Disusun oleh :
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat menjelaskan spesifikasi ruang bersih pada saat pembuatan
sediaan obat steril.
B. PENDAHULUAN
CPOB adalah suatu pedoman yang menyangkut seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu, bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Peraturan tentang wajib menerapkan CPOB bagi industri farmasi didasarkan
atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.43/Menkes/SK/VII/1989 tentang Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Langkah tersebut diikuti dengan keluarnya Surat
Keputusan Direktorat Jenderal POM No.05411/A/SK/XII/1989 mengenai Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang direvisi pada tahun
1990.
Pada tahun 2001 Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) menerbitkan
revisi CPOB yang dikenal juga dengan CPOB terkini. Pedoman CPOB yang
diterbitkan pada tahun 1988 dan 2001 meliputi 10 aspek, yaitu ketentuan umum,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap obat, penarikan
kembali obat, dan obat kembalian serta dokumentasi.
Pada tahun 2006 diterbitkan lagi versi yang diperbaharui yaitu c-GMP (current
Good Manufacturing Practice) atau yang dikenal dengan istilah CPOB yang dinamis.
Dibandingkan dengan edisi sebelumnya (CPOB edisi 2001), pedoman CPOB edisi
2006 mengandung perbaikan sesuai persyaratan CPOB terkini antara lain “Kualifikasi
dan Validasi”, Pembuatan dan Analisis Obat berdasarkan Kontrak” dan “Pembuatan
Produk Steril”. Disamping itu juga terdapat penambahan beberapa bab yaitu
“Manajemen mutu”, ‘Pembuatan Produk Darah, “Sistem Komputerisasi” dan
“Pembuatan Produk Investigasi untuk Uji Klinis”.
CPOB terkini (CPOB : 2006) atau c-GMP merupakan salah satu upaya
pemerintah (Badan POM) untuk menjamin khasiat, keamanan, dan mutu obat
produksi industri farmasi Indonesia agar sesuai dengan standar internasional, sehingga
produk obat dalam negeri mampu bersaing baik untuk pasar domestik maupun untuk
pasar ekspor. Disamping itu, penerapan c-GMP juga mendorong industri farmasi agar
lebih efisien dan fokus dalam pelaksanaan produksi obat, termasuk pemilihan fasilitas
produksi yang paling memungkinkan untuk dikembangkan.
Ruang bersih adalah ruangan dengan keadaan terkontrol yang diperbolehkan
untuk digunakan sebagai ruang pembuatan sediaaan obat steril (Badan POM RI,
2013). Untuk pembuatan sediaan steril, dilakukan pada ruang kelas A, B, C dan D.
(white area). Untuk pembuatan sediaan obat non steril dilakukan pada kelas E (grey
area) yang spesifikasi kebersihan ruangannya tidak seketat ruang bersih untuk
pembuatan sediaan obat steril.
C. Prosedur
a) Buatlah pembagian spesifikasi ruang bersih white area kelas A, B, C, D
berdasarkan CPOB.
Spesifikasi Penjelasan
Ruang Peruntukan
Kelas A
Kelas B
Kelas C dan D
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Kelas D
Kelas E
D. HASIL PENGAMATAN
ALUR BAHAN
ALUR PEMBUATAN SEDIAAN STERIL DENGAN TEKNIK STERILISASI AKHIR
E. PEMBAHASAN
F. Buatlah pembagian spesifikasi ruang bersih white area kelas A, B, C, D berdasarkan
CPOB.
Spesifikasi Penjelasan
Ruang Peruntukan
Kelas A Kegiatan yang sangat kompleks dan beresiko
tinggi seperti ruang pengisian, wadah tutup karet,
ampul dan vial terbuka, penyambungan secara
aseptis disebut kelas A. Kelas A harus memiliki
unit aliran udara laminar (laminar air flow) di
tempat kerja. Sistem udara laminar bertujuan
mengalirkan udara yang disarankan memiliki
kecepatan penyebayar udara berkisar 0,36 – 0,54
m/detik pada posisi kerja dalam ruang bersih
terbuka.
Kelas B Kelas B digunakan untuk pembuatan dan
pengisian secara aseptis.
G. KESIMPULAN
Pabrik obat harus memenuhi syara PCOB untuk memastikan mutu dan
kualitas tetap terjamin.
Spesifikasi ruang bersih terdiri dari berbagai macam kelas yang memiliki
tujuan dan aturan yang berbeda
H. DAFTAR PUSTAKA