Empire Eukaryota
Kingdom Plantae
Subkingdom Biliphyta
Phylum Rhodophyta
Subphylum Eurhodophytina
Class Florideophyceae
Subclass Rhodymeniophycidae
Order Ceramiales
Family Rhodomelaceae
Genus Acrocystis
Zanardini, G. (1872)
Classification:
Empire Eukaryota
Kingdom Chromista
Phylum Ochrophyta
Class Phaeophyceae
Subclass Fucophycidae
Order Fucales
Family Sargassaceae
Genus Turbinaria
Menurut kadi dan atmaja dalam Sedjati (1999), ciri-ciri umum dari Genus Caulerpa adalah: -
Thallus utama tumbuh menjalar; - Ruas batang utama ditumbuhi akar yang menyerupai akar
serabut; - Bentuk percabangan seperti bentuk daun yang beragam menyerupai daun tunggal,
bundar (anggur, daun pakis, daun kelapa, daun ketela pohon). Caulerpa racemosa memiliki ciri-ciri
khusus yaitu tanaman dapat tumbuh mencapai ketinggian 8,5 cm, cabang yang berdiri memiliki
bentuk daun seperti anggur, warna thallus hijau, bentuknya tubular , dan terdapat bintil-bintil kecil,
hidup sebagai bentos (melekat pada batu) pada perairan dangkal
Caulerpa racemosa bersifat edible atau dapat dikonsumsi oleh manusia. Di
Indonesia Caulerpa racemosa telah dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalap, namun
konsumennya masih terbatas pada keluarga nelayan atau masyarakat pesisir (Nontji, 1993).
Caulerpa racemosa memiliki kemampuan menghasilkan sumber antioksidan (Fithrani. D,
2009). Sifat Caulerpa racemosa yang aman dikonsumsi dan telah dimanfaatkan sebagian
masyarakat pesisir sebagai sayuran segar, memungkinkan rumput laut ini dapat dieksplorasi
sebagai sumber antioksidan alami.
Classification:
Empire Eukaryota
Kingdom Chromista
Phylum Ochrophyta
Class Phaeophyceae
Subclass Dictyotophycidae
Order Dictyotales
Family Dictyotaceae
Tribe Zonarieae
Genus Padina
Ciri-ciri :
SUbstansinya gelatinoius
Warna coklat kekuningan
berbentuk seperti batang, berdaun banyak atau seperti pedang, berbentuk seperti kipas dan
mempunyai warna cokelat. Akarnya berbentuk serabut yang disebut holdfast untuk menempel kuat
pada substrat sehingga dapat digunakan untuk beradaptasi terhadap gerakan ombak pada daerah
intertidal.
omatofora berwarna cokelat pada padina sp karena banyak mengandung pigmen fotosintetik
fukosantin, disamping klorofil a. selnya berflagel dua, tidak sama panjang. Di bagian yang
menyerupai kipas terdapat garis-garis horisontal yang disebut garis konsentris. Di ujung daun
terdapat penebalan yang disebut penebalan gametangia yang berfungsi sebagai reproduksi gamet dan
pelindung daerah pinggiran daun agar tidak sobek karena ombak besar pada zona pasang-
surut. (Hoek, 1995).
c. Reproduksi
Padina sp mempunyai bulu cambuk dan sporangium beruang satu dan transparan, biasanya
berkembangbiak secara aseksual dengan oogonium. Satu oogonium merupakan satu sel telur dan
gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Fase hidup yang dilalui
Padina adalah fase gametofit dan sporofit yang bergilir dan beraturan.
Menurut (Juliana, 2010), dinding selnya mengandung selulosa dan pectin. Padina sp.dapat
bereproduksi secara seksual dengan cara oogami. Mula-mula gametofit jantan dan betina akan
membentuk gamet jantan dan betina yang sama bentuk dan ukuranya. Gamet jantan dibentuk di
dalam gametangium jantan yang disebut spermatangium. Sementara itu, gametanium betina
disebut karpogonium yang mengasilkan gamet betina (ovum).
d. Habitat
Habitat ganggang ini kebanyakan di air laut.
Padina sp. biasanya ditemukan di pingiran pantai, dan biasanya jumlahnya paling
banyak. Ukuranya lebih besar dari gangang coklat lainnya. Ganggang ini berwarna transparan,
dan berbentuk seperti jamur yang saling menyatu. (Juliana, 2010).
Peran :
Potensi aktivitas P. autralis sebagai antikanker dikaitkan dengan adanya fukosantin. Fukosantin memiliki
aktivitas dalam mengurangi ukuran sel.
Potensi aktivitas P. autralis sebagai antibakteri dikaitkan dengan kandungan senyawa fenol dan
turunannya (flavonoid)