PENDAHULUAN
a. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta dan
kerosin adalah dengan metode ASTM D-86, untuk bensin alam dengan ASTM D-216,
dan untuk gas oil dengan ASTM D-158. Distilasi laboratorium dilakuakn pada
volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah 5 ml/menit. Suhu uap
mula – mula menetes (setelah mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Pint).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana
fraksi – fraksi seperti komponen gasoline, bahan bakar jet, minyak diesel dapat
diambil dari minyak mentah yang disajikan melalui kinerja dan volatilitas dalam
bentuk persen penguapannya.
b. Panas Laten Penguapan
Panas laten penguapan yang lazim disebut panas laten didefinisikan sebagai
panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb cairan pada titik didihnya pada
tekanan atmosfer. Penguapan dapat terjadi pada tekanan lain atau suhu lain. Panas
laten berubah dengan berubahnya suhu atau tekanan dimana terjadi penguapan. Panas
laten pada tekanan atmosfir untuk fraksi minyak bumi dapat dilihat pada grafik 5-5
s/d 5-9 Nelson.
c. Titik Didih
Sifta – sifat fisik minyak mentah maupun produknya mempunyai hubungan
yang erat dengan titik didih rata – rata seperti terlihat pada Table 1. Titik didih rata –
rata (MABP = Molal Average Boiling Point) lebih memuaskan dibandingkan dengan
penguapan. Hubungan titik didih rarta – rata dapat dilihat pada grafik 5-4 dan 5-5
Nelson.
Titik didih rata – rata volumetrik (VABP = Volume Average Boiling Point)
langsung dapat dihitungdari data distilasi dalam bentuk persen volume distilat
terhadap suhu penguapan, baik pada distilasi TBP maupun distilasi ASTM seperti
terlihat pada Tabel 2.
Titik didih rata – rata yang lain dapat dihitung menggunakan VABP dan sudut
garis miring (slpoe) dari grafik 5 – 4 dan 5 – 5 Nelson. Slpoe dapat dihitung dengan
t 70−t 10
rumus sebagai berikut : S = , oF / %
70−10
Hubungan antara titik didih rata – rata molal ( MABP) dan titik didih rata – rata
o
volumetrik (VABP) terhadap sifat – sifat fisik lain seperti API gravity, berat
molekul, faktor karakteristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada grafik 5
– 9 s/d 5 – 12 Nelson.
3. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah kebersihannya, kualitas
penyalaan, fluiditas, volaritas dan atomisasi. Kebersihan minyak diesel meliputi
residu karbon dan kandungan sulfur yang terdapat dalam minyak. Kualitas penyalaan
yang baik dinyatakan dengan pengukuran bilangan setana (cetane number) atau
indeks diesel yang ditunjukan dengan mudah tidaknya mesin di start pada suhu
rendah, tekanan mesin yang rendah, tekanan mesin yang rendah dan operasi mesin
yang halus. Fluiditas dan atomisasi minyak diesel ditandai dengan titik tuang (pour
point) dan viskositas minyak yang rendah, namun tidak demikian rendah sehingga
menyebabkan kesulitan pelumasan pada injector, kebocoran dan efisiensi yang
rendah. Volatilitas minyak ditandai dengan titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Di indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori yaitu minyak diesel untuk
kendaraan bermotor (ADO = automotive diesel oil).
1.2.2 TBP-EFV
4. Solar memiliki rentang rantai karbon C15 sampai C17 dan rentang titik didih
250oC sampai 300oC.
5. Minyak Pelumas memiliki rentang rantai karbon C18 sampai C20 dan rentang
titik didih 300oC sampai 350oC.
6. Lilin memiliki rentang rantai karbon C20 ke atas dan titik didih diatas 350oC.
7. Minyak Berat memiliki rentang rantai karbon C31 sampai C40 dan titik didih
di atas 350oC.
8. Residu memiliki rentang rantai karbon C40 dan 50 oC. Titik didih di atas
350oC.
(Tim Laboratorium POLNES, 2015)
1.2.2 Destilasi
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 4000°C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah
kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu
pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi). Destilasi berdasarkan
prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Destilasi batch
Destilasi batch adalah destilasi yang dilakukan satu kali proses, yakni bahan
dimasukkan dalam peralatan, diproses kemudian diambil hasilnya (destilat dan
residu).
b. Destilasi continue
Destilasi continue adalah destilasi jika prosesnya berlangsung terus-menerus. Ada
aliran bahan masuk sekaligus aliran bahan keluar.
Distilasi berdasarkan penggunaanya :
a. Destilasi Sederhana
Prinsipnya destilasi sederhana memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda. Proses ini dilakukan dengan
mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam
suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bisa dikatakan tidak
murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair
dengan zat padat atau minyak.
b. Destilasi Bertingkat
Destilasi bertingkat memiliki prinsip sama dengan distilasi sederhana, hanya
destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga
mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki
kondensor yang lebih banyak sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan
substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak.
c. Destilasi Azeotrop
Destilasi azeotrop memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain
yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan
tinggi.
d. Destilasi Kering
Destilasi kering memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan
cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau
batu bata.
e. Desstilasi vakum
Destilasi vakum memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi,
metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah
dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang
digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
(Hana. K. J, 2011)
1.2.8 Hydrometer
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau
kepadatan relatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air.
Hydrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan
bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk membuatnya mengapung tegak.
Supaya tabung kaca terapung tegak dalam zat cair, bagian bawah tabung dibebani
dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya
volume zat cair yang dipindahkan hydrometer lebih besar. Dengan demikian,
dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan hydrometer dapat mengapung di dalam
zat cair.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yang tersuspensi pada fluida akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat fluida
yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut, semakin
jauh hydrometer tenggelam. Seberap ajauh hydrometer tersebut teggelam dapat dilihat
dari skala pembacaan yang terdapat dalam hydrometer itu sendiri.
(Ginanjar. W, 2014)