Anda di halaman 1dari 2

Islam dan Ekonomi

Islam merupakan agama yang menjawab segala problematika kehidupan, khususnya


dibidang ekonomi. Prinsip dasar islam tentang ekonomi ialah mengecam orang orang yang
menimbun kekayaan. Hal tersebut muncul karena banyak orang islam tetapi, dia tidak benar
benar bersyahadat. Konsekuensinya kapitalisme menggrogoti ummat muslim, sedangkan basis
segala aspek kehidupan ialah teologi. teologi ketika benar benar dipahami secara esensial dan
tepat pengaplikasiannya, tidak akan ada ketimpangan sosial.

Disparitas sosial begitu jelas tampak di ruang ruang publik, dari perempuan yang tidak
mendapatkan haknya, seperti di dalam hubungan pernikahan. Perempuan dilarang bekerja
dikarenakan stigma masyarakat tetap berpegang bahwa perempuan “mahluk yang lemah”
(inferior) sebab patriarki masih mendarah daging. Semua timbul karena masyarakat muslim
bersyadatnya patut dipertanyakan, apakah hanya sekedar mengucapkan secara lisan saja? Tetapi
tidak dengan hati dengan disertai tindakan yang kongkrit. Sedangkan islam yang di reinterpretasi
ulang oleh para pemikir islam postmodern, seperti Asghar Ali Engineer terkait konsep ekonomi
islam menggunakan pandangan Bani Sadr.

Nama lengkapnya Abolhassan Bani Sadr, seorang presiden pertama semenjak revolusi
iran (1979) dan runtuhnya dinasti Pahlevi. Menurut Bani Sadr kekayaan seharusnya bersifat
kapitalisme negara, dalam pengertian kekayaan kolektif yang dibagi kepada warga negara,
meskipun bukan ummat muslim. Tetapi, konteks ekonomi di indonesia yang masyarakatnya
mayoritas beragama islam jauh dari nilai nilai „konsep ekonomi islam” yang sebenarnya tujuan
nyata dari masyarakat islam adalah membebaskan manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan
masyarakat dimana kekayaan bukan diperoleh dengan kekuatan (people power) melainkan atas
dasar (buruh, hasil kerja) atau gotong royong.

Di dalam bukunya “Islam dan Teologi Pembebasan” Asghar menjelaskan secara eksplisit
sebagai berikut:

“Marx sangat ingin melihat manusia yang terbebaskan dari perbudakan


ekonomi (perbudakan dalam sistem kapitalisme), sehingga hubungan yang sejati
antar manusia dan antarindividu akan menghentikan penderitaan manusia dari
belenggu perasaan teralienasi. Hanya manusia yang terbebaskan inilah yang dapat
mengembangkan diri secara optimal dan mengatualisasikan potensi kreatifnya
untuk memperkaya kebudayaan dan peradaban manusia”
Kutipan di atas sangat jelas bahwa Asghar menjelaskan pendapat marx terkait kapitalisme,
keduanya sama sama ingin membebaskan manusia, dari kapitalisme global adalah akar dari
disparitas sosial. selain itu, Asghar mempunyai semangat kemanusiaan terkhusus dibidang
ekonomi, ingin menghapus sistem kapitalisme yang mendarah daging pada masyarakat muslim.
Musuh kita bersama adalah perbudakan. Budak corporate di era modern seperti buruh pabrik
yang bekerja tidak mendapat upah sesuai dengan haknya. gaji dipotong sebab persoalan yang
belum diketahui akar masalahnya. Para bos bos corporate memperkaya dirinya, ketika passive
income perusahaan menurun, dengan seenak jidat memPHK karyawan besar besaran, khususnya
perempuan, karena perempuan dianggap tidak memiliki kapasitas yang layak untuk menjadi
pekerja. Sedangkan islam tidak pernah mengenal istilah “laki laki mahluk superior” tetapi islam
menempatkan laki laki dan perempuan setara, melengkapi, saling tolong menolong, sudah
dijelaskan dalam firman Tuhan surat Al-Hujurat ayat tigas belas. Ayat tersebut seharusnya
menjadi sebuah legitimasi untuk menerapkan keadilan gender dalam ruang lingkup sektor
ekonomi di ruang publik. Seperti halnya perempuan boleh berpendidikan, boleh bekerja tetapi
tetap pada batas-batas syari‟at islam. Karena islam tidak pernah membatasi perempuan untuk
berpendidikan. Bahkan islam sebaliknya memerintahkan dengan tegas bahwa kewajiban
menuntut ilmu bagi laki laki dan perempuan. Dilain sisi juga tidak membatasi perempuan untuk
bekerja, berpendidikan, berkarir. Karena sejatinya konsep ekonomi islam ingin membebaskan
kita dari suburnya patriarki.

Anda mungkin juga menyukai