Anda di halaman 1dari 2

Islam dan Pembebasan

Islam merupakan suatu anugerah yang sangat besar yang telah diberikan Allah SWT
kepada kita. Mungkin dari kita pernah sekilas memikirkan tentang islam yang begitu hebat,
islam yang begitu indah tapi faktanya tidak sesuai dengan teorinya. Kaum muslimin dimana-
mana terpuruk, terjajah dan mudah sekali di provokasi. Dari pemikiran tersebut kita akan
terdorong untuk mempelajari bagaimana sih Islam yang sebenarnya. Dan dari pertanyaan
bagaimana tersebut kita dapat mempelajari dari buku yang di tulis oleh Asghar Ali Engineer.

Dalam buku Asghar Ali Engineer, penjelasan tentang asal usul islam lebih mengakar
pada tindakan sosial masyarakat yang salah. Mengabaikan kausalitas sosial dan
penyimpangan tentang sejarah yang dibawakan oleh nabi nabi terdahulu. Banyak yang
menafsirkan sejarah dengan persepsi indrawi saja dan bahkan mengabaikannya. Tauhid tidak
hanya dimaknai keesaan tuhan tapi kesatuan manusia yang tidak dapat dicapai dalam
pengertiannya yang paling benar yaitu menciptakan masyarakat tanpa kelas. Permasalahan di
mekkah pada waktu ialah pendindasan terhadap kaum lemah, menghalalkan riba serta
syahwat sang penguasa dalam menumpuk hartanya. Dalam permasalahan ini Asghar Ali
Engineer memberikan suatu pandangan yang dimana seseorang belum benar-benar dianggap
muslim jika ia belum melawan suatu yang mungkar serta kedzaliman (membela orang-orang
lemah). Dan dalam permasalahan tersebut Asghar Ali Engineer juga memberikan pandangan
bahwa seseorang dapat dikatakan kafir jika ia melakukan suatu penindasan. Dalam
perspektif teologi pembebasan ini bukanlah persoalan antara agama, akan tetapi persoalan
antara penindas dan yang tertindas.

Sejarah bukanlah mitos, bukan pula proyek arbitter yang sama sekali tidak
mempunyai kausalitas sosial. Jadi bisa kita pahami juga bahwa sejarah bukan hanya
rangkaian suatu peristiwa tapi sejarah merupakan penafsiran dari suatu peristiwa. Dalam bab
ini Asghar Ali Engineer juga menafsirkan sejarah tentang jihad yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad. Selama ini banyak yang mengartikan jihad dengan kekerasan adalah suatu hal
yang benar. Konsep jihad yang benar dimaknai sebagai perjuangan yang dilakukan secara
dinamis dan istiqamah dalam melawan tindakan eksploitasi, korupsi, dan berbagai bentuk
kedzaliman.

Dalam buku islam dan Pembebasan Asghar Ali Engineer juga memberikan pandangan
tentang islam dan negara. Asghar Ali Engineer menjelaskan bahwa alqur’an tidak membahas
konsep dalam bernegara akan tetapi Al-Qur’an menjelaskan tentang konsep bermasyarakat.
Dalam hal ini bisa kita pahami bahwa umat muslim tidak boleh serta merta dalam suatu
negara membuat rumusan negara islam. Pandangan rumusan tentang negara islam akan
menjadikan suatu keresahan bagi penganut agama lain. Masalah seperti ini telah nabi
contohkan dalam kehidupannya. Pemikiran dan pandangan yang berbeda dijadikan satu hal
yang memunculkan perjajian shahiffah. Perjanjian yang disepakati oleh semua masyarakat
Madinah karena adanya perumusan bersama. Yang nabi contohkan tersebut merupakan
landasan bagi kita untuk mengikutinya. Mengikuti perjanjian yang telah disepakati dan
mendapatkan hukuman bagi yang melanggarnya. Dan untuk negara kita sendiri yang serupa
dengan perjanjian shahiffah adalah Pancasila.

Dalam buku islam dan pembebasan Asghar ali engineer juga membahas tentang islam
dan filsafat. Dalam pembahasan ini Asghar ali engineer lebih menekankan bagaimana peran
akal dan fikir. Pengguanaan suatu akal dan fikir adalah proses untuk mendapatkan ilmu, dan
penghayatan lebih dalam akan suatu ilmu tersebut akan menghasilkan sebuah hikmah. Asghar
Ali Engineer menjelaskan bahwa ilmu dan hikmah merupakan dua kunci di dalam alqur’an
yang membuatnya disebut kitab kebijaksanaan. Asghar Ali Engineer juga memberi
pandangan bahwa akal dan fikir bersifat bebas nilai, sedangkan ilmu dan hikmah bersifat
sebaliknya. Dari pandangan diatas dapat kita pahami bahwa akal dan fikir harus mempunyai
suatu titik central. Analoginya seperti karet, seberapa jauh ia dapat ditarik dari titik tersebut
dalam keadaan tidak putus. Titik central untuk kita adalah Al-Qur’an. Untuk landasan
tersebut kita dapat menggunakan ilmu dan hikmah menjadi suatu kesempurnaan.

Anda mungkin juga menyukai