Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH TEKNOLOGI MINYAK BUMI

PEMURNIAN MINYAK BUMI

DI SUSUN OLEH :

NAMA/NIM :

1. Erwin Tallu Sangrapu 15644009

2. Dodi Ilham Suryanata 15644011

3. Rahmat Hidayat 15644017

4. Nasrul 15644018

5. Bagus Imam Bukhori 15644026

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2017
Daftar Isi
BAB I ................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ............................................................................... 5
1. Latar Belakang ....................................................................... 5
2. Rumusan Masalah .................................................................. 6
3. Tujuan ..................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................. 8
STUDI PUSTAKA ............................................................................. 8
2.1 Definisi Minyak Bumi .............................................................. 8
2.2 Sejarah Minyak Bumi .............................................................. 8
2.3 Komposisi Minyak Bumi ....................................................... 10
2.3.1 Komposisi Hidrokarbon pada Minyak Bumi ................... 11
2.3.1.1 Alkana ............................................................................... 12
2.3.1.2 Sikloalkana........................................................................ 12
2.3.1.3 Hidrokarbon Aromatik.................................................... 13
2.4 Kandungan Unsur Kimia dalam Minyak Bumi .................. 14
2.4.1 Sulfur (Belerang) ................................................................. 14
2.4.2. Oksigen ................................................................................ 14
2.4.3. Nitrogen ............................................................................... 15
2.4.4 Unsur-Unsur Logam ........................................................... 15
2.5 Komposisi Molekul Hidrokarbon dalam Minyak Bumi ..... 16
2.5.1 Minyak Bumi Golongan Parafin ........................................ 16
2.5.2 Minyak Bumi Golongan Naftalena .................................... 17

2
2.5.3. Minyak Bumi Golongan Campuran Parafin-Naftalena . 17
2.6 Proses Pemurnian Minyak Bumi ....................................... 17
2.6.1 Treating ................................................................................ 17
2.6.2 Pengolahan Sweetening....................................................... 18
2.6.3 Oksidasi Merkaptan Menjadi Disulfida ............................ 18
2.6.4 Proses Desulfurisasi............................................................. 29
2.6.4.1 Proses Girbotol ............................................................. 32
2.6.4.2 Proses Glikol-Amin ...................................................... 32
2.6.4.3 Proses Desulfurisasi Fosfat .......................................... 33
2.6.4.4 Proses Alkazid .............................................................. 34
2.6.4.5 Proses Kalium Karbonat Panas .................................. 34
2.6.4.6 Proses Giammarco-Vetrocoke..................................... 35
2.7 ACID TREATMENT ....................................................... 39
2.8 DEWAXING ........................................................................... 40
2.9 Deasphalting ........................................................................... 43

3
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa


ta’ala karena telah memberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan tugas makalah bidang studi Teknologi Minyak
Bumi.
Kami Kelompok 1 mengucapkan terima kasih kepada
dosen bidang studi teknologi minyak bumi yaitu Bapak Mustafa
yang telah memberikan kami ilmu dan membimbing kami.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih
banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami
mengharapkan semoga makalah Teknologi Minyak Bumi
berjudul Pemurnian Minyak Bumi dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamualaikum wr. wb

Samarinda, … Mei 2017

Penulis

4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak mentah
bervariasi dalam jumlah dan jenisnya. Zat-zat tersebut terdiri
dari senyawa-senyawa organik yang mengandung sulfur,
nitrogen, dan oksigen; logam-logam terlarut dan garam-garam
anorganik; garam-garam yang terlarut yang larut dalam air yang
terbawa minyak membentuk emulsi. Zat-zat pengotor yang tidak
diingini, biasanya dipisahkan atau dirubah ke dalam bentuk yang
tidak berbahaya.

Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk menjaga : a) korosi


peralatan, b) kerusakan katalis, c) menurunkan mutu produk
akhir seperti warna yang jelek, ketidak stabilan terhadap cahaya,
korosif, bau yang tidak enak, dan lain-lain. Beberapa pengolahan
secara kimiawi dan gabungan beberapa cara dapat dipakai, dan
kebanyakan memilih satu atau lebih dari klasifikasi pengolahan
sebagai berikut: 1) dengan asam, 2) dengan alkali (soda), 3)
dengan pelarut, 4) dengan oksidasi, 5) dengan adsorpsi lempung.
Pemilihan proses pengolahan untuk situasi kilang tertentu
tergantung pada keadaan alam fraksi minyak yang diolah dan
spesifikasi yang diingini untuk produk akhir atau produk
menengah. Pada pengolahan produk-produk rigan (straight-
5
run), metoda pengolahan kimiawi telah menjadi hal yang tidak
menarik semenjak perkembangan proses hidrogen yang menjadi
praktis sebagai suatu hasil dari produk samping dari reforming
katalis. Seiring dengan hal tersebut adalah meningkatnya
kebutuhan dan perkembangan lebih lanjut tentang proses
pemisahan gas-gas asam (H2S) untuk pembuatan sulfur.
Sebaliknya fraksi-fraksi perengkahan katalis tetap memakai
pengolahan kimiawi, umumnya dengan variasi pencucian soda.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses–proses pemurnian minyak bumi ?
2. Apa saja tahapan dalam pemurnian minyak bumi?
3. Teknologi apa yang digunakan dalam pemurnian minyak
bumi?
4. Apa saja zat – zat pengotor yang terdapat dalam minyak
bumi?
5. Bagaimana proses pengolahan minyak bumi sehingga dapat
dimanfaatkan?

3. Tujuan
1. Mengetahui proses pembentukan terjadinya minyak bumi

2. Mengetahui tahapan dalam pemurnian minyak bumi


6
3. Mengetahui teknologi apa yang digunakan dalam pemurnian
minyak bumi

4. Mengetahui zat – zat pengotor yang terdapat dalam minyak


bumi

7
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Definisi Minyak Bumi

Minyak bumi adalah istilah yang meluas dalam kehidupan


sehari-hari. Sebelumnya orang menggunakan istilah minyak
tanah atau minyak yang dihasilkan dari dalam tanah namun
istilah yang lazim dipakai sekarang adalah miyak bumi
sementara kata ‘minyak tanah’ lazim digunakan untuk menyebut
bahan bakar kompor minyak atau bahasa Inggrisnya kerosene.
Secara harfiah, minyak bumi berarti ‘minyak di dalam perut
bumi’. Istilah minyak bumi lebih tepat karena minyak ini
terdapat didalam perut bumi bukan didalam tanah. (Anonym)

Bahasa Inggris minyak bumi adalah petroleum yang berasal


dari bahasa Yunani πέτρα (petra) yang berarti ‘batu’ dan ἔλαιον
(elaison) yang berarti minyak. Kata petroleum pertama kali
digunakan dalam karangan De Natura Fossilium yang dikarang
pada tahun 1546 oleh Georg Bauer yang berkebangsaan Jerman.

2.2 Sejarah Minyak Bumi

Minyak Bumi telah digunakan oleh manusia sejak zaman


kuno, dan sampai saat ini masih merupakan komoditas yang

8
penting. Minyak Bumi menjadi bahan bakar utama setelah
ditemukannya mesin pembakaran dalam, semakin majunya
penerbangan komersial, dan meningkatnya penggunaan plastik.

Lebih dari 4000 tahun yang lalu, menurut Herodotus dan


Diodorus Siculus, aspal telah digunakan sebagai konstruksi dari
tembok dan menara Babylon; ada banyak lubang-lubang minyak
di dekat Ardericca (dekat Babylon). Jumlah minyak yang besar
ditemukan di tepi Sungai Issus, salah satu anak sungai dari
Sungai Eufrat. Tablet-tablet dari Kerajaan Persia Kuno
menunjukkan bahwa kebutuhan obat-obatan dan penerangan
untuk kalangan menengah-atas menggunakan minyak Bumi.
Pada tahun 347, minyak diproduksi dari sumur yang digali
dengan bambu di China.

Pada tahun 1850-an, Ignacy Łukasiewicz menemukan


bagaimana proses untuk mendistilasi minyak tanah dari minyak
Bumi, sehingga memberikan alternatif yang lebih murah
daripada harus menggunakan minyak paus. Maka, dengan
segera, pemakaian minyak Bumi untuk keperluan penerangan
melonjak drastis di Amerika Utara. Sumur minyak komersial
pertama di dunia yang digali terletak di Polandia pada tahun
1853. Pengeboran minyak kemudian berkembang sangat cepat
di banyak belahan dunia lainnya, terutama saat Kerajaan Rusia

9
berkuasa. Perusahaan Branobel yang berpusat di Azerbaijan
menguasai produksi minyak dunia pada akhir abad ke-19.

Tiga negara yang memproduksi minyak terbanyak adalah


Arab Saudi, Rusia, dan Amerika Serikat. Sekitar 80 persen
minyak dunia dihasilkan dari Timur Tengah, dengan 62,5
persennya berasal dari Arab 5: Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Irak, Qatar, dan Kuwait.

Pada tahun 1950-an, biaya pengangkutan minyak


menggunakan kapal tangker mencapai 33 persen dari harga
minyak di teluk Persia, tetapi pada saat pengembangan
supertangker pada tahun 1970-an, biaya pengangkutan menurun
menjadi hanya 5 persen.

2.3 Komposisi Minyak Bumi

Penampakan fisik minyak bumi sangat beragam, tergantung dari


komposisinya. Pada umumnya, minyak bumi yang baru
dihasilkan dari sumur pengeboran berupa lumpur berwarna hitam
atau cokelat gelap, meskipun ada juga minyak bumi yang
berwarna kekuningan, kemerahan, atau kehijauan. Sumur minyak
sebagian besar menghasilkan minyak mentah, terkadang ada juga
kandungan gas di dalamnya Karena tekanan di permukaan Bumi

10
lebih rendah daripada di bawah tanah, beberapa gas akan keluar
dalam bentuk campuran.

Jenis hidrokarbon yang terdapat pada minyak Bumi sebagian


besar terdiri dari alkana, sikloalkana, dan berbagai macam jenis
hidrokarbon aromatik, ditambah dengan sebagian kecil elemen-
elemen lainnya seperti nitrogen, oksigen dan sulfur, ditambah
beberapa jenis logam seperti besi, nikel, tembaga, dan vanadium.
Jumlah komposisi molekul sangatlah beragam dari minyak yang
satu ke minyak yang lain.

2.3.1 Komposisi Hidrokarbon pada Minyak Bumi

Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon yang berbeda-


beda. Perbedaan ini tergantung dari faktor umur, suhu
pembentukan, dan cara pembentukan. Minyak dari Indonesia
mengandung banyak senyawa aromatik seperti benzena,
sedangkan minyak bumi dari Rusia mengandung banyak
senyawa sikloalkana seperti sikloheksana. Berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam minyak
bumi terdiri atas bermacam-macam senyawa hidrokarbon.
Senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut sebagai berikut.

11
2.3.1.1 Alkana

Golongan alkanan yang banyak terdapat dalam minyak bumi


adalah n-alkana dan isoalkana. n-alkana adalah alkana jenuh

berantai lurus dan tidak bercabang, contoh n-oktana.

Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai


atom C tersier dan bercabang, contoh isooktana.

Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah senyawa hidrokarbon


tersatuasi yang mengandung rantai lurus atau bercabang yang
molekulnya hanya terdiri atas atom karbon (C) dan hidrogen (H).

2.3.1.2 Sikloalkana

Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal dan


berbentuk cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam

12
minyak bumi adalah siklopentana seperti metil siklopentana dan
sikloheksana seperti etil sikloheksana.

Sikloalkana juga dikenal dengan nama naptena. Naptena adalah


senyawa hidrokarbon tersaturasi yang mempunyai satu atau lebih
ikatan rangkap pada karbonnya. Naptena memiliki rumus umum
CnH2n dan mempunyai ciri-ciri mirip alkana tetapi mempunyai
titik didih yang lebih tinggi.

2.3.1.3 Hidrokarbon Aromatik

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon yang tidak tersaturasi,


memiliki satu atau lebih cincin planar karbon-6 atau cincin
benzena. Pada struktur ini, atom hidrogen berikatan dengan atom
karbon dengan rumus umum CnHn. Jika hidrokarbon aromatik
dibakar, akan menimbulkan asap hitam pekat dan beberapa
bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Senyawa
hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi adalah
senyawa benzena, contoh etil benzena.

13
2.4 Kandungan Unsur Kimia dalam Minyak Bumi

Secara umum, komponen minyak bumi terdiri atas lima unsur


kimia, yaitu 83-87% karbon, 10-14% hidrogen, 0,05-6%
belerang, 0,05-1,5% oksigen, 0,1-2% nitrogen, dan < 0,1% unsur-
unsur logam.

2.4.1 Sulfur (Belerang)

Minyak mentah mempunyai kandungan belerang yang lebih


tinggi. Keberadaan belerang dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau
basah), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida
sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.

2.4.2. Oksigen

Oksigen dapat terbentuk karena kontak yang cukup lama antara


minyak bumi dengan atmosfer di udara. Kandungan total oksigen
dalam minyak bumi adalah antara 0,05 sampai 1,5 persen dan
menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen
bisa menaik apabila produk itu terlalu lama berhubungan dengan
udara. Senyawa yang terbentuk dapat berupa: alkohol, keton,

14
eter, dll, sehingga dapat menimbulkan sifat asam pada minyak
bumi. Oksigen dapat meningkatkan titik didih bahan bakar.

2.4.3. Nitrogen

Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat


rendah, yaitu 0,1-2%. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe
asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan
dapat membentuk gum (getah) pada fuel oil. Kandungan nitrogen
terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi.

2.4.4 Unsur-Unsur Logam

Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan


vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas
katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan
banyak gas, dan pembentukkan coke. Pada power generator
temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya
konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak
pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel
yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat
bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan
turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory
itu.

15
2.5 Komposisi Molekul Hidrokarbon dalam Minyak Bumi

Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin,


naptena, aspaltena, dan aromatik. Komposisi molekul
hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berdasarkan
beratnya adalah sebagai berikut:

No. Hidrokarbon Rata-Rata Rentang

1. Naptena 49% 30-60%

2. Parafin 30% 15-60%

3. Aromatik 15% 3-30%

4. Aspaltena 6% sisa-sisa

Berdasarkan komponen terbanyak dalam minyak bumi, minyak


bumi dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu parafin, naftalena,
dan campuran parafin-naftalena.

2.5.1 Minyak Bumi Golongan Parafin

Sebagian besar komponen dalam minyak bumi jenis parafin


adalah senyawa hidrokarbon rantai terbuka. Minyak bumi jenis

16
ini dimanfaatkan untuk bahan bakar karena merupakan sumber
penghasil gasolin.

2.5.2 Minyak Bumi Golongan Naftalena

Komponen terbesar dalam minyak bumi jenis naftalena berupa


senyawa hidrokarbon rantai siklis atau rantai tertutup. Minyak
bumi jenis ini digunakan untuk pengeras jalan dan pelumas.

2.5.3. Minyak Bumi Golongan Campuran Parafin-Naftalena

Minyak bumi golongan ini komponen penyusunnya berupa


senyawa hidrokarbon rantai terbuka dan rantai tertutup.

2.6 Proses Pemurnian Minyak Bumi


2.6.1 Treating

Treating adalah proses pemurnian fraksi minyak bumi melalui


eliminasi bahan-bahan pengotor yang terikut dalam proses
pengolahan atau yang berasal dari bahan baku minyak mentah.
Bahan-bahan pengotor yang dihilangkan dalam proses treating
tersebut antara lain bau tidak sedap melalui copper sweetening
dan doctor treating, lumpur dan warna melalui acid treatment,
parafin melalui solvent dewaxing, aspal melalui deasphalting,
dan belerang dengan desulfurizing.

17
2.6.2 Pengolahan Sweetening

Proses sweteening adalah suatu proses untuk memisahkan


merkaptan, hidrogen sulfida, sulfur elementer dari dalam distilat-
distilat ringan. Merkaptan memberikan bau yang kotor, dan
secara serius menurunkan angka oktan karena turunnya
kerentanan terhadap TEL. Sulfur erlementer (sendiri-sendiri
maupun yang terikut dengan merkaptan) akan menyebabkan
korosi.

Macam-macam cara untuk mencapai kondisi sweetening adalah :

1. Oksidasi Merkaptan menjadi Disulfida


2. Pemisahan Merkaptan
3. Desulfurisasi, yaitu penghancuran dan pemisahan senyawa
sulfur lain yang terikut dengan merkaptan, hidrogen
sulfida, dan sulfur.
2.6.3 Oksidasi Merkaptan Menjadi Disulfida
Proses oksidasi ini merubah merkaptan menjadi disulfida yang
berbau besi sedikit. Untuk maksud tersebut sejumlah kelompok
proses sweetening telah dikembangkan. Pemilihan proses
tergantung pada situasi kilang tersebut.

Persamaan umum proses oksidasi ini adalah :

4 RSH + O2 2 RSSR + 2 H2O

18
Disulfida dapat menurunkan kerentanan terhadap TEL dari aliran
gasolin, maka proses ini lambat laun ditinggalkan.
Kecenderungan sekarang adalah memakai proses untuk
memisahkan merkaptan secara menyeluruh.

Macam-macam proses oksidasi adalah :

1. Oksidasi Sweetening, terdiri dari :


1. Doctor Sweetening.
2. Inhibitor sweetening.
3. Hypochlorite Sweetening.
4. Proses Bender
5. Proses Merox.
2. Cooper Sweetening, terdiri dari :
1. Philips Cooper Sweetening.
2. UOP Cooper sweetening.
3. Linde Coper Sweetening.

1. Proses Oksidasi Sweetening

a. Sweetening dengan Larutan Doktor

Proses Doctor Sweetening adalah suatu proses pengolahan


kimia secara kontinyu ataupun batch untuk merubah
merkaptan yang ada dalam produk kilang yang masam (sour)

19
menjadi disulfida menggunakan larutan doktor (natrium
plumbit, Na2PbO2) dan sulfur bebas.

Reaksi yang terjadi adalah :

2 RSH + Na2PbO2 (RS)2Pb + 2 NaOH

(RS)2Pb + S RSSR + PbS

Reagensia disiapkan dengan melarutkan timbal oksida dalam


larutan 5 – 20 % (berat) NaOH. Jumlah timbal oksida yang
dilarutkan (1 – 3 %) tergantung pada suhu dan konsentrasi
soda. Pada pengolahan kontinyu, umpan masam dicuci
pendahuluan dengan soda kaustik untuk memisahkan H2S dan
komponen-komponen asam lainnya. Sebagian aliran
mengambil sejumlah sulfur, lalu bergabung kembali dengan
aliran utama, yang kemudian secara intim bercampur dengan
larutan doktor yang telah diregenerasi pada suhu 85 - 120 oF.
Campuran diendapkan dan dipisahkan di dalam settler,
dimana gasolinnya lalu disimpan. Reagensia bekas
dipanaskan dan di-skim didalam settler dan dihembusi udara
o
pada suhu 150 - 175 F untuk menyempurnakan
regenerasinya, sedangkan reagensia segar secara periodik
ditambahkan ke dalam sistem. Proses pemurnian doctor
sweetening masih tetap dipakai meskipun proses ini sudah tua

20
di dalam industri minyak. Perkembangan akhir-akhr ini di
dalam hydrogen treating telah mengurangi peranan doctor
treating dalam mengolah distilat-distilat. Kecenderungan
pengolahan gasolin sekarang menghindari pemakaian doctor
treating disebabkan karena pengaruh yang merusak oleh
disulfida terhadap angka oktan bensin yang mengandung
timbal.

b. Sweetening dengan Inhibitor

Proses ini adalah suatu proses pemurnian kimia yang kontinyu


untuk memperbaiki gasolin yang mengandung sedikit
merkaptan dengan menggunakan inhibitor penilen-diamin,
udara, dan soda kaustik.

Gasolin rengkahan yang mengandung sulfur merkaptan


rendah dapat di sweetening dengan inhibitor tanpa adanya
soda kaustik, tetapi reaksinya akan disertai dengan
pembentukan peroksida yang berlebihan. Sweetening dengan
inhibitor telah digunakan secara luas dengan berbagai variasi
sejak ditemukan pada tahun 1946, tetapi secara umum
berkaitan dengan pencucian soda untuk mengurangi disulfida
dan pembentukan peroksida. Peroksida merupakan
penyumbang terjadinya keburukan terhadap stabilitas bensin
bertimbal sehingga menyebabkan mesin-mesin menjadi kotor.

21
Inhibitor tipe penilen-diamin dipasarkan oleh UOP Co,
Tennes see Eastman Co, E.I.du Pont de Nomours & Co, Ethyl
Corp, dan lain-lain.

c. Sweetening dengan Hipokhlorit

Proses ini adalah suatu proses kimia untuk merubah


merkaptan yang terdapat dalam gasolin alam atau gasolin
ringan (straight-run) menjadi senyawa-senyawa sulfur yang
kurang berbahaya. Prinsip reaksi adalah menghasilkan
disulfida dengan pembentukan terbatas sulfon dan asam-asam
sulfonik, tergantung pada konsentrasi reagensia. Reagensia
yang dipakai berupa natrium ataupun hipokhlorit. Reagensia
yang dipakai berupa natrium ataupun kalium hipokhlorit.
Reagensia dapat disiapkan dikilang dengan melewatkan gas
khlor melalui larutan soda 10 % pada suhu 95 oF, dapat juga
disiapkan tepung pemucat (kalsium hipokhlorit) yang
mengandung 65 % khlor. Apabila terdapat trace hidrogen
sulfida lebih banyak, maka pencucian pendahuluan dilakukan
dengan alkali akan menurunkan biaya bahan kimia dan
mencegah pembentukan sulfur bebas. Setelah dipakai untuk
pencucian, alkali sering kali dipakai untuk memisahkan
produk-produk hasil khlorinasi yang tidak dikehendaki. Suhu
pengolahan adalah 95 - 110 oF.

22
Proses ini berkembang baik pada tahun 1930-an, tetapi
sekarang terbatas hanya untuk mengolah gasolin alam dan
pelarut-pelarut tertentu. Keuntungan proses ini adalah
kesederhanaannya, meskipun tidak ekonomis karena biaya
khlor yang tinggi.

d. Proses Bender

Proses ini dikembangkan oleh Sinclair Refining Co pada tahun


1940 dan dilisensi oleh Petreco Division of Petrolite Corp,
adalah suatu proses pengolahan dengan katalis unggun tetap
yang kontinyu untuk memurnikan (sweetening) kerosin,
minyak-minyak jet menggunakan katalis timbal sulfida.
Proses sweetening dipengaruhi oleh perubahan merkaptan
menjadi disulfida. Sejumlah sulfur, alkali, dan udara yang
dikontrol ditambahkan ke dalam aliran umpan dan dilewatkan
ke dalam unggun katalis timbal disulfida. Pengaturan yang
tepat terhadap timbal akan menghasilkan produk-produk yang
tidak korosif. Unggun katalis diregenerasi secara kontinyu.
Diagram Alir proses dapat dilihat pada Gambar 9.

e. Proses Merox

Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh UOP Co adalah


suatu proses gabungan untuk ekstraksi merkaptan dan

23
memurnikan (sweetening) gasolin dan minyak-minyak yang
mempunyai jarak didih rendah. Proses Merox dapat juga
beroperasi secara terpisah yaitu sebagai ekstraktor merkaptan
atau sebagai pemurni (sweetener) merkaptan, tergantung pada
keperluannya dan ekonomis produk. Apabila dipakai untuk
sweetening saja maka proses lebih cocok untuk minyak-
minyak jet, kerosin, dan distilat-distilat menengah. Katalis
merox pada dasarnya adalah suatu garam kobal yang tidak
larut dalam minyak, tidak korosif, dan dapat dilarutkan dalam
larutan soda, atau dalam support zat padat tertentu. Ongkos
katalis lebih murah jika dipakai katalis dengan support zat
padat. Pada langkah regenerasi, soda kaustik dipompakan dari
bawah ekstraktor dan dicampur dengan udara di dalam
oxidizer (regenerator). Disulfida dan udara berlebih
dipisahkan dari reagensia di dalam separator. Kaustik yang
sudah diregenerasi disirkulasikan kembali ke puncak
ekstraktor.

Keuntungan utama proses Merox adalah dapat melakukan dua


fungsi ekstraksi, yaitu memisahkan merkaptan dengan mudah,
dan merubah merkaptan yang tersisa menjadi disulfida.
Desulfurisasi yang lebih efektif dapat dilakukan semenjak

24
proses regenerasi lebih sempurna dapat dijalankan dengan
ikutnya katalis di dalam kaustik.

2. Sweetening dengan Tembaga

Pemurnian menggunakan tembaga terhadap hidrokarbon


terdiri dari perubahan merkaptan menjadi disulfida secara
kontak dengan oksigen oleh adanya tembaga khlorida
(CuCl). Selama proses konversi merkaptan terjadi perubahan
kupri khlorida menjadi kupro khlorida. Kupro khlorida
diregenerasi dengan oksigen menjadi kupri khlorida. Kupro
khlorida diregenerasi dengan oksigen menjadi kupri khlorida
kembali. Reaksi yang terjadi adalah :

4 RSH + 4 CuCl2 2 RSSR + 4 CuCl + 4 HCl

4 CuCl + 4 HCl + O2 4 CuCl2 + H2O

Sweetening dengan tembaga dipakai secara komersil sebagai


operasi pengolahan kontinyu yang terdiri dari tiga variasi,
yaitu padat, slurry, dan larutan. Diagram alir proses kombinasi
ini dapat dilihat pada Gambar 11.

Pada umumnya proses padatan dipakai untuk gasolin ringan


(straight-run), sedangkan proses basah dipakai untuk berbagai

25
minyak termasuk distilat-distilat rengkahan. Produk-produk
kilang diolah untuk memisahkan senyawa-senyawa nitrogen
yang reaktif dan senyawa-senyawa sulfur (H2S dan S) yang
terkandung di dalamnya. Oksigen atau udara diinjeksikan ke
dalam aliran minyak dan dikontakkan dengan katalis tembaga
khlorida pada suhu 80 - 120 oF.

Pada proses larutan (solution), katalis diregenerasi dengan


hembusan udara di dalam tanki pemisah. Proses sweetening
tembaga adalah sederhana tetapi katalisnya korosif, dan tidak
ada pengurangan sulfur total. Proses sweetening tembaga ini
masih tetap dipakai tetapi telah diganti dengan proses yang
dapat memisahkan sulfur. Instalasi pertama dibangun pada
awal tahun 1931 yang menawarkan alternatif lain dari
pemurnian dengan larutan doktor.

26
deaktivator slurry
udara Settler Koaleser
Settler

Lar.Cu
sulfide wash
udara

gasolin
Umpan H2O wash
Regenerator olahan
gasolin

gasolin

Casustic gasolin
Wash gasolin olahan udara olahan
[solution] [solid] [slurry]

Gambar 11. Diagram Alir Proses Oksidasi Cooper


Sweetening

a. Phillips Cooper Sweetening

Proses ini dikembangkan oleh Phillips Petroleum Co dan


dilisensi sampai dengan tahun 1954, adalah suatu proses
solution-solid-slurry yang sampai sekarang masih komersil.
Gasolin distabilkan terhadap warna dan pembentukan gum
oleh adanya udara yang bercampur dan disaring melalui
unggun adsorben padat yang diresapi dengan reagensia
tembaga. Umpan yang sensitif terhadap udara dikontakkan
dengan larutan tembaga tanpa mengandung udara, dan larutan
tembaga diregenerasi dalam suatu tanki separator. Gasolin
dicuci dengan natrium sulfida untuk memisahkan trace

27
tembaga. Pada proses cairan, reagensia dibuat dari tembaga
sulfat dan natrium khlorida.

b. UOP Copper Sweetening

Proses ini didapat dari UOP Co merupakan proses unggun


tetap untuk memurnikan gasolin yang menggantikan proses
Merox. Umpan gasolin dicuci dengan kaustik kemudian dicuci
lagi dengan asam HCl untuk menetralkan alkali dan
memisahkan senyawa-senyawa basa organik. Kontak dengan
reagensia tembaga dilakukan pada suhu 100 oF di dalam
unggun batu apung. Suhu tergantung pada berat molekul
merkaptan. Sisa tembaga (trace) dipisahkan dengan
mengontakkannya dengan seng sulfida atau batu apung.
Reagensia terdiri dari senyawa amonium khlorida dan
tembaga sulfat.

c. Linde Copper Sweetening

Proses ini dilisensi oleh Linde Division of Union Carbide


Corp yang dikomersilkan sejak tahun 1935 merupakan proses
slurry untuk memurnikan gasolin dan distilat-distilat ringan
(straight-run) dan rengkahan. Regensia dibuat dari lempung
200 mesh dan kupri khlorida. Umpan minyak mula-mula
dipanaskan lalu ditambahkan oksigen dan dikontakkan dengan

28
slurry lempung-kupri khlorida pada suhu 80 - 100 oF.
Campuran diendapkan dan dipisahkan dimana umpan olahan
dikeluarkan dan dicuci dengan natrium sulfida untuk
memisahkan trace tembaga

2.6.4 Proses Desulfurisasi

Proses ini adalah proses pemurnian gas alam maupun gas-gas


kilang yang mengandung hidrogen sulfida dan senyawa-
senyawa asam lainnya. Proses yang paling populer adalah
proses yang menggunakan reagensia yang dapat diregenerasi
dan recover H2S. Pada operasinya dan prinsip operasinya
adalah sama dengan skema umum seperti terlihat pada
Gambar 12.12.

Material yang ada dalam gas seperti karbon dioksida, hidrogen


sianida, merkaptan, karbonil sulfida, karbon disulfida, dan uap
air akan mempengaruhi pemilihan proses pemurnian tersebut.
Proses-proses yang menggunakan hembusan udara untuk
regenerasi reagensia adalah penyumbang terhadap pengotoran
udara apakah langsung keluar ke atmosfir ataukah untuk
umpan dapur industri. Proses-proses pemisahan H2S dapat
dilihat pada Tabel 12.2.

29
gas bersih gas asam

Absorber

surge Regenerator

gas
masam
steam
reagensia bekas
regenerated
reagent

Gambar 12. Diagram Alir Pemisahan H2S

Tabel 2. Macam-Macam Proses Desulfurisasi

Nama Reaksi Regenerasi


Proses

Soda Kaustik 2 NaOH + H2S  NasS + 2 H2O Tidak perlu

Kapur Ca(OH)2 + H2S  CaS + 2 H2O Tidak perlu

Oksida Besi FeO + H2S  FeS + H2O Sebagian


dengan udara

Seaboard Na2CO3 + H2S  NaHCO3 + NaHS Hembusan


udara

30
Thylox Na2AS2S5O2 + H2S  Na4AS2S6O + H2O Hembusan
udara
Na4AS2S6O + ½ O2  Na4AS2S5O2 + S

Girbotol 2 RNH2 + H2S  [RNH3]2S Steaming

Fosfat K3PO4 + H2S  KHS + K2HPO4 Steaming

Penolat NaOC6H5 + H2S  NaHS + C6H5OH Steaming

Karbonat Na2CO3 + H2S  NaHCO3 + NaHS Steaming

Proses-proses terbaru untuk memisahkan hidrogen sulfida dari


dari produk-produk kilang juga disempurnakan dengan oksidasi
sulfida menjadi sulfur bebas sebagai bagian dari langkah
regenerasi. Sulfur diendapkan sebagai zat padat halus dan
selanjutnya dipisahkan dengan settling atau filtrasi.

Macam-macam proses pengolahan terdiri dari :

1. Proses Girbotol
2. Proses Glikol-Amin
3. Proses Desulfurisasi Fosfat
4. Proses Alkazid
5. Proses Kalium Karbonat Panas
6. Proses Giammarco-Vetrocoke

31
2.6.4.1 Proses Girbotol

Proses ini dilisensi oleh Girdler Corp, merupakan suatu proses


kontinyu yang regeneratif untuk memisahkan H2S, CO2,
kotoran-kotoran asam lainnya dari gas alam dan gas-gas
kilang. Proses ini menggunakan reagensia amina organik
seperti MEA, DEA, dan TEA. Etanol amin adalah basa kuat
yang larut dalam air mempunyai afinitas terhadap H 2S pada
suhu 160 - 180 oF. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan
dengan larutan amin secara berlawanan arah dalam absorber
berupa menara onggok (packed tower) yang berisi raschig-
ring pada suhu 100 - 150 oF. Regenerasi berlangsung pada
suhu 200 oF. Unit pertama pada pemisahan H2S dari gas alam
dipakai pada pabrik gas alam Shell Oil di North Maryland.
Sampai dengan tahun 1938, dimulai pemisahan H2S dari gas
kilang menggunakan proses Girbotol pada kilang minyak
Atlantic Refining Co di Port Arthur-Texas.

2.6.4.2 Proses Glikol-Amin

Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Fluor Corp.


merupakan proses kontinyu yang regeneratif untuk menarik
air dan memisahkan gas-gas asam secara simultan dari gas
alam atau gas-gas kilang. Campuran larutan amin dengan di-

32
atau tri-etilen-glikol dipakai sebagai reagensia pengolahan.
Tipe larutan ini mengandung 20 % amin, 70 % glikol, dan 10
% air. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan secara
berlawanan arah dengan reagensia di dalam menara dulang
gelembung (bubble tray) pada suhu sekitar 100 oF. Regenerasi
berlangsung pada suhu 300 oF.

2.6.4.3 Proses Desulfurisasi Fosfat

Proses ini dikembangkan oleh Shell Development Co


merupakan suatu proses kontinyu yang regeneratif untuk
memisahkan H2S dari gas alam, gas kilang, atau larutan
hidrokarbon menggunakan larutan K3PO4. Tipe larutan
reagensia mengandung 30 % K3PO4 dalam air, yang selektif
menyerap H2S dalam gas yang mengandung CO2. Gas yang
akan dibersihkan dikontakkan berlawanan arah dengan
reagensia di dalam ekstraktor pelat gelembung (bubble plate)
pada suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu
240 oF. Untuk mengekstrak H2S dari dalam hidrokarbon cair
dipakai menara onggok (packed tower).

33
2.6.4.4 Proses Alkazid

Proses ini untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas alam atau
gas-gas kilang menggunakan larutan pekat asam-asam amina.
Proses ini diperkenalkan dalam industri di Eropa oleh
Badische Anilin & Soda Fabrik AG of Ludwigshafen am
Rhein pada tahun 1959. Operasinya terdiri dari proses recycle
kontinyu, dan absorpsi gas-gas dengan pemanasan dan
dikembalikan ke dalam absorber melalui penukar panas dan
pendingin. Garam-garam alkazid (alkazid-M dan alkazid-
DIK) tidak mudah menguap dan larutannya adalah cairan-
cairan alkali yang reaktif dan stabil. Kapasitas penyerapan
untuk H2S dan CO2 sangat tinggi, tetapi sangat rendah untuk
hidrokarbon. Alkazid-DIK memberikan hasil yang sangat
memuaskan untuk pemisahan selektif H2S mengandung CO2
dan untuk pemurnian hidrokarbon cair. Larutan alkazid-M
dipakai untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas disertai
dengan efisiensi penyerapan yang sangat tinggi (98,6 %+).

2.6.4.5 Proses Kalium Karbonat Panas

Pemakaian proses ini lebih praktis untuk memisahkan gas


alam pada tekanan di atas 250 psi mengandung gas asam 5 -
50 %. Gas asam dapat dikurangi menjadi 0,5 %. Sejumlah

34
proses karbonat dengan variasi lain telah dirancang oleh
Petrocon Engineering Co, yaitu :

1. Sistem Karbonat split-stream


2. Proses Air-Karbonat
3. Proses Karbonat Dingin sebagian
4. Proses Karbonat-Amin
Keuntungan yangs sangat besar dari proses karbonat adalah
biaya operasi yang sangat rendah. Unitnya fleksibel mudah
dirubah menjadi sistem amina.

2.6.4.6 Proses Giammarco-Vetrocoke

Proses ini dikembangkan oleh G. Giammarco of SPA


Vetrocoke Italia, untuk memisahkan H2S dan CO2.

Macam-macam prosesnya adalah :

1) Proses pemisahan CO2 dari gas-gas yang bebas H2S dengan


regenerasi menggunakan steam;

2) Proses pemisahan selektif H2S dan merubahnya menjadi


sulfur bebas dengan regenerasi menggunakan udara;

3) Proses kombinasi dari kedua proses di atas untuk


pemisahan HsS dan CO2.

35
Kedua proses pemisahan tersebut adalah berdasarkan pada
absorpsi gas-gas asam dengan larutan alkali yang
mengandung aditif untuk mempercepat absorpsi dan desorpsi.
Larutan pengolahan tidak korosif, dan suhu operasi berkisar
75 - 300 oF. Pada proses pemisahan H2S larutan reagensia
terdiri dari natrium atau kalium karbonat yang mengandung
campuran arsenit dan arsenat. Gas-gas yang diolah berasal
dari sumur dirancang dapat membersihkan H2S kurang dari 1
ppm. H2S mula-mula diserap dengan mereaksikannya dengan
arsenit, senyawa hasil reaksi kemudian dirubah menjadi
monotioarsenat melalui reaksi dengan arsenat. Dekomposisi
menjadi sulfur elementer dan konversi arsen bervalensi 3
menjadi valensi 5 dapat dilakukan dengan hembusan udara
atau suatu kombinasi asidifikasi dengan CO2 dan hembusan
udara. Pemilihannya tergantung pada persyaratan-persyaratan
proses. Sulfur dapat dipisahkan dengan filtrasi atau flotasi.
Diagram alir proses kombinasi dapat dilihat pada Gambar 13.

36
CO2 udara keluar
Absorber
H2S

Regenerator
Asidifi-
kator
air
umpan
Filter
gas Digester
S udara masuk
H2S
CO2
Absorber
CO2
Dehumidator
Regenerator

Flash
Drum
steam

Saturator
udara

air

Gambar 13. Diagram Alir Proses Kombinasi Giammarco-


Vetrocoke

Pada tahun 1971 telah dikemukakan suatu proses baru dengan


efisiensi pemisahan sulfur sampai dengan 98 % yang dikenal
sebagai proses Claus dengan dua tingkat pemisahan. Setelah
itu proses Claus dikembangkan lagi oleh Beavon dan Vaeli
untuk pemisahan sulfur sampai 99,9 % yang dikenal sebagai
proses Beavon. Reaksi yang terjadi pada suhu 2000 – 3000 oF
adalah :

2 H2S + 3 O2  2 SO2 + 2 H2O

2 H2S + SO2  3 S + 2 H2O

Diagram alir proses Claus dan proses Beavon dapat dilihat


pada Gambar 14 dan Gambar 15.

37
SO2
gas
bhn. bakar

udara udara

air air

air
S S S
(60%) (25%) (7%)

Gambar 14. Diagram Alir Proses Claus

gas kilang
udara
tail gas (S)

Reaktor
Cooler

gas bersih air

udara

filter meltor

Absorber Oxidizer
cairan sulfur
recycle

Gambar 15. Diagram Alir Proses Beavon

38
2.7 ACID TREATMENT

Acid treatment adalah proses pemurnian menghilangkan


lumpur dan memperbaiki warna. Pada jurnal “Quality
Improvement of an Acid Treated Fuel Oil” Elizabeth dan
Moses. Menjelaskan tentang, Karena stabilitas tinggi dari
cincin aromatik [5], asam sulfat pekat biasanya digunakan
dalam pemurnian minyak bahan bakar agar reaksi dilanjutkan
dan dilanjutkan untuk mengekstrak kontaminan seperti
aromatik, logam jelaga, belerang dll. Reaksi berikut Diduga
terjadi:

 Sulphonation reaksi aren dapat diwakili oleh:


ArH + HOSO3H → ArSO3H + H2O
 Aryl group Sulfuric Acid Sulphonic Acid Water
Misalnya C6H6 + H2SO4 → C6H5SO2OH + H2O
C6H6 + C6H5SO2OH → (C6H5) 2 SO2 + H2O
 Sulphoacids dan sulcon larut dalam asam sulfat.
Senyawa fenolik
C6H5OH + H2SO4 → C6H5SO3OH + H2O
 Hidrogen sulfida dioksidasi dengan pembentukan unsur
sulfur dan belerang dioksida:
H2S + H2SO4 → S + H2SO3 + H2O
H2SO3 → SO2 + H2O

39
H2S + H2SO4 → S + SO2 + 2H2O
 Mercraptans bereaksi dengan asam sulfat untuk
membentuk disulfida dan sulfur dioksida:
2RSH + H2SO4 → RSSR + SO2 + 2H2O
 Reaksi dengan logam (isi Abu):
Misalnya H2SO4 + Fe → Fe2 (SO4) 3 (aq) + H2 (g)
H2SO4 + Ca → CaSO4 (aq) + H2 (g)
H2SO4 + Mg → Mg SO4 (aq) + H2 (g)
H2SO4 + 2Na → NaSO4 (aq) + H2 (g)
H2SO4 + Si → Si (SO4) 2 (aq) + H2 (g)

Lumpur asam terbentuk di bagian bawah. Ini adalah lapisan


zat hitam dan kental yang mengandung asam bekas dan
kotoran, yang asamnya telah dikeluarkan dari minyak
sementara minyak asam adalah lapisan di atasnya dan
mengandung minyak yang diolah dengan sejumlah asam yang
masuk di dalamnya.

2.8 DEWAXING
Normal Parafin dengan berat molekul tinggi serta material
parafin pada umumnya dapat menyebabkan pengkristalan jika
didinginkan. Parafin dengan berat molekul tinggi, isoparafin
dan sikloparafin disebut juga wax. Proses penghilangan wax

40
yang dilakukan pada produk minyak pelumas disebut sebagai
dewaxing. Sistem ekstraksi yang perlu diperhatikan dalam
dewaxing adalah sebagai berikut:

a. dapat melarutkan sempurna dengan minyak pada saat


temperatur dewaxing.
b. kelarutan wax dalam minyak rendah.
c. wax dapat dipisahkan dengan filtrasi secara efisien.
d. pelarut bertitik didih rendah serta dapat dipisahkan
/diperoleh kembali.
e. dapat dilakukan dengan rasio pelarut/minyak yang kecil
sehingga effisien.
f. pelarut bersiaft non korosif, murah, stabil pada temperatur
tinggi dan tidak toksik.

Beberapa proses dewaxing dalam industri minyak bumi.


a. Metil-Etil Keton/ Benzena Dewaxing
Pada proses ini pelarut yang digunakan adalah campuran
antara metil etil keton dengan benzena. komposisi yang
sering digunakan adalah MEK: benzena=40:60 dan sekitar
12 hingga 25 % MEK dalam toulena.

41
b. Propane Dewaxing
Selain menggunakan MEK/Benzena, dewaxing dapat
dilakukan dengan pelarut propana, dibandingkan dengan
campuran benzena, propena memiliki beberapa kelebihan
antara lain tidak memerlukan proses pemisahan
menggunakan refrigenerator, dapat dengan mudah
dipisahkan dengan air, proses sederhana. Kelemahan
menggunakan teknik ini adalah propana sangan selektif
untuk jenis molekul dengtan berat molekul yang lebih
rendah sehingga jika terdapat wax dengan berat molekul
tinggi sangat mungkin tidak terikut pada proses ekstraksi .
Karena propana bersifat volatil, proses ekstraksidapat
dilangsungkan pada kondisi tekanan rendah. Rasio volume
pelarut minyak yang digunakan adalah 6:1.

c. Dewaxing chlorinated Solvent


Proses ekstraksi menggunakan pelarut terklorinasi
umumnya menggunakan campuran 1,2 dikloroetana dan
metilena klorida dengan rasio volume 70:30 serta 50:50.

42
d. Urea dewaxing
Urea dan beberapa senyawa organik rantai lurus mampu
membentuk kompleks dengan wax dan disebut adduct,
bersifat kristalin pada temperatur ruang. Dengan
menaikkan temperatur atau melarutkannya denganpelarut
yang sesuai , wax dapat dihilangkan dari minyak.Proses ini
banyak digunakan untuk produksi n-parafin dari minyak
gas dan produksi distilat tengahan.

2.9 Deasphalting

Proses pembuatan aspalt :


•Distilasiatmosfir
•Distilasihampa
•Deasphalting
•Pencampuran

a. Deasphalting
Bertujuan memisahkan komponen pelumas dan asphalt
yang terkandung dlm short residu, proses dilakukan di unit
Propane Deasphalting Unit, yg prinsipnya adl proses
ekstraksi dan pengambilan pelarut

43
3. Proses Ekstraksi

Short residu pada suhu ektraksi dimasukkan ke Rotating Disc


Contactor (RDC) berlawanan arah dengan propana cair,
propane cair lewat dasar kolom dan short residu lewat bagian
atas kolom, fraksi ringan terbawa propana sebagai
Deasphalting Oil Mix keluar mell. bagian atas RDC, fraksi
berat akan keluar mell bottom RDC sbg asphalt mix.

44
3.1 Proses Pengambilan Propana

Asphalt mix yang keluar dari bagian bottom RDC


dipanaskan mell. asphalt heater kemudian masuk ke
asphalt flash tower. Untuk membersihkan sisa propana mk
dialirkan ke asphalt stripper, sehingga setelah keluar dari
asphalt stripper, asphalt sudah bebas dari propana yang
memiliki penetrasi 9 - 10.
3.2 Proses Pencampuran

Untuk membuat asphalt sesuai kualitas pemasaran


(penetrasi 60/70), dilakukan dgn cara mencampur asphalt
dari PDU dgn short residu dari HVU dgn perbandingan 65
% asphalt dan 35 % short residu. Bila asphalt dari PDU
mempunyai penetrasi < 9, mk akan membutuhkan short
residu yg lebih banyak.

Dari proses pengolahan minyak bumi yang dilakukan oleh


Kilang minyak Pertamina di Cilacap menghasilkan aspal
yang merupakan hasil samping dengan kapasitas sebesar
100.000 ton/tahun, jenis minyak bumi yang digunakan

45
sebagai bahan baku adalah minyak bumi Arabian light yang
di impor dari Timur Tengah.
Di dalam upaya untuk mengatasi terhadap ketergantungan
minyak bumi impor tersebut maka telah diperoleh dari hasil
penelitian awal suatu campuran jenis minyak bumi Sumatera
Parafinik-Naftenik dengan perbandingan prosentase volume
85 : 15.
Terhadap campuran kedua minyak bumi tersebut dilakukan
proses distilasi, yaitu distilasi atmosferik dan distilasi
vacum, dimana dari proses distilasi vacum tersebut akan
menghasilkan residu vacum yang merupakan bahan baku
aspal, untuk memisahkan komponen aspal dari residu
vacum, dilakukan proses Propan Deasphalting, dan
selanjutnya untuk membebaskan aspal dari propan maka
dilakukan proses peniupan dengan udara. Akan tetapi aspal
yang diperoleh dari proses tersebut belum tentu dapat
langsung memenuhi spesifikasi persyaratan. sehingga masih
diperlukan usaha untuk peningkatan mutu aspal terutama
yang menyangkul sifat-sifat utama aspal seperti : Penetration
: Softeing point dan Ductility.

Di dalam proses peningkatan mutu maka dilakukan proses


pencampuran antara:

46
- aspal dengan residu dengan perbandingan prosemase
volume tertentu
- aspal dengan ekstrak pelarut furifural dengan perbandingan
prosentase volume tertentu

Setelah dilakukan pencampuran, maka diperoleh bahwa


dengan mengunakan ekstrak pelarut furfural hasil yang
diperoleh lebih baik bila dibandingkan dengan mencampur
aspal dengan residu. terutama mengenai sifat utama aspal
yaitu Penetration dan Softening point akan tetapi hasil
Ductility nya masih tetap dibawah spesifikasi persyaratan.

47
BAB III

SOAL DAN JAWABAN

1. Apa saja proses dari pemurnian minyak bumi ?


Jawab : Treating adalah proses pemurnian fraksi
minyak bumi melalui eliminasi bahan-bahan
pengotor yang terikut dalam proses pengolahan atau
yang berasal dari bahan baku minyak mentah.
Bahan-bahan pengotor yang dihilangkan dalam
proses treating tersebut antara lain bau tidak sedap
melalui copper sweetening dan doctor treating,
lumpur dan warna melalui acid treatment, parafin
melalui solvent dewaxing, aspal melalui
deasphalting, dan belerang dengan desulfurizing.
2. Bagaimana cara menghilangkan pengotor bau yang
tidak sedap pada minyak bumi ?

Jawab : Proses sweteening adalah suatu proses untuk


memisahkan merkaptan, hidrogen sulfida, sulfur
elementer dari dalam distilat-distilat ringan.
Merkaptan memberikan bau yang kotor, dan secara
serius menurunkan angka oktan karena turunnya
kerentanan terhadap TEL. Sulfur erlementer

48
(sendiri-sendiri maupun yang terikut dengan
merkaptan) akan menyebabkan korosi.

Macam-macam cara untuk mencapai kondisi


sweetening adalah :

 Oksidasi Merkaptan menjadi Disulfida


 Pemisahan Merkaptan
 Desulfurisasi, yaitu penghancuran dan
pemisahan senyawa sulfur lain yang terikut
dengan merkaptan, hidrogen sulfida, dan
sulfur.
3. Dengan proses apa untuk dapat menghilangkan
lumpur dan memurnikan warna dari minyak bumi ?
Jawab : Acid treatment adalah proses pemurnian
menghilangkan lumpur dan memperbaiki warna.
Pada jurnal “Quality Improvement of an Acid
Treated Fuel Oil” Elizabeth dan Moses. Menjelaskan
tentang, Karena stabilitas tinggi dari cincin
aromatik, asam sulfat pekat biasanya digunakan
dalam pemurnian minyak bahan bakar agar reaksi
dilanjutkan dan dilanjutkan untuk mengekstrak
kontaminan seperti aromatik, logam jelaga, belerang
dll.

49
BAB IV

RANGKUMAN

Minyak bumi adalah minyak dari dalam bumi yang berasal dari fosil
hewan purba yang telah punah diikuti pembusukan yang dibantu
oleh mikroorganisme untuk dapat menguraikannya menjadi minyak
melalui proses yang sangat lama, minyak bumi digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar bermotor dan mesin lainnya.
Minyak bumi sebelum digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar, yaitu melalui proses Treating adalah proses pemurnian fraksi
minyak bumi melalui eliminasi bahan-bahan pengotor yang terikut
dalam proses pengolahan atau yang berasal dari bahan baku minyak
mentah. Bahan-bahan pengotor yang dihilangkan dalam proses
treating tersebut antara lain seperti menghilangkan bau sulfur,
menghilangkan lumpur dan warna melalui acid treatment, parafin
melalui solvent dewaxing, aspal melalui deasphalting, dan belerang
dengan desulfurizing. Tujuan dari pemurnian ini adalah agar hasil
dari minyak bumi memperoleh grade yang baik.

50
Daftar Pustaka

Jonathan. 31153851-Proses-Pengolahan-Minyak-Bumi.pdf. 2008

Minyak bumi,

(http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/06/minyak-
bumi-artikel-lengkap.html, diakses 18 mei 2017)

Minyak bumi, 2010.( http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/, diakses 16


mei 2017)

Minyak bumi,( http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-x-


2/minyak-bumi, diakses 16 mei 2017)

Pemurnian minyak
(http://infotambang.com/proses-pemurnian-minyak-
p498-164.htm , diakses 16 mei 2017)

Wikipedia, 2010.("http://id.wikipedia.org/minyak-bumi, diakses


diakses 16 mei 2017)

51

Anda mungkin juga menyukai