Anda di halaman 1dari 13

TITRASI

KOMPLEKSOMETRI
KOMPLEKSOMETRI
 Analisis volumetri yang berdasarkan pembentukkan senyawa
kompleks.
 Sejumlah senyawa organik dapat membentuk kompleks dengan ion-
ion logam, terutama senyawa organik yang mengandung nitrogen
yang bersifat basa.
 Senyawa - senyawa pembentuk kompleks disebut komplekson atau
ligan.
 Untuk analisis volumetri dipilih komplekson yang dapat membentuk
kompleks secara kuantitatif.
 Analisis untuk penentuan kadar logam.
1. SENYAWA KOMPLEKS
 Senyawa yang mengandung paling tidak satu ion kompleks.
 Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat (central metal cation)
berupa logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang
mengikat anion atau molekul netral yang disebut ligan (ligands).
 Agar senyawa kompleks dapat bermuatan netral, maka ion kompleks
dari senyawa tersebut, akan bergabung dengan ion lain yang disebut
counter ion.
 Jika ion kompleks bermuatan positif, maka counter ion pasti akan
bermuatan negative dan sebaliknya.
Atom Pusat
• Atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang
didonorkan. Biasanya berupa ion logam, terutama logam
golongan transisi yang memiliki orbital d yang kosong.
• Contoh: Fe2+, Fe3+, Cu2+, Co3+, dll.

Ligan
Molekul atau ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks.
Interaksi antara atom logam dengan ligan dapat dibayangkan
bagaikan reaksi asam basa Lewis. Sebagaimana kita tahu
bahwa basa Lewis adalah zat yang mampu memberikan satu
atau lebih pasangan elektron. Setiap ligan memiliki setidaknya
satu pasang elektron valensi bebas.
Ligan
• atom logam transisi (baik dalam keadaan netral maupun
bermuatan positif) bertindak sebagai asam Lewis. Dengan
demikian, ikatan logam-ligan biasanya adalah ikatan kovalen
koordinat.
• Jenis ligan:
1. Monodentat: menyumbang satu atom donor. Cth: H2O, NH3.
2. Bidentat: menyumbang dua atom donor. Cth: etilenadiamina
(disingkat “en”)
3. Polidentat: menyumbang lebih dari dua atom donor. Cth: EDTA
(heksadentat)
2. EDTA (Etilene Diamine Tetra Acetic acid)
 Rumus molekul EDTA adalah H4C10H12O8N2

 merupakan asam berbasa empat sehingga sering ditulis sebagai H4Y.


 Sebagai asam lemah EDTA mengalami ionisasi bertahap melepas ion
hidrogen satu persatu.
 Yang digunakan sebagai komplekson adalah garam dinatriumnya
(Na2H2C10H12O8N2 atau Na2H2Y).
EDTA (Etilene Diamine Tetra Acetic acid)
 Yang digunakan sebagai komplekson adalah garam dinatriumnya
(Na2H2C10H12O8N2 atau Na2H2Y) / Na-EDTA

 Di dalam air garam ini terionisasi menghasilkan ion :

Na2H2Y 2Na+ + H2Y2-


Pembentukan Kompleks Logam-EDTA
Kompleks logam-EDTA adalah kompleks 1:1, artinya 1 ion logam selalu
mengikat 1 ion EDTA. Reaksinya dengan kation-kation adalah sebagai
berikut:

Di sini terlihat bahwa setiap 1 mol logam bereaksi dengan 1 mol EDTA, dimana selalu dilepaskan 2 mol H+ . Hal
ini mengakibatkan konsentrasi ion hidrogen makin besar (pH makin kecil), dan konsentrasi ion logam makin
kecil (pM makin besar). Untuk mengatasi agar pH tidak turun terus maka ke dalam larutan dapat ditambahkan
larutan buffer (biasanya dipakai buffer salmiak)
3. INDIKATOR EBT
 EBT (Eriochrome Black T)
 Indikator ini mempunyai rumus molekul NaH2C20H10O2N3S atau disingkat dengan
NaH2ln yang didalam air terionisasi memberikan ion berwarna:

 Kompleks logam-EBT adalah kompleks 1:1


 Pada pH 7-11 warna indikator biru, tetapi apabila ditambahkan ion logam
warnanya akan berubah menjadi merah anggur karena terbentuk kompleks
logam-indikator.
 Senyawa kompleks Ni Ketut Esati, S.Si.,
 Pembentukan kompleks antara ion logan
dengan EDTA
M.Si
 Masking dan Demasking
 Titrasi dengan EDTA
 Indikator
 Pembuatan larutan baku EDTA dan
pembakuannya
 Aplikasi titrasi kompleksometri menurut
Farmakope Indonesia

Anda mungkin juga menyukai