Anda di halaman 1dari 6

14.

kenakalan remaja mutlak karena lingkungan yang kurang baik


Pro

Pengertian Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja adalah perbuatan anak remaja (usia belasan) yang melanggar
nilai dan norma sosial serta mengganggu ketertiban umum. Perilaku ini dapat
menimbulkan kerugian bagi diri pelaku sendiri dan masyarakat.

Penyebab Kenakalan Remaja


Para remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Mereka rela melakukan apapun hanya untuk ingin
merasakan dan memuaskan rasa ingin tahu mereka.

Dengan fisik yang ciri fisik yang sama dengan orang dewasa tetapi memiliki pemahaman
dan emosional yang masih anak-anak, para remaja kerap kali melakukan kesalahan.
Kesalahan inilah yang dikatakan dengan kenakalan remaja.
Walau mereka baru melewati masa kanak-kanak masalah yang mereka timbulkan terkadang melebihi
masalah yang dibuat oleh orang dewasa.

Tak jarang para remaja melakukan tindakan kekerasan, pelecehan, dan bahkan pencurian.

Penyebab Kenakalan Remaja

Kontrol Diri
Dengan mempertimbangkan tingkat kecerdasan dan psikologis yang sama dengan anak-anak para remaja
masih sangat rentan akan kontrol diri. Para remaja memiliki wawasan yang terbatas dan emosional yang
meledak sehingga remaja berubah menjadi pribadi yang bertindak tanpa berpikir.

Lingkungan
Penyebab Kenakalan Remaja yang paling mendasar adalah faktor lingkungan. Faktor yang berpengaruh
besar dan ikut andil dalam pembahasan kali ini adalah lingkungan para remaja. Baik keluarga, sekolah, dan
bahkan sosial.

Menurut riset semakin baik dan pendukung lingkungan dari suatu individu maka semakin besar pula
keberhasilan yang didapat dari individu tersebut.

Jika dibesarkan di keluarga yang baik dan penuh perhatian maka remaja enggan melakukan kejahatan
karena kasih sayang dan nasehat keluarga.

Dengan sekolah yang nyaman dan memiliki suri tauladan yang baik seperti guru yang hebat, remaja
pastinya tidak ingin menyakiti perasaan guru dan akan memilih untuk mempertanyakan apa yang ada di

Kontra
penyebab kenakalan remaja Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri remaja, meliputi:
Krisis identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi. Integrasi pertama, terbentuknya perasaan konsisten dalam kehidupannya.
Integrasi kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua. Baca juga: Perilaku Menyimpang: Pengertian dan Contohnya
Faktor kepribadian Masa remaja dikatakan sebagai masa di mana seseorang sedang mencari jati
diri. Pada periode ini, seseorang akan meninggalkan masa anak-anak untuk menuju kedewasaan.
Masa ini dirasakan sebagai krisis identitas karena belum adanya pegangan. Kepribadian yang
tidak dapat dibentuk dengan baik, akan mengarahkan remaja pada kenakalan atau perilaku
menyimpang. Faktor status dan peranannya dalam masyarakat Tindakan menyimpang terhadap
hukum yang pernah dilakukan seorang anak, mendorongnya kembali untuk berbuat menyimpang.
Seseorang yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum sering kali saat kembali ke
masyarakat, akan mendapat status "eks atau mantan atau bekas". Sayangnya, status tersebut sulit
dihapuskan, akibatnya orang tersebut akan kembali berbuat menyimpang karena merasa ditolak
atau diasingkan.

15. kecerdasan adalah faktor dominan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak

Pro
Perolehan gelar sarjana merupakan salah satu tujuan mahasiswa melakukan studi di
universitas sehingga lebih mudah mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan seseorang
yang hanya lulusan sekolah menengah atas. Pencapaian indeks prestasi kumulatif (IPK) tinggi
dan kelulusan cepat menjadi tolak ukur bagi perusahaan untuk merekrut tenaga kerja yang
berkualitas. Lulusan S1 yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai, akan dapat
diterima di dunia kerja atau lebih mudah dan cepat memperoleh kerja. Dan merupakan salah
satu syarat masuk kerja, dan naik jabatan.

Kontra

Kecerdasan memang selalu dibutuhkan dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan, sehingga wajar
saja jika hampir semua perusahaan menyaring ketat ketika merekrut karyawannya.

Namun untuk bekerja, pada dasarnya seseorang tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual
(IQ) saja, tapi kecerdasan emosional (EQ) juga akan dibutuhkan.

Jadi, wajar saja jika semua perusahaan akan lebih mengutamakan untuk mempekerjakan karyawan
dengan kecerdasan emosional yang tinggi.

1. Memiliki Minat untuk Terus Berkembang dan Belajar

Karyawan yang punya kecerdasan emosional akan memiliki kemampuan baik dalam mengelola
dan menyelesaikan berbagai pekerjaan.

Hal ini membuat karyawan memiliki minat besar untuk terus berkembang menjadi pribadi yang
lebih baik lagi untuk menghadapi berbagai pekerjaan.

Karyawan seperti ini akan mudah belajar dan memiliki minat yang tinggi untuk selalu
mempelajari berbagai hal yang baru, terutama yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Ketika seseorang memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali dirinya sendiri secara
mendalam, maka orang tersebut juga akan lebih mudah untuk memahami orang lain.
Hal seperti ini dimiliki oleh karyawan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mereka bisa
memiliki empati kepada orang-orang lain di sekitarnya.

Kondisi ini akan memudahkan mereka untuk bekerja sama dan membangun lingkungan kerja yang
nyaman serta produktif di dalam lingkungan kerja mereka.

3. Memahami Kelemahan dan Kelebihan Diri Sendiri

Karyawan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi juga bisa memahami dengan baik dirinya
sendiri. Karyawan akan mengetahui apa saja kelemahan dan juga kelebihan yang terdapat di
dalam dirinya.

Jadi bisa dengan mudah menggunakan berbagai kelebihan ini dalam menyelesaikan berbagai
pekerjaannya, dan mengelola kelemahan mereka dengan sedemikian rupa. Hal ini akan berdampak
positif pada pekerjaan dan tugas-tugas yang ditanganinya.

16. Budaya kerja luar negri lebih baik daripada budaya kerja dalam negri

Pro
Tentunya budaya kerja tidak akan pernah lepas dari suatu organisasi. Budaya kerja merupakan sesuatu yang
paling penting dan berpengaruh karena tanpa budaya kerja suatu organisasi tentunya tidak akan lengkap karena
dengan adanya budaya kerja dapat mempermudah berjalannya suatu organisasi. Selain itu, budaya kerja juga
dapat menciptakan etos kerja.

Job Desk

Tidak hanya itu, di jepang juga sangat disiplin mengikuti aturan kerja yang sudah ditetapkan. Salah satunya Job
desk. Di jepang para pekerjanya hanya mengerjakan satu pekerjaan yang sudah diberikan dan ditetapkan oleh
atasan. Contohnya jika pekerjaan yang ditetapkan atasan adalah A maka yang dikerjakan juga A tidak ada disuruh
untuk mengerjakan pekerjaan yang bukan ditetapkan atasan.

Sementara para pekerja di Indonesia, bisa melakukan pekerjaan di luar job desk. Contohnya seperti jika karyawan
tersebut bekerja dibidang yang sudah ditetapkan maka bisa saja karyawan tersebut disuruh-suruh untuk
mengerjakan yang bukan dibidangnya.

Jam Pulang Kerja

Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan Ini
Recommended by
Kemudian jam pulang kerja. Para pekerja di jepang sangat disiplin menaati peraturan kerja yang berlaku di
perusahaannya. Jika peraturan perusahaan tersebut menetapkan jam pulang kerja pukul 17.00 maka para
pekerjanya mengikuti aturan jam yang sudah ditetapkan. Berbeda dengan indonesia, para pekerja bisa pulang
lebih awal dengan alas an izin dengan atasan untuk pulang lebih cepat.

KOntra

17. Penerapan 5 nilai dan 6 s sudah teruji untuk alumni SMK MITRA INDUSTRI MM2100 didunia kerja

Pro
Kontra

18. Sistem pembelajaran 5 hari 8 jam sudah dinilai efektif di Indonesia


Pro

Banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang menggunakan sistem pembelajaran 8 jam sehari. Para siswa diwajibkan
untuk masuk pukul 7 pagi dan baru akan pulang pukul 3 sore. Dipandang sekilas, memang sistem ini terlihat baik
dan menjanjikan bagi para orang tua, pasalnya, sistem ini mengizinkan murid untuk menghabiskan waktu lebih di
sekolah, yang juga berarti mereka diperbolehkan untuk menimba ilmu lebih. Menghabiskan waktu di sekolah juga
dinilai lebih baik untuk dijalani para murid dibandingkan dengan mereka menghabiskan waktu di rumah atau di
luar untuk bermain.

Memang benar, dengan belajar 8 jam sehari, murid-murid dapat menimba ilmu lebih. Hal ini juga
memperbolehkan para murid dan para guru untuk mencapai kuota pembelajaran yang harus mereka capai
dengan waktu yang tidak lama, 2 semester dan 6 bulan untuk tiap semester. Coba bayangkan jika kegiatan
belajar dan mengajar hanya berlangsung dalam 5 jam per hari, akan butuh waktu yang lebih lama untuk
mencapai kuota yang sudah ditentukan. Bukan hanya itu, guru-guru juga diminta untuk mengajarkan materi lebih
cepat dari seharusnya, yang tentunya akan mempengaruhi pengertian murid akan materi yang diajarkan. Karena
itu, untuk alasan ini metode 8 jam per hari memanglah bagus untuk digunakan.

Untuk mengetahui waktu belajar terbaik untuk kalian, cobalah untuk belajar secara rutin di jam tertentu. Misalnya
kalian merasa lebih nyaman belajar sebelum tidur, selalu agendakan waktu belajar kalian di jam tersebut. Otak
kalian akan terbiasa untuk menyerap informasi di jam tersebut. Tapi jika kalian merasa nyaman untuk belajar di
pagi buta, sebelum subuh misalnya, lakukan hal yang sama untuk membiasakan diri.

KOntra

Sistem pendidikan di Indonesia untuk saat ini bisa dikatakan masih sangat kurang efektif, sistem di negeri ini
memaksa para siswa nya untuk menjadi orang yang multi talent, memaksa siswa untuk menguasai semua
pelajaran di sekolah, padahal setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing. Ironis sekali jika
kita memaksa ikan untuk terbang, memaksa burung untuk menyelam, memaksa kura-kura untuk memanjat
pohon. Seharusnya pendidikan itu harus bisa mengembangkan atau meningkatkan bakat dan skill dari setiap
siswa, bukan memaksa siswa untuk bisa semua hal padahal guru tiap pelajaran berbeda beda, bukankah itu tidak
adil?

Contoh, ada seorang anak yang pandai atau berbakat dalam bidang olahraga dan tidak bisa/kasarnya bodoh
pada bidang matematika, hal yang harus dilakukan sekolah adalah fokus meningkatkan kemampuan anak
tersebut dalam bidang olahraga bukan memaksa dia untuk jago matematika misalnya. Jika dia dipaksa untuk
menguasai matematika, bakat utamanya akan terhambat dan sulit berkembang, sehingga pada akhirnya anak
tersebut tidak bisa menjadi apa - apa karena bakatnya tidak bisa berkembang dan pengetahuannya tentang
matematikanya pun tidak ada perubahan yang signifikan karena pikirannya tak mampu menguasai bidang
tersebut. Jika seandainya dia digembleng atau diasah bakatnya dalam bidang olaharaga kemungkinan besar dia
bisa menjadi seorang atlet atau guru olahraga, bukan menjadi pecundang yang tidak bisa apa - apa.

Pendidikan yang seharusnya diterapkan di negeri ini yaitu fokus pada bakat dalam diri siswa. Misal pada jenjang
SD dan SMP masa tersebut fokus digunakan untuk mencari jati diri atau bakat dari setiap siswa, menggali dan
mencari tahu apa bidang ya disukai siswa, untuk kemudia mengajarkan atau memberi tahu apa saja hal yang
harus dipelajari tiap siswa untuk menggapai impiannya di bidang yang di minatinya. Selanjutnya di jenjang SMA /
sederajat, tiap siswa bisa fokus pada bidang yang menjadi bakat nya masing - masing, diberikan mata pelajaran
yang berhubungan atau sesuai dengan bidangnya, mata pelajaran yang nantinya akan dibutuhkan siswa setelah
lulus sekolah.

19. Seorang siswa lebih penting menguasai 1 mata pelajaran dibandingkan menguasai semua mata pelajaran

Pro
Belakangan ini kita pasti tahu bahwa banyak sekali anak-anak sekolah yang nilainya jelek atau tidak baik
disekolahnya,tetapi para orang tua jangan khawatir dengan nilai anak jelek disekolah, tidak menutup
kemungkinan untuk anak tersebut tidak sukses. Karena masa depan tidak di tentukan sekolah. Sekarang yang
menjadi pertanyaan kita, apasih yang membuat nilai sekolah anak menjadi jelek ?

Menurut saya karena di jenjang sekolah, anak tidak diberikan kebebasan untuk memilih pelajaran yang dia sukai
atau yang dia mampu. Malah anak harus mempelajari semua pelajaran yang di tentukan oleh sekolah, dan itu
jumlahnya tidak sedikit kira-kira 10-15 mata pelajaran.

mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih di bangku SD atau sekolah dasar, kita lihat dulu beberapa lama,
pelajaran apa yang paling anak tersebut sukai lalu kita pisahkan kelasnya. Contoh anak tersebut lebih menyukai
pelajaran matematika, maka guru berikan pelajaran matematikanya lebih banyak dari pelajaran yang lain, dan jika
dia menyukai pelajaran sejarah, maka berikan dia pelajaran sejarah yang banyak. Jadi kesannya seperti orang
kuliah, tapi diterapkan sejak kecil, kalau sejak kecil anak itu sudah dijuruskan ke pelajaran apa yang dia sukai atau
kuasai, bukan di jejalkan dengan semua pelajaran yang dia suka atau tidak suka, harus bisa dan harus hafal.

Sedangkan guru saja tidak tidak mengajar semua mata pelajaran, pasti setiap mata pelajaran berbeda gurunya
ada bidang studinya masing-masing, toh kenapa anak muridnya harus mempelajari semua mata pelajaran
tersebut?. Anehnya kalau kita ambil guru yang mengajar pelajaran sejarah atau geografi, lalu kita test untuk
mengerjakan soal pelajaran matematika, saya rasa guru tersebut tidak bisa mendapatkan nilai yang bagus atau
nilainya jelek. Lantas kenapa anak muridnya di paksakan harus nilai bagus dengan jumlah mata pelajaran yang
banyak. Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, kenapa anak muridnya harus menguasai
semua pelajaran ? Ya mungkin untuk dasar katanya. Tapi ketika udah dewasa sang guru pun sadar dia tidak
menggunakan ataupun memerlukan ilmu/pengetahuan yang diberikan semasa kecil. Betul tidak ? anda sendiri
yang bisa menjawabnya.

KOntra

Ada dua hal yang perlu diluruskan:

1. Guru menguasai satu pelajaran saja, tapi bukan berarti guru tersebut tidak
mengerti pelajaran lain. Seorang guru Bahasa Indonesia juga mengerti Matematika,
walau tidak mendalam. Bayangkan, kalau nilai Matematika si guru Bahasa ini
jeleeeeeek sekali, ada kemungkinan ia tidak lulus sekolah, atau ia tidak bisa masuk
kuliah untuk mengambil jurusan apapun, karena apapun jurusannya, nilai-nilai
pelajaran utama seperti Matematika akan diperhitungkan. Jika nilai Matematika
guru Bahasa ini 60, ia sudah bisa lulus sekolah dan kuliah, karena secara umum dan
mendasar (capable), dia memiliki kemampuan Matematika, walau tidak sampai
tahap ahli (expert) seperti teman-temannya yang mendapat nilai 90.
2. Ekspektasi guru bukanlah agar muridnya menguasai (menjadi ahli) dalam semua
pelajaran, namun cukup memiliki kemampuan yang memadai di setiap pelajaran.
Ini serius. Guru mungkin senang kalau semua muridnya mendapat nilai 90 di
semua pelajaran. Namun, guru juga tahu kemampuan siswanya, dan ia punya
ekspektasi berbeda-beda untuk setiap anak di setiap pelajaran. Harapan guru pada
anak yang kemampuan akademiknya rendah hanyalah minimal anak itu mendapat
nilai 50–60 (tergantung standar kelulusan minimum sebuah sekolah). Standar ini
dibuat berdasarkan perkiraan bahwa jika murid telah mencapai nilai tersebut, maka
kemampuannya sudah “cukup” (capable) untuk digunakan di masa depan, walau
tidak ahli (expert).

Anda mungkin juga menyukai