Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul program inovasi gizi berupa
klinik laktasi dipuskemas salido, Kabupaten Pesisir Selatan
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. drg. Yulia Adlina sebagai kepala puskesmas salido
2. dr. Ashita Yumaida yang telah memberikan petunjuk, bimbingan kepada kami
sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan
laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya jika ada kesalahan
dalam penulisan, penulis mohon maaf. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat di
harapkan penulis. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Salido, September 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
LatarBelakang......................................................................................................................1
RumusanMasalah.................................................................................................................3
Tujuan..................................................................................................................................3
Manfaat Penelitian...............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6
2.1 ASI Eksklusif................................................................................................................6
2.1.1 Definisi..................................................................................................................6
2.1.2 Komposisi ASI......................................................................................................6
2.1.3 Manfaat ASI........................................................................................................10
2.2 Praktek Pemberian ASI eksklusif...............................................................................12
2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI............................................................13
2.4 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)....................................................................................19
2.5 Laktasi ........................................................................................................................20
2.5.1 Fisiologi laktasi...................................................................................................20
2.5.2 Faktor-faktor mempengaruhi ASI.......................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................23
3.1 Metode Penelitian.......................................................................................................23
3.2 Sampel Penelitian.......................................................................................................23
3.3 Instrumen Penelitian...................................................................................................23
3.4 Definisi Operasional...................................................................................................23
3.5 Metode pengumpulan Data.........................................................................................23
3.6 Metode Analisis Data..................................................................................................23
3.7 Analisis.......................................................................................................................23
BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................................................25
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................................25
4.2 Deskripsi Data Responden..........................................................................................25

ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................28
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................28
5.2 Saran ..........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................29
LAMPIRAN......................................................................................................................31

iii
Daftar Tabel

No. Judul Halaman

4.2.1 Hasil Penelitian Posyandu Painan Selatan.................................................23


4.2.2 Hasil Penelitian Puskesmas Salido............................................................26
4.2.3 Faktor Penyebab tidak diberikan ASI........................................................27

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi.
Badan kesehatan dunia WHO, merekomendasikan bayi mendapatkan ASI Ekslusif selama
6 bulan. Berbagai macam kandungan ASI bagi bayi yaitu; protein dan lemak yang jumlah
sesuai, mengandung banyak laktulosa, mengandung cukup vitamin, mengandung zat besi
yang cukup bagi bayi, mengandung air yang cukup bagi bayi walaupun disaat cuaca
panas, mengandung garam, fosfat dan kalsium yang cukup bagi bayi, mengandung
immunoglobulin, bifidus, sel darah putih hidup dan laktoferin. Sedangkan, manfaat bagi

ibu yang menyusukan ASI kepada bayinya yaitu; membantu menghentikan


perdarahan setelah melahirkan, mendekatkan psikologis ibu dan anak, membantu
menyeimbangkan ekonomi keluarga, dan lain sebagainya.

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan ataupun makanan lain. ASI eksklusif adalah pemberian
hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, ASI eksklusif dianjurkan sampai 6
bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005). ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama
6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air, teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).

ASI adalah cairan putih yang dihasilakan oleh kelenjar payudara ibu melalui
proses menyusui. ASI adalah jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Berbagai macam kandungan ASI bagi bayi
yaitu; protein dan lemak yang jumlah sesuai, mengandung banyak laktulosa, mengandung
cukup vitamin, mengandung zat besi yang cukup bagi bayi, mengandung air yang cukup bagi
bayi walaupun disaat cuaca panas, mengandung garam, fosfat dan kalsium yang cukup bagi
bayi, mengandung immunoglobulin, bifidus, sel darah putih hidup dan laktoferin.

1
Sedangkan, manfaat bagi ibu yang menyusukan ASI kepada bayinya yaitu; membantu
menghentikan perdarahan setelah melahirkan, mendekatkan psikologis ibu dan anak, ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti
inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).

ASI eksklusif memberikan banyak sekali manfaat untuk bayi, diantaranya ASI
eksklusif dapat meningkatkan kualitas kesehatan, membantu proses pertumbuhan, dan
perkembangan hidup bayi (Kasnodihardjo, 1998; Winarsih, 2004). ASI eksklusif juga
berperan secara psikologis dengan cara meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan
bayi, bayi juga akan merasa aman dan tentram. Hal tersebut sangat membantu
perkembangan emosi bayi, sehingga membentuk pribadi yang percaya diri serta menjadi
dasar spritual yang baik (Oetami Roesli, 2000).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya sekitar 35% anak-anak di


dunia yang mendapatkan ASI eksklusif. UNICEF melaporkan bahwa persentase bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif di beberapa negara antara lain Asia Tenggara 45%, Asia
Timur 32%, Timur Tengah 29%, Eropa Tengah 27%, dan Afrika 22%.
(www.breastfeedingbasics.org). Data Susenas 2010 menunjukkan bahwa 61,5% bayi di
Indonesia mendapatkan ASI eksklusif. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pencapaian di
negara lain di Asia Tenggara. Sebagai perbandingan cakupan ASI eksklusif di India
mencapai 46%, Phillippines 34,5%, Vietnam 27%, dan Myanmar 24%.

Di Indonesia, menurut hasil Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI)


tahun 2012 dilaporkan bahwa bayi di Indonesia rata-rata hanya mendapatkan asi eksklusif
sampai 1,6 bulan. Sedangkan yang diberikan asi eksklusif sampai umur 4 – 5 bulan hanya
27%. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan dalam indikator
Indonesia 2010 yaitu 80%. (Depkes RI, 2004).

2
Menurut Pofil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, cakupan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi umur 0 – 6 bulan mencapai 61,5%. Provinsi dengan pencapaian
cakupan asi eksklusif tertinggi di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Barat 79,7%. Provinsi
dengan pencapaian cakupan asi ekslusif terendah di Indonesia, yaitu Aceh 49,6%.
Sebanyak 14 provinsi mempunyai pencapaian cakupan asi eksklusif dibawah angka
pencapaian nasional 61,5% yaitu, Aceh (49,6%), Sumatera Utara (56,6%), Riau (57,5%),
Bangka Belitung (54,9%), Kepulauan Riau (55,5%), Jawa Tengah (57,8%), Jawa Timur
(49,7%), Banten (52,7%), Bali (50,2%), Kalimantan Barat (50,9%), Sulawesi Tengah
(60,4%), Gorontalo (60,4%), Maluku Utara (61,3) dan Papua Barat (61,2%) (Depkes,
2011).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Ibu-ibu yg tidak


memberikan ASI eksklusif disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang
mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif antara lain berkaitan dengan
pengetahuan ibu (Berg, 1986; Afriana, 2004), ibu yang bekerja (Wibowo, Februhartanty,
Fahmida, Roshita; 2008), dan volume ASI (Kasnodihardjo, 1998). Selain itu, gencarnya
promosi susu formula (Utomo, 1996; Judarwanto, 2006; Kasnodihardjo, 1998) serta
faktor dukungan dari keluarga, masyarakat, dan tenaga medis (Utomo,1996;
Februhartanty, 2008 ) juga berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Penulis bermaksud melaksanakan mini project pengadaan Klinik Laktasi sebagai program
inovasi gizi puskesmas Salido. Melalui mini project ini diharapkan puskesmas dapat
mendirikan program kerja Klinik Laktasi dan melanjutkan penelitiannya sehingga dapat
menjadi solusi bagi permasalahan laktasi.

B. Rumusan Masalah

Dari hasil pemantauan di puskesmas salido masih banyak yang tidak memberikan ASI
eksklusif dan pemberian ASI sampai 2 tahun yang di sebabkan oleh berbagai macam
factor untuk itu penulis membuat project pojok ASI untuk meningkatkan pengetahuan
tentang ASI.

C. Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif dan
ASI sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusui dini
3
c. Menjadi wahana pemecahan masalah pemberian ASI eksklusif dan ASI sampai usia 2
tahun.

D. Manfaat

Manfaat bagi penulis

a. Berperan serta dalam upaya peningkatan pengetahuan laktasi yang dimulai dari
IMD dan ASI Ekslusif
b. Mengaplikasikan pengetahuan dan memberikan contoh laktasi kepada Ibu di
wilayah kerja Puskesmas Salido
c. Melaksanakan mini project dalam rangka program internsip Dokter Indonesia.

Manfaat bagi Puskesmas

a. Bertambahnya peran dan inovasi Puskesmas dalam peningkatan pengetahuan ibu


mengenai ASI Eksklusif
b. Puskesmas Salido dapat melakukan pemantauan pemberian ASI selama 2 tahun di
wilayah kerjanya.
c. Meningkatkan pencapaian ASI eksklusif dan pemberian ASI sampai usia 2 tahun.

Manfaat bagi Masyarakat

a. Meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang ASI eksklusif sehingga


memberikan kesadaran dan motivasi bagi masyarakat dalam memberikan ASI
eksklusif
b. Meningkatkan informasi tentang keuntungan pemberian ASI eksklusif dan
pemberian ASI sampai usia 2 tahun serta kerugian pemberian susu formula
c. Meningkatkan informasi tentang manajemen laktasi dan posisi menyusui yang
benar sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk menyusui melalui
persiapan menyusui dini.
d. Mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga meningkatkan peran
serta suami dan dukungan keluarga dalam mendukung, memotivasi dan
membantu ibu untuk menyusui dan memberi ASI eksklusif dan pemberian ASI
sampai 2 tahun.

4
e. Masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik di Puskesmas dengan
adanya aplikasi perencanaan peningkatan program ASI eksklusif
f. Sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi tentang ASI eksklusif

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain,
ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005). ASI
eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air, teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti
pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan
obat (Roesli, 2000).
Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal sebagai
berikut, yaitu hanya ASI saja sampai umur enam bulan dimana menyusui dimulai 30
menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan pre-lectal seperti air gula
atau air tajin kepada bayi yang baru lahir. Menyusui sesuai kebutuhan bayi, memberikan
kolostrum kepada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal), termasuk pemberian
ASI pada malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat
dalam bentuk drops atau sirup.
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik
fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).

2. Komposisi ASI Eksklusif


a. Komposisi Nutrisi ASI Eksklusif
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat
yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan
susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula. Komposisi ASI yaitu :
karbohidrat, protein, lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama dalam
ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber makanan untuk otak. Kadar laktosa
yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan
pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi
6
jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah
melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
(Badriul, 2008).
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein ASI cukup
tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula.
Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein
dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus
bayi, sedangkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih
sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%,
dibanding susu formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%)
(Badriul, 2008).
Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu taurin.
Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino
ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang
berkembang.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah
Kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI berubah kadarnya
setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Selain jumlahnya yang
mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA
(Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting
untuk bayi (Hubertin, 2004).
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral, vitamin K,
vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air. Hampir semua
vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI.
Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI.
Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan
asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

7
b. ASI menurut stadium laktasi

Berdasarkan stadium laktasi, ASI dibagi dalam 3 bagian (King, 1985; Suraatmaja,
1997) yaitu:
1) Kolostrum
Kolostrum merupakan caira pertama yang keluar dari kelenjar mamae mulai dari
pertama sampai hari ketiga ataupun keempat, dimana volumenya berkisar 150-300
ml/24 jam, berwarna lebih kekuningan dibandingkan susu matur.
Kolostrum merupakan pencahar yang sangat ideal untuk membersihkan zat – zat
yang tidak terpakai di usus bayi yang baru lahir hingga akhirnya siap untuk menerima
makanan yang akan datang. Kolostrum banyak mengandung protein dibandingkan
susu matur. Tetapi selain itu, antibodi juga banyak terdapat dalam kolostrum sehingga
memberikan perlindungan terhadap bayi hingga usia 6 bulan. Di dalam kolostrum
kadar karbohidrat dan lemak jauh lebih rendah dibandingkan dengan susu matur
namun kadar minealnya jauh lebih tinggi.

2) ASI masa transisi atau peralihan


ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur, yang
dikeluarkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh masa laktasi. Pada masa ini,
kadar kolostrum makin rendah namun kadar protein dan lemak makin tinggi. Volume
ASI transisi makin meningkat.

3) ASI matur
ASI matur adalah ASI yang keluar pada hari kesepuluh sampai seterusnya dan
volumenya relatif konstan. Merupakan cairan yang berwarna putih kekuning-
kuningan, mengandung faktor anti microbial dan tidak akan menggumpal jika
dipanaskan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI adalah
makanan satu – satunya yang cukup dan baik untuk pertumbuhan bayi hingga usia 6
bulan.

8
c. Faktor Kekebalan yang terdapat pada Komposisi ASI
Di dalam ASI terdapat 2 macam kekebalan ( Santosa h, 1997; Ebrahim G J, 1986;
Hayward, 1983 ) yaitu:
1) Faktor kekebalan non spesifik, yaitu :
a) Faktor pertumbuhan lactobasilus bifidus
Faktor ini sering disebut sebagai faktor bifidus, dimana banyak terdapat dalam
kolostrum. Lactobasilus bifidus dalam usus bayi akan mengubah laktosa menjadi
asam laktat dan asam asetat yang menyebabkan suasana menjadi semakin asam.
Suasana asam ini akan menghambat pertumbuhan E.coli yang selalu meyebabkan
diare pada bayi.

b) Laktoferin
Laktoferin mempunyai banyak persamaan dengan kerja trasferin yitu suatu
protein yang mengikat Fe dalam darah. Namun selain itu Laktoferin juga
menghambat pertumbuhan Candida albicans dan E.coli.

c) Lisozim
Lisozim adalah suatu substrat anti infeksi yang bekhasiat memecahkan
dinding sel bakteri dari kuman – kuman gram positif.

d) Laktoperoksidase
Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama zat lain akan
membunuh Streptokokus.

2) Faktor kekebalan spesifik, yaitu :


a) Sistem komplemen
ASI banyak mengandung komplemen C3 dan C4 ang dapat diaktifkan oleh
antibodi yang terdapat dalam IgA susu. Komplemen yang sudah diaktifkan dapat
bekerja menghancurkan sel bakteri dalam rongga usus.

b) Khasiat seluler
ASI mengandung berbagai macam sel, terutama makrofag 90 %, Limfosit dan
Leukosit polimorfonuklear sedikit. Makrofag bersifat ameboid dan fagositik
terhadap kuman – kuman Stafilokokus, E.coli dan Candida albicans. Limfosit
dalam ASI terdiri dari sel T dan sel B, dan ini aktif sebagai imunologik.

9
c) Immunoglobulin
Di dalam ASI dijumpai semua macam immunoglobulin. IgA dengan
konsentrasinya paling tinggi merupakan immunoglobulin yang paling penting
dalam ASI karena berperan penting dalam fungsi biologis.

3. Manfaat ASI Eksklusif

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula.
Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui.
Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya
tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih
sayang (Roesli, 2000).
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan
tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus
mulai diberikan makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau
lebih. Negara-negara barat banyak melakukan penelitian khusus guna memantau
pertumbuhan bayi penerima ASI eklslusif dan terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat
tumbuh sesuai dengan rekomendasi pertumbuhan standar WHO-NCHS (Danuatmaja,
2003).
Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Dengan diberikan
ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan
tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun
segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akanmemproduksi sendiri
immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar
immunoglobulin bawaan dari ibu menurun yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum
mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Selain itu,
ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat
imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian)
dan mobiditas (angka terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Budiasih, 2008).

10
Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi. Perkembangan
kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan
otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat. Lompatan pertumbuhan atau growt spourt
sangat penting karena pada inilah pertumbuhan otak sangat pesat. Kesempatan tersebut
hendaknya dimanfaatkan oleh ibu agar pertumbuhan otak bayi sempurna dengan cara
memberikan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas optimal karena kesempatan itu bagi
seorang anak tidak akan berulang lagi (Danuatmaja, 2003).
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat, dan sangat
sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang sangat diperlukan
pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrient-nutrient khusus tersebut adalah taurin, laktosa,
asam lemak ikatan panjang (Danuatmaja, 2003).
Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi yang sering
berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan kasih sayang ibu dan
mendapatkan rasa aman, tenteram, dan terlindungi. Perasaan terlindungi dan disayangi
inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk
kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri (Ramaiah, 2006).
Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan
setelah melahirkan (post partum) akan berkurang (Siswono 2001). Karena pada ibu
menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal
ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu juga, dengan
menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui merupakan cara
kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif
98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil
sampai bayi merusia 12 bulan (Glasier, 2005).
Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya kanker. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya
kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai
bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang
sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan
melindungi ibu dari penyakit kanker ovarium. Salah satu dari penelitian ini menunjukan
bahwa risiko terkena kanker ovarium pada ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%.
11
Selain itu, pemberian ASI juga lebih praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan
memberi kepuasan pada ibu (Maulana, 2007).

B. Praktek Pemberian ASI Eksklusif


1. Langkah-langkah menyusui yang benar (Suradi, 2004)
a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu
dan aroela sekitarnya
b. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara
1) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi ditahan dengan tangan ibu
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satunya di depan
4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
6) Ibu menatap bayi dengan kasih saying
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah. Jangan
menekan putting susu atau areolanya saja
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara:
1) Menyentuh pipi bayi dengan puting susu
2) Menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut dan mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang
atau disangga lagi.

2. Lama dan Frekuensi Meyusui


Menurut Khasanah (2011) sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwalkan,
sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan atau kedingina, atau sekedar
ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5 – 7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur
12
dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 sampai 2 minggu
kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa
jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Bila
sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI. Untuk menjaga
keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui sampai
payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui
dimulai dengan payudara yang terakhir kali disusukan. Selama masa menyusui
sebaiknya ibu memakai bra yang dapat menyangga payudara tetapi tidak terlalu ketat.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan Pemberian ASI Eksklusif

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat bervariasi.
Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut (Danuatmaja, 2003).
1. Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak melakukan inisiasi
menyusu dini 2) menjadwal pemberian ASI 3) memberikan minuman prelaktal (bayi
diberi minum sebelum ASI keluar ), apalagi memberikannya dengan botol/dot 4)
kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera
setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya
setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini
disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan
merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi
menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik
dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8
kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin
jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat
berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran sering kali
bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap

13
menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap
menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu,
atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain
menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi
intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat
berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin bertambah
(Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan
keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi
yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga
bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak
sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat akan
mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya berbagai masalah
dikemudian hari (Cox, 2006).

b. Pekerjaan /aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya
diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena
wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya
manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah
wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif
sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes
RI,2005). Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan
dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak,
dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati,
2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu
khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup.
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu
bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit.
Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja.

14
Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan
program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).

c. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara
pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya.
Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh
rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan memberikan
pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah
menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu
formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih
cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala
menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada
ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan keluarganya perlu
menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI,
kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang
baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah
seputar menyusui.
d. Kelainan pada payudara

Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri.
Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara
sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit
pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu
menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi
demam (Roesli, 2000).
Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan
adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting. Padahal
seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat

15
terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan. Disamping
itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat
menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit
(Maulana, 2007).
e. Kondisi kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter
melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat
membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit
jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah
Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan
pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan
ibu menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat
disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi
makanan tambahan.

2. Faktor Eksternal
a. Faktor Dukungan dan Motivasi dari Keluarga, Masyarakat dan Tenaga Kesehatan

1) Dukungan dan motivasi suami dan keluarga


Dukungan dari keluargaa merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya
adalah bersifat emosional maupun psikologis kepada ibu dalam memberikan ASI.
( Roesli, 2001 ). Di Indonesia, mengidentifikasi keyakinan ibu untuk menyusui
(self efficacy) dan lingkungan rumah, terutama dukungan dari suami, merupakan
faktor yang mempengaruhi menyusui eksklusif pada ibu bekerja maupun pada
ibu yang tidak bekerja (Wibowo, Februhartanty, Fahmida, Roshita, 2008).
Pada tingkat kelompok, berbagai penelitian telah mengidentifikasi peran
suami sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku menyusui ibu
(Februhartanty, 2008; Littman, Medendorp, Goldfarb, 1994; Pisacane, Continisio
GI, Aldimucci, D’Amora, Continisio P, 2005).
Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang
ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui

16
sendiri bayinya. Hubungan harmonis dalam keluarga akan sangat mempengaruhi
lancarnya proses laktasi. ( Lubis, 2000 ).

2) Masyarakat

Penelitian lain menyatakan jaringan sosial ibu merupakan faktor yang


mempengaruhi (Humphreys, Thompson, Miner, 1998).
Penelitian di Meksiko juga menemukan hubungan antara konseling kelompok
sebaya (peer counseling) dengan durasi menyusui karena semakin sering ibu
menerima kunjungan konselor sebaya, semakin lama ia akan menyusui bayinya
(Morrow et al., 1999).
Melalui penelitian kualitatif mengenai menyusui di Inggris menyebutkan
bahwa ada ibu yang menganggap kegiatan menyusui sebagai sesuatu yang tidak
nyaman untuk dilakukan di depan umum dan merupakan suatu hal yang tidak
cocok dengan budaya barat yang modern sehingga memilih untuk memberikan
susu formula kepada bayinya (Earle, 2002). Ini menunjukkan bahwa norma dan
budaya yang berlaku di suatu masyarakat dapat mempengaruhi keputusan ibu
(Earle, 2002).

3) Tenaga Kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan
bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komprehensif dan
terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat
dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan petugas
kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu
menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga
mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku
sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya
sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya
(Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada
di klinis maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar
menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2
tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).

17
b. Kondisi kesehatan bayi

Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara


eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit
bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada
ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu
memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa
sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan
negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor
psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering menangis baik sebelum maupun
sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi
menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
c. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman,
dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan
(terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah
menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang selalu mendapat
tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu
formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif
karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini
dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama
5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes,2006).
Masyarakat lebih banyak memilih susu formula ketimbang ASI karena iming-
imingnya: membuat anak sehat dan cerdas. Iklan-iklannya terus diulang di media
cetak maupun elektronik. Jelas, akan membuat para orangtua memilih membeli susu
formula yang sebenarnya berisiko tinggi bagi perkembangan bayi. Gencarnya
gerakan kembali ke ASI masih kalah jauh dibanding gencarnya promosi susu
formula.
d. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus
kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini
seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota
18
Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan
pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala
melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai
budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai
minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan
bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu
kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

D. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan
UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa
bayi harus mendapat kontak kulit kekulit ibunya segera setelah lahir selama paling
sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu
dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan bila
diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru
lahir sampai dengan inisiasi menyusu selesai dilakukan.
Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and
Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi
dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:
a. Inisiasi menyusu dini dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir
b. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
c. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan;
d. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.

Penelitian Gareth Jones, dkk, mengemukakan bahwa menyusui dapat


mencegah 13% kematian balita (Lancet 2003:362), sedangkan Karen M. Edmond,
dkk, dalam penelitian di Ghana menyatakan bahwa 16% kematian neonatus dapat
dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama, dan angka tersebut meningkat
menjadi 22% bila bayi melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama setelah
lahir (Pediatric, March 2006).
Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan
bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir
sampai dengan bayi berumur 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar

19
menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI
secara eksklusif.

E. Laktasi
1. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Proses
laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor hormonal. Mulai dari
bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya
ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental
lactogen (HPL)
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Pada
fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon
progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal
ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam
periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan
hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level
prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2
pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang
produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol
autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak
dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan
bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf
produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan

20
seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat dua
refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang,
maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin, hormon inilah yang
berperan pada produksi ASI. Prolaktin dibentuk lebih banyak pada malam hari.
b. Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis
anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon
oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding
alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Oksitosin juga memacu
kontraksi otot rahim sehingga involusi makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu
terasa mulas pada hari-hari pertama meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula (Guyton, 2003).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


a. Makanan Ibu

Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Namun jika makanan

21
ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan dapat
bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui
bayinya.
c. Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat
kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
produksi ASI.
d. Kurang sering menyusui atau memerah payudara
e. Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
- Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
- Teknik perlekatan yang salah

22
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian


Edukasi dan Penyuluhan

3.2 Sampel penelitian


Ibu hamil dan ibu menyusui di posyandu dan puskesmas salido.

3.3 Instrumen penelitian


Instrumen penelitian yang di gunakan adalah wawancara, leaflet dan poster.

3.4 Definisi Operesional


a. Penyuluhan ASI eksklusif adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang
ASI eksklusif kepada ibu hamil dengan menggunakan metode ceramah, dan leaflet.
b. Pengetahuan ibu adalah adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian
ASI eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan menyangkut semua yang diketahui
ibu tentang ASI eksklusif.
c. Sikap ibu adalah respon atau tanggapan ibu terhadap ASI Eksklusif sebelum dan
sesudah penyuluhan.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitan ini adalah dengan menggunakan data
primer. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara wawancara
kepada responden.

3.6 Metode Analisis Data


Pengolahan data merupakan proses yang dilakukan setelah data diperoleh dari
penelitian melalui wawancara dan harus dikelompokkan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :

a. Editing (Pemeriksaan Data)

Proses editing dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan data yang sudah


terkumpul, dan data yang sudah terkumpul diperiksa kebenarannya.

23
b. Coding (Pengkodean data)

Setelah dilakukan pengeditan, kemudian dilakukan pengkodean. Mengubah data


berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Tabulating

Selanjutnya dikelompokkan secara teliti, dihitung dan dijumlahkan kemudian dimasukkan


kedalam tabel-tabel distribusi frekuensi.
3.7 Analisis
Dengan melakukan pemeriksaan terhadap masing-masing jawaban responden lalu
ditampilkan dalam tabel univariat yaitu distribusi frekuensi, kemudian dicari besarnya
persentasi untuk masing-masing distribusi frekuensi tersebut. Kemudian dibuat dalam kalimat
narasi yang relevan sehingga dapat diambil satu kesimpulan.

24
BAB 4
HASIL

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Salido yang terletak di Jalan Kampung Luar,
dan Posyandu Painan Selatan Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan.
Batas-batas wilayah Puskesmas Pasar Merah yaitu:

a) Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Lumpo.


b) Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Batang Kapas.
c) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi.
d) Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Indonesia

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Salido yang terletak di Jalan
Kampung Luar, dan Posyandu painan selatan Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir.Batas-
batas wilayah Puskesmas Salido pada bulan September-oktober 2019 dengan total jumlah
responden 10 orang dan di posyandu 20 orang. Diperoleh gambaran karakteristik responden
dan data-data hasil pengamatan sebagai berikut:

4.2 Deskripsi Data Responden


Tabel 4.2.1 Hasil Penelitian Di Posyandu Painan Selatan

No Usia 0-6 bulan Total


ASI Eksklusif (+) ASI Eksklusif (-)
1 +
2 +
3 -
4 +
5 +
6 -
7 -
8 +
Jumla 5 3 8
h

25
No Usia > 6-24 bulan
ASI eksklusif ASI sampai usia 2 thn
Ya (+) Tidak (-) Ya (+) Tidak (-)
1 + +
2 + +
3 + +
4 - +
5 - +
6 + -
7 - +
8 + +
9 + +
10 + +
11 - +
12 - -
Jumla 7 5 10 2
h

Hasil penelitian di posyandu painan selatan menunjukkan jumlah bayi yang


mendapatkan ASI eksklusif (usia 0-6 bulan) sebanyak 12 orang dan yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif sebanyak 8 orang dari total 20 orang sampel yang hadir. Data menunjukkan
yang mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun sebanyak 10 orang dan tidak diberikan ASI
sampai usia 2 tahun sebanyak 2 orang dari total sampel 12 orang yang berusia > 6 bulan- 2
tahun.
Tabel 4.2.2 Hasil Penelitian Di Puskesmas Salido
No Usia 0-6 bulan Total
ASI Eksklusif (+) ASI Eksklusif (-)
1 -
2 +
3 -
4 +
5 +
Jumla 3 2 5
h

26
No Usia > 6-24 bulan
ASI eksklusif ASI sampai usia 2 thn
Ya (+) Tidak (-) Ya (+) Tidak (-)
1 + +
2 + +
3 - +
4 - +
5 - -
Jumla 2 3 4 1
h

Hasil penelitian di puskesmas salido menunjukkan jumlah bayi yang mendapatkan


ASI eksklusif (usia 0- 6 bulan) sebanyak 5 orang dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 5 orang dari total 10 orang sampel. Data menunjukkan yang mendapatkan ASI
sampai usia 2 tahun sebanyak 4 orang dan tidak diberikan ASI sampai usia 2 tahun sebanyak
1 orang dari total sampel 5 orang yang berusia > 6 bulan- 2 tahun.

Tabel 4.2.3 Faktor Penyebab tidak diberikan ASI Ekslusif


1 Faktor pekerjaan 3 orang
2 ASI tidak keluar 6 orang
3 Putting susu tertarik kedalam 2 orang
4 Ibu dalam keadaan hamil 1 orang

Dari hasil penelitian terdapat beberapa faktor penyebab bayi tidak diberi ASI
eksklusif yaitu faktor pekerjaan 3 orang, ASI tidak keluar 6 orang, Puting susu tertarik
kedalam 2 orang, ibu dalam keadaan hamil 1 orang.

27
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Masih banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dan ASI sampai usia 2
tahun.
2. Masih kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI eksklusif
dan ASI sampai usia 2 tahun.
3. Masih kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang dampak negatif jika tidak diberi
ASI eksklusif dan ASI sampai usia 2 tahun.
4. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif dan ASI sampai usia 2 tahun.
5. Ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu menyusui dalam pemberian ASI dan
inisisasi menyusui dini.

6.2. Saran
1. Kegiatan pojok ASI perlu di lanjutkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
ASI dan inisiasi menyusui dini
2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar memberikan
penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi lainnya kepada masyarakat
guna membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu mewujudkan
pencapaian pemberian ASI eksklusif.
3. Diharapkan bagi masyarakat terutama ibu hamil dan menyusui rutin konsultasi dan
pandai mencari informasi tentang kesehatan terutama pentingnya pemberian ASI
eksklusif dan ASI sampai usia 2 tahun.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di
Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. Medan: FK USU

Arifin, Siregar.2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.


Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. Medan: FK USU

BPNI. 2007. Production of breastmilk, establishing breastfeeding skills and the composition
of breastmilk. http://www.bpni.com

Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf

Dinkes Jatim. 2013. Daftar Isi Jatim Dalam Angka Terkini Tahun 2012 - 2013 Triwulan.

Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue
(Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU

Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif: Satu-satunya sumber cairan yang dibutuhkan bayi
usia dini. Academy for educational. http://www.linkagesproject.org

Nelson E Waldo.2007.Text Book of Paediatric 18th edition. Philadelphia: Saunders

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.

Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Safitri Dian.2007. Dasar-Dasar Pemberian Susu Formula Pada Bayi,
http://www.babycenter.com/refcap/baby/babyfeeding/9195.html
29
USAID Linkages Project, 2004. Exclusive Breastfeeding: The Only Water Source Young
Infants Need - Frequently Asked Questions, Washington DC.

U.S. Department of Health and Human Services on Women’s Health. 2007. An Easy Guide to
Breastfeeding. http://www.womenshealth.gov/pub/BF.General.pdf

WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department of


Nutrition for Health and Development (NHD)

30

Anda mungkin juga menyukai