Ada tiga kata kunci dalam judul di atas yang akan coba saya bahas dalam tulisan
ini., yaitu kata mahasiswa, kata Islam dan kata perubahan. Tentunya menarik
untuk dipertanyakan atau dibayangkan mengapa kita tidak memberi judul "Peran
Manula sebagai Agen Perubahan" atau "Peran Mahasiswa Gaul sebagai Agen
Perubahan".
Dengan potensi seperti di atas, wajar jika pada setiap zaman kemudian
pemuda memegang peran penting dalam perubahan kaumnya. Kita lihat kisah
Ibrahim as sang pembaharu, atau kisah pemuda Kahfi (18:9-26) yang masing-
masing begitu sigap menerima kebenaran. Atau orang-orang yang segera
menerima dan mendukung Rasulullah saw pun ternyata adalah para pemuda,
bukan orang-orang tua yang saat itu menjadi pemuka kaumnya. Bukan Abu
Jahal atau Abu Sufyan, tetapi Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Haritsah lah yang kemudian mengusung panji-panji Islam. Bahkan Abu Bakar -
yang cukup tua pun - saat itu baru berusia 37 tahun.
Kata kunci yang kedua adalah Islam. Islam adalah sebuah ideologi yang
memberikan energi besar bagi perubahan. Hal ini dimungkinkan karena karakter
Islam yang mewarnai seluruh aspek kehidupan dan mengatur seluruh bagian
manusia. Islam tidak hanya sekedar mewarnai pola pikir, namun dia juga
mempengaruhi emosi, perasaan, pemikiran dan juga fisik. Berislamnya
seseorang akan melahirkan sebuah totalitas. Dengan adanya syahadah, seorang
muslim akan meyakini bahwa dia memang diciptakan hanya untuk beribadah,
bahwa tidak ada yang dapat memberikan kemudharatan kecuali atas izin Allah,
sehingga dengan demikian tidak ada lagi sesuatupun yang ditakutinya. Kalaupun
harus berperang, dia meyakini bahwa apapun hasilnya akan berupa kebaikan.
Matinya adalah syahid, dan hidupnya adalah kemuliaan. dengan demikian
gabungan kata mahasiswa dan Islam memberikan sebuah energi besar yang
berlipat, yang apabila diarahkan dengan baik dapat memberikan sebuah
perubahan.
1. Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak perlu kita pungkiri bahwa
masyarakat (termasuk atau terutama di Indonesia) saat ini masih cukup
jauh dari Islam. Contoh yang jelas tampak di permukaan adalah pada
moral masyarakat, misalnya korupsi yang membudaya atau adanya
pergaulan bebas. Oleh karena itu tidak salah jika ada ulama yang
mengatakan kondisi sekarang sebagai jahiliyah modern.
2. Perubahan adalah suatu keniscayaan, atau sunnatullah. Artinya suka atau
tidak, kita akan menemui perubahan. Kalaupun kita diam, maka ada
banyak pemikiran lain (komunis, liberal, dll) yang mencoba mengubah
masyarakat sesuai dengan kehendak mereka. Oleh karena itu, diamnya
kita berarti membiarkan 'kekalahan' ideologi yang kita yakini
kebenarannya dan membiarkan terjadinya perubahan ke arah yang tidak
kita kehendaki. Dalam Ar Ra'd:11, Allah berfirman bahwa “Allah tidak
akan mengubah kondisi suatu kaum hingga mereka mengubah kondisi
dirinya sendiri”.
3. Melakukan perubahan adalah perintah di dalam ajaran Islam,
sebagaimana dalam suatu hadits Rasulullah saw menyatakan bahwa
orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung,
orang yang hari ini sama dengan kemarin berarti rugi, dan orang yang hari
ini lebih buruk dari kemarin adalah celaka. Artinya kalau kita membiarkan
kondisi statis tanpa perubahan - apalagi membiarkan perubahan ke arah
yang lebih buruk - berarti kita tidak termasuk orang yang beruntung. Juga
di dalam Ali Imran:104 Allah memerintahkan agar ada kaum yang
menyeru kepada kebaikan - sebagai sebuah perubahan.
Juga disebutkan bahwa ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk
melakukan perubahan. Yang pertama dengan mengubah individu sehingga
kemudian akan mempengaruhi tatanan sosial, kelompok atau organisasi. Yang
kedua dengan mengubah kelompok, sehingga perubahan suasana dalam
kelompok akan mempengaruhi individu (sebagai contoh orang yang sehari-
harinya biasa saja, di dalam suatu momentum lambat laun akan terimbas untuk
ikut melakukan amal-amal kebaikan, dll). Yang ketiga adalah menekankan pada
perubahan struktur sosial yang kemudian akan menyebar ke seluruh bagian
masyarakat. Kita bisa dan perlu melakukan ketiganya secara simultan, hanya
saja perlu ditekankan bahwa perubahan yang langgeng adalah yang berasal dari
pemahaman individu.
Padahal, dalam berbagai lintasan sejarah, dapat disimpulkan bahwa ada dua
model umum bagi kaum muda dalam menyampaikan kritiknya. Pertama, Melalui
gerakan aksi turun ke jalan. Bentuk gerakan ini, mulai dari demonstrasi, mimbar bebas,
sampai pada aksi berbaris massal mendatangi sejumlah intansi yang diperkirakan dapat
menyelesaikan persolan yang dikeluhkan oleh kaum pelajar. kritik-kritik dalam bingkai
aksi turun kejalan sudah terasa mandul, sehingga perlu ada gerakan-gerakan di luar itu
guna menyuarakan aspirasi masyarakat. Nyatanya, tradisi turun ke jalan kerapkali
menjadi pemandangan yang sering kita jumpai di berbadai media, baik media elektronik
maupun cetak. Alih-alih rasa perjuangan tanpa pamrih, kesadaran kolektifitas, tetesan
darah dan air mata pun menajdi melekat di jiwa generasi bangsa.
Terakhir ada dua kata kunci yang perlu diingat dalam melakukan
perubahan ini, yang pertama adalah pembinaan (perkaderan) sehingga akan
memberikan pemahaman dan motivasi yang langgeng. Dan yang kedua adalah
kerja keras dengan beramal, karena Allah hanya menilai amal dan usaha kita
bukan hasil dari usaha kita.
Wallahu a'lam.