Anda di halaman 1dari 16

JURNAL OPINI KAMPUS IDEOLOGIS

MEDIA PEMBEBASAN
#PenyambutanMahasiswaBaru

Selamat Datang
di Dunia Kampus! Penggagas Negara, Pembebas Dunia!
Arah Perubahan Milik Kita, Mahasiswa! Kesalahpahaman Mendefinisikan Politik Mengenal GEMA Pembebasan Sosialisme-Komunisme, Racun Peradaban Sekilas Tentang Khilafah Pergerakan Mahasiswa, Dari Kampus Ke Negara

Mahasiswa

Salam Pembebasan...!

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Mahasiswa dalam lintasan sejarah akan selalu identik dengan intelektualitas dan Aktivisme yang akan membawa arah perubahan. Dunia kampus yang diwarnai dengan diskusi ilmiah dan dialog intelektual menjadi wahana bagi para mahasiswa menuangkan gagasan dan ide hingga kritik perubahan bagi masyarakat, negara, hingga peradaban dunia secara global. Kampus menjadi kolam ilmu pengetahuan dan pencarian jati diri untuk menjadi seorang agent of change yang akan memimpin perubahan. Untuk itu kami mengucapkan kepada seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswa baru Selamat Datang di Dunia Kampus, Mahasiswa Penggagas Negara, Pembebas Dunia Gerakan Mahasiswa Pembebasan sebagai sebuah gerakan mahasiswa yang menjadikan Islam sebagai sebuah Ideologi dan arah perjuangan, Intelektualitas dan Progresivitas sebagai karakter dan budaya gerakan, hadir ke tengah-tengah kawan-kawan mahasiswa memberikan kontribusi berupa gagasan revolusioner yang tertuang dalam Jurnal Opini Kampus Ideologis, Media Pembebasan. Di edisi pengantar ini yang juga bertepatan dengan suasana penyambutan mahasiswa baru, kami menyapa kawan-kawan mahasiswa baru dalam rubrik fokus utama yang akan memberikan stimulus dan gambaran tentang perjuangan dan arah perubahan milik kita, mahasiswa! Berbicara mengenai perubahan masyarakat dan negara tentu tak bisa dipisahkan dengan politik. Adalah sebuah kesalahpahaman jika mahasiswa sebagai agent of change tak mengerti tentang politik dan realitas politik. Untuk itu, tulisan kritis tentang kesalahpahaman definisi tentang politik kami tuangkan dengan harapan terbentuknya persepsi yang benar menuju perubahan yang dicitakan. Dilanjutkan dengan gambaran sekilas tentang sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah sebagai Institusi politik pelaksana aturan Islam yang juga sekaligus sebagai manifesto arah perubahan mahasiswa menuju negara ideal. Selain itu pada edisi pengantar kali ini kami hadirkan pula tulisan tentang kritik terhadap ideologi kufur partai komunis Indonesia (PKI), tidak lain adalah sosialisme-komunisme yang secara faktual telah gagal dari sisi landasan dan konsep maupun segala turunannya, yang jika Vladimir lenin menyatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, maka dalam rubrik Idealogika kami paparkan tulisan berjudul Sosialisme-Komunisme ; Racun Peradaban Sebagai edisi pengantar (#PenyambutanMahasiswaBaru) dalam Jurnal Opini Kampus Ideologis, Media Pembebasan, kami menuangkan gagasan revolusioner dan goresan pena perlawanan intelektual kami dengan harapan mampu menjadi katalisator bagi kawan kawan mahasiswa khususnya yang baru saja memasuki dunia kampus untuk bersama membangun perubahan hakiki dengan ideologi Islam.! Selamat Membaca, Selamat Menganalisa.

Jurnal Opini Kampus Ideologis,

MEDIA PEMBEBASAN
diterbitkan oleh DEPDAGITPRO Departemen Data, Agitasi dan Propaganda Pengurus Pusat Gema Pembebasan

Penanggung Jawab Umum : Dimas Gusti Randa Pemimpin Redaksi : Firman Mahiwa Tim Redaksi : Dyan Arfianto, Ipank Fatin A, Arief Shidiq, Imadudin, Jony Kartikno, Faiz Syahrudin Distribusi : Alimudin Baharsyah, M. Ramdan

GerakanMahasiswaPembebasan

www.gemapembebasan.or.id

Arah Perubahan Milik Kita,

Mahasiswa!
Tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri, adalah salah satu kutipan yang cukup akrab dengan keseharian kita. Terlepas dari kebatilan nilai-nilai filsafat pencetus kutipan ini, Herakleitos, kata-kata tersebut masih sangat pantas untuk kita mampirkan di otak untuk satu dua saat. Dan frase ini menjadi layak bagi kita, karena memang pada dasarnya manusia terikat oleh dimensi waktu yang senantiasa berpindah maju. Dengan begitu, maka setiap pergeseran antara suatu detik dengan sepersekian detik selanjutnya, akan selalu membawa kita pada titik yang berbeda dari waktu yang berbeda. Singkatnya, jika pun bukan kita yang berubah, adalah keadaan di sekitar kita yang berubah. Hanya saja sekarang, apakah kita berubah dengan bergerak ke depan mengikuti sang waktu, atau tanpa berusaha hingga menjadi statis di tengah dinamisasi kondisi? Atau justru, bergerak ke belakang yang membawa kita pada kemunduran? Terkait konsep perubahan sendiri, ada yang meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah SAW: Barang siapa yang harinya sama saja maka dia telah lalai, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka dia terlaknat, barang siapa yang tidak mendapatkan tambahan maka dia dalam kerugian, barangsiapa yang dalam kerugian maka kematian lebih baik baginya. Meskipun para ulama hadits menggolongkan hadits ini dalam tingkatan dhaif (lemah), namun setidaknya hadits ini dapat dijadikan sebagai motivasi bersama untuk seluruh manusia. Hingga akhirnya kita sadar, bahwa satu-satunya pilihan yang pantas diambil adalah untuk mengambil perubahan yang bergerak maju. Karena jika tidak, maka kita tidak lebih dari mayat yang bernapas, atau bahkan lebih buruk dari itu. Demikian hingga pada akhirnya setiap komponen dipaksa untuk melakukan perubahan. Dan hakikatnya, seluruh komponen di dunia ini akan terarah menuju perubahan kolektif. Perubahan yang terjadi pada seorang manusia, pada dasarnya adalah bagian mikro dari arah perubahan kolektif tersebut. Dalam bahasa yang lebih mudah, berkaitan dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial, maka perubahan yang terjadi pada seorang individu akan membawa serta efek berantai bagi individu-individu lainnya. Efek berantai ini juga akan mempengaruhi unsurunsur masyarakat yang lain, yaitu pemikiran, perasaan, serta peraturan yang ada ditengahtengahnya. Dengan begitu, ketika kita sekarang dihadapkan pada realita umat yang terdegradasi dari ajaran-ajaran Islam yang membangkitkan, maka ada komponen-komponen yang dapat dibebani tugas untuk membawa efek berantai dan mengarahkan perubahan bagi umat. Akan tetapi, pertanyaannya; siapa? Dalam konteks yang lebih empiris, perubahan-perubahan besar yang merubah arah dunia, selalu ditemukan peran besar para pemuda. Jika perubahan diibaratkan layaknya kapal layar, maka pemuda adalah awak-awak kapal yang memegang layar, hingga di kendali mereka adalah kapal beserta seluruh isinya. Sebut saja, Napoleon Bonaparte yang hadir di

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

tengah masa-masa revolusi Perancis. Dalam masa-masa itu, Napoleon yang awalnya tidak lebih dari seorang perwira rendah menginjak usia awal dua puluhan tahun, mencuat menjadi salah satu pemimpin besar yang membawa arah perubahan besar bagi dunia. Salah satu efek terbesar dari perubahan yang dibawanya dan masih bisa kita lihat hingga sekarang, adalah pernjualan Lousiana, sebuah daerah besar di Amerika milik Perancis. Sulit dibayangkan apa jadinya Amerika Serikat tanpa penjualan Lousiana. Dan pantas diragukan, bahwa Amerika Serikat saat ini akan menjadi negara adidaya tanpanya. Begitu pula perubahan yang terjadi saat awal-awal Islam mewarnai dunia jahiliyah di jazirah Arab. Nyaris semua yang mendukung perjuangan Rasulullah SAW di masa-masa awal adalah pemuda, dengan rentang usia kebanyakan antara 8 hingga 30 tahun. Pada akhirnya ditangan merekalah berdiri Daulah (negara) Islamiyah dan mereka menjadi pemimpin bagi dunia lalu mengaturnya dibawah panji-panji Islam. Mereka meraih ketinggian itu atas dasar kesadaran yang tertanam dalam benaknya bahwa masa muda adalah masa yang paling menentukan dalam meniti langkah berikutnya. Berkenaan dengan hal ini, seorang ulama hadits yang bernama Ibnu al Jauzi pernah berkata, wahai para pemuda, kerahkan potensi dirimu selagi masih muda karena belum pernah aku lihat karya yang paling berharga selain yang dilakukan oleh para generasi muda. (Ibnu al Jauzi, Shifatush Shofwah, Jil. IV, hlm. 24).

Mahasiswa, sebagai pemuda yang semestinya memiliki potensi kejernihan berpikir lebih dari pemuda-pemuda lain, menjadi sangat pantas untuk mengulang sejarah-sejarah serupa. Idealisme yang tertanam di jiwa para pemuda dan manifestasi intelektual yang ditanamkan di proses perkuliahan adalah dua potensi penting milik para mahasiswa. Dua potensi ini akan menjelma menjadi pemantik perubahan untuk kebangkitan hakiki, ketika dipadukan dengan potensi lain yang hanya dimiliki oleh umat muslim: ideologi Islam. Ideologi Islam yang memancarkan peraturan-peraturan cabang di setiap bidang adalah alternatif superior bagi kecarutmarutan kehidupan umat saat ini yang digilas oleh kapitalisme. Mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, kemanan, hingga politik; seluruhnya pantas untuk dinyatakan tidak layak diterapkan terhadap kehidupan umat Islam dan umat manusia lainnya. Kasus-kasus cabang semisal kemiskinan, kebodohan, kesenjangan, ketidakadilan, kriminalitas, dan lain sebagainya, sudah cukup jelas untuk dilihat fakta kecacatannya. Tentu saja, untuk dapat mengenal dan menggali potensi ideologi ini, diperlukan kesungguhan serta kemauan untuk mengenal Islam lebih dekat. Dan jika sudah tahu, maka tugas selanjutnya adalah kembangkan layar dan bawa seluruh umat bergerak menuju daratan yang mana Islam diterapkan sebagai sebuah aturan hidup: Daulah Khilafah Islamiyah.

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Kesalahpahaman

Mendefinisikan

Politik
Terdapat di kalangan umat Islam yang karena telah dibesarkan dengan sistem pemerintahan sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) yang diwarisi dari penjajah ini, beranggapan bahawa politik adalah Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum adalah politik. Pemikiran mereka telah disempitkan sehingga tidak bisa keluar dari pengertian ini. Kemalasan belajar dan mengkaji fiqh Islam menyebabkan mereka ini dilanda kejumudan berfikir yang amat parah, malah lebih parah lagi, mereka sanggup belajar, mengkaji dan mengamalkan politik sekuler, tapi tidak sanggup untuk belajar, memahami dan mengamalkan politik Islam. Ada yang terjerumus dengan kesalahan yang fatal jika berani mengatakan bahawa politik tidak ada di dalam Islam, atau Islam perlu dipisahkan dari politik. Ada juga yang terkeliru dengan mengakui bahawa ada politik di dalam Islam, tetapi kita tidak perlu mementingkannya. Juga, ada yang rancu pemikirannya dengan mengakui bahawa politik adalah sebagian dari Islam, tetapi tidak mau terlibat di dalam politik. Sebagaimana dimaklumkan, segala ketidakjelasan dalam berpikir ini ada karena tidak dimahami apa yang dimaksud siyasah (politik) menurut Islam.

Secara lughah (bahasa), siyasah (politik) berasal dari kata sasa, yasusu, siyasatan yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Perkataan siyasatan menurut pengertian bahasa adalah pemeliharaan/pengurusan . Dalam kamus Al-Muhits dikatakan sustu ar-ra'iyata siyasatan, ai amartuha wa nahaituha, ai ra'itu syu'naha bi al-awamir wa an-nawahi (aku memimpin rakyat dengan sungguh-sungguh, atau aku memerintah dan melarangnya, atau aku mengurusi urusan-urusan mereka dengan perintah-perintah dan larangan-larangan). Ini dari segi bahasa. Adapun maksud siyasah menurut istilah/syara' adalah ri'ayah asy-syu'un al-ummah dakhiliyyan wa kharijiyan (mengatur/memelihara urusan umat sama ada dalam atau luar negeri) [Syeikh Taqiyuddin anNabhani, Muqaddimah ad-Dustur]. Pengertian ini diambil dari beberapa hadist dimana Rasulullah saw menggunakan lafaz ' siyasah ' untuk menunjukkan maksud pengurusan / pemeliharaan urusan umat, antaranya hadist riwayat Bukhari dan Muslim, Bani Israil dahulu yang mengatur urusan mereka adalah nabi-nabi (tasusuhum al-anbiya'). Bila wafat seorang Nabi, maka diganti dengan Nabi yang berikutnya. Sesungguhnya tidak akan ada lagi Nabi sesudahku tetapi akan ada Khulafa' dan jumlahnya banyak. Para sahabat bertanya, 'Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?' Nabi bersabda, 'Penuhilah ba'iat yang pertama, yang pertama saja, berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus/pelihara. Berkenaan lafaz tasusuhum al-anbiya', Ibn Hajar al-'Ashqalani berkata, Dalam hal ini terdapat isyarat bahawa harus ada bagi rakyat, orang yang mengatur urusan mereka, membimbing mereka ke jalan yang baik, dan memberikan keadilan kepada orang yang dizalimi dari orang yang zalim. [Fath al-Bari, VI/497] Menurut Imam As-Suyuthi pula, tasusuhum bermaksud yang menjalankan urusan mereka [As-Suyuthi, ad-Dibaj, IV/456]. Dan menurut Imam an-Nawawi, tasusuhum berarti yang menangani urusan mereka sebagaimana para amir dan wali menangani urusan rakyat. [Imam an-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarh an-Nawawi, XII/231-232]. Justru, hadist ini menjelaskan makna as-siyasah (politik). Inilah pengertian politik menurut Islam, yang mana berdasarkan hadist ini, semua nabi, termasuk Nabi Muhammad saw menjalankan peranan politik mereka sebagai pengurus, pengatur, dan pemelihara urusan umat. Dan peranan politik (mengatur urusan umat) ini dengan jelas akan diambil alih pula oleh para

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Khalifah yang sekaligus menjelaskan bahawa pemimpin/pengurus umat Islam (untuk seluruh dunia) setelah Rasulullah adalah Khalifah, yang akan mengurusi/memelihara kepentingan umat Islam. Dari pengertian politik ini, tidak mengherankan jika ada ulama menekankan bahawa politik dan agama adalah ibarat dua saudara kembar [Lihat: Imam al-Ghazali, AlIqtishad f al-I'tiqad, hlm. 199]. Dikatakan juga, Jika kekuasaan (as-sulthan) terpisah dari agama atau jika agama terpisah dari kekuasaan, niscaya keadaan manusia akan rusak [Lihat: Ibn Taimiyah, Majmu' al-Fatawa, 28/394]. Ulamaulama yang ikhlas, memahami pengertian politik dari perspektif ini dan mereka adalah golongan yang selalu melakukan amar ma'ruf nahi mungkar terhadap pemerintah sehingga ada yang dipenjarakan dan dibunuh. Keadaan ini jauh berbeda dengan kedudukan ulama sekarang di mana ada yang menolak politik, ada pula yang memahami dan mengambil politik ala sekuler dan ada pula yang bersekongkol dengan pemerintah sekuler dan menyalahkan gerakan Islam yang melakukan aktivitas politik memuhasabah pemerintah. Berdasarkan maksud politik (siyasah) menurut Islam, maka menjadi jelas bagi kita bahwa mengurus/memelihara (ambil peduli) tentang urusan umat Islam adalah tanggung jawab politik yang dibebankan oleh Allah swt ke atas bahu pemerintah. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw bahwa, Imam (pemimpin) itu pemelihara dan dia bertanggung jawab di atas orang yang dipelihara (rakyat)nya [HR Muslim]. Memelihara rakyat bermaksud menanggung kepentingan-kepentingan rakyat, yaitu

menunaikan segala hak dan kewajiban rakyat mengikuti ketentuan yang telah Allah perintahkan. Bagi setiap individu Muslim dan gerakan Islam, mereka juga wajib berpolitik, dalam artian, wajib atas mereka memerhatikan urusan atau kepentingan umat Islam. Wajib bagi mereka memastikan bahawa mereka 'diatur' (oleh pemerintah) dengan hukum-hakam Islam dan wajib pula bagi mereka memuhasabah pemerintah sekiranya pemerintah tidak menerapkan hukum Islam ataupun mengabaikan kemaslahatan kaum Muslimin. Dalam hal ini, Allah swt telah mewajibkan adanya segolongan (jama'ah/gerakan) dari kalangan umat Islam agar mengajak manusia kepada Islam dan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Firman Allah, Dan hendaklah ada di kalangan kamu satu golongan yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (Islam), dan menyuruh kepada yang ma'ruf serta mencegah dari yang mungkar dan mereka itulah orang-orang yang menang. [TQS Ali Imran (3):104]. Inilah tanggung jawab politik umat Islam yang telah diwajibkan oleh Allah swt. Perihal pentingnya muhasabah dari rakyat kepada pemerintah yang zalim, yang tidak menerapkan Islam sehingga Allah dan RasulNya meletakkan satu derajat yang tinggi kepada mereka yang melakukan aktivitas politik (muhasabah) ini, dengan status sebagai sayid asy-syuhada (penghulu para syahid). Sabda Nabi saw, Penghulu syuhada adalah Hamzah ibn Abi Thalib dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang jahat/zalim, lalu menyerunya berbuat baik dan mencegahnya berbuat mungkar, kemudian ia dibunuh (oleh penguasa tersebut) [HR Hakim].

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Sekilas Tentang

Khilafah

Khilafah, sebagai sebuah istilah politik maupun sistem pemerintahan, sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru. Hanya saja, keterputusan kaum Muslim dengan akar sejarah masa lalu merekalah yang menjadikan Khilafah 'asing', bukan hanya dalam konteks sistem pemerintahan mereka, tetapi bahkan dalam kosakata politik mereka. Kalaupun sebagian kalangan Muslim mengakui eksistensi Khilafah dalam sejarah, gambaran mereka tentang Khilafah bias dan beragam. Ada yang menyamakan Khilafah dengan kerajaan. Ada yang menganggap Khilafah sebagai sistem pemerintahan otoriter dan antidemokrasi. Ada yang memandang Khilafah sama dengan sistem pemerintahan teokrasi. Ada juga yang menilai Khilafah sebagai sistem pemerintahan gabungan antara demokrasi dan teokrasi (baca: teodemokrasi). Ketika dijelaskan bahwa sistem pemerintahan Khilafah bukan monarki (kerajaan), bukan republik, bukan kekaisaran (imperium) dan bukan pula federasi, sebagian kalangan Muslim sendiri malah ada yang menyindir, bahwa kalau

begitu, Khilafah adalah sistem pemerintahan yang 'bukan-bukan'. Sikap demikian wajar belaka mengingat: (1) Umat sudah lama hidup dalam sistem pemerintahan sekular; (2) Pendidikan politik di bangku-bangku akademis / lembaga pendidikan selalu hanya mengenalkan model-model pemerintahan tersebutmonarki, republik, imperium atau federasitanpa pernah memasukkan sistem Khilafah sebagai salah satu model pemerintahan di luar model mainstream tersebut; (3) Jauhnya generasi umat Islam saat ini dari akar sejarah masa lalu mereka, termasuk sejarah Kekhilafahan Islam yang amat panjang, lebih dari 13 abad. Definisi Khilafah Menurut Syariah Kata khilfah banyak dinyatakan dalam hadis, misalnya: Sesungguhnya (urusan) agama kalian berawal dengan kenabian dan rahmat, lalu akan ada khilafah dan rahmat, kemudian akan ada kekuasaan yang tiranik. (HR al-Bazzar). Kata khilfah dalam hadis ini memiliki pengertian: sistem pemerintahan, pewaris

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

pemerintahan kenabian. Ini dikuatkan oleh sabda Rasul saw.: Dulu Bani Israel dipimpin/diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, nabi lain menggantikannya. Namun, tidak ada nabi setelahku, dan yang akan ada adalah para khalifah, yang berjumlah banyak. (HR al-Bukhari dan Muslim). Dalam pengertian syariah, Khilafah digunakan untuk menyebut orang yang m e n g g a n t i k a n N a b i s a w. d a l a m kepemimpinan Negara Islam (ad-dawlah al-islamiyah) (Al-Baghdadi, 1995:20). Inilah pengertiannya pada masa awal Islam. Kemudian, dalam perkembangan selanjutnya, istilah Khilafah digunakan untuk menyebut Negara Islam itu sendiri (Al-Khalidi, 1980:226. Lihat juga: Dr. Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islmi wa Adillatuhu, IX/823). Banyak sekali definisi tentang Khilafahatau disebut juga dengan Imamahyang telah dirumuskan oleh oleh para ulama. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Khilafah adalah kekuasaan umum atas seluruh umat, pelaksanaan urusanurusan umat, serta pemikulan tugastugasnya (Al-Qalqasyandi, Ma'tsir alInfah f Ma'lim al-Khilfah, I/8). 2. Imamah (Khilafah) ditetapkan bagi pengganti kenabian dalam penjagaan agama dan pengaturan urusan dunia (AlMawardi, Al-Ahkm as-Sulthniyah,hlm. 3). 3. Khilafah adalah pengembanan seluruh urusan umat sesuai dengan kehendak pandangan syariah dalam kemaslahatan-kemaslahatan mereka, baik ukhrawiyah maupun duniawiyah, yang kembali pada kemaslahatan ukhrawiyah (Ibn Khladun Al-Muqaddimah, hlm. 166 & 190). 4. Imamah (Khilafah) adalah kepemimpinan yang bersifat menyeluruh sebagai kepemimpinan yang berkaitan dengan urusan khusus dan urusan umum dalam kepentingan-kepentingan agama dan dunia (Al-Juwaini, Ghiyts al-Umam, hlm. 15). Dengan demikian, Khilafah (Imamah) dapat didefinisikan sebagai: kepemimpinan

umum atas seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum syariah dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Definisi inilah yang lebih tepat. Definisi inilah yang diadopsi oleh Hizbut Tahrir (Lihat: Nizhm al-Hukm f alIslm, Qadhi an-Nabhani dan diperluas oleh Syaikh Abdul Qadim Zallum, Hizbut Tahrir, cet. VI [Mu'tamadah]. 2002 M/1422 H). Khilafah vs Non-Khilafah Sesungguhnya sistem pemerintahan Islam (Khilafah) berbeda dengan seluruh bentuk pemerintahan yang dikenal di seluruh dunia; baik dari segi asas yang mendasarinya; dari segi pemikiran, pemahaman, maqys (standar), dan hukum-hukumnya untuk mengatur berbagai urusan; dari segi konstitusi dan undang-undangnya yang dilegislasi untuk diimplementasikan dan diterapkan; ataupun dari segi bentuknya yang mencerminkan Daulah Islam sekaligus yang membedakannya dari semua bentuk pemerintahan yang ada di dunia ini.

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Gerakan Mahasiswa, Dari Kampus Ke Negara

Berbicara tentang kampus, maka pada hakikatnya, tidak akan bisa berhenti di batas sebagai tempat kuliah. Kampus berbeda dengan jenjang-jenjang pendidikan formal sebelumnya; mulai dari SD sampai SMA. Dunia kampus memberikan pilihan seluas-luasnya bagi para mahasiswa untuk memilih jalan tempuhnya. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada akhir tahun 2012 lalu, jumlah mahasiswa yang ada di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 4.273.000. Angka ini relatif kecil dibandingkan dengan jumlah anak usia yang semestinya berasal di perguruan tinggi di angka sekitar 25 juta, apalagi dibandingkan seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah hampir sepuluh kali lipatnya. Dari angka lebih dari 4 juta tersebut, ada mahasiswa yang memilih kehidupan kampus yang monoton; kuliah, pulang, nongkrong, main games, dan lain-lain. Tapi, ada juga yang tidak. Berbicara tentang kampus, maka akan didapatkan sebuah fakta yang membedakan jenjang pendidikan ini dari sebelumnya. Bahwa, terdapat fakta yang diakui bersama, kampus adalah tempat ideologisasi. Dari sinilah akhirnya kita mengenal adanya gerakan mahasiswa. Gerakan ini bisa muncul sebagai sebuah bentuk kesadaran moral. Bisa juga sebagai pengingatan. Dan ada pula yang muncul dari kesadaran ruhiyah sebagai konsekuensi keimanan dalam rangka melakukan aktivitas amar ma'rif nahi munkar.

Gerakan mahasiswa mulai marak kembali setelah kemerdekaan. Pada tahun 1966, di tengah persaingan antara Soekarno dan militer serta munculnya banyaknya partai politik (termasuk PKI), berdiri pula berbagai nama gerakan mahasiswa; KAMI, CGMI, HMI, GMNI. Pada masa itu, mahasiswa melakukan protes berjudul Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat): Bubarkan PKI, Rombak Kabinet Dwikora, Turunkan Harga. Dukungan terhadap gerakan mahasiswa mengalir dari berbagai kalangan, seperti parpol, ormas, bahkan Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat). Bentuk protes mahasiswa mengantarkan pada Gerakan DPR Jalanan. Dan hasilnya, 11 Maret 1966, dikeluarkan Supersemar yang mengangkat Soeharto sebagai penguasa keadaan darurat dan PKI dibubarkan. Pasca keberhasilan menggulingkan Orde Lama, gerakan mahasiswa mulai mengevaluasi perannya di masa depan. Pemerintahan Orde Baru yang pernah menjadi sekutu politiknya pun tidak lepas dari kontrol gerakan mahasiswa. Salah satu momentum sejarah yang membekas adalah peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari), berupa peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Akan tetapi, Orde Baru ala militer yang dipimpin oleh Soeharto menjaga eksistensi rezim secara otoriter. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1978, Daud Joesoef, mengeluarkan Surat Keputusan

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kampus (BKK). Tindakan otoritarian yang dilakukan oleh Orde Baru pada kenyataannya menjadi bom waktu yang siap meledakkan perlawanan gerakan mahasiswa. Memasuki tahun 1997, keadaan ekonomi di Indonesia menjadi semakin carut-marut. Hal ini yang dimanfaatkan oleh gerakan mahasiswa untuk meraih simpati rakyat, menarik permasalahan ekonomi ini ke ranah perpolitikan yang saat itu kental dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Pada tahun 1998, gejolak politik dan sosial semakin tidak menentu. Gerakan mahasiswa menjadi semakin masif melakukan perlawanan politik, hingga akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Sekarang, di era reformasi, gerakan mahasiswa dihadapkan pada tantangan yang baru. Rezim pemerintah tidak perlu lagi menjinakkan gerakan mahasiswa dengan tindakan kekerasan paksa. Rezim ini mungkin sudah belajar dari kegagalan Orde Lama dan Orde Baru, bahwa pengekangan fisik hanya akan mendidihkan darah-darah kaum muda milik para

mahasiswa untuk memberontak. Rezim ini belajar, bahwa cara terbaik menghadapi gerakan mahasiswa adalah menghilangkan kesadaran politik para mahasiswa, lalu mereduksinya cukup sebatas romantisme sejarah seperti dalam film layar lebar Soe Hok Gie. Para mahasiswa dibuat buta akan keadaan sosial di masyarakat yang membutuhkan peran mereka untuk mendorong perubahan total atas negeri ini. Mereka dicetak menjadi individuindividu yang hanya akan menjadi budak intelektual para pemilik modal untuk ditempatkan di berbagai perusahaan-perusahaannya. Mereka tidak lagi dapat melihat, betapa kekayaan negeri ini dirampok habis-habisan sebagai upeti para penguasa pro asing kepada penjajah dalam bentuknya yang baru. Jangkauan pandang mereka kini tak lagi luas, cukup sebatas menyejahterakan dirinya dan keluarganya. Hingga pada akhirnya, mereka keluar dari kampus sebagai pribadi-pribadi yang egois dan lupa bahwa sebagian biaya kuliah mereka berasal dari perasan keringat rakyat kecil yang bahkan untuk makan saja susah. Wahai para mahasiswa, rakyat butuh pertolongan kalian! Tidakkah kalian dulu diajarkan sebuah ucapan 'terima kasih'? Maka sekarang adalah saatnya kalian bersatu bersama rakyat, untuk membebaskan negeri ini dari penjajah dan para penguasa antek mereka. Sekarang saatnya kalian untuk membuka lebar mata kalian untuk menggabungkan Indonesia bersama negeri-negeri Islam yang terpecah belah dalam satu kesatuan negara. Saatnya kalian untuk bersatu, bergerak, dan tegakkan ideologi Islam!

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Mengenal GEMA Pembebasan


Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan adalah sebuah organisasi mahasiswa yang bersifat politis dan berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. GEMA Pembebasan bergerak di tengah-tengah mahasiswa, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk bersama-sama umat Islam mendirikan kembali sistem Khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas kehidupan. GEMA Pembebasan merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya. GEMA Pembebasan didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah Swt : (Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma'ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104) GEMA Pembebasan bermaksud membangkitkan kembali mahasiswa Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan mahasiswa dari ide-ide, sistem perundangundangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. GEMA Pembebasan juga bermaksud turut serta membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali. Seluruh kegiatan yang dilakukan GEMA Pembebasan bersifat politik. Maksudnya adalah bahwa GEMA Pembebasan memperhatikan urusan-urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum serta pemecahannya secara syar'i. Karena yang dimaksud politik adalah mengurus dan memelihara urusan-urusan rakyat sesuai dengan hukum-hukum Islam dan pemecahan-pemecahannya. Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas dalam aktifitasnya dalam mendidik

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

dan membina mahasiswa dengan tsaqafah Islam, meleburnya dengan Islam, membebaskannya dari aqidah-aqidah yang rusak, pemikiran-pemikiran yang salah, serta persepsi-persepsi yang keliru, sekaligus membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan pandangan-pandangan kufur. Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pertarungan pemikiran (ash shiro'ul fikri) dan dalam perjuangan politiknya (al kifahus siyasi). Pertarungan pemikiran terlihat dalam penentangannya terhadap ide-ide dan aturanaturan kufur. Hal itu tampak pula dalam penentangannya terhadap ide-ide yang salah, aqidah-aqidah yang rusak, atau persepsipersepsi yang keliru, dengan cara menjelaskan kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, dan menjelaskan ketentuan hukum Islam dalam masalah tersebut. Adapun perjuangan politiknya, terlihat dari penentangannya terhadap kaum kafir imperialis untuk memerdekakan umat dari belenggu dominasinya, membebaskan umat dari cengkeraman pengaruhnya, serta mencabut akar-akarnya yang berupa pemikiran, kebudayaan, politik, ekonomi, maupun militer dari seluruh negeri-negeri Islam. Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam kegiatannya menentang para penguasa, mengungkap pengkhianatan dan persekongkolan mereka terhadap umat, melancarkan kritik, kontrol, dan koreksi terhadap mereka serta berusaha menggantinya tatkala mereka mengabaikan hak-hak umat, tidak menjalankan kewajibannya terhadap umat, melalaikan salah satu urusan umat, atau menyalahi hukum-hukum Islam. Seluruh kegiatan politik itu dilakukan tanpa menggunakan cara-cara kekerasan fisik atau senjata (laa madiyah) sesuai dengan jejak

dakwah yang dicontohkan Rasulullah saw. GEMA Pembebasan mengemban dakwah Islam agar Islam dapat diterapkan dalam kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah menjadi dasar negara, dasar konstitusi dan undangundang. Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah (aqidah yang menjadi dasar pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi dasar politik) yang melahirkan aturan untuk memecahkan problematika manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain-lain. GEMA Pembebasan telah melakukan pengkajian, penelitian dan studi terhadap kondisi generasi muda, termasuk kemerosotan yang dideritanya. Kemudian membandingkannya dengan kondisi yang ada pada masa Rasulullah saw, masa Khulafa ar-Rasyidin, dan masa generasi Tabi'in. Selain itu juga merujuk kembali sirah Rasulullah saw, dan tata cara mengemban dakwah yang beliau lakukan sejak permulaan dakwahnya, hingga beliau berhasil mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah. Dipelajari juga perjalanan hidup beliau di Madinah. Tentu saja, dengan tetap merujuk kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Selain juga tetap berpedoman pada ungkapan-ungkapan maupun pendapat-pendapat para Shahabat, Tabi'in, Imam-imam dari kalangan Mujtahidin. Setelah melakukan kajian secara menyeluruh itu, maka GEMA Pembebasan telah memilih dan menetapkan ide-ide, pendapatpendapat dan hukum-hukum yang berkaitan dengan fikrah dan thariqah. Semua ide, pendapat dan hukum yang dipilih dan ditetapkan GEMA Pembebasan hanya berasal dari Islam. Tidak ada satupun yang bukan dari Islam. Bahkan tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang tidak bersumber dari Islam.

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Program Kerja Rutin Gema Pembebasan


- Buletin Gema Pembebasan Kupas tuntas realitas dan kondisi negeri dari isu sosial hingga politik merupakan salah satu tugas mahasiswa sebagai agent of control. untuk itulah Buletin Gema Pembebasan diterbitkan dwimingguan menyikapi persoalan politik hingga sosial dengan analisis faktual, aktual, serta ideologis. - Jurnal Media Pembebasan media sebagai kontrol sosial ditengah-tengah masyarakat bukan hanya memberikan paparan fakta dan data. namun diperlukan solusi fundamental dan ideologis. Jurnal Media Pembebasan hadir setiap bulannya sebagai media mahasiswa yang akan mengupas tuntas berbagai berita dan isu baik nasional maupun internasional dengan solusi Islam dengan gaya dan kemasan progresif ideologis. - Dialogika Budaya gerakan mahasiswa adalah budaya intelektual dan progresif. Dialogika hadir untuk mengembangkan diskursus pemikiran, wacana serta analisa yang dikemas dengan dialog secara interaktif disertai panelis dari berbagai perspektif dengan menghadirkan para tokoh pergerakan mahasiswa. - Workshop Politik Pembebasan Forum diskusi ilmiah sebagai cerminan intelektualitas mahasiswa yang menghadirkan para pembicara ahli atau tokoh nasional. forum yang secara argumentatif memaparkan serta menganalisa isu nasional dengan Islam sebagai solusi problematika negeri . - Training Pembebasan (TP) Training Pembebasan merupakan langkah awal dalam proses kaderisasi Gema Pembebasan sebagai agenda kaderisasi dan penguatan serta internalisasi visi, misi, dan budaya gerakan Gema Pembebasan. - Halqoh Kader Pembebasan Halqoh Kader Pembebasan adalah agenda pembinaan rutin mingguan bagi kader-kader gema pembebasan, dengan materi yang dirancang secara sistematis guna membangun kerangka pemikiran dengan perspektif Islam ideologis .

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Sosialisme-Komunisme

Racun Peradaban

Semenjak pecahnya Revolusi Industri di Eropa, terjadi kemajuan pesat pada produksi dan perkembangan peradaban dunia. Seiring dengan itu, mulai tumbuh dan berkembang ideologi Kapitalisme. Awal dari Ideologi ini disambut gembira oleh orang orang eropa. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kapitalisme mulai menampakkan kerakusan dan keserakahan yang kemudian menimbulkan kesengsaraan ditandai dengan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, antara kapital dan proletar, penindasan dan perbudakan, krisis ekonomi dan sosial. Selanjutnya tampillah gagasan antikapitalisme oleh sejumlah tokoh diantaranya adalah Karl Marx (1818 1883) yang kemudian menjadi penggagas utama teori sosialisme ilmiah. Landasan teori Marx pun banyak dipengaruhi oleh pendahulunya seorang Jerman, Hegel (1770-1831) yang mengemukakan teori Dialektika. Dalam mengembangkan teori dialektika Hegel, Marx merumuskan dua paradigma utama dalam membangun teorinya tentang kehidupan dan masyarakat yang dikenal dengan dialektika materialisme dan materialisme historis. Inti dari konsep Dialektika Materialisme adalah bahwa setiap benda atau keadaan (phenomenon) selain mengandung kebenaran, pada saat yang sama memiliki lawan (opposite). Segi-segi yang berlawanan inilah yang disebut dengan kontradiksi. Berdasarkan hukum dialektik ini maka akan terjadi gerak terus menerus, sehingga timbul suatu negasi yang lebih baru, seiring dengan munculnya negasi baru akan muncul pula antithesa yang akan berbenturan dang memunculkan negasi baru dan begitu seterusnya. Dengan demikian negasi lahir dari proses penghancuran negasi lama yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi antara obyek atau fenomena yang berkontradiksi tersebut akan terus bergerak dari arah yang rendah mutunya ke arah yang lebih tinggi mutunya, dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks sampai tercapai wujud sempurna yang akan memutuskan rantai dialektis. Dalam merumuskan teori tentang masyarakat, Dialektika Materialisme digunakan Marx untuk menerangkan perkembangan masyarakat mulai dari masyarakat sederhana menuju masyarakat ideal yang

dicita-citakan yakni masyarakat sosialis. Inilah yang kemudian dinamakan dengan Materialisme Historis. Dalam Manifesto Partai Komunis, Karl Marx dan Friedrich Engels menyebutkan Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang merdeka dan budak, patrisir dan plebejer, tuan bangsawan dan hamba, tukang ahli dan tukang pembantu. Ringkasnya, penindas dan yang tertindas senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang tiada putusnya. Marx berpendapat bahwa, perubahan masyarakat dari feodal menuju kapitalis hingga berakhir pada masyarakat komunis, adalah perubahan yang tidak terhindarkan lagi sebagai sebuah Takdir bagi masyarakat atas dasar hukum dialektika masyarakat dimana kaum proletar memiliki peranan penting untuk merebut kekuasaan dari tangan kaum kapital dan mengambil seluruh alat produksi melalui tahap transisi yang dinamakan diktator proletariat sebagai pintu gerbang terbentuknya masyarakat komunis yang tidak mengenal adanya kelas, dimana masyarakat dibebaskan dari keterikatannya dengan milik pribadi. Tidak ada eksploitasi, penindasan, dan paksaan. Namun menjadi ironi karena masyarakat komunis yang demikian itu menurut Marx harus dicapai dengan kekerasan dan paksaan. Marx menyatakan : Kekerasan adalah bidan untuk setiap masyarakat lama yang hamil tua dengan masyarakat baru Selain kekerasan dan pertarungan kelas yang menjadi ciri ideologi sosialis-komunis, teori dialektika materialisme marx juga meniscayakan penentangannya terhadap eksistensi Tuhan dan Agama (Atheis). Bahwa realitas alam semesta, manusia, dan kehidupan berawal dari materi dan bergantung pada dialektika materi tanpa ada campur tangan Sang Pencipta, dan akan terus berkembang tanpa akhir (abadi). Vladimir lenin menyatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, Agama merupakan suatu minuman keras spiritual. Ide Dialektika Materialisme dengan jelas mengingkari eksistensi manusia sebagai makhluk mulia yang telah diciptakan oleh sang Khaliq. Pada dasarnya Dialektika Materialisme yang kemudian me-irrasional-

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

kan eksistensi Tuhan adalah kegagalan memahami fakta materi itu sendiri. Ketika orang orang komunis yang atheis itu menyatakan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah materi yang hanya lahir dari dialektika antara thesa dan antithesa, dengan mencontohkan penciptaan manusia misalnya sebagai hasil dari dialektika antara sperma dan ovum yang menghasilkan zygot sebagai synthesa maka sekalipun proses tersebut dapat terjadi akibat dialektika namun menjadi pertanyaan mengapa hal tersebut tidak bisa terjadi antara sperma kera dan ovum manusia.? mengapa manusia dapat lahir dengan bentuk yang sempurna.? Mengapa benda-benda yang ada di alam semesta memiliki keteraturan yang kompleks.? Mengapa pada derajat tertentu air bisa membeku, mendidih, dan menguap.? Mengapa perlu ada hitungan matetmatis untuk mengukur berat jenis dan massa suatu benda untuk bisa memastikan benda yang berada diatas air bisa mengapung dan tidak tenggelam.? Siapa yang menciptakan aturan matematis dan keteraturan kompleks tersebut.? Ketidakmampuan menjawab oleh orang-orang komunis yang atheis itu hanya sampai pada jawaban irrasional yakni terjadi dengan sendirinya. Sungguh benarlah firman Allah SWT : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ; sungguh terdapat tanda tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (TQS. Al-Baqarah [2] : 164) Jika Kapitalisme adalah sampah peradaban yang melahirkan penindasan dan penjajahan, maka pada dasarnya Ideologi sosialisme tak ubahnya adalah sebuah Racun Peradaban yang tengah berhasrat mewujudkan peradaban diktator amburadul yang telah terbukti kegagalannya.! Ideologi sosialisme-komunisme dibangun atas dasar landasan materialisme dan antroposentrisme, dimana materi dan eksistensi manusia adalah segala-galanya bagi ideologi ini. Dimana konflik dan pertarungan kelas adalah metode baku untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas yang menurut mereka bahwa kepemilikan individu harus dihapuskan dan dikuasai penuh oleh kepemimpinan partai komunis atas nama rakyat atas nama kaum proletar (kaum tertindas), Dengan jargon manis keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pertanyaannya adalah adil menurut siapa.? Apa standar keadilan.? Mereka mengatakan adil namun keadilan menurut mereka adalah dengan menghapus seluruh kepemilikan Individu dan dikuasai oleh Negara dibawah kepemimpinan Partai Komunis yang atheis itu. Mereka membatasi upah kerja sesuai kebijakan negara dalam bentuk UMR yang sama halnya dengan merebut hak dan daya tawar para pekerja dihadapan negara yang telah menjelma menjadi pemilik modal dan alat produksi bahkan perampas hak individu masyarakat itu sendiri. Alih alih ingin membebaskan manusia dari penindasan kapital namun pada faktanya manusia terkekang pada doktrin partai atas dasar materialisme, eksistensialisme, dan antroposentrisme yang berujung pada kediktatoran gaya baru ala negara komunis yang dibumbui konflik dan keringnya aspek spiritual yang menjadi fitrah manusia.

Perjuangan untuk pembebasan manusia yang harusnya untuk sebuah kebangkitan berasaskan hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk mulia yang diciptakan sebagai khalifah fil ardh tergantikan menjadi perjuangan buas ala sosialis komunis semata mata hanya untuk kebutuhan perut dan naluri mempertahankan diri. Maka mengutip pendapat seorang ulama' Revolusioner, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy dalam kitab Nidhomul Islam bab qiyadah fikriyah, beliau menyatakan : Akan tetapi ketika muncul ide (dialektika) materialisme, yang mengingkari adanya Allah SWT dan ruh, ternyata ide ini tidak mampu memusnahkan kecenderungan beragama. Ideologi ini hanya bisa mengalihkan pandangan manusia kepada suatu kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya dan mengalihkan perasaan taqdis (memper-Tuhan-kan) kepada kekuatan besar tersebut. Menurut mereka, kekuatan itu berada didalam ideologi dan diri pengikutnya. Mereka membatasi taqdis (naluri memperTuhan-kan) hanya kepada kedua unsur tersebut. Ini berarti mereka telah mengembalikan manusia ke masa silam, mengalihkan penyembahan kepada Allah SWT ke penyembahan makhluk-makhluk-Nya, dari pengagungan terhadap ayat ayat Allah kepada pengkultusan terhadap doktrin doktrin yang diucapkan makhluk makhluk-Nya. Semua ini menyebabkan kemunduran manusia ke masa silam. Mereka tidak mampu memusnahkan fitrah beragama, melainkan hanya mengalihkan fitrah manusia secara keliru kepada kesesatan dengan mengembalikannya ke masa silam. Berdasarkan hal ini, qiyadah fikriyah-nya telah gagal ditinjau dari fitrah manusia. Malah dengan berbagai tipu muslihat, mereka mengajak orang-orang untuk menerimanya; dengan mendramatisir kebutuhan perut mereka menarik orang-orang yang lapar, pengecut, dan sengsara. Ideologi ini dianut oleh orang orang yang bermoral bejat, orang orang yang gagal dan benci terhadap kehidupan, termasuk orang orang sinting yang tidak waras cara berpikirnya agar mereka dapat digolongkan ke jajaran kaum intelektual tatkala mereka mendiskusikan dengan angkuh tentang teori dialektika. Padahal kenyataannya, Dialektika Materialisme paling terlihat kerusakan dan kebathilannya, dan dengan sangat mudah dapat dibuktikan oleh perasaan dan akal. Supaya manusia tunduk pada ideologi ini, maka mereka dipaksa melalui kekuatan fisik. Berbagai tekanan, intimidasi, revolusi, menggoyang, merobohkan, dan mengacaukan merupakan sarana sarana penting untuk mengembangkan ideologi tersebut.

Jurnal Opini Kampus Ideologis - Media Pembebasan | #PenyambutanMahasiswaBaru

Gema Pembebasan secara terbuka mengajak seluruh mahasiswa dari berbagai kampus untuk bergabung dalam barisan Bersatu, Bergerak, Tegakkan Ideologi Islam. bagi kawan-kawan Mahasiswa yang ingin mengenal dan bergabung dengan GEMA PEMBEBASAN dapat menghubungi komisariat di seluruh wilayah :
WILAYAH JAKARTA RAYA Universitas Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Universitas Negeri Jakarta Universitas Satya Negara Indonesia Universitas Islam Jakarta Universitas Gunadarma Universitas Pamulang Universitas Muhammadiyah Jakarta Perguruan Tinggi Dakwah Islam Universitas Mercu Buana Unversitas Budi Luhur STIE Trianandra Institut Teknologi Indonesia Universitas Indonesia Raya) STIE dan Bisnis Indonesia Institut Sains Teknologi Alkamal WILAYAH BANTEN Universitas Tirtayasa IAIN Sulthan Maulana Hasanudin Banten Universitas Serang Raya Universitas Math'laul Anwar Pandeglang WILAYAH JAWA BARAT Daerah Bandung Raya Universitas Padjadjaran Universitas Pendidikan Indonesia Institut Tekhnologi Bandung Universitas Komputer Indonesia Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Gunung Djati STT TELKOM Piksi Ganesha Politeknik Bandung Universitas BSI Daerah Bogor Raya Institut Pertanian Bogor Daerah Garut STAI Persis Garut Universitas Garut WILAYAH JAWA TENGAH Daerah Semarang Universitas Diponegoro Universitas Negeri Semarang Universitas Semarang Universitas Islam Sultan Agung IAIN Wali Songo Daerah Purwokerto Universitas Soedirman STAIN Purwokerto BSI Purwokerto Daerah Solo Universitas Sebelas Maret Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta Politeknik Pratama Mulia Surakarta IAIN Surakarta WILAYAH YOGYAKARTA Universitas Gajah Mada UIN Sunan Kalijaga Universitas Islam Indonesia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Hamfara WILAYAH JAWA TIMUR Daerah Surabaya Universitas Airlangga Universitas Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh November IAIN Sunan Ampel Daerah Malang Universitas Brawijaya Universitas Negeri Malang Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Kanjuruhan Malang Daerah Madura Universitas Trunojoyo Universitas Madura WILAYAH SULAWESI SELATAN & BARAT Daerah Makassar Universitas Hasanuddin Universitas Negeri Makassar Universitas Muslim Indonesia Universitas Muhammadiyah Universitas Veteran Republik Indoneia Universitas Islam Negeri Alauddin Universitas Islam Makassar Politeknik Negeri Ujung Pandang STIMIK Dipanegara Politeknik Negeri Kesehatan STIKES Panakukang Daerah Bone Sekolah Tinggi Agama Islam Bone WILAYAH SULAWESI TENGGARA Daerah Kendari Universitas Haluoleo STIK Avicena STAIN Kendari UMK WILAYAH SULAWESI TENGAH Daerah Palu STAIN Datokarama POLTEKES Palu Universitas Tadulako STIA Palu Daerah Luwuk Banggai Universitas Muhammadiyah Luwuk Universitas Tompotika Luwuk WILAYAH KALIMANTAN SELATAN Daerah Banjarmasin Universitas Lambung Mangkurat IAIN Antasari Daerah Banjarbaru Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru WILAYAH KALIMANTAN BARAT Politeknik Negeri Pontianak UNTAN Poltekes Pontianak WILAYAH KALIMANTAN TENGAH Uiversitas Palangkaraya WILAYAH RIAU Universitas Islam Riau Universitas Islam Negeri Suska Riau WILAYAH KEPULAUAN RIAU Universitas Riau Kepulauan Universitas Politeknik Batam Universitas Putra Batam Universitas Ma'had WILAYAH SUMATERA BARAT IAIN Imam Bonjol Padang Universitas Andalas Universitas negeri Padang Universitas Putra Indonesia WILAYAH MALUKU UTARA STAIN Ternate AIKOM Ternate Unkhair Ternate Poltekes Ternate UMMU STIKIP WILAYAH ACEH Universitas Syiah Kuala Universitas Serambi Mekkah Universitas Muhammadiyah IAIN Ar Raniry Universitas Teuku Umar STIP Yashafa Universitas Samudra

Contact Person :

Anda mungkin juga menyukai