Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM ANALISIS OBAT


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAN SPEKTROFLUOROMETRI
Tanggal Percobaan : 10 November 2016
Tanggal Pengumpulan : 17 November 2016
Disusun oleh :
Shinta Ajeng Mawarsri (1161035)
Asisten:
Lina Rahmawati (20715001)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI ANALISIS


PROGRAM STUDI FARMASI KLINIK KOMUNITAS
SEKOLAH FAMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

I.

TUJUAN
1. Menentukan kadar amoksisilin pada sampel dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis
2. Menentukan kadar kinin sulfat pada sampel dengan menggunakan metode
spektrofluorometri
3. Menentukan eksitasi dan emisi kinin sulfat dengan menggunakan metode
spektrofluorometri

II.

PRINSIP PERCOBAAN
Spektrofotometri UV Vis merupakan pengukuran serapan cahaya didaerah
panjang gelombang UV dan sinar tampak. Adanya penyerapan sinar ini akan
menyebabkan terjadinya eksitasi electron yang membutuhkan energi. Pada
spektrofotometri UV Vis, yang diukur adalah absorbansinya. Absorbansi adalah
jumlah cahaya atau energy yang diserap oleh suatu electron untuk tereksitasi.
Spektrofluorometri merupakan suatu metode analisis yang prinsipnya pengukuran
intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh suatu senyawa. Terdapat dua
spectrum yang dihasilkan yaitu eksitasi dan emisi. Eksitasi adalah penyerapan energy
oleh suatu electron untuk berpindah ke tingkat energy yang lebih tinggi. Emisi adalah
proses pelepasan energy atau cahaya dari electron untuk kembali ke keadaan semula
setelah tereksitasi.

III.

ALAT DAN BAHAN


ALAT
Spektrovotometer UV Vis
Kuvet quarts
Analytical balance
Labu ukur
Spatula
Gelas kimia
Pipet tetes
Kertas lensa
Spektrofluorometer
Kufet fluorometrik

IV.

CARA KERJA
1. SPEKTROFLUOROMETRI
4 GRAM H2SO4 ditambah
aquadest 1L

BAHAN
Kinin sulfat
Asam sulfat
Aquades
Amoksisilin
NaOH

10 mg kinin sulfat + H2SO4 0.1 N


sampai batas (100 ppm)

diencerkan

Dibuat larutan standar dengan konsentrasi


0,1;0,15;0,2;0,25;0,3 ppm dari larutan
H2SO4 1 ppm
Dimasukkan sampel kinin sulfat 10 ml

Diambil 5 ml, dan ditambah H2SO4


sampai baras

Eksitasi dan emisi ditentukan

Intensitas fluoresensi dihitung

Dibuat kurva kalibrasi dan


konsentrasi sampel dihitung

2. SPEKTROFOTOMETRI
PREPARASI SAMPEL

Setra dengan 20 mg amoksisilin


baku dari suspense amoksisilin
ditimbang + 10 ml air

+ NaOH 0,1 N hingga 50 ml

Disaring dengan kertas whattman


no 42

1 ml filtrate diambil + NaOH 0,1 M


hingga 10 ml

2ml diambil + NaOH 0,1 M 10


ml

PEMBUATAN LARUTAN STANDAR

20 mg amoksisilin + 100 ml
NaOH

Diencerkan menjadi konsentrasi


40,60,80,100,120 dan 140 ppm

Dimasukkan kedalam kufet


sampai kuvet

1 larutan standar digunakan


untuk menentukan kurva

max amoksisilin dicatat

Absorbansi setiap standard an


sampel pada max diukur

Dibuat kurva kalibrasi

Konsentrasi dihitung

V.

HASIL DAN PERHITUNGAN DATA

1. SPEKTROFLUOROMETRI
1. Pembuatan larutan standar
Pembuatan larutan amoksisilin 200 ppm
20 mg amoksisilin baku +100 ml aquadest
40 ppm
200xV1=40 x 10
V1 = 2 ml ( 2 ml amoksisilin 200 ppm @ hingga 10 ml)
60 ppm
200xV1=60 x 10
V1 = 3 ml ( 3 ml amoksisilin 200 ppm @ hingga 10 ml)
80 ppm
200xV1=80 x 10
V1 = 4 ml ( 4 ml amoksisilin 200 ppm @ hingga 10 ml)
100 ppm
200xV1=100 x 10
V1 = 5 ml ( 5 ml amoksisilin 200 ppm @ hingga 10 ml)
120 ppm
200xV1=120 x 10
V1 = 6 ml ( 6 ml amoksisilin 200 ppm @ hingga 10 ml)
140 ppm
200xV1=140 x 10
V1 = 7 ml ( 7 ml amoksisilin 200 ppm @ hingga 10 ml)
2. Pembuatan larutan sampel
(A) 2.243 gram suspense amoksisilin + 10 ml air + NaOH 0.1 M hingga 50 ml.
(B) campuran disaring dengan kertas wattman no 42 dan diambil 1 ml + NaOH
hingga 10
(C) 2ml campuran B + NaOH hingga 10 ml 50 ppm

3. Penentuan kadar
a. = 247 nm
konsentrasi
40
60
80
100
120
140

absorbansi
1.0506
1.541
2.0629
2.1613
3.3895
4.0956

= 247 nm
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
20

f(x) = 0.03x - 0.3


R = 0.95

40

60

80

y=0.0298x-0,2997
1,4=0,0298x-0,2997
1,6997=0,0298x
x=57,03
b. = 246 nm
konsentrasi
40
60
80
100
120
140

absorbansi
1.0457
1.5332
2.0503
2.1476
3.1816
3.8768

100

120

140

160

=246 nm
5
4
f(x) = 0.03x - 0.16
R = 0.96

3
2
1
0
20

40

60

80

100

120

140

160

y = 0.0274x - 0.1624
1,3917=0.0274x-0,1624
1,5541=0,0274x
X= 56,71
c. =291 nm
konsentrasi
40
60
80
100
120
140

absorbansi
0.2514
0.3499
0.4645
0.4795
0.6993
0.8296

=291 nm
1
0.8

f(x) = 0.01x + 0
R = 0.96

0.6
0.4
0.2
0
20

40

60

80

100

120

140

160

y = 0.0056x + 0.004
0.4516=0.0056x+0.004
0.4556=0.0056x
X= 81,35
Dari ketiga panjang gelombang yang diukur absorbansinya, yang konsentrasinya
mendekati konsentrasi sampel sebenarnya adalah pada panjang gelombang 246 nm.
Sehingga yang dipilih adalah panjang gelombang 246 nm.
Kadar amoksisilin pada 246 nm adalah 56,71 ppm
Galat

56,7150
x 100 =13,42
50

2.SPEKTROFLUOROMETRI
10 mg + 100 ml H2SO4 0.05 M 100 ppm
Diencerkan ke 1 ppm
100 x V1 = 1 x20
V1 = 0.2 ml

VI.

1 ppm 0,3 ppm


1x V1 = 0,3 x10
V1 = 3 ml ( 3ml lar 1ppm diencerkan hingga 10 ml)
1 ppm 0,25 ppm
1x V1 = 0,25 x10
V1 = 2,5 ml( 2.5 ml lar 1ppm diencerkan hingga 10 ml)
1 ppm 0,2 ppm
1x V1 = 0,2 x10
V1 = 2 ml ( 2 ml lar 1ppm diencerkan hingga 10 ml)
1 ppm 0,15 ppm
1x V1 = 0,15 x10
V1 = 1,5 ml (1,5 ml lar 1ppm diencerkan hingga 10 ml)
1 ppm 0,1 ppm
1x V1 = 0,1 x10
V1 = 1 ml ( 1 ml lar 1ppm diencerkan hingga 10 ml)

PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini, dilakukan pengujian kadar amoksisilin dengan menggunakan


spektrofotometri UV-Vis. Amoksisilin dapat di uji dengan menggunakan spektrofotometri uv vis
karena amoksisilin memiliki gugus kromofor. Gugus kromofor merupakan bagian dari suatu
molekul yang dapat sinar UV dan sinar tampak.
Pada percobaan, dipilih panjang gelombang 246, 247 dan 291 nm. Pemilihan panjang
gelombang ini didasarkan pada literature yang menyatakan bahwa max amoksisilin adalah 247
dan 291 nm. Akan tetapi saat percobaan, absorbansi terjadi pada panjang gelombang 246 nm.
Maka dari itu dipilihlah panjang gelombang 246 nm untuk menentukan kadar amoksisilin pada
suspense amoksisilin. Absorbansi amoksisilin pada panjang gelombang ini sebenarnya memiliki
rentang diluar 0.2-0.8 ( absorbansi yang baik), sedangkan pada panjang gelombang 291 rentang
absorbansinya masih dalam jumlah yang diperbolehkan. Akan tetapi pada kurva absorbansi
sampel, tidak menunjukkan adanya absorbansi pada panjang gelombang 291. Sedangkan 247
tidak dipilih karena memiliki galat perhitungan kadar yang lebih besar disbanding panjang
gelombang 246 nm. Sehingga dipilih panjang gelombang 246 nm. Pada panjang gelombang 246
nm, didapatkan kadar amoksisilin 56,71 ppm dengan galat 13,42 %. Perbedaan ini kemungkinan
disebabkan karena pembuatan larutan sampel yang konsentrasinya kurang sesuai dengan
perhitungan, pembilasan kuvet yang kurang bersih atau adanya air pada kuvet yang dapat
mempengaruhi konsentrasi.
Pada percobaan ini juga dilakukan pengukuran dengan spektrofluorometri.
Spektrofluorometri adalah suatu metode analisis yang mengukur intensitas cahaya fluoresensi
yang dipancarkan oleh suatu senyawa. Syarat zat yang dapat diperiksa dengan spektrofotometri
adalah dapat berfluoresensi. Ciri suatu zat dapat berfluoresensi adalah apabila strukturnya
aromatic atau heterosiklik dan mengandung ikatan rangkap terkonjugasi.
Amoksisilin tidak dapat diperiksa dengan spektrofluorometri karena amoksisilin tidak dapat
berfluoresensi. Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Karena amoksisilin tidak dapat diuji
menggunakan spektrofluorometri, maka pada praktikum ini dilakukan uji kadar kinin sulfat
dengan

menggunakan

spektrofluorometri.

spektrofluorometri karena dapat berfuoresensi.

Kinin

sulfat

dapat

diuji

menggunakan

Percobaan spektrofluorometri ini tidak dapat digunakan untuk menentukan kadar kinin sulfat
karena terdapat kesalahan yang menyebabkan intensitas cahaya terlalu besar hingga alat tidak
mampu untuk mengukur. Kesalahan ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan pembuatan
larutan sehingga konsentrasinya terlalu tinggi dan tidak mampu dideteksi.
VII.

KESIMPULAN
1. Kadar amoksisilin dalam suspense amoksisilin adalah 56,71 ppm dengan galat
13,42 %
2. Kadar kinin sulfat tidak dapat ditentukan karena terdapat kesalahan praktikum

VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Rouessac, F, A Rouessac.2005. Chemical Analysis Modern Instrumental Methods and


Technique. London: John and sons. Hal 189-198,227-233
http://eprints.uny.ac.id/8331/2/BAB1%20-%20%2008306141009.pdf

(diakses

pada

15

November 2016 pukul 19.00)


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/119204-T%2025249-Probe%20optik-Literatur.pdf (diakses
pada 15 November 2016 pukul 19.10)

Anda mungkin juga menyukai