Anda di halaman 1dari 7

Izin menjawab dan menangapi diskusi 3

Menurut saya, SQ3R merupakan metode yang sangat baik untuk membaca intensif dan rasional
sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk keperluaan studi. Metode ini di rancang menurut
jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar secara sistematis dan efisien( Nuhadi, 1989). Dalam
metode SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survai bacaan untuk mendapatkan gagasan
umum dari bacaan. Lalu mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya diharapkan
terdapat dalam bacaan tersebut agar lebih mudah memahami bacaan. Selanjutnya dengan
mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya agar kita menguasai bacaan dan
mengingatnya lebih lama, maka dalam langkah-langkah Metode SQ3R itu :

1. survey : survey dalam satu bab atau juga sebuah bacaan memerlukan waktu itu kurang lebih 5-10
menitan, hal-hal yang peril didurvey dalam bacaannya adalah Baca Judul, baca Pendahuluan, Baca
kepala judul ( sub bab ), pehatikan Grafik nya, perhatikan garfik, dan perhatikan alat bantu baca.

2.Question : Dengan mengajukan pertanyaan, secara sadar kita akan menjadi penuh perhatian, mampu
berpikir tentang tantangan kreatif yang akan kita hadapi dan tangkap dalam mengenali benih-benih ide
yang berguna. Pelontaran ide juga memberikan energi pada otak sebelum dimulainya proses membaca.

3. Read : Cara yang digunakan adalah membaca kritis yaitu membaca bagian demi bagian sambil
mencari jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan topik bacaan

4. Recite : dengan melihat pertanyaanpertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab tersebut
dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku

5. Review : merenungkan pascabaca dengan menggunakan 5W1H

Ada pun kelebihan dan kekurangan dari Metode SQ3R ini yaitu :

Kelebihan metode SQ3R menurut Soedarso memiliki kelebihan karena dengan menggunakan metode ini
pembaca cenderung lebih mudah menguasai isi bacaan. Hal ini terjadi karena sebelum membaca,
pembaca melakukan survey bacaan terlebih dahulu untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan
dibaca. Kemudian dia mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya terdapat
dalam

Kekurangan metode SQ3R antara lain: menurut Santoso & Wijaya bahwa metode SQ3R hanya
menguntungkan jika digunakan untuk membaca bacaan menggunakan bahasa yang sama dengan
bahasa yang digunakan oleh pembaca (1997). Oleh karena itu, jika bacaan yang dibaca menggunakan
bahasa asing, metode ini akan sulit digunakan. Di samping itu, metode ini akan sulit digunakan untuk
memahami bacaan yang banyak memuat rumus (misalnya pada pelajaran Kimia).
Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.
1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia
berdasarkan hasil kongres VII s.d. XI dengan menggunakan
peta konsep (mind mapping).
2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia
saat ini? Penjelasan Anda harus disertai dengan alasan yang
logis dan disertai contoh.
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!
Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
Oleh: Buyung Okita 
Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi
kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-
ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-
putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di
kemudian hari.
Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya
asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut
adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut. 
Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana
orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang
anak.
Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana
orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan batasan
yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk
upaya yang telah putra-putrinya lakukan.
Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak
memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak
memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau
tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang
ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal
yang bersifat sangat serius.
Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua
sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa
sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak
membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.
Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun
digambarkan bahwa anak-anak di Jepang merupakan anak yang
patuh? Walaupun di balik itu terdapat unsur kompetitif yang
muncul karena adanya harapan orangtua agar putra-putrinya
dapat lulus masuk ke sekolah atau kampus yang bergengsi. 
Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang
positif, tetapi karena tingkat kompetitif yang tinggi dari harapan
orangtua membuat putra-putri merasa tertekan. Bagaimanakah
stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat
sebagai hal yang positif?
1. Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat
Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya
sampai usia 5 tahun anak tidur bersama orangtuanya. Ibu juga
selalu menemani di manapun anaknya berada. 
Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya
sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu, memasak,
berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang
telah melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja
dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah. 
Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa
saja. Mungkin budaya ini sedikit berbeda dengan negara lain.
Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah
membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.
Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan
menjadi role model yang baik. Filosofi ini menunjukan, dengan
anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh
sehat.
Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi
dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal
saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga beranggapan bahwa
sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak
merasakan kasih sayang orangtuanya. 
2. Orang tua adalah cerminan anak
Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk
mengetahui bagaimana orangtua mengasuh anaknya. Orangtua
di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara
untuk membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan
anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah
diajarkan atau dengan caranya sendiri. 
Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa
yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua
sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya.
Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi
melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk
melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk
disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua. 
Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi
melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak
dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau tidak. 
Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai
diajarkan tidak hanya sebagai mata pelajaran dan diselipkan di
mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan ruang untuk
melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan
makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap
dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun
terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk menbuat anak-
anak belajar untuk disiplin.
3. Orangtua dan anak adalah setara
Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan
ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi
batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.
Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga
sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi
yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih
bersifat demokratis.
Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan
keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta belajar
bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang).
Anak diajarkan untuk mulai independen dan dipersiapkan untuk
dapat siap menjadi orang dewasa. 
Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa
dengan biasanya diadakan upacara hari kedewasaan yang
diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh
pemuda berusia 20 tahun. 
4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi
Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di
komunitas sosial masyarakat yang lebih luas, anak juga
diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati
perasaanya sendiri.
Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau
menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang
dirasa kurang pantas.
Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih
privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat
memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.
Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka
menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu pula dewasa ini nilai
budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang
mendidik anaknya. Namun meskipun terjadi pergeseran dan
perubahan, gaya asuh orangtua di Jepang yang menyayangi
putra-putrinya tidak berubah.
Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang,
dapat dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan perpaduan
antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).
Sumber: https://www.kompasiana.com/buyungokita/
%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-parenting-budaya-
jepang?page=all#section2
Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan artikel di atas.
1. Berdasarkan hasil survey (meninjau) Anda, topik/subtopik
apa saja yang menurut Anda penting?
2. Tuliskan daftar pertanyaan (question) berkaitan dengan
informasi yang Anda perlukan pada bacaan tersebut.
3. Berdasarkan hasil membaca (read) Anda, Informasi apa
yang Andaperoleh dari bacaan tersebut.
4. Ceritakan/jelaskan (recite) pengalaman membaca Anda
berkaitan dengan bacaan/wacana tersebut.
5. Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review), apakah
informasi yang Anda perlukan sesuai daftar pertanyaan
sudah cukup?
Susunlah tugas saudara dengan mengacu pada modul MKWU
4108 bahasa Indonesia pada halaman 3.25 s.d. 3.30

Anda mungkin juga menyukai