Anda di halaman 1dari 2

Sekolah itu candu

Pemikiran yang baik merupakan suatu hal yang menjadikan jalan hidup kita juga baik.
Untuk ingin memahami sesuatu, keharusan kita adalah mengetahui tentang mengapa?
Contoh, mengapa kita harus sekolah? Nah setelah kita mengetahui dari pertanyaan mengapa
tersebut, kita pasti akan dengan sendirinya semangat untuk mengetaui apa dan bagaimana.
Banyak hal yang salah dalam Pendidikan sekarang karena yang mereka ketahui apa dan
bagaimananya saja. Sehingga mereka salah mengartikan tentang sekolah yang sebenarnya itu
sendiri. Dalam buku sekolah itu candu, karya Roem topatimasang ini mengupas tuntas
tentang bagaimana sekolah itu sebenarnya.

Pandangan awal kita tentang sekolah selalu identik dengan Gedung, seragam, dan
kurikulum. Dan sekolah adalah suatu sarana dimana kita bisa dianggap berpendidikan. Dari
pandangan tersebut, kita bisa simpulkan bahwa seseorang yang tidak terikat pada hal diatas
adalah orang yang tidak berpendidikan. Pandangan seperti itu sangat keliru, karena tolak ukur
pemikiran seseorang bukan tergantung seberapa jauh dia mengikuti sistem tersebut.

Secara Bahasa Sekolah berasal dari Bahasa latin skhole, scolae, atau schola yang
artinya “waktu luang”. Dalam arti luasnya dimana untuk mempelajari sesuatu yang perlu atau
dibutuhkan untuk diketahui tanpa terikat waktu dan tempat. Sehingga mereka paham akan
tujuan dari Pelajaran itu sendiri. Perubahan sistem pada sekolah berdampak pada suatu
perubahan pemikiran. yang dimana ranahnya Pendidikan adalah membentuk watak,
mengembangkan pengetahuan dan melatih ketrampilan, sekarang yang kita jumpai sekolah
hanyalah ajang untuk mendapatkan suatu pekerjaan. makanya tak jarang kita temui orang
berwatak, bersikap layaknya binatang.

Dengan adanya sistem kurikulum dapat kita simpulkan bahwa kita hanya bisa berfikir
dengan cara mereka. Dengan kata lain otak kita hanya diperuntukkan untuk mereka jika kita
hanya bertumpu pada sistem tersebut. Pemikiran yang sama akan berdampak dengan
permasalahan yang sama pula. Penekenan sang penguasa tentang perkejaan yaitu dengan
seberapa jauh dia mengikuti sistem sekolah tersebut. Sehingga bukan hal yang aneh lagi jika
seseorang bersekolah hanya dengan tujuan ingin bekerja. Karena dengan sistem dan
pemahaman seperti itulah, masalah yang sama berkelanjutan yaitu korupsi.

Ada ungkapan dari George Bernard Shaw. “dia yang bisa kerjakan! Dia yang tidak
bisa ajarkan!” Dari ungkapan tersebut bisa kita pahami bahwa keharusan bagi mereka yang
tau atau yang bisa, memberi pengajaran kepada mereka yang tidak tau. Bukan tentang siapa
yang terikat pada sistem yang namanya sekolah sekarang. Tetapi tentang siapa yang mau
untuk diberi pengajaran tersebut.

Keterpurukan Indonesia dalam soal Pendidikan adalah dampak dari bagaimana sistem
pendidikannya. Pemetaan terhadap siapa yang boleh bersekolah, yang bermateri mendapat
sambutan meriah sedangkan rakyat kecil menjadi babu saja. Sehingga banyak kita jumpai
seorang yang putus sekolah karena hanya masalah biaya. Tuntutan dalam suatu kelembagaan
hanya menjadi peniru. Pengembangan suatu ilmu hanya dilakukan pada seorang sarjana saja,
dan itupun harus ada kontrol dari lembaga itu. Banyak pemikir pemikir baru yang mungkin
lebih dalam dikaji, akan membangun moralitas dalam kehidupan. Tapi pemikiran itu akan
dikerdilkan oleh penguasa jika itu akan menjadi suatu boomerang bagi kekuasannya.

Anda mungkin juga menyukai