DOSEN PENGAMPU :
Drs. apt. WIDODO PRIYANTO, M.M.
DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 Praktikum 6L
VI. PEMBAHASAN
Sediaan tablet paracetamol diproduksi dengan metode granulasi basah.
Granulasi basah (aglomerasi) merupakan teknologi formulasi dengan cara
pengadukan (agitasi) serbuk atau campuran serbuk dengan keberadaan cairan sebagai
bahan pengikat yang dicampurkan dengan serbuk kering. Granul adalah suatu produk
yang dihasilkan melalui proses granulasi. Granul tidak hanya merupakan produk
antara pada proses pembuatan tablet, akan tetapi juga dapat menjadi sediaan obat
tersendiri. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan granulasi basah parasetamol,
yaitu bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur dan bahan pelicin. Pada
penelitian ini diteliti pengaruh bahan pengisi laktosa dan avicel PH 101 terhadap
evaluasi sifat fisik tablet dengan uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji
kerapuhan, uji waktu hancur dan kandungan lembab LOD (Loss on Drying). Bahan
pengisi berfungsi memperbaiki sifat alir dan berfungsi sebagai bahan pengikat
sehingga dapat dengan mudah dikempa atau memacu aliran.
Pembuatan granul diawali dengan penimbangan parasetamol 500 mg, laktosa
25% atau 30,75 mg, avicel PH 101 75% atau 92,25 mg, PVP K-30 5% atau 35 mg,
dan explotab 5% atau 35 mg. Masukan parasetamol, laktosa, avicel PH 101, explotab
kedalam tumbler homogenkan selama 15 menit. melarutkan PVP dengan aquades -+ 5
ml dalam cawan porselin. Masukkan zat aktif dan zat pengisi kedalam mortir
tambahkan larutan PVP sampai terbentuk massa granul yang baik. Massa granul
dilewatkan pada ayakan no.16 mesh kemudian dikeringkan menggunakan oven pada
suhu 50-60oC. Granul yang telah kering diayak kembali menggunakan ayakan no.18
mesh. Pengayakan bertujuan untuk membentuk suatu campuran dengan ukuran yang
sama rata. Setelah pengayakan, granul yang diperoleh ditimbang dan didapat berat
granul hasil pengeringan yaitu 31,1328 gram kemudian sisihkan 3 gram granul untuk
LOD.
Pada proses pembuatan granul digunakan eksipien sebagai zat aktif yaitu
parasetamol, bahan pengisi yaitu laktosa dan avicel PH 101, bahan pengikat yaitu
PVP, serta bahan penghancur (disintegrant) yaitu Explotab. Bahan pengisi digunakan
untuk menambah bobot sediaan sehingga sesuai untuk dikempa, memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir suatu bahan aktif. Bahan pengikat pada metode ini dapat
ditambahkan dalam bentuk kering atau dalam bentuk larutan (suspensi, solution atau
mucilago), pada percobaan ini ditambahkan dalam bentuk suspensi (PVP dilarutkan
dengan aquades). Dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair, memudahkan
bahan pengikat membasahi permukaan partikel sehingga dapat mengikat partikel-
partikel serbuk menjadi satu kesatuan agar terbentuk granul yang kuat. Bahan
penghancur digunakan untuk mempercepat disintegrasi tablet sehingga meningkatkan
disolusi tablet.
Kemudian dilakukan evaluasi sifat fisik tablet. tujuan dilakukannya uji sifat
fisik tablet yaitu untuk mengetahui sifat kimia, fisika, dan biologi tablet. evaluasi sifat
fisik tablet meliputi uji keseragaman ukuran, uji kerapuhan, uji kekerasan, uji waktu
hancur dan LOD (Loss on Drying) atau susut pengeringan. Uji keseragaman ukuran
diukur menggunakan jangka sorong dengan menggunakan 6 tablet sebagai sampel
yang menghasilkan rata-rata diameter tablet adalah 1,318 cm dan rata-rata ketebalan
tablet adalah 0,33 cm dari semua sampel selisih diameter dan ketebalan tablet tidak
lebih dari 10% sehingga dapat dikatakan bahwa tablet seragam.
Uji kerapuhan digunakan sampel dengan berat awal(a) 4,0614 gram diuji
dengan alat friabilator test yaitu bekerja dengan cara berputar sebanyak 100x atau
selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm, didapatkan bobot akhir(b) 2,6747 gram.
Kemudian mencari f = [(a-b)/b]x100% didapatkan hasil 34,1%. Dari hasil uji
kerapuhan yang baik seharusnya adalah <1%, maka dapat dikatakan bahwa tablet
kami sangat rapuh kemungkinan kerapuhan ini disebabkan oleh formulasi yang
digunakan yaitu laktosa 25% sedangkan avicel PH 101 yang kami gunakan adalah
75%.
Uji kekerasan dengan menggunakan sampel sebanyak 6 tablet diuji dengan
menggunakan hardness tester didapatkan hasil rata-rata kekerasan 0,993 kg.
Kekerasan tablet yang baik adalah 4–8 kg. Sehingga dari hasil kekerasan yang
didapatkan dapat dikatakan bahwa tablet tidak keras, hal ini terjadi karena kekerasan
tablet dipengaruhi oleh bahan pengikat yang digunakan, semakin baik ikatan antar
partikel maka tablet akan semakin kuat.
Uji waktu hancur menggunakan sampel 6 tablet untuk diuji dengan alat
disintegration tester dan menggunakan air panas pada suhu 37±2°C menghitung
waktu hancur dengan menggunakan stopwatch. Dihasilkan tablet I memiliki waktu
hancur paling lama yaitu 6.01 menit yang dapat dibilang cepat hal ini terjadi karena
dipengaruhi oleh kekerasan dan kerapuhan tablet yang kurang baik sehingga
menyebabkan waktu hancur ikut terpengaruhi. Hasil uji LOD atau susut pengeringan
diuji dengan alat moisture balance pada suhu 105°C didapatkan persentase kadar air
sebanyak yaitu 4%
VII. KESIMPULAN
Pembuatan tablet parasetamol menggunakan metode granulasi basah
dilakukan evaluasi sifat fisik tablet pada uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji
kerapuhan, uji waktu hancur dan kandungan lembab LOD (Loss on Drying). Pada
tablet formula III dengan laktosa 25%, avicel PH 101 75%. Hasil evaluasi sifat fisik
tablet yang dihasilkan yaitu seragam, tablet sangat rapuh hasil uji kerapuhannya
mencapai 34,1%, tablet tidak keras dengan hasil 0,993 kg, waktu hancur cukup
singkat 6 menit 1 detik dan LOD yang dihasilkan sebesar 4%.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN