1. Tujuan:
a) Peserta Memmpunyai Kesadaran Diri
b) Peserta mempunyai nalar kritis
c) Peserta memiliki daya inovatif
2. Target
a) Peserta mampu menganalisa dirinya untuk menumbuhkan daya kritis;
b) Peserta mampu berfikir kritis terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya;
c) Peserta mampu mengembangkan dirinya dan bersikap inovatif.
Pendahuluan
Berbicara tentang diri tidak hanya tentang hal-hal yang sudah kita lakukan. Refleksi diri
menjadi salah satu hal yang diperlukan untuk menganalisis dan mengevaluasi segala aspek
tentang diri kita termasuk pengalaman atau bahkan keinginan terdalam kita.
Analisis diri diambil dari dua kata yakni analisa dan diri. Analisa sendiri berbicara tentang
interopeksi, penelitian, atau hal-hal yang berkaitan tentang menilai diri sendiri. Sedangkan diri
berbicara tentang aku, ego, saya, dan hal-hal yang berkaitan tentang diri sendiri. Jadi jika
digabungkan analisis diri ialah sebuah proses atau upaya manusia untuk mengenal dirinya, baik
dari karakter, pribadi dan potensi.
Analisis diri berfungsi untuk kita dapat mengetahui sejauh mana ukuran kemampuan diri sendiri,
disisi lain agar dapat mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Jadi analisis diri adalah perangkat
yang sangat mendasar yang menjadi bahan bakar diri mahasiswa pergerakan dalam upaya
mempersiapkan dirinya untuk mengabdi dengan gerakan yang terwadahi dalam suatu organisasi.
Untuk sampai ditahap mengabdi dengan gerakan kiranya ada beberapa tahapan yang dilalui yang
akan dijabarkan melalui penjelasan berikut:
Id, Ego, dan Super Ego ini saling bekerjasama dalam membentuk tingkah laku
manusia. Id berisi naluri atau tuntutan kebutuhan alamiah, ego membatasi dengan
realita dan super ego memberikan pedoman nilai-nilai moral pada setiap tindakan
yang diambil.
B. Kepercayaan Diri
Menurut Angelis barbara (2003:10) Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran diri bahwa
harus melakukan sesuatu ketika sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Tantangan
hidup sebesar apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu, bahwa kesadaran individu
memiliki tekad yang kuat dalam melakukan sesuatu sampai pada apa yang dicita-citakan.
Individu yang memiliki kepercayaan diri tidak akan memiliki keraguan terhadap dirinya
sendiri dan kegagalan bukan menjadi sesuatu yang mempertegas ketidakmampuan
mereka. Aspek-aspek kepercayaan diri menurut lauster, seorang psikolog asal Jerman dan
penulis buku personality test, adalah sebagai berikut:
a) Keyakinan Kemampuan Diri, yaitu keyakinan bahwa dia benar-benar mampu atas
apa yang akan dilakukannya;
b) Optimis; yaitu selalu berfikiran positif tentang dirinya dan kemampuannya;
c) Objektif; yaitu memandang segala permasalahan sesuai dengan kebenaran yang
ada, bukan dari kebenaran perspektif pribadi atau dirinya sendiri;
d) Bertanggung Jawab; yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu
yang menjadi kosekuensinya;
e) Rasional dan Realistis: pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan dan sesuai
dengan kenyataan.
Dari teori tersebut dapat kita ketahui bahwa tidak semua potensi bisa kita ketahui melalui
diri kita sendiri. Maka disana hubungan baik dengan sesama manusia diperlukan.
Terkadang kita merasa tidak memiliki potensi atau kemampuan hannya karena kita tidak
sadar, sedangkan potensi itu diketahui oleh orang lain. Pengembangan diri ini juga perlu
diaktualisasikan dalam organisasi, baik aktualisasi dalam bentuk pengasahan maupun
pengembangan. PMII memiliki nilai-nilai yang harus dijunjung setinggi-tingginya
menggunakan hati nurani para kader PMII. Tentu untuk menjunjung nilai-nilai ini tidak
cukup hanya dengan menganalisa, ketika semua sudah dipahami maka satnya untuk
mengekspresikan dan bisa menerima segala fenomena-fenomena yang ada diluar darinya.
Kesimpulan
Analisis diri adalah langkah awal mahasiswa pergerakan sebelum bergerak menggunakan
jiwa dan raganya untuk mengetahui kemampuan dirinya. Selain itu dengan menganalisis
diri kita akan mampu mengevaluasi diri sehingga nalar kritis kita akan terasah, baik
kekritisan terhadap diri sendiri maupun lingkungan dan permasalahan sekitar. Sebagai
mahasiswa pergerakan, sifat loyal dan militan merupakan identitas yang mendasar dalam
diri setiap kader. Hal tersebut merupakan pembentuk kepercayaan diri dalam pergerakan.
Jika seseorang kehilangan kepercayaan dirinya maka orang tersebut akan kesulitan atau
timbul keraguan dalam mengambil keputusan. Hal tersebut tentunya tidak boleh terjadi,
karena menyangkut kebebasan berekspresi khususnya dalam pergerakan.