1
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
LAMPIRAN...........................................................................................................................iii
A. NAMA PRODUK & PRODUSEN UNTUK TIAP NPP YANG BEREDAR DI INDONESIA........1
1. Daftar Nama Produk dan Nama Produsen Nakotika.................................................1
2. Daftar Nama Produk dan Nama Produsen Psikotropika............................................1
3. Daftar Nama Produk dan Nama Produsen Prekursor................................................2
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN NPP (PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN PELAYANAN).......3
1. Pencatatan..................................................................................................................3
2. Pelaporan...................................................................................................................3
3. Produksi.....................................................................................................................5
4. Distribusi...................................................................................................................6
5. Pelayanan Kefarmasian.............................................................................................6
2
LAMPIRAN
3
A. REKAPITULASI DATA : NAMA PRODUK & PRODUSEN UNTUK TIAP NPP YANG
BEREDAR DI INDONESIA
2
f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
2. Pelaporan
Pada Pasal 45 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
disebutkan bahwa:
1) Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi setiap bulan kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan Kepala Badan.
2) PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi setiap
bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.
3) Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat
jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
4) Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.
Pelaporan Narkotika Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan obat
Narkotikatiap bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukandan
3
penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, danditandatangani oleh
penanggung jawab instalasi farmasi/apotek rumah sakit.Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotasetempat dengan tembusan :
1. Dinas Kesehatan Provinsi setempat
2. Kepala Balai POM setempat
3. Penanggung jawab narkotika di Rumah Sakit
4. Arsip Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari:
a) Laporan pemakaian bahan baku narkotika.
b) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika.
c) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin.
Pelaporan Psikotropika suatu laporan yang dibuat Rumah Sakit untuk mencatat
pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran obat Psikotropika berdasarkan pelayanan resep
doktersetiap bulannya yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan:
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
2. Kepala Balai POM3.
Arsip yg di tanda tangani oleh Apoteker penanggung jawab di sertai namaterang, SIK, dan
cap Rumah Sakit/Apotek.Pelaporan psikotropika dibuat satu bulan sekali tetapi dilaporkan satu
tahun sekali(awal Januari sampai Desember).
Pada pasal 45 ayat 6 disebutkan bahwa Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib membuat,
menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan
Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat. Pelaporan tersebut paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.
Sedangkan, Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pelaporan untuk tiap sarana dapat dilakukan secara elektronik di
4
sipnap.kemenkes.go.id. Berikut merupakan contoh format dokumen pelaporan:
3. Produksi
UU 35 tahun 2009
1) Menteri memberi izin khusus untuk memproduksi Narkotika kepada Industri Farmasi tertentu
yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah
dilakukan auditoleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
2) Menteri melakukan pengendalian terhadap produksi Narkotika sesuai dengan rencana
kebutuhan tahunan Narkotika
3) Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pengawasan terhadap bahan baku, proses
produksi, dan hasil akhir dari produksi Narkotika sesuai dengan rencana kebutuhan tahunan .
4) Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali
dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5) Pengawasan produksi Narkotika Golongan I untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
4. Distribusi (Penyaluran )
5
5. Pelayanan Kefarmasian
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana Apotek dapat
menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
kelancaran praktik Pelayanan Kefarmasian.
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi sarana yang memiliki fungsi:
a. Ruang penerimaan Resep Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang
penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.,
b. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi rak
Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan sekurang-kurangnya
6
disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer,
sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan
Resep, etiket dan label Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara
yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
Ruang penyerahan
Obat Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan Resep.
Ruang konseling
sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-
buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir
catatan pengobatan pasien.
Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Ruang penyimpanan harus
memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin
mutu produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet.
LAMPIRAN
7
8
Lampiran 2. Contoh Format Dokumen
Importir
Formulir pendaftaran sebagai pemohon Narkotika, Psikotropika, Prekursor
9
10
11
12
Lampiran 3. Contoh Format Permohonan
13
Lampiran 4. Impor Prekursor
14
Lampiran 5. Surat Pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor untuk industri
farmasi, PBF, dan instalasi pelayanan farmasi
15
16
17
18
Lampiran 6. Contoh Form Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi dari PBF
kepada Industri Farmasi atau PBF lain
19
Lampiran 7. Contoh Form Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi dari
Apotek kepada Industri Farmasi atau PBF
20
Lampiran 8. Contoh Form Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi dari
Instalasi Farmasi Rumah Sakit kepada Industri Farmasi atau PBF atau
Rumah Sakit
21
Lampiran 9. Surat Permintaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor untuk instalasi
pelayanan farmasi baik diajukan oleh apoteker maupun dokter
22
23
24