai tobacco dust
Pemeriksaan optalmoskopi indirek menggunakan sclera
depression untuk melihat bagian anterior retina dan
mengidentifikasi lokasi robekan atau lubang
funduskopi direk perdarahan dan robekan pada bagian
posterior
Pemeriksaan dengan menggunakan 3-mirror contact lens dengan
menggunakan slit-lamp dapat melengkapi pemeriksaan
sebelumnya.

DIAGNOSIS BANDING
RETINAL ARTERY
OCCLUSION
hilangnya penglihatan secara mendadak
hilangnya penglihatan bersifat sentral
faktor predisposisi diabetes mellitus (67
% ) dan hipertensi (25 %)
pemeriksaan funduskopi : gambaran
cherry red spot dan ground-glass retina

Ablasio retina
diagnosis banding
Retinoschisis
Ablasio retina
- Menyebabkan skotoma
- Menyebabkan skotoma
absolut
relative
- Tobaco dust dan / atau
- Tobaco dust dan/atau
pendarahan jarang
pendarahan sering
ditemukan
ditemukan
- Permukaan yang halus dan - Permukaan tidak rata
biasanya muncul
kecuali pada ablasio
berbentuk kubah
retina yang lama
permukaan muncul halus
dan tipis
- Gejala fotopsia dan
floaters (-)
- Gejala fotopsia dan

floaters (+)
- Defek lapangan pandang

Ablasio retina
penatalaksanaan
Tujuan : untuk menemukan dan memeperbaiki
semua robekan retina
Prinsip bedah pada ablasio retina :
1. Menemukan semua bagian yang terlepas
2. Membuat iritasi korioretinal pada daerah retina
yang terlepas
3. Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu
yang cukup untuk menghasilkan adhesi dinding
korioretinal yang permanen pada daerah
subretinal

Ablasio retina
penatalaksanaan
1. Scleral buckling :
- paling banyak digunakan pada ablasio
retina rematogenosa terutama tanpa
disertai komplikasi
- Keuntungan : menggunakan peralatan
dasar
waktu rehabilitasi pendek
resiko iatrogenic yang menyebabkan
kekeruhan lensa rendah
mencegah komplikasi intraocular
seperti perdarahan dan inflamasi
Angka keberhasilan 92 94%

silikon dijahit pada bola mata untuk menekan sklera di atas robekan retina setelah drainase cairan sub retina dan dilakuka

Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina sekarang melekat kembali dan traksi pada
robekan retina oleh vitreus dihilangkan .

2. Retinopeksi pneumatic :
- sering digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama
jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina
-

dilakukan dengan menyuntikkan udara / gas ke dalam vitreous


untuk mempertahankan retina pada posisinya.

- Angka keberhasilan rendah

3. Pars Plana Vitrektomy :


Memungkinkan

pelepasan

traksi

vitreo-retina,

darinase internal caira subretina


Digunakan bila :
- terdapat robekan multiple, di superior atau
posterior
- visualisasi retina terhalang oleh perdarahan
vitreus
- terdapat vitreoretino proliferatif yang bermakna

ABLASIO RETINA
PROGNOSIS
Prognosis ablasio retina tergantung :
kecepatan diagnose
mekanisme yang mendasari terjadinya ablasio retina
keterlibatan makula
- bila makula terlepas, pengembalian penglihatan sentral biasanya
tidak sempurna.
- Tindakan bedah segera sebelum makula lepas.
KOMPLIKASI

PEMBEDAHAN

PENDARAHAN

KEMAMPUAN VISUAL MENURUN


miopia tinggi
OPERASI YANG BERULANG KALI
ABLASIO RETINA YANG DIBIARKAN LAMA

PROGNO
SIS
BURUK

LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama

: ING

Umur

: 56 Tahun

Alamat

: Br. Dinas Kebon Kertha Mandala

Jenis Kelamin : Laki laki


Pekerjaan
Agama

: Petani
: Hindu

Suku Bangsa: Bali

Anamnesis
Keluhan utama : Mata kiri kabur
Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien datang ke Poli Mata RSUP Sanglah dengan keluhan mata
kiri kabur sejak 2 minggu yang lalu
-Dirasakan mendadak setelah mengangkat beban berat
-Keluhan diikuti dengan melihat kilatan cahaya dan sesaat kemudian
pandangannya menjadi gelap
-Keluhan ini dirasakan hilang timbul dan muncul mendadak dan
dirasakan sampai sekarang. Keluhan berlangsung 10 menit.
-Pasien mengatakan mata kirinya terkadang nampak kabur jika
melihat ke arah hidungnya
-Keluhan dirasakan tidak membaik jika istirahat

- Keluhan ini dikatakan semakin lama semakin menggangu aktivitas sehingga


membuat pasien berobat ke dokter.
- Keluhan mata nyeri pada kedua mata (-)
- Keluhan mata merah pada kedua mata (-)

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan


Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya
Riwayat penyakit mata(-)
Penggunaan kacamata sebelumnya (-)
Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus (-)
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat pemakaian obat tetes mata (-)
Riwayat alergi (-)

Riwayat Keluarga
keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien(-)
Riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus
dan hipertensi dalam keluarga (-)

Riwayat Sosial
Pasien sehari-hari adalah seorang Petani
riwayat merokok dan minum alkohol (-)

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 82 kali / menit
Temperatur aksila : 36 C

Pemeriksaan Fisik Khusus (Lokal


Okuli Dekstra (OD) Okuli
Sinistra
pada Mata)
(OS)
Visus

6/7.5

1/300

Refraksi/Pin Hole

NI

NI

Madarosis

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Hiperemi

Tidak ada

Tidak ada

Enteropion

Tidak ada

Tidak ada

Ekteropion

Tidak ada

Tidak ada

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Supra cilia

Palpebra superior

Palpebra inferior
Edema

Tidak ada

Tidak ada

Hiperemi

Tidak ada

Tidak ada

Enteropion

Tidak ada

Tidak ada

Ekteropion

Tidak ada

Tidak ada

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Pungtum lakrimalis
Pungsi

Tidak dilakukan Tidak

Benjolan

Tidak ada

dilakukan
Tidak ada

Konjungtiva

palpebra

superior

Tidak ada

Tidak ada

Hiperemi

Tidak ada

Tidak ada

Folikel

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Sekret

Tidak ada

Tidak ada

Papil

Konjungtiva

palpebra

inferior

Tidak ada

Tidak ada

Hipermi

Tidak ada

Tidak ada

Folikel

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Sekret

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

-Konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

-Silier

Tidak ada

Tidak ada

Perdarahan di bawah Tidak ada


Tidak ada
konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Putih

Putih

Pigmentasi

Tidak ada

Tidak ada

Papil
Konjungtiva bulbi
Kemosis
Hiperemi

Pterigium

Tidak ada

Pingueculae
Sklera

Kornea
Odem

Tidak ada

Tidak ada

Infiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Keratik presipitat

Tidak ada

Tidak ada

Kejernihan

Jernih

Jernih

Kedalaman

Normal

Normal

Warna

Coklat

Coklat

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

Sinekia anterior

Tidak ada

Tidak ada

Sinekia posterior

Tidak ada

Tidak ada

Kamera okuli anterior

Iris

Pupil
Bentuk

Bulat

Bulat

Regularitas

Reguler

Reguler

Refleks cahaya langsung

Ada

Ada

Refleks cahaya konsensual

Ada

Ada

Kejernihan

Jernih

Jernih

Dislokasi/subluksasi

Tidak ada

Tidak ada

Lensa

Pemeriksaan penunjang

Fundoskopi
OD

os

OD

OS

Papil N II bulat, batas Papil N II bulat, batas tegas


tegas, aa : vv = 2:3 CDR aa : vv = 2:3 CDR 0.3
0.3

Retina

detach

Retina : baik.

superotemporal, break side

Makula: RM (+)

(-) jam 11-3


Makula: RM (+)

di

resume
Pasien laki-laki, umur 56 tahun, mengeluh mata kiri kabur sejak 2 minggu yang
lalu. Mata kiri kabur dirasakan mendadak. Pasien mengatakan mata kirinya
terkadang nampak kabur jika melihat ke arah hidungnya. Sebelumnya pasien
sempat mengangkut bahan bangunan pada saat membangun kamar mandi
rumah. Pasien tidak memiliki riwayat sakit pada mata. Pasien tidak memiliki
penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes. Keluarga tidak ada yang
memiliki keluhan serupa dengan pasien. Pasien belum sempat berobat ke
dokter sebelumnya untuk keluhan yang dirasakan. Pasien adalah seorang
petani. Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Terdapat penurunan
visus pada pasien.

resume

Diagnosis Banding
1. Ablasio Retina non Rhematogen
2. Retinoschisis
3. Retinal Artery Occlusion
Diagnosis Kerja
OS Ablasio Retina Rhematogen
Terapi
OS Vitrektomi + Scleral Buckling
Prognosis
OS
Quo Ad Vitam

: bonam

Quo Ad Functionam

: dubia ad functionam

peMbahasan
TEORI
FAKTOR RISIKO :
USIA : 40-60 TAHUN

KASUS
FAKTOR RISIKO :
56 TAHUN

LAKI-LAKI SERING

LAKI-LAKI

TRAUMA

RIWAYAT MENGANGKAT
BEBAN BERAT YAITU
BAHAN BANGUNAN

PERBAHASAN
ANAMNESIS

TEORI

KASUS

KEHILANGAN PENGLIHATAN
TIBA-TIBA
KILATAN CAHAYA

PANDANGAN MENJADI
GELAP
KILATAN CAHAYA MUNCUL
KADANG-KADANG

BAYANGAN NYAMUK
TERBANGAN ATAU SARANG
LABA-LABA
DEFEK LAPANGAN PANDANG

BAYANGAN NYAMUK
TERBANGAN DIALAMI
PASIEN
MATA KIRINYA TERKADANG
NAMPAK GELAP JIKA
MELIHAT KE ARAH HIDUNG

PANDANGAN MATA KABUR

PANDANGAN MATA KABUR

VISUS MENURUN

VISUS MATA KIRI 1/300

PERBAHASAN
PEMERIKSAAN MATA
TEORI

KASUS

TIO rendah dan dapat meninggi


bila terjadi neovaskular glaucoma
pada ablasi yang telah lama

TIO ODS dalam batas normal


menunjukkan ablasio retina
yang masih baru

FUNDOSKOPI :
- terlihat retina yang ablasi akan
bergoyang
- Kadang-kadang terdapat pigmen
di dalam badan kaca
- pupil terlihat adanya defek
aferen pupil akibat penglihatan
menurun

FUNDOSKOPI :
OS didapatkan Papil N II bulat
batas tegas aa:vv = 2:3
CDR 0.3
Retina
:
detach
di
superotemporal, break side (-)
jam 11-3

PERBAHASAN
DIAGNOSIS BANDING

RETINOSCHISIS DISINGKIRKAN
KERANA
RETINOSCHISIS
KASUS
FOTOPSIA (-)

FOTOPSIA (+)

FLOATERS (-)

FLOATERS (+)

TRAKSI VITREORETINAL TRAKSI


(-)
VITREORETINAL (+)
DEFEK LAPANGAN
PANDANG JARANG

DEFEK LAPANGAN
PANDANG (+)

PERBAHASAN
PENATALAKSANAAN
TEORI
ADA 3 CARA :
SCLERA BUCKLING
RETINOPEKSI PNEUMATIC
PARS PELANA VITRECTOMY

KASUS
Pada pasien ini, akan
dilakukan terapi
pembedahan yaitu pars
pelana vitrectomy dan sclera
buckling.
Metode ini paling banyak
digunakan pada ablasio
retina rematogenosa
terutama tanpa disertai
komplikasi lainnya.

PERBAHASAN
PROGNOSIS
TEORI
PROGNOSIS BURUK JIKA :
-KETERLIBATAN MAKULA
-KETAJAMAN VISUS
-MIOPIA TINGGIOPERASI YANG
BERULANG KALI
-ABLASIO YANG DIBIARKAN LAMA

KASUS
PADA PASIEN INI
PROGNOSISNYA ADALAH
DUBIUS AD BONAM KARENA
BELUM MELIBATKAN MAKULA,
TIDAK MEMPUNYAI RIWAYAT
MIOPA, DAN TIDAK PERNAH
OPERASI ABLASIO
SEBELUMNYA.

simpulan
- Ablasio retina (retinal detachment) adalah keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina
dari sel epitel pigmen retina
- Ablasio retina merupakan suatu penyakit yang tidak umum atau jarang, terjadi hanya pada satu
orang setiap 10.000 penduduk per tahunnya
- Ablasio retina merupakan hasil akhir dari berbagai proses penyakit yang mana melibatkan
cairan subretina
Faktorresikoablasioretinaantaralain:umurtua,riwayatoperasikatarak,myopia,dantrauma
Gejala yang dialami biasanya fotopsia, floaters, kehilangan lapangan pandang bagian perifer,
danpandangankabur.
Tujuan utama bedah ablasi : menemukan dan memeperbaiki semua robekan retina, digunakan
krioterapi atau laser untuk menimbulkan adhesi antara epitel pigmen dan retina sensorik sehingga
mencegah influks cairan lebih lanjut kedalam ruang subretina, mengalirkan cairan subretina ke
dalam ke luar, dan meredakan traksi vitreoretina.

Anda mungkin juga menyukai