Anda di halaman 1dari 63

TUGAS INDIVIDU

UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI


“PERBANDINGAN PER UNDANG – UNDANGAN
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR”

Dosen: Drs. Fauzi Kasim, M.Kes, Apt

Disusun Oleh:
Heny Dwi Putri
20344069
Kelas E-P2K
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA 2020
1. REKAPITULASI DATA NAMA PRODUK & PRODUSEN NARKOTIK, PSIKOTROPIK, DAN PREKURSOR DI
INDONESIA

a. Definisi dan Golongan Narkotika


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.
1. Golongan I, dilarang untuk pelayanan kesehatan, bisa untuk IPTEK & Reagen : Tanaman & bahan dari Papaver, Coca,
bahan sintesis, dll.
2. Golongan II, bahan baku untuk produksi obat yang mampu menimbulkan potensi ketergantungan tinggi dan hanya
digunakan sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Contoh : petidin, morphin, fentanil atau metadon.
3. Golongan III, digunakan untuk rehabilitasi, untuk mengurangi ketergantungan pada narkotika golongan I dan II.
Mempunyai potensi ringan akibat ketergantungan. Contoh : Kodein, Difenoksilat.
Daftar Nama Obat & Produsen Narkotika
NO NAMA OBAT NAMA PRODUSEN
1 Codein 15 mg PT. Kimia Farma
2 Pethidin 50 mg PT. Kimia Farma
3 Codipront Sirup PT. Kimia Farma
4 Coditam PT. Kimia Farma
5 Fentanyl 2 Ml PT. Kimia Farma
6 Kalxetin 10 mg dan 20 mg PT. Kimia Farma
7 Mthadone PT. Kimia Farma
8 Morfina 10 mg/Ml PT. Kimia Farma
9 Morphine 10 mg PT. Kimia Farma
10 Sufenta PT. Kimia Farma

b. Definisi dan Golongan Psikotropika


Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan prilaku.
Golongan Psikotropika :
1. Golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat dalam menyebabkan ketergantungan dan dinyatakan sebagai barang
terlarang. Contoh: ekstasi (MDMA = 3,4-Methylene-Dioxy Methil Amphetamine), LSD (Lysergic Acid Diethylamid), dll.
2. Golonan II, mempunyai potensi yang kuat dalam menyebabkan ketergantungan. Contoh : Amfetamin, Metamfetamin
(Sabu), dan Fenetilin.
3. Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi
harus dengan resep dokter. Contoh : Amorbarbital, Brupronorfina, dan Mogadon.
4. Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi
harus dengan resep dokter. Contoh : Diazepam, Nitrazepam, Lexotan, Pil Koplo, obat penenang (sedativa), dan obat tidur
(hipnotika).
Daftar Nama Obat Dan Produsen Psikotropika
NO NAMA OBAT NAMA PRODUSEN
Asabium
1 Otto
(Klobazam 10 mg)
Librium
2 Valean/Combiphar
(Chiordiazepoxide)
Calmet
3 (Aprazolam 0,25 mg ; 0,5 mg ; 2 Sunthi Sepuri
mg)
Serenal-10
4 Sankyo
(Oxazolam)
Ativan
5 (Lorazepam 0,5 mg ; 1mg ; 2 Sunthi Sepuri
mg)
Valdimex
6 Mersi Farma
(Diazepam 5 mg)
Decazepam
7 Harsen
(Diazepam 5 mg)
Diobrium
8 Cendo
(Klordiazepoksid Hidroklorida)
Frisium
9 Aventis
(Klobazam 10 mg)
Atarax
10 Mersi
(Alprazolam 0,5 mg)
11 Merlopam 2 mg Mersi Farma
12 Ritalin (10 mg) Novartis
13 Prohiper (10 mg) Mersi Farma
14 Dormicum 15 mg Roche
15 Stilnox Sanovi Aventis
Analgak
16 (Alprazolam 0,25 mg ; 0,50 mg ; Guardian Pharmatama
1 mg)
17 Renaquil Fahrenheit
18 Teronac Novartis
Alvis (Alprazolam 0,5 mg ; 1
19 Pharos, Altana Pharma
mg)
Merlopam (Lorazepam 0,5 mg ;
20 Mersi
2 mg)

c. Definis dan Golongan Prekursor


Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan
atau Psikotropika.
Tabel I : (bahan awal dan pelarut yang sering digunakan dan diawasi lebih ketat) : Acetic Anhydride, N-Acetylanthranilic
Acid, Ephedrine, Ergometrine, Ergotamine, Isosafrole, Lysergic Acid, 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone, Norephedrine,
I-Phenyl-2-Propanone, Piperonal, Potassium Permanganat, Pseudoephedrine, Safrole.
Tabel II : Acetone, Anthranilic Acid Ethyl Eter, Hydrochloric Acid, Methyl Ethyl Ketone, Phenylacetic, Piperidine, Sulphuric
Acid, Toluene.
Daftar Nama Obat Dan Produsen Prekursor
N NAMA OBAT NAMA PRODUSEN
O
1 Anakonidin PT. Konimex
2 Alpara PT. Molex Ayus Pharmaceutical
3 Anadex Pt. Interbat
4 Decolgen PT. Medifarma Lab Inc
5 Decolsin PT. Medifarma Lab Inc
6 Intunal PT. Meprofarm
7 Inza PT. Konimex
8 Ikadryl PT. Ikapharmindo
9 Nalgestan PT. Medifarma Lab Inc
10 Anitza Coronet Crown
11 Colfin Nurfarindo
12 Pospargin PT. Kalbe Farma
13 Fexofed Tablet PT. Kalbe Farma
14 Tremenza Tablet PT. Sanbe
15 Telfast Plus Sanofi Aventis
16 Methergin Novartis Indonesia
17 Clarinese Tablet Bayer Indonesia
18 Aerius D Merck Sharp dan Dohme
19 Trifed Tablet PT. Interbat
20 Asmasolon Darya-Varia
PERBANDINGAN PER UNDANG-UNDANGAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR
ASPEK PSIKOTROPIKA NARKOTIKA PREKURSOR
PERATURAN PER- - UU Nomor 5 tahun 1997 - UU Nomor 35 Tahun 2009 - PP Nomor 44 tahun 2010 tentang
UUAN Tentang Psikotropika tentang Narkotika prekursor
- PMK NO.3 2015 tentang - PMK Nomor 10 Tahun 2013 - PMK No.3 tahun 2015 tentang Peredaran,
peredaran, penyimapanan, tentang impor ekspor narkotika Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
pemusnahan dan pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
narkotika,psikotropika dan Farmasi
precursor farmasi
DEFENISI -Psikotropika adalah zat atau -Narkotika adalah zat atau obat - Prekursor adalah zat atau bahan pemula
obat, baik alamiah maupun yang berasal dari tanaman atau atau bahan kimia yang dapat digunakan
sintetis bukan narkotika, yang bukan tanaman, baik sintetis dalam pembuatan Narkotika dan atau
berkhasiat psikoaktif melalui maupun semi sintetis, yang dapat Psikotropika
pengaruh selektif pada susunan menyebabkan penurunan atau
saraf pusat yang menyebabkan perubahan kesadaran, hilangnya
perubahan pada aktivitas mental rasa, mengurangi sampai
dan perilaku (Undang-Undang menghilangkan rasa nyeri, dan
No. 5/1997). dapat menimbulkan
ketergantungan.

KEGIATAN (UU NO.5 tahun 1997 Pasal 5, (UU NO.35 tahun 2009 Pasal 11 ( PP NO.44 tahun 2010 Pasal 7)
PRODUKSI 6, & 7) & 12) - Prekursor hanya dapat diproduksi oleh
- Psikotropika hanya dapat - Narkotika boleh di produksi industri yang telah memiliki izin sesuai
diproduksi oleh pabrik obat setelah dapat izin khusus dari dengan ketentuan peraturan perundang-
yang telah memiliki izin sesuai Menteri kepada industri farmasi undangan.
dengan ketentuan peraturan yang telah memiliki izin sesuai - Produksi Prekursor untuk industri farmasi
perundang-undangan yang dengan ketentuan peraturan harus dilakukan dengan cara produksi
berlaku. perundang-undangan setelah yang baik sesuai dengan ketentuan
- Psikotropika golongan I dilakukan audit oleh Badan peraturan perundang-undangan.
dilarang diproduksi dan/atau Pengawas Obat dan Makanan - Prekursor untuk industri farmasi harus
digunakan dalam proses - Narkotika Golongan I dilarang memenuhi standar Farmakope Indonesia
produksi diproduksi dan atau digunakan dan standar lainnya.
- Psikotropika, yang diproduksi dalam proses produksi, kecuali - Prekursor untuk industri non farmasi harus
untuk diedarkan berupa obat, dalam jumlah yang sangat memenuhi persyaratan sesuai dengan
harus memenuhi standar terbatas untuk kepentingan ketentuan peraturan perundang-undangan.
dan/atau persyaratan pengembangan ilmupengetahuan
farmakope Indonesia atau dan teknologi
buku standar lainnya
KEGIATAN (Pasal 9, 10, & 11) (UU NO.35 tahun 2015 Pasal 36, (PMK NO.3 tahun 201 Pasal 5)
DISTRIBUSI - Psikotropika yang berupa obat 37 & 38) - Prekursor farmasi dalam bentuk obat jadi
hanya dapat diedarkan setelah - Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah
terdaftar pada departemen hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari Menteri
yang bertanggung jawab di mendapatkan izin edar dari - Untuk mendapatkan izin edar prekursor
bidang kesehatan. Menteri Menteri farmasi dalam bentu obat jadi harus
menetapkan persyaratan dan - Untuk mendapatkan izin edar dari melalui pendaftaran pada Badan Pengawas
tata cara pendaftaran Menteri, Narkotika dalam bentuk Obat dan Makanan
psikotropika yang berupa obat. obat jadi harus melalui - Tuan mengenai tata cara untuk mendapat
- Setiap pengangkutan dalam pendaftaran pada Badan izin edar dilaksanakan sesuai peraturan
rangka peredaran psikotropika, Pengawas Obat dan Makanan perundang-undangan.
wajib dilengkapi dengan - Narkotika Golongan II dan
dokumen pengangkutan Golongan III yang berupa bahan PENYALURAN
psikotropika. baku, baik alami maupun sintetis, (Pasal 8, 9,13,16,17)
- Tata cara peredaran yang digunakan untuk produksi - Penyaluran prekursor Farmasi wajib
psikotropika diatur lebih lanjut obat diatur dengan Peraturan memenuhi Cara Distribusi Obat yang Baik
oleh Menteri. Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
- Setiap kegiatan peredaran perundang-undangan.
PENYALURAN Narkotika wajib dilengkapi - Penyaluran Prekursor Farmasi hanya dapat
(Pasal 12 & 13) dengandokumen yang sah dilakukan berdasarkan:
- Penyaluran psikotropika a. surat pesanan;
dilakukan oleh pabrik obat, PENYALURAN b. Laporan Pemakaian dan Lembar
pedagang besar farmasi, dan (Pasal 39, 40 & 41) Permintaan Obat (LPLPO) untuk
sarana penyimpanan sediaan - Narkotika hanya dapat disalurkan pesanan dari Puskesmas.
farmasi Pemerintah. oleh Industri Farmasi,pedagang - Surat pesanan sebagaimana dimaksud
Penyaluran psikotropika besar farmasi, dan sarana berlaku untuk Prekursor Farmasi.
sebagaimana dimaksud pada penyimpanan sediaan farmasi - Surat pesanan Prekursor Farmasi hanya
ayat (1) hanya dapat dilakukan pemerintah sesuai dengan dapat digunakan untuk 1 (satu) atau
oleh : ketentuan dalam Undang-Undang beberapa jenis Prekursor Farmasi.
a. Pabrik obat kepada ini. - Surat pesanan harus terpisah dari pesanan
pedagang besar farmasi, - Industri Farmasi, pedagang besar barang lain
apotek, sarana farmasi, dan sarana penyimpanan - Penyaluran Prekursor Farmasi berupa
penyimpanan sediaan sediaan farmasi pemerintah zat/bahan pemula/bahan kimia atau produk
farmasi Pemerintah, rumah sebagaimana dimaksud pada ayat antara/produk ruahan hanya dapat
sakit, dan lembaga (1) wajib memiliki izin khusus dilakukan oleh PBF yang memiliki izin IT
penelitian dan/atau lembaga penyaluran Narkotika dari Prekursor Farmasi kepada Industri Farmasi
pendidikan. Menteri dan/atau Lembaga Ilmu Pengetahuan.
b. Pedagang besar farmasi - Industri Farmasi tertentu hanya - Penyaluran Prekursor Farmasi hanya dapat
kepada pedagang besar dapat menyalurkan Narkotika dilakukan berdasarkan surat pesanan dari
farmasi lain-nya, apotek, kepada: Apoteker penanggung jawab produksi
sarana penyimpanan a. pedagang besar farmasi dan/atau Kepala Lembaga Ilmu
sediaan farmasi Pemerintah, tertentu; Pengetahuan dengan menggunakan contoh
rumah sakit, dan lembaga b. apotek; sebagaimana tercantum dalam Formulir 3
penelitian dan/atau lembaga c. sarana penyimpanan sediaan terlampir.
pendidikan. farmasi pemerintahtertentu; - Penyaluran Prekursor Farmasi dalam
c. Sarana penyimpanan d. rumah sakit. bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan
sediaan farmasi Pemerintah - Pedagang besar farmasi tertentu oleh:
kepada rumah sakit hanya dapat menyalurkan a. Industri Farmasi kepada PBF dan
Pemerintah, puskesmas dan Narkotika kepada: Instalasi Farmasi Pemerintah;
balai pengobatan a. pedagang besar farmasi b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek,
Pemerintah. tertentu lainnya; Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
- Psikotropika golongan I hanya b. apotek; Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi
dapat disalurkan oleh pabrik c. sarana penyimpanan sediaan Pemerintah dan Lembaga Ilmu
obat dan pedagang besar farmasi pemerintah tertentu; Pengetahuan;
farmasi kepada lembaga d. rumah sakit; c. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat
penelitian dan/atau lembaga e. lembaga ilmu pengetahuan kepada Instalasi Farmasi Pemerintah
pendidikan guna kepentingan - Sarana penyimpanan sediaan Daerah, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
ilmu pengetahuan. farmasi pemerintah tertentu hanya milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi
- Psikotropika yang digunakan dapat menyalurkan Narkotika Tentara Nasional Indonesia atau
untuk kepentingan ilmu kepada: Kepolisian;
pengetahuan hanya dapat a. rumah sakit pemerintah; d. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah
disalurkan oleh pabrik obat b. pusat kesehatan masyarakat; kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dan pedagang besar farmasi c. balai pengobatan pemerintah milik Pemerintah Daerah, Instalasi
kepada lembaga penelitian tertentu Farmasi Klinik milik Pemerintah
dan/atau lembaga pendidikan - Narkotika Golongan I hanya Daerah, dan Puskesmas.
atau diimpor secara langsung dapat disalurkan oleh pedagang - Selain kepada PBF lainnya, Apotek,
oleh lembaga penelitian besar farmasi tertentu kepada Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
dan/atau lembaga pendidikan lembaga ilmu pengetahuan Pemerintah dan Lembaga Ilmu
yang bersangkutan. tertentu untuk kepentingan Pengetahuan, PBF dapat menyalurkan
pengembangan ilmu pengetahuan Prekursor Farmasi golongan obat bebas
PENYERAHAN dan teknologi. terbatas kepada Toko Obat.
- Penyerahan psikotropika - Penyaluran Prekursor Farmasi dalam
hanya dapat dilakukan oleh bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan
apotek, rumah sakit, berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
puskesmas, balai pengobatan, PENYERAHAN penanggung jawab atau Kepala Lembaga
dan dokter. (Pasal 43) Ilmu Pengetahuan untuk kebutuhan
- Penyerahan psikotropika oleh - Penyerahan narkotika hanya penelitian dan pengembangan, dengan
apotek hanya dapat dilakukan dapat dilakukan oleh apotek, menggunakan contoh sebagaimana
kepada apotek lainnya, rumah rumah sakit, pusat kesehatan tercantum dalam Formulir 1, Formulir 2
sakit, puskesmas, balai masyarakat, balai pengobatan dan dan Formulir 4 terlampir.
pengobatan, dokter dan kepada dokter - Dalam hal penyaluran Prekursor Farmasi
pengguna/pasien. - Penyerahan narkotika oleh apotek dari PBF kepada Toko Obat, hanya dapat
- Penyerahan psikotropika oleh hanya dpat dilakukan kepada dilakukan berdasarkan surat pesanan dari
rumah sakit, balai pengobatan, rumah sakit, pusat kesehatan Tenaga Teknis Kefarmasian dengan
puskesmas hanya dapat masyarakat, apotek lainnya, balai menggunakan contoh sebagaimana
dilakukan kepada pengobatan, dokter dan pasien tercantum dalam Formulir 4 terlampir.
pengguna/pasien. - Rumah sakit, apotek, pusat - Pengiriman Prekursor Farmasi yang
- Penyerahan psikotropika oleh kesehatan masyarakat, dan balai dilakukan oleh Industri Farmasi, PBF, atau
apotek, rumah sakit, pengobatan hanya dapat Instalasi Farmasi Pemerintah harus
puskesmas, dan balai menyerahkan Narkotika kepada dilengkapi dengan:
pengobatan dilaksanakan pasien berdasarkan resep dokter a. surat pesanan;
berdasarkan resep dokter. - Penyerahan Narkotika oleh dokter b. faktur dan/atau surat pengantar
- Penyerahan psikotropika oleh hanya dapat dilaksanakan untuk: barang, paling sedikit memuat:

dokter sebagaimana dimaksud a. menjalankan praktik dokter 1. nama Narkotika,

pada ayat (1), dilaksanakan dengan memberikan Narkotika Psikotropika, dan Prekursor

dalam hal : melalui suntikan; b. menolong Farmasi;

a. menjalankan praktik orang sakit dalam keadaan 2. bentuk sediaan;

terapi dan diberikan darurat dengan memberikan 3. kekuatan;

melalui suntikan; Narkotika melalui suntikan; atau 4. kemasan;


b. menolong orang sakit c. menjalankan tugas di daerah 5. jumlah;
dalam keadaan darurat; terpencil yang tidak ada apotek. 6. tanggal kadaluarsa; dan
c. menjalankan tugas di - Narkotika dalam bentuk suntikan 7. nomor batch.
daerah terpencil yang dalam jumlah tertentu yang - Pengiriman Prekursor Farmasi dilakukan
tidak ada apotek. diserahkan oleh dokter melalui jasa pengangkutan hanya dapat
- Psikotropika yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat membawa Narkotika, Psikotropika, dan
dokter hanya dapat diperoleh (4) hanya dapat diperoleh di Prekursor Farmasi sesuai dengan jumlah
dari apotek apotek yang tecantum dalam surat pesanan,
faktur, dan/atau surat pengantar barang
yang dibawa pada saat pengiriman.

PENYERAHAN
(pasal 18,22)
- Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
dalam bentuk obat jadi.
- Penyerahan kepada pasien, harus
dilaksanakan oleh apoteker difasilitas
pelayanan kefarmasian sesuai strandar
pelayanan kefarmasian . dikecualikan
untuk penyerahan prekursor termasuk
golongan obat bebas terbatas ditoko obat
dilakukan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian.
- Penyerahan Prekursor Farmasi hanya
dapat dilakukan oleh: a. Apotek; b.
Puskesmas; c. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit; d. Instalasi Farmasi Klinik; e.
dokter; dan f. Toko Obat.
- Apotek hanya dapat menyerahkan
Prekursor Farmasi golongan obat keras
kepada: a. Apotek lainnya; b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit; d.
Instalasi Farmasi Klinik; e. dokter; dan f.
pasien.
- Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi Klinik
hanya dapat menyerahkan Prekursor
Farmasi golongan obat keras kepada
pasien berdasarkan resep dokter.
- Penyerahan Prekursor Farmasi golongan
obat keras sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d
hanya dapat dilakukan untuk memenuhi
kekurangan jumlah Prekursor Farmasi
golongan obat keras berdasarkan resep
yang telah diterima.
- Penyerahan Prekursor Farmasi golongan
obat bebas terbatas oleh Apotek kepada
Apotek lainnya, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, dan Toko Obat hanya dapat
dilakukan untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan harian Prekursor Farmasi
golongan obat bebas terbatas yang
diperlukan untuk pengobatan.
- Penyerahan Prekursor Farmasi oleh
Apotek kepada dokter hanya dapat
dilakukan apabila diperlukan untuk
menjalankan tugas/praktik di daerah
terpencil yang tidak ada Apotek atau
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

PELAYANAN/PEM (UU NO.5 TAHUN 1997 Pasal (UU NO.35 tahun 2015 Pasal 7 &
AKAIAN 36 & 37) 8)
- Pengguna psikotropika hanya - Narkotika hanya dapat digunakan
dapat memiliki, menyimpan, untuk kepentingan pelayanan
dan/ atau membawa kesehatan danlatau
psikotropika untuk digunakan pengembangan ilmu pengetahuan
dalam rangka pengobatan dan teknologi
dan/atau perawatan. Pengguna - Narkotika Golongan I dilarang
harus mempunyai bukti bahwa digunakan untuk kepentingan
psikotropika yang dimiliki, pelayanan kesehatan
disimpan, dan/atau dibawa Dalam jumlah terbatas, Narkotika
untuk digunakan, diperoleh Golongan I dapat digunakan untuk
secara sah. kepentingan pengembangan ilmu
Pengguna psikotropika yang pengetahuan dan teknologi dan
menderita sindroma untuk reagensia diagnostik, serta
ketergantungan berkewajiban reagensia laboratorium setelah
untuk ikut serta dalam mendapatkan persetujuan Menteri
pengobatan dan/atau perawatan, atas rekomendasi Kepala Badan
dilakukan pada fasilitas Pengawas Obat dan Makanan
rehabilitasi.

PEMUSNAHAN UU NO.5 TAHUN 1997 (Pasal 37)


1. Pemusnahan psikotropika - Pemusnahan Prekursor Farmasi hanya
dilaksanakan dalam hal : dilakukan dalam hal: a. diproduksi tanpa
a. berhubungan dengan memenuhi standar dan persyaratan yang
tindak pidana; berlaku dan/atau tidak dapat diolah
b. diproduksi tanpa kembali; b. telah kadaluarsa; c. tidak
memenuhi standar dan memenuhi syarat untuk digunakan pada
persyaratan yang berlaku pelayanan kesehatan dan/atau untuk
dan/atau tidak dapat pengembangan ilmu pengetahuan,
digunakan dalam proses termasuk sisa penggunaan; d. dibatalkan
produksi psikotropika; izin edarnya; atau e. berhubungan dengan
c. kadaluwarsa; tindak pidana.
d. tidak memenuhi syarat - Pemusnahan sebagaimana dimaksud
untuk digunakan pada dilaksanakan oleh Industri Farmasi, PBF,
pelayanan kesehatan Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek,
dan/atau untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
kepentingan ilmu Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
pengetahuan. Pengetahuan, Dokter atau Toko Obat.
2. Pemusnahan psikotropika - Prekursor Farmasi yang memenuhi
sebagaimana dimaksud : kriteria pemusnahan sebagaimana
a. pada ayat (1) butir a dimaksud dalam huruf a sampai dengan
dilakukan oleh suatu tim huruf d yang berada di Puskesmas harus
yang terdiri dari pejabat dikembalikan kepada Instalasi Farmasi
yang mewakili Pemerintah Daerah setempat
departemen yang - Instalasi Farmasi Pemerintah yang
bertanggung jawab di melaksanakan pemusnahan harus
bidang kesehatan, melakukan penghapusan sesuai ketentuan
Kepolisian Negara peraturan perundangundangan di bidang
Republik Indonesia, dan pengelolaan Barang Milik
Kejaksaan sesuai dengan Negara/Daerah.
Hukum Acara Pidana - Prekursor Farmasi yang berhubungan
yang berlaku, dan dengan tindak pidana dalam huruf e
ditambah pejabat dari dilaksanakan oleh instansi pemerintah
instansi terkait dengan yang berwenang sesuai dengan ketentuan
tempat terungkapnya peraturan perundang-undangan.
tindak pidana tersebut,
dalam waktu tujuh hari Tahap pemusnahan (pasal 40)
setelah mendapat a. penanggung jawab fasilitas
kekuatan hukum tetap; produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
b. pada ayat (1) butir a, pelayanan kefarmasian/pimpinan
khusus golongan I, wajib lembaga/dokter praktik perorangan
dilaksanakan paling menyampaikan surat pemberitahuan dan
lambat 7 (tujuh) hari permohonan saksi kepada:
setelah dilakukan 1. Kementerian Kesehatan dan Badan
penyitaan; dan Pengawas Obat dan Makanan, bagi
c. pada ayat (1) butir b, butir Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat;
c, dan butir d dilakukan 2. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau
oleh Pemerintah, orang, Balai Besar/Balai Pengawas Obat
atau badan yang dan Makanan setempat, bagi
bertanggung jawab atas Importir, Industri Farmasi, PBF,
produksi dan/atau Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau
peredaran psikotropika, Instalasi Farmasi Pemerintah
sarana kesehatan tertentu, Provinsi; atau
serta lembaga pendidikan 3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan/atau lembaga peneliti- dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas
an dengan disaksikan oleh Obat dan Makanan setempat, bagi
pejabat departemen yang Apotek, Instalasi Farmasi Rumah
bertang-gung jawab di Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
bidang kesehatan, dalam Instalasi Farmasi Pemerintah
waktu 7 (tujuh) hari Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko
setelah mendapat Obat.
kepastian sebagaimana b. Kementerian Kesehatan, Badan
dimaksud pada ayat Pengawas Obat dan Makanan, Dinas
tersebut. Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai
3. psikotropika, wajib Pengawas Obat dan Makanan setempat,
dibuatkan berita acara. dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Ketentuan lebih lanjut menetapkan petugas di lingkungannya
mengenai pemusnahan menjadi saksi pemusnahan sesuai
psikotropika dite-tapkan dengan surat permohonan sebagai saksi.
dengan Peraturan c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas
Pemerintah. yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada huruf b.
d. Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan
baku, produk antara, dan produk ruahan
harus dilakukan sampling untuk
kepentingan pengujian oleh petugas
yang berwenang sebelum dilakukan
pemusnahan.
e. Prekursor Farmasi dalam bentuk obat
jadi harus dilakukan pemastian
kebenaran secara organoleptis oleh
saksi sebelum dilakukan pemusnahan.

PENCATATAN PENCATATAN (UU NO.35 tahun 2015 pasal 9 (PMK NO. 3 tahun 2015 pasal 43,44)
DAN PELAPORAN 1. Industri Farmasi, PBF, ayat 3) Pencatatan
Instalasi Farmasi Pemerintah, Rencana kebutuhan tahunan 1. Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi
Apotek, Puskesmas, Instalasi Narkotika sebagaimana dimaksud Pemerintah, Apotek, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi pada ayat (2) disusun berdasarkan Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu data pencatatan dan pelaporan Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau
Pengetahuan, atau dokter rencana dan realisasi produksi dokter praktik perorangan yang melakukan
praktik perorangan yang tahunan yang diaudit secara produksi, Penyaluran, atau Penyerahan
melakukan produksi, komprehensif dan menjadi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Penyaluran, atau Penyerahan pedoman pengadaan, pengendalian, Farmasi wajib membuat pencatatan
Narkotika, Psikotropika, dan dan pengawasan Narkotika secara mengenai pemasukan dan/atau
Prekursor Farmasi wajib nasional pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan
membuat pencatatan mengenai Prekursor Farmasi.
pemasukan dan/atau (PMK NO. 10 tahun 2013 pasal 32 2. Toko Obat yang melakukan penyerahan
pengeluaran Narkotika, & 33) Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
Psikotropika, dan Prekursor - Perusahaan PBF milik wajib membuat pencatatan mengenai
Farmasi. negara yang telah mendapat pemasukan dan/atau pengeluaran
2. Toko Obat yang melakukan izin khusus sebagai Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi.
penyerahan Prekursor Farmasi importir/eksportir Narkotika 3. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada
dalam bentuk obat jadi wajib wajib menyampaikan poin 1dan 2 paling sedikit terdiri atas: a.
membuat pencatatan mengenai laporan realisasi nama, bentuk sediaan, dan kekuatan
pemasukan dan/atau Impor/Ekspor Narkotika Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
pengeluaran Prekursor Farmasi kepada Direktur Jenderal Farmasi; b. jumlah persediaan; c. tanggal,
dalam bentuk obat jadi. secara online dan/atau nomor dokumen, dan sumber penerimaan
3. Pencatatan sebagaimana tertulis setiap kali d. jumlah yang diterima; e. tanggal, nomor
dimaksud pada ayat (1) dan Impor/Ekspor.(32 ayat 1) dokumen, dan tujuan
ayat (2) palingsedikit terdiri - IP Psikotropika/IP penyaluran/penyerahan; f. jumlah yang
atas: Prekursor Farmasi, IT disalurkan/diserahkan; g. nomor batch dan
a. nama, bentuk sediaan, Psikotropika/IT Prekursor kadaluarsa setiap penerimaan atau
dan kekuatan Narkotika, Farmasi, EP penyaluran/penyerahan; dan h. paraf atau
Psikotropika, dan Psikotropika/EP Prekursor identitas petugas yang ditunjuk.
Prekursor Farmasi; Farmasi, ET 4. Pencatatan yang dilakukan harus dibuat
b. jumlah persediaan; Psikotropika/ET Prekursor sesuai dengan dokumen penerimaan dan
c. tanggal, nomor Farmasi wajib dokumen penyaluran termasuk dokumen
dokumen, dan sumber menyampaikan laporan impor, dokumen ekspor dan/atau dokumen
penerimaan realisasi Impor/Ekspor penyerahan.
d. jumlah yang diterima; Psikotropika dan/atau 5. Seluruh dokumen pencatatan, dokumen
e. tanggal, nomor Prekursor Farmasi kepada penerimaan, dokumen penyaluran,
dokumen, dan tujuan Direktur Jenderal secara dan/atau dokumen penyerahan termasuk
penyaluran/penyerahan; online dan/atau tertulis surat pesanan Narkotika, Psikotropika, dan
f. jumlah yang setiap kali Impor/Ekspor Prekursor Farmasi wajib disimpan secara
disalurkan/diserahkan; (32 ayat 2) terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
g. nomor batch dan - Laporan tersebut selambat-
kadaluarsa setiap lambatnya diterima 3 hari Pelaporan
penerimaan atau untuk Narkotik dan 7 hari Pasal 45
penyaluran/penyerahan; untuk Psikotropika dan
1. Industri Farmasi Prekursor Farmasi wajib
dan prekursor farmasi.
membuat, menyimpan, dan menyampaikan
h. paraf atau identitas Lembaga Ilmu Pengetahuan yang
laporan produksi dan penyaluran produk
petugas yang ditunjuk. melaksanakan Impor Psikotropika
Prekursor Farmasi setiap bulan kepada
dan/atau Prekursor Farmasi baik
Direktur Jenderal dengan tembusan
Pencatatan yang dilakukan secara langsung maupun melalui IT
Kepala Badan.
sebagaimana dimaksud pada Psikotropika/IT Prekursor Farmasi
2. PBF yang melakukan penyaluran
ayat (1) dan wajib menyampaikan laporan
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
ayat (2) harus dibuat sesuai realisasi Impor Psikotropika
wajib membuat, menyimpan, dan
dengan dokumen penerimaan dan/atau Prekursor Farmasi kepada
menyampaikan laporan pemasukan dan
dan dokumen penyaluran Direktur Jenderal dengan tembusan
penyaluran Prekursor Farmasi dalam
termasuk dokumen impor, kepada Kepala Badan secara
bentuk obat jadi setiap bulan kepada
dokumen ekspor dan/atau tertulis setiap kali Impor.(pasal 33
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
dokumen penyerahan. ayat 1)
tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.
3. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib
Pasal 44
membuat, menyimpan, dan menyampaikan
Seluruh dokumen pencatatan,
laporan pemasukan Prekursor Farmasi
dokumen penerimaan, dokumen
dalam bentuk obat jadi kepada Direktur
penyaluran, dan/atau dokumen
Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
penyerahan termasuk surat Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib
pesanan Narkotika, Psikotropika, membuat, menyimpan, dan menyampaikan
dan Prekursor Farmasi wajib laporan pemasukan dan penyaluran
disimpan secara terpisah paling Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
singkat 3 (tiga) tahun. kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
atau Kabupaten/Kota setempat dengan
PELAPORAN tembusan kepada Kepala Balai setempat.
1. Industri Farmasi yang
memproduksi Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi wajib membuat,
menyimpan, dan
menyampaikan laporan
produksi dan penyaluran
produk jadi Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi setiap bulan kepada
Direktur Jenderal dengan
tembusan Kepala Badan.
2. PBF yang melakukan
penyaluran Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
Farmasi dalam bentuk obat
jadi wajib membuat,
menyimpan, dan
menyampaikan laporan
pemasukan dan penyaluran
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi setiap bulan
kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dengan
tembusan Kepala
Badan/Kepala Balai.
3. Instalasi Farmasi Pemerintah
Pusat wajib membuat,
menyimpan, dan
menyampaikan laporan
pemasukan dan penyaluran
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi kepada
Direktur Jenderal dengan
tembusan Kepala Badan.
4. Instalasi Farmasi Pemerintah
Daerah wajib
membuat,menyimpan,dan
menyampaikan laporan
pemasukan dan penyaluran
Narkotika,Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi kepadaKepala
Dinas Kesehatan Provinsi atau
Kabupaten/Kota
setempatdengan tembusan
kepada Kepala Balai setempat.
5. Pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) paling sedikit
terdiri atas :
a. nama, bentuk sediaan,
dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika,dan/atau
Prekursor Farmasi;
- jumlah persediaan awal
dan akhir bulan;
- tanggal, nomor
dokumen, dan sumber
penerimaan;
- jumlah yang diterima;
- tanggal, nomor
dokumen, dan tujuan
penyaluran;
- jumlah yang disalurkan;
dan
- nomor batch dan
kadaluarsa setiap
penerimaan atau
penyaluran dan
persediaan awal dan
akhir.
b. Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi
Klinik,Lembaga Ilmu
Pengetahuan, dan dokter
praktik perorangan wajib
membuat, menyimpan,
dan menyampaikan
laporan pemasukan
danpenyerahan/pengguna
an Narkotika dan
Psikotropika, setiap
bulankepada Kepala
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan
tembusanKepala Balai
setempat.
c. Pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6)
paling sedikit terdiri atas:
- nama, bentuk sediaan,
dan kekuatan
Narkotika,
Psikotropika,dan/atau
Prekursor Farmasi;
- jumlah persediaan awal
dan akhir bulan;
- jumlah yang diterima;
dan
- jumlah yang
diserahkan.
e. Puskesmas wajib
membuat, menyimpan,
dan menyampaikan
laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan
Narkotika dan
Psikotropika sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
f. Laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (4)
dan ayat (6) dapat
menggunakan sistem
pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi secara
elektronik.
g. Laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (4)
dan ayat (6) disampaikan
paling lambat setiap
tanggal 10 bulan
berikutnya.
h. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi
diatur oleh Direktur
Jenderal.

ggggf
Contoh format dokumen pencatatan:
 Importir
Formulir pendaftaran sebagai pemohon
CONTOH FORMAT PERMOHONAN
**) :Bila belum pernah melakukan Impor Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi, maka dokumen pendukung tidak
dipersyaratkan.
A* :PBF milik negara berizin khusus sebagai importir Narkotika
C* :IT Psikotropika dan atau IT Prekursor Farmasi
D* :Lembaga Ilmu Pengetahuan
 PBF
Sarana Pelayanan
 Untuk Pelaporan

 PBF
DAFTAR NAMA OBAT DAN NAMA PRODUSEN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

NAMA GENERIK dan Nama Paten SEDIAAN DAN KEKUATAN PRODUSEN


Injeksi: ampul 50mg/ml PT. Kimia Farma
Pethidine / pethidin HCl
Clopedin Solution Clopedin injeksi 50
Pethidin HCl / Clopeedin Solution
mg/mL, 2 mL x 1’s
Tiap tablet Codein 10 mg PT. Kimia Farma
mengandung: Kodein Fosfat
hemihidrat setara dengan Kodein 10
mg.
Tiap tablet Codein 15 mg
1. Kodein Fosfat hemihidrat setara
mengandung: Kodein Fosfat
dengan Kodein / Codein
hemihidrat setara dengan Kodein 15
NARKOTIKA mg.
Tiap tablet Codein 20 mg
mengandung: Kodein Fosfat
hemihidrat setara dengan Kodein 20
mg. PT. Kimia farma
Tiap tablet mengandung :Kodein
2. Codein + paracetamol / Coditam
fosfat setara dengan kodein,
paracetamol
hemihidrat setara dengan Kodein 20
mg.
Tiap tablet mengandung :
Kodein fosfat setara dengan kodein,
paracetamol
Setiap tabletnya mengandung 5 mg, 10 Mahakam beta pharma.
MORPHINE SULFATE / MST mg, 15 mg, 30 mg, 60 mg, 100 mg,
Continus atau 200 mg Morphine Sulfate
tergantung kemasannya
Durogesic Transdermal Patch PT. Kimia Farma
Fentanyl / durogesic , transdermal patch Kemasan: Dus with 5 Patch, 5 Patch
Ampul 50 mcg/ml x 10 ml x 5's
Codipront sirup PT Kimia Farma
Methadone Methadone Hcl PT Kimia Farma
PSIKOTROPIKA injeksi 10 mg/2 mL actavis
rectal cream 10 mg/2.5 mL
Daizepam / sresolid syrup 2 mg/5 mL
tablet 2 mg
tablet 5 mg
injeksi 10 mg/2 mL Mersi farma
Diazepam ,/ valdimex
tablet 5 mg
injeksi 10 mg/2 mL Sanbe farma
tablet 2 mg
Valisanbe /diazepam
tablet 5 mg

Methampyrone 500 mg, diazepam 2 Sanbe Farma


Analsik
mg.
Estazolam / elgran Tablet 1mg ; 2 mg Guardian Pharmatama
Alprazolam tablet 0.25 mg Kalbe farma
Aprazolam / zypraz
Alprazolam tablet 0.5 mg
Alprazolam tablet 1 mg
Alprazolam tablet 0.5 mg
Aprazolam / alganax Alprazolam tablet 1 mg PT.Guardian Pharmatama
Alprazolam tablet 0.25 mg
Alprazolam tablet 0.5 mg Mersifarma
Aprazolam/ atarax Alprazolam tablet 1 mg
Alprazolam tablet 0.25 mg
Alprazolam tablet 0.5 mg Dexa Medica
Aprazolam Alprazolam tablet 1 mg
Alprazolam tablet 0.25 mg
clobazam Tablet 10 mg Dexa medica
proclozan Tablet 10 mg Meprofarm
Tablet film coated tablet 2 m Mersi farma TM
Lorazepam / merlopam
film-coated tablet 2 mg

DAFTAR NAMA OBAT DAN NAMA PRODUSEN PREKURSOR

NO. NAMA OBAT NAMA PRODUSEN


1. Anakonidin PT. Konimex
2. Alpara PT. Molex Ayus Pharmaceutical
3. Anadex PT. Interbat
4. Decolgen PT. Medifarma Lab Inc
5. Decolsin PT. Medifarma Lab Inc
6. Intunal PT. Meprofarm
7. Inza PT. Konimex
8. Ikadryl PT. Ikapharmindo
9. Nalgestan PT. Medifarma Lab Inc
10. Antiza Coronet Crown
11. Colfin Nurfarindo
12. Pospargin PT. Kalbe Farma
13. Fexofed tablet PT. Kalbe Farma
14. Tremenza tablet PT. Sanbe
15. Telfast plus Sanofi Aventis
16. Methergin Novartis Indonesia
17. Clarinase tablet Bayer Indonesia
18. Aerius D Merck Sharp dan Dohme
19. Trifed tablet PT. Interbat

Anda mungkin juga menyukai