Anda di halaman 1dari 31

MINI PROJECT

GAMBARAN ANGKA KUNJUNGAN PASIEN HIPERTENSI DI


PUSKESMAS SIDEMEN YANG BERASAL DARI KECAMATAN
SIDEMEN 1 NOVEMBER 2020 - 15 APRIL 2021

HALAMAN JUDU
Oleh :
dr. I Gede Agus Sima
dr. Aditya Sanjaya
dr. Kadek Adi Indra Wibawa
dr. Oyagi Ryusuke
dr. Bepri Agnesia Kawi
dr. Ni Kadek Yunita Kencana Dewi

Pendamping:
dr. I Made Narka

DALAM RANGKA MENGIKUTI


PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA
PUSKESMAS SIDEMEN
PERIODE NOVEMBER 2020-MEI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, mini project “Gambaran Angka Kunjungan Pasien Hipertensi di
Puskesmas Sidemen yang berasal dari Kecamatan Sidemen tanggal 1 November
2020 – 15 April 2021” ini dapat diselesaikan. Mini project ini disusun dalam rangka
mengikuti Program Dokter Internsip Indonesia di Puskesmas Sidemen.

Semua tahapan mini project ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya


berkat dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. I Made Narka selaku Dokter Pendamping dan dr. I Wayan Sukarata
selaku Kepala Puskesmas Sidemen, atas segala nasehat, bimbingan, dan
masukannya untuk menyelesaikan proposal ini.

2. Semua pihak yang berada di Puskesmas Sidemen atas segala informasi dan
kerja sama terkait dengan penyusunan mini project ini.

Diharapkan hasil proposal ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca


dan dapat menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia dan khususnya di Bali.

Sidemen, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................ 2
1.4.1 Bagi Peneliti ................................................................................. 2
1.4.2 Bagi Masyarakat........................................................................... 2
1.4.3 Bagi Instansi ................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Definisi Hipertensi ....................................................................... 4
2.2 Etiologi Hipertensi Berdasarkan Klasifikasi ................................ 4
2.3 Faktor Risiko Hipertensi .............................................................. 5
2.4 Klasifikasi Hipertensi ................................................................... 7
2.5 Gejala Hipertensi .......................................................................... 8
2.6 Diagnosis Hipertensi .................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi .............................................. 9
2.8 Komplikasi Hipertensi ................................................................. 9
2.9 Penanganan Hipertensi ................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 15
3.1 Rancangan Mini Project ............................................................. 15
3.2 Waktu Dan Tempv at Mini Project ............................................ 15
3.3 Populasi Mini Project ................................................................. 15
3.4 Subjek Mini Project ................................................................... 15
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 16
4.1 Gambaran Wilayah Kerja Puskesmas ........................................ 16
4.2 Karakteristik Responden ............................................................ 17
4.3 Prevalensi Dan Proporsi Hipertensi ........................................... 18
4.3.2 Jenis Kelamin ............................................................................. 21
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 19
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 23
6.1 Simpulan .................................................................................... 23
6.2 Saran ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Penyakit ini disebut
juga dengan the silent killer karena sering dijumpai tanpa gejala dan baru disadari
bila telah menyebabkan gangguan organ (Stanley & Bare, 2007).
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak terjadi di
masyarakat dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Hipertensi masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali
akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya, misalnya stroke
(perdarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.
Menurut Marliani, hipertensi adalah terjadinya peningkatan tekanan sistolik di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Penyakit ini sering ditandai
dengan pusing, sering terasa kaku pada leher belakang, gangguan penglihatan, sulit
berkonsentrasi, sulit tidur dan sering gelisah, namun bisa tanpa gejala. Terjadinya
hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor yang tidak bisa
diperbaiki seperti genetik, usia, jenis kelamin, dan faktor yang bisa diperbaiki
seperti kelebihan garam, kolesterol, obesitas, stres, merokok, kafein, kurang gerak,
alkohol. (Potter & Perry, 2010).
Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 200 menurut WHO di seluruh
dunia terdapat 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengalami kejadian
hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 63 juta
sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2000 prevalensi
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa.
Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua
umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberkulosis (7,5%). Prevalensi hipertensi
di Jawa dan Sumatera memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi
nasional.

1
Tingginya kejadian hipertensi dimasyarakat dan bahaya dari komplikasi
yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi oleh karena itu Penulis ingin meneliti
“Gambaran Angka Kunjungan Pasien Hipertensi di Puskesmas Sidemen yang
berasal dari Kecamatan Sidemen Tanggal 1 November 2020 - 15 April 2021”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang penulis ambil
adalah “Bagaimana Gambaran Angka Kunjungan Pasien Hipertensi di Puskesmas
Sidemen yang berasal dari Kecamatan Sidemen tanggal 1 November – 15 April
2021”.

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah seperti yang tersebut di atas tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Mengetahui angka kunjungan pasien hipertensi di Puskesmas Sidemen yang
berasal dari Kecamatan Sidemen Tanggal 1 November 2020 - 15 April 2021.

1.4 MANFAAT
1.4.1 BAGI PENELITI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian di lapangan sekaligus mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh terutama mengenai hipertensi.

1.4.2 BAGI MASYARAKAT


Menambah pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi di
Kecamatan Sidemen di wilayah kerja Puskesmas Sidemen, sehingga masyarakat
dapat melakukan pencegahan agar tidak menderita komplikasi penyakit hipertensi.

2
1.4.3 BAGI INSTANSI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai
angka kejadian hipertensi sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui
perilaku hidup sehat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI HIPERTENSI


Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg dengan dua kali pengukuran. Menurut Wiryowidagdo, bahwa hipertensi
merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas
normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal
dan terus menerus. (Brunner & Sudarth, 2005).

2.2 ETIOLOGI HIPERTENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI


Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu: (Brunner
& Sudarth, 2005).
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi esensial adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan
merupakan tipe yang hampir sering terjadi yaitu sekitar 95% dari kasus
terjadinya hipertensi. Hipertensi esensial disebabkan multi faktor yaitu genetik
di sertai faktor gaya hidup yang kurang baik seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Onset hipertensi esensial biasanya muncul pada
pasien yang berusia antara 25-55 tahun, sedangkan usia dibawah 20 tahun
jarang ditemukan.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti penyakit
jantung, penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan dan reaksi terhadap obat-obatan tertentu (siklosporin dan
OAINS / Obat Anti Inflamasi Nonsteroid). Hipertensi sekunder berkisar 5%
dari kasus hipertensi.

4
2.3 FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
Dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu : (Ho, Bryson, & Rumsfeld,
2009).
a. Faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki
1. Genetik
Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung yang menderita
hipertensi, maka peluang untuk menderita hipertensi makin besar.
Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus hipertensi esensial dalam
keluarga mempunyai dasar genetik.
2. Usia
Walaupun penuaan tidak selalu memicu hipertensi, tetapi tekanan darah
tinggi biasanya terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 30 dan 65 tahun,
tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus
meningkat setelah usia 70 tahun. Peningkatan resiko yang berkaitan dengan
faktor usia ini sebagian besar menjelaskan tentang hipertensi sistolik
terisolasi dan dihubungakn dengan peningkatan resistensi vaskular perifer
dalam arteri.
3. Jenis Kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan,
sedangkan perempuan sering mengalami hipertensi setelah menopause.
Tekanan darah wanita, khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai
usia. Setelah usia 55 tahun, wanita mempunyai resiko lebih tinggi untuk
menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah
perbedaan hormon kedua jenis kelamin.

b. Faktor risiko yang dapat diperbaiki


1. Merokok
Menurut ilmu kedokteran, rokok mengandung lebih kurang 4000 bahan
kimia, diantaranya nikotin, tar, karbon monoksida, dan hidrogen sianida.
Nikotin mendorong terjadinya adhesi platelet yang di asosiasikan dengan
penyakit kardiovaskuler dan hipertensi. Nikotin merupakan bahan yang
mempunyai aktivitas biologis yang potensial yang akan meningkatkankan

5
epinefrin dalam darah, meningkatkan tekanan darah, menambah denyut
jantung dan menginduksi vasokonstriksi perifer.
2. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan. Kelebihan berat badan dan hipertensi sering
berjalan beriringan, karena tambahan beberapa kilogram membuat jantung
bekerja lebih keras.
3. Kolesterol
Dalam kondisi normal kolesterol adalah lemak (lipid) yang diproduksi oleh
hati dan sangat penting untuk fungsi tubuh. Namun jika seseorang memiliki
terlalu banyak kolesterol dalam aliran darah, kelebihannya dapat disimpan
dalam pembuluh darah. Kolesterol yang berlebihan tersebut akan menempel
dan menumpuk di pembuluh darah, yang pada akhirnya akan menyebabkan
diameter pembuluh darah semakin menyempit, sehingga aliran darah yang
melewatinya akan menjadi lebih deras
4. Kurang gerak
Olahraga adalah menurunkan berat badan, meningkatkan level HDL (High-
Density Lipoprotein), dan menurunkan trigliserida (lemak dari makanan
yang menjadi bagian dari sirkulasi darah dalam aliran darah). Olahraga lebih
banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olahraga
isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobik, berenang) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah.
Olahraga juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah obesitas
dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit). Orang yang sering duduk secara
signifikan lebih mungkin mengalami hipertensi dan serangan jantung.
5. Kelebihan garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam natrium. Salah satu sumber
utama garam natrium adalah garam dapur. Fungsi garam dalam kadar
normal adalah sangat penting sebagai ion-ion penjaga kestabilan (normal
tubuh manusia mengkonsumsi tidak lebih dari 2400 mg perhari) garam
tersebut dapat menyebabkan tubuh menahan terlalu banyak air sehingga

6
volume cairan darah akan meningkat tanpa diserta penambahan ruang pada
pembuluh darah, yang akibatnya akan menambah tekanan darah dalam
pembuluh darah.
6. Kafein
Kafein terdapat pada kopi, teh, cokelat dan koka yang berpengaruh terhadap
perangsangan otot jantung, Kafein mempunyai sifat antagonis endogenus
adenosin, sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan
resistensi pembuluh darah tepi. Namun dosis yang digunakan dapat
mempengaruhi efek peningkatan tekanan darah. Kebanyakan penelitian
tidak menunjukkan indikasi yang jelas bahwa asupan kafein dalam jumlah
normal (<100 mg/hari) menyebabkan hipertensi.
7. Alkohol
Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari
merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi. Mengkonsumsi
berlebihan. Intake alkohol atau etanol dalam jumlah 30-75ml meningkatkan
denyut jantung dan cardiac output. Dimana terjadi perubahan tahanan pada
pembuluh darah perifer karena dipengaruhi oleh alkohol.
8. Stress
Stres yang dialami seseorang akan membangkitkan saraf simpatetis yang
akan memicu kerja jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memiliki riwayat sejarah
kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk berlatih mengendalikan
stres dalam hidupnya.

2.4 KLASIFIKASI HIPERTENSI


Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut The Sevent: (Ho,
Bryson, & Rumsfeld, 2009).

7
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7.

2.5 GEJALA HIPERTENSI


Biasanya hipertensi esensial ringan sampai sedang tidak menunjukkan
gejala, tampak sehat selama bertahun-tahun. Ada beberapa gejala hipertensi, yaitu
kepala pusing, mudah marah, sulit tidur, gelisah, sesak nafas, sering kaku di leher
belakang, gangguan penglihatan dan sulit konsentrasi. Nyeri kepala suboksipital
berpulsasi, yang khas terjadi pada penderita hipertensi yang terjadi pada pagi hari
dan berkurang ketika siang hari. (Ho, Bryson, & Rumsfeld, 2009).

2.6 DIAGNOSIS HIPERTENSI


Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk bersandar atau berbaring,
setelah beristirahat selama 5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan
sebagai hipertensi, tetapi diagnosis ini tidak dapat ditegakkan berdasarkan satu kali
pengukuran (Putri & Wijaya, 2013).
Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi maka tekanan
darah diukur kembali sebanyak dua kali atau lebih dengan jarak dua menit untuk
meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya
tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya
hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ
utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak, dan ginjal. (Suheni, 2007).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPERTENSI


Pemeriksaan penunjang yang dipakai antara lain: (Depkes, 2010).
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

8
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Foto dada dan CT scan.
f. MRI dan Angiografi

2.8 KOMPLIKASI HIPERTENSI


a. Penyakit Kardiovaskuler Hipertensif
Komplikasi jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
hipertensi esensial. Bukti elektrokardiografi tentang adanya hipertropi ventrikel
kiri ditemukan pada 2-15% pasien hipertensi kronik. hipertropi ventrikel kiri
dapat menyebabkan atau mempermudah berbagai macam komplikasi jantung
akibat hipertensi, termasuk gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel, iskemi
miokard dan meninggal mendadak (Corwin, 2009).
b. Penyakit cerebrovaskuler hipertensif dan demensia
Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, terutama perdarahan
intraserebral dan infark serebral iskemik.
c. Penyakit renal hipertensif
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, dan merupakan penyebab
umum dari insufisiensi renal.

2.9 PENANGANAN HIPERTENSI


a. Nonfarmakologi
1. Genetik
Perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah dan
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular adalah (Armilawati 2007) :
a. Mengurangi kelebihan berat badan
b. Berhenti merokok
c. Membatasi konsumsi alkohol
d. Melakukan aktivitas fisik (olahraga)

9
Seperti jalan kaki, joging, senam dengan faktor kesulitan yang kecil,
olahraga yang bersifat rekreatif. Sebaiknya aerobik dilakukan 30-45
menit per hari setiap hari.
e. Mengurangi konsumsi kolesterol
Kurangi makan makanan yang mengandung gula murni, daging, ayam,
kuning telur, dan sarden. Serta hindari makan makanan seafood, otak,
jeroan, lemak hewani, mentega. Makanan yang dianjurkan seperti
sayuran, buah, minyak nabati (kecuali minyak kelapa), putih telur, ikan,
kacang-kacangan.
f. Istirahat yang cukup dan tidak sres
Istirahat dengan posisi badan berbaring dapat mengembalikan aliran
darah ke otak. Oleh karena tekanan darah dapat meningkat jika orang
terkena stres, maka hindari kegiatan dan tempat-tempat yang dapat
menyebabkan stres. Pilihan untuk mengurangi stres seperti rekreasi ke
tempat-tempat yang sejuk, rindang, alam bebas dan daerah yang berbeda
dengan kegiatan sehari-hari.
g. Modifikasi diet dan pengaturan diet
1. Diet rendah garam
Tujuan diet rendah garam adalah membantu menurunkan retensi
garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Jenis diet rendah garam:
a. Diet rendah garam I (200-400mg Na)
✓ Untuk pasien dengan edema, asites, hipertensi berat.
✓ Tidak ditambah garam dapur.
✓ Hindari makanan yang tinggi kadar natrium.
b. Diet rendah garam II (600-800 mgNa)
✓ Untuk pasien dengan edema, asites, hipertensi tidak terlalu
berat.
✓ Boleh menggunakan ½ sdt garam dapur.
✓ Hindari makanan yang tinggi kadar natrium.
c. Diet rendah garam III (1000-1200mgNa)
✓ Untuk pasien dengan edema, hipertensi ringan.

10
✓ Boleh menggunakan 1 sdt (4gr) garam dapur.
2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigkiserida dan
pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dan dari
hasil sintesis dari hati. Kolesterol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolesterol dapat
terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolesterol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25-50% dari setiap
makanan.
3. Diet tinggi serat
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, terdiri dari dua
jenis yaitu serat kasar yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan,
sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat seperti
kentang, beras, singkong dan kacang hijau.
4. Diet rendah kalori bila kelebihan berat badan
Diet rendah kalori dianjurkan untuk orang yang kelebihan berat badan.
Kelebihan berat badan atau obesitas akan beresiko tinggi terkena hipertensi.
Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena
hipertensi.

b. Farmakologi
Hampir 20 penelitian yang dilakukan secara acak menunjukkan bahwa terapi
obat pada pasien dengan hipertensi derajat II dan III secara konsisten
mengurangi insiden stroke sebesar 30-50%, gagal jantung kongestif sebesar40-
50%. Beberapa penelitian pada orang lebih tua dengan hipertensi sistolik telah
dipastikan bahwa terapi antihipertensi mencegah infark miokard fatal dan non
fatal serta keseluruhan mortalitas kardiovaskular (Supariasa 2010).
Ada beberapa keadaan yang mungkin langsung diberi obat antihipertensi,
yakni:
• Tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg.
• Tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg yang menetap selama kurun waktu
tertentu.

11
• Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan disertai salah satu atau lebih
keadaan berikut :
a. Diabetes
b. Kerusakan organ target, misalnya jantung, ginjal, atau stroke.
c. Risiko penyakit kardiovaskular dalam tahun lebih dari 20%.
Namun demikian, jika tekanan darah hanya sedikit meningkat (kurang dari
140/90 mmHg), obat antihipertensi diberikan hanya bila perubahan gaya hidup
tidak cukup menurunkan tekanan darah.

Obat-obatan yang biasa diberikan (Khomsan 2004) :


a. Diuretik tiazid
Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi.
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik
juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan hilangnya kalium melalui air
kemih sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Diuretik sangat afektif pada lanjut usia, kegemukan, penderita gagal jantung dan
penyakit ginjal menahun.
b. Penghambat adrenergik
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker, dan
alfa-beta-blocker labetolol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem
saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon
terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,yang efektif diberikan kepada
:
✓ Penderita yang pernah mengalami serangan jantung
✓ Penderita dengan denyut jantung yang cepat
✓ Angina pectoris
✓ Sakit kepala migren
c. Angiotensin converting enzim inhibitor (ACE-Inhibitor)
Menurunkan tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angiotensin
II yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah. Dengan demikian, obat ini

12
dapat memperlebar pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah. Obat ini
efektif diberikan kepada:
✓ Penderita gagal jantung
✓ Penderita denga protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik.
✓ Pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat lain.
d. Angiotensin-II-blocker menyebabkan penurunan tekanan darah
Dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.
e. Antagonis kalsium
Obat ini dapat menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme
yang berbeda. Obat ini sangat efektif diberikan kepada lanjut usia, penderita
angina pektoris, denyut jantung yang cepat, sakit kepala migren.
f. Vasodilator
Obat ini dapat langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat
antihipertensi lainnya.
g. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna)
Memerlukan beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena, yaitu:
✓ Diazoxide
✓ Nitroprusside
✓ Nitroglycerin
✓ Labetolol
✓ Nifedipine
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan
bisa diberikan peroral, tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi sehingga
pemberiannya harus diawasi secara ketat (Anggraini, dkk., 2009).

13
Tabel 2.2 Golongan obat Antihipertensi

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN MINI PROJECT


Mini project ini dilakukan dengan pengumpulan data kunjungan pasien hipertensi
di Kecamatan Sidemen melalui data rekam medis di Puskesmas Sidemen.

3.2 WAKTU DAN TEMPAT MINI PROJECT


Mini project ini dilaksanakan pada tanggal 1 November 2020 – 15 April 2021 di
Puskesmas Sidemen.

3.3 POPULASI MINI PROJECT


Populasi mini project adalah seluruh pasien hipertensi yang bertempat tinggal di
Kecamatan Sidemen yang berkunjung ke Balai Pengobatan Puskesmas Sidemen
yang dilihat dari rekam medik.

3.4 SUBJEK MINI PROJECT


Subjek mini project diambil dari masyarakat pasien hipertensi yang bertempat
tinggal di Kecamatan Sidemen yang berobat ke Puskesmas Sidemen.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS


Puskesmas Sidemen berada di bagian selatan kabupaten karangasem dengan luas
wilayah 35, 39 km ” dengan wilayah perbukitan dengan letinggian 300-500 meter
di atas permukaan laut yang di belah oleh aliran sungai unda sehingga wilayahnya
menjadi 2 bagian yaitu sidemen barat sungai dan sidemen timursungai. Puskesmas
sidemen mewilayahi 10 Desa dan 54 posyandu dengan jumlah dusun terbanyak
adalah desa sangkan gunung dengan luas 5,58 km ” dan Desa paling sedikit luasnya
adalah desa wisma kerta adalah 2, 79 km “. Jumlah penduduk kecamatan sidemen
adalah 32.980 jiwa.

Peta Wilayah Puskesmas Sidemen

4.2 PERSENTASE KUNJUNGAN PASIEN HIPERTENSI


Tabel 4.2. Perbandingan Kunjungan Pasien Hipertensi dengan Semua Kunjungan
dari Tanggal 1 November 2020 - 15 April 2021

16
Bulan Pasien Hipertensi Semua Kunjungan Persentase

November 42 520 8.07%


Desember 39 519 7.51%
Januari 40 530 7.54%
Februari 38 512 7.42%
Maret 44 524 8.39%
April 25 260 9.61%
Total 230 2865 8.02%

Gambar 4.1. Grafik Perubahan Persentase Kunjungan Pasien Hipertensi Tanggal


1 November 2020 - 15 April 2021.

Pasien Hipertensi Semua Kunjungan

NOVEMBER 8.07% 100%

D E S E M B E R 7.51% 100%

J A N U A R I 7.54% 100%

F E B R U A R I 7.42% 100%

MARET 8.39% 100%

APRIL 9,61% 100%

Tabel 4.3. Perbandingan Jenis Kelamin dari Tanggal 1 November 2020 - 15 April
2021

17
Jenis Bulan
Total
Kelamin November Desember Januari Februari Maret April
Laki-laki 18 19 18 16 19 11 106
% 42.85% 48.71% 45% 42.10% 43.18% 40.74% 43.98%
Perempuan 24 20 22 22 25 16 135
% 57.15% 51.29% 55% 57.90% 56.82% 59.26% 56.02%
Total 42 39 40 38 44 27 230

Tabel 4.4. Perbandingan Jenis Kasus dari Tanggal 1 November 2020 - 15 April
2021

Bulan
Jenis
Novembe Desembe Februar Total
Kasus Januari Maret April
r r i
Baru 6 4 8 3 4 2 27
% 14% 10% 20% 7% 9% 8% 13.3%
Lama 36 35 32 35 40 25 203
% 86% 90% 92% 93% 91% 92% 86.7%
Total 42 39 40 38 44 27 230

18
BAB V
PEMBAHASAN

Apabila diperhatikan, proporsi pasien hipertensi pada Kecamatan Sidemen dengan


jenis kelamin perempuan mendominasi dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi
karena data yang diperoleh pada perempuan yang sudah mengalami masa
menopouse, dimana hormon esterogen megalami penurunan. Hal ini biasanya
dialami oleh perempuan yang sudah usia lanjut. Sehingga, tekanan darah pada
perempuan lanjut usia cenderung tinggi (Potter & Perry, 2010).
Faktor lain yang bisa mempengaruhi tekanan darah pasien hipertensi adalah
usia pasien yang sebagian besar masuk dalam kelompok lansia akhir. Hal ini
didukung oleh pendapat Potter & Perry (2010) yang mengatakan bahwa lansia
biasanya mengalami peningkatan tekanan darah sistolik yang berhubungan dengan
elastisitas pembuluh darah yang menurun dan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit yang berhubungan dengan hipertensi. Selain itu, perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadinya pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuanya dalam berakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Sudarth, 2005).
Hipertensi adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikendalikan atau dikontrol dengan cara mengkonsumsi obat antihipertensi seumur
hidup. Patuh minum obat pada penyakit hipertensi merupakan hal yang sangat
penting karena dengan minum obat antihipertensi secara teratur dapat
mengendalikan atau mengontrol tekanan darah penderita hipertensi.
Ketidakpatuhan minum obat antihipertensi menyebabkan tekanan darah yang tidak
stabil dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas (Ho, Bryson, &
Rumsfeld, 2009). Menurut Penelitian Andriati (2015) pasien yang patuh
dipengaruhi oleh pengaruh obat, akses informasi, dukungan keluarga, keyakinan
dan harapan minum obat, sedangkan yang tidak patuh minum obat dipengaruhi oleh

19
lama mengonsumsi obat, persepsi terhadap obat, persepsi terhadap penyakit.
Sedangkan menurut penelitian Kanda (2014) pasien tidak patuh minum obat akibat
tidak adanya pengawasan minum obat. Rasa bosan pasien karena penyakit yang
tidak kunjung sembuh menjadikan pengawasan minum obat alasan penting untuk
menjaga tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi.
Faktor lain yang perlu diperhatikan pada pasien hipertensi adalah kebiasaan
merokok. Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui asap rokok yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan peroses
aterosklerosis, dan tekanan darah menjadi tinggi (Palmer, 2007). Selain itu, Nikotin
dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi jantung serta tekanan darah (Putri &
Wijaya, 2013).
Tar dan asap rokok dapat menyumbat jalannya pernafasan. Nikotin
merangsang produksi hormon adrenalin dari ginjal yang dapat menyebabkan
jantung berdebar-debar sehingga meningkatkan tekanan darah (Suheni, 2007).
Nikotin dapat menyebabkan timbulnya pembekuan trombosit ke dinding pembuluh
darah. Nikotin, tar dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding
pembuluh endotel, mempermudah penggumpalan darah sehingga dapat merusak
pembuluh darah tepi (Depkes, 2010).
Jumlah rokok yang dihisap dapat mempengaruhi peningkatan tekanan
darah. Dalam setiap batang rokok akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg
dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit. Berdasarkan banyaknya jumlah
rokok yang dihisap dalam satuan batang, bungkus, pak per hari, jenis perokok
dibagi menjadi perokok ringan jika merokok sebanyak 2-5 batang per hari, dan
perokok berat jika merokok sebanyak 6-10 batang atau lebih per hari. Seseorang
dikatakan bukan perokok jika tidak pernah menghisap rokok selama 5-7 tahun atau
hanya menghisap rokok maksimal satu batang per hari dan seorang perokok jika
merokok minimal dua batang rokok per hari (Suheni, 2007). Berhenti merokok
dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok tersebut dapat

20
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung
(Corwin, 2009).
Faktor olahraga juga berhubungan dengan kejadian hipertensi. Nurrahmani
(2012) menjelaskan bahwa olahraga adalah aktivitas fisik yang berkaitan dengan
hipertensi. Pada dasarnya aktivitas apapun yang dipilih ketika kecepatan dan detak
jantung serta pernafasan meningkat, tubuh akan menghasilkan senyawa yakni beta
endorphin. Senyawa ini masih satu kelompok dengan morfin, dan mendatangkan
rasa tenang yang berlangsung sepanjang hari. Akibatnya tekanan darah juga
menjadi terkendali.
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat
(Armilawati 2007). Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan
energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk meningkatkan zat-zat gizi dan oksigen ke
seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa 2010).
Peningkatan intesitas aktivitas fisik, 30-45 menit per hari, penting dilakukan
sebagai strategi pencegahan dan pengelolaan hipertensi.
Olahraga atau aktivitas fisik yang mampu membakar 800-1000 kalori akan
meningkatkan high density lipoprotein (HDL) sebesar 4 mmHg (Khomsan 2004).
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi
(Suyono, 2001).
Berolahraga secara teratur dapat meningkatkan kadar nitric oxide dalam
darah. Nitric Oxide merupakan salah satu senyawa yang berperan dalam
tranformasi sinyal dalam metabolism mahluk hidup. Senyawa ini akan
menyampaikan sinyal terhadap otot polos dalam lapisan pembuluh darah
(endotelium), untuk berelaksasi, sehingga mengakibatkan pelebaran atau
vasodilatasi pembuluh darah yang berakibat meningkatkan aliran darah. Produksi

21
Nitric Oxide juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah paru, sehingga
meningkatkan saturasi oksigen sehingga memperbaiki pernafasan yang lebih baik.
Demikian pula pada pembuluh darah secara keseluruhan, sehingga bisa menjadi
anti hipertensi yang efektif menurunkan hipertensi (Timiras, 2007).
Menurut Supariasa (2010) berat badan lebih akan meningkatkan resiko
terhadap penyakit degeneratif. Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan
darah, kemungkinan dengan mengurangi kerja jantung sehingga kecepatan jantung
dan volume cukup berkurang (Corwin, 2009).
Penderita hipertensi yang obesitas mempunyai daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah lebih tinggi dibandingkan dengan yang mempunyai berat
badan normal, sehingga mempunyai resiko terserang hipertensi enam kali lebih
besar dari yang mempunyai berat badan normal (Martuti, 2009).
Selain merupakan penyakit generatif, hipertensi juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Menurut Junaidi (2010), genetik merupakan salah satu faktor yang
dapat memicu timbulnya hipertensi terlebih lagi hipertensi primer. Jika kedua orang
tua menderita hipertensi maka kemungkinan terserang penyakit hipertensi adalah
60% dan apabila hanya salah satu dari orang tua kita terserang hipertensi maka
prevalensi kita untuk terserang akan turun menjadi 25%. Adanya faktor genetik
pada suatu keluarga akan mengakibatkan keluarga tersebut mempunyi faktor
keturunan yang sama berisiko terkena hipertensi. Sifat bawaan dari orang tua yang
diwariskan melalui gen sehingga akan diwariskan kepada keturunannya. Seorang
anak memiliki resiko 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga (Anggraini, dkk., 2009).

22
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh bahwa angka
kejadian penderita hipertensi di Kecamatan Sidemen masih tinggi dengan angka
prevalensi kunjungan 8.02%. Dapat dilihat dari bulan kebulannya penderita
hipertensi kasus baru tetap tinggi yaitu pada bulan November 14%, Desember 10%,
Januari 20%, Februari 7%, Maret 9%, dan April 8%. Selain itu, prevalensi
hipertensi pada perempuan mendominasi dibanding laki-laki. Oleh karena itu,
diperlukan adanya promosi kesehatan yang efektif sebagai upaya pengontrolan dan
pencegahan terhadap komplikasi dari hipertensi.

6.2 SARAN
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya
penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan
oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar dari penyakit hipertensi
secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi
tentang penyakit tekanan darah tinggi dengan merata di seluruh wilayah kerja
puskesmas dan memberikan penyuluhan tentang upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi secara dini dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika
tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan
darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat. Oleh karenanya
diharapkan di bentuknya kelas Hipertensi yang diadakan setiap bulan di wilayah
Kecamatan Sidemen.
3. Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan
terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan

23
kesehatan untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta dapat
termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit
hipertensi menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang
mengandung lemak seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi
konsumsi garam dapur, minuman yang mengandung kafein, alkohol, merokok,
malas berolahraga, serta menjauhi stress.

24
DAFTAR PUSTAKA

Andriati R, 2015. Studi Fenomenologi; Kepatuhan Minum Obat pada Pasien


Hipertensi di Kabupaten Tangerang. UMJ. 2015; 1(2): 1-10.
Anggraini, A.D, Waren, A, Situmorang, E, Asputra, H, Siahaan, S.S. (2009).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari
Sampai Juni 2008. Universitas Riau.
Armilawaty AH & Amirudin R, 2007. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian
epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.
Brunner & Suddarth, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. edisi8 volume
2. Jakarta: EGC.
Corwin, E, 2009. Buku Saku Patosikologi. Alih bahasa oleh Brahim U. Pendit
Jakarta: EKG
Depkes RI , 2010. Pengantar Epidemologi. Edisi Revisi jakarta: Rineka Cipta.
Palmer A, 2007. Tekanan Darah tinggi. Jakarta: Erlangga.
Ho PM, Bryson CL, Rumsfeld JS, 2009. Medication adherence: its importance in
cardiovascular outcomes. Circulation, 119(23): 3028-35.
Junaedi (2010). Hipertensi.Jakarta: Gramedia.
Kanda HA, 2014. Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat dengan Kestabilan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Poli Jantung Rumah Sakit Umum
Daerah Zainoel Abidin Rnbanda Aceh. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
KhomsanA, 2004. Pangandan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Martuti A, 2009. Merawat dan Menyembukan Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah
Tinggi. Bantul: Kerasi Wacana.
Nurrahmani U, 2012. Stop Hipertensi. Yogyakarta: Familia.
Potter A & Perry AG, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
& Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.
Putri, Y. M. P. & Wijaya, A. S. (2013).Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medik.
Stanley & Beare, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

25
Suheni Y, 2007. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Pada
Laki-Laki Usia 40 Tahun Keatas Di Rumah Sakit Daerah Cepu. Semarang:
EGC.
Supariasa dkk, 2010. Penilaian Status Gizi.Jakarta: EGC.
Suyono S, 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka.
Timiras PS, 2007. Physiological Basis of Aging and Geriatrics, edisi 4, Informa
Health Care, New York Hal. 219-240.

26

Anda mungkin juga menyukai