Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


“FORMULASI DAN EVALUASI SIFAT FISIK TABLET
PARACETAMOL METODE GRANULASI BASAH”

DOSEN PENGAMPU :
Drs. apt. WIDODO PRIYANTO, M.M.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 Praktikum 6L

1) FANABILA PUTRI BHAYANGKARI (27216707A)


2) SINDY PUSPITA SARI (27216708A)
3) LIESKE TRILIANSI (27216709A)
4) MAYA AGUSTINA WIJAYANTI (27216710A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
TAHUN 2023
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1) Mahasiswa dapat membuat tablet Paracetamol dengan menggunakan metode
granulasi basah.
2) Mahasiswa dapat melakukan pengujian sifat fisik mutu tablet.

II. DASAR TEORI


Parasetamol merupakan bahan dengan karakteristik kompaktibilitas kurang
baik dan memiliki sifat alir yang buruk. Dalam memperbaiki sifat alir dan
kompatibilitasnya maka dalam pembuatan tablet digunakan metode granulasi basah.
Granulasi basah merupakan teknologi formulasi dengan cara pengadukan serbuk atau
campuran tablet dengan keberadaan cairan sebagai bahan pengikat yang dicampurkan
dengan serbuk kering untuk meningkatkan kohesivitas agar kekerasannya semakin
tinggi.
Tablet merupakan sediaan obat dalam bentuk padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan farmasetika yang sesuai. Selain zat aktif, tablet terdiri dari
bahan tambahan/eksipien dengan fungsi yang berbeda diantaranya bahan pengisi,
penghancur, pengikat, pembasah dan pelicin. Bahan pengikat dalam pembuatan tablet
berfungsi untuk meningkatkan kekompakan dan daya tahan tablet, yang akan
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah granul sehingga mudah
untuk dicetak. Bahan pengikat tidak boleh menghalangi disintegrasi tablet maupun
pelepasan zat aktif untuk di absorbsi. Bahan pengisi diperlukan pada sediaan padat
khususnya tablet, yang berfungsi untuk meningkatkan atau memperoleh massa agar
mencukupi jumlah massa campuran sehingga dapat dikompresi/dicetak serta
memperbaiki laju alir massa sehingga mudah dikempa. Bahan penghancur
(disintegrant) merupakan eksipien yang berfungsi untuk memfasilitasi hancurnya
tablet ketika terjadi kontak dalam saluran cerna.
Tablet yang dicetak harus dilakukan pengujian mutu fisik agar kualitas tablet
dapat diketahui. Kualitas suatu tablet dapat diketahui setelah dilakukan pengujian,
yaitu : uji keseragaman bobot dan ukuran, uji kekerasan, kerapuhan dan waktu
hancur. Uji kekerasan dan kerapuhan adalah uji mengenai kekompakan mekanis
tablet. Pengujian ini bertujuan untuk menjamin bahwa tablet akan tetap utuh, tidak
pecah atau terkikis selama proses pengemasan. Uji waktu hancur bertujuan untuk
menjamin tablet dapat hancur dalam cairan tubuh atau dengan kata lain untuk dapat
mengetahui waktu kecepatan obat dapat larut dalam cairan tubuh. Persyaratan waktu
hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit. Kekerasan tablet yang
baik adalah 4–8 kg. Kekerasan tablet mempengaruhi kerapuhan dan waktu hancur
tablet, semakin besar kekerasan tablet maka semakin kecil kerapuhan tablet dan
semakin lama waktu hancur tablet. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh bahan pengikat
yang digunakan, semakin baik ikatan antar partikel maka tablet akan semakin kuat.

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
Tumbler Paracetamol
Mortir dan Stemfer Laktosa
Ayakan No.16 dan No.18 Avicel PH 101
Alat Timbang PVP K-30
Cawan Porselen Explotab
Sudip Talk
Batang Pengaduk Mg Stearate
Oven Pewarna
Jangka Sorong Aquadest
Single Punch
Hardness Tester
Friabilator
Disintegration Tester
Moisture Balance
Flow Tester Granul
Tapping Device
Kertas Perkamen

IV. CARA KERJA


V. DATA DAN HASIL

VI. PEMBAHASAN
Sediaan tablet paracetamol diproduksi dengan metode granulasi basah.
Granulasi basah (aglomerasi) merupakan teknologi formulasi dengan cara
pengadukan (agitasi) serbuk atau campuran serbuk dengan keberadaan cairan sebagai
bahan pengikat yang dicampurkan dengan serbuk kering. Granul adalah suatu produk
yang dihasilkan melalui proses granulasi. Granul tidak hanya merupakan produk
antara pada proses pembuatan tablet, akan tetapi juga dapat menjadi sediaan obat
tersendiri. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan granulasi basah parasetamol,
yaitu bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur dan bahan pelicin. Pada
penelitian ini diteliti pengaruh bahan pengisi laktosa dan avicel PH 101 terhadap
evaluasi sifat fisik tablet dengan uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji
kerapuhan, uji waktu hancur dan kandungan lembab LOD (Loss on Drying). Bahan
pengisi berfungsi memperbaiki sifat alir dan berfungsi sebagai bahan pengikat
sehingga dapat dengan mudah dikempa atau memacu aliran.
Pembuatan granul diawali dengan penimbangan parasetamol 500 mg, laktosa
25% atau 30,75 mg, avicel PH 101 75% atau 92,25 mg, PVP K-30 5% atau 35 mg,
dan explotab 5% atau 35 mg. Masukan parasetamol, laktosa, avicel PH 101, explotab
kedalam tumbler homogenkan selama 15 menit. melarutkan PVP dengan aquades -+ 5
ml dalam cawan porselin. Masukkan zat aktif dan zat pengisi kedalam mortir
tambahkan larutan PVP sampai terbentuk massa granul yang baik. Massa granul
dilewatkan pada ayakan no.16 mesh kemudian dikeringkan menggunakan oven pada
suhu 50-60oC. Granul yang telah kering diayak kembali menggunakan ayakan no.18
mesh. Pengayakan bertujuan untuk membentuk suatu campuran dengan ukuran yang
sama rata. Setelah pengayakan, granul yang diperoleh ditimbang dan didapat berat
granul hasil pengeringan yaitu 31,1328 gram kemudian sisihkan 3 gram granul untuk
LOD.
Pada proses pembuatan granul digunakan eksipien sebagai zat aktif yaitu
parasetamol, bahan pengisi yaitu laktosa dan avicel PH 101, bahan pengikat yaitu
PVP, serta bahan penghancur (disintegrant) yaitu Explotab. Bahan pengisi digunakan
untuk menambah bobot sediaan sehingga sesuai untuk dikempa, memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir suatu bahan aktif. Bahan pengikat pada metode ini dapat
ditambahkan dalam bentuk kering atau dalam bentuk larutan (suspensi, solution atau
mucilago), pada percobaan ini ditambahkan dalam bentuk suspensi (PVP dilarutkan
dengan aquades). Dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair, memudahkan
bahan pengikat membasahi permukaan partikel sehingga dapat mengikat partikel-
partikel serbuk menjadi satu kesatuan agar terbentuk granul yang kuat. Bahan
penghancur digunakan untuk mempercepat disintegrasi tablet sehingga meningkatkan
disolusi tablet.
Kemudian dilakukan evaluasi sifat fisik tablet. tujuan dilakukannya uji sifat
fisik tablet yaitu untuk mengetahui sifat kimia, fisika, dan biologi tablet. evaluasi sifat
fisik tablet meliputi uji keseragaman ukuran, uji kerapuhan, uji kekerasan, uji waktu
hancur dan LOD (Loss on Drying) atau susut pengeringan. Uji keseragaman ukuran
diukur menggunakan jangka sorong dengan menggunakan 6 tablet sebagai sampel
yang menghasilkan rata-rata diameter tablet adalah 1,318 cm dan rata-rata ketebalan
tablet adalah 0,33 cm dari semua sampel selisih diameter dan ketebalan tablet tidak
lebih dari 10% sehingga dapat dikatakan bahwa tablet seragam.
Uji kerapuhan digunakan sampel dengan berat awal(a) 4,0614 gram diuji
dengan alat friabilator test yaitu bekerja dengan cara berputar sebanyak 100x atau
selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm, didapatkan bobot akhir(b) 2,6747 gram.
Kemudian mencari f = [(a-b)/b]x100% didapatkan hasil 34,1%. Dari hasil uji
kerapuhan yang baik seharusnya adalah <1%, maka dapat dikatakan bahwa tablet
kami sangat rapuh kemungkinan kerapuhan ini disebabkan oleh formulasi yang
digunakan yaitu laktosa 25% sedangkan avicel PH 101 yang kami gunakan adalah
75%.
Uji kekerasan dengan menggunakan sampel sebanyak 6 tablet diuji dengan
menggunakan hardness tester didapatkan hasil rata-rata kekerasan 0,993 kg.
Kekerasan tablet yang baik adalah 4–8 kg. Sehingga dari hasil kekerasan yang
didapatkan dapat dikatakan bahwa tablet tidak keras, hal ini terjadi karena kekerasan
tablet dipengaruhi oleh bahan pengikat yang digunakan, semakin baik ikatan antar
partikel maka tablet akan semakin kuat.
Uji waktu hancur menggunakan sampel 6 tablet untuk diuji dengan alat
disintegration tester dan menggunakan air panas pada suhu 37±2°C menghitung
waktu hancur dengan menggunakan stopwatch. Dihasilkan tablet I memiliki waktu
hancur paling lama yaitu 6.01 menit yang dapat dibilang cepat hal ini terjadi karena
dipengaruhi oleh kekerasan dan kerapuhan tablet yang kurang baik sehingga
menyebabkan waktu hancur ikut terpengaruhi. Hasil uji LOD atau susut pengeringan
diuji dengan alat moisture balance pada suhu 105°C didapatkan persentase kadar air
sebanyak yaitu 4%
VII. KESIMPULAN
Pembuatan tablet parasetamol menggunakan metode granulasi basah
dilakukan evaluasi sifat fisik tablet pada uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji
kerapuhan, uji waktu hancur dan kandungan lembab LOD (Loss on Drying). Pada
tablet formula III dengan laktosa 25%, avicel PH 101 75%. Hasil evaluasi sifat fisik
tablet yang dihasilkan yaitu seragam, tablet sangat rapuh hasil uji kerapuhannya
mencapai 34,1%, tablet tidak keras dengan hasil 0,993 kg, waktu hancur cukup
singkat 6 menit 1 detik dan LOD yang dihasilkan sebesar 4%.
DAFTAR PUSTAKA

Komariyatun, S., & Hidayati, D. N. (2017). Formulasi Tablet Parasetamol Menggunakan


Tepung Bonggol Pisang Kepok (Musa Paradisiaca CV. Kepok) Sebagai Bahan
Pengikat. Media Farmasi Indonesia, 12(1). https://mfi.stifar.ac.id/MFI/article/view/53
Reiza, Z. (2010). PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE GRANULAS BASAH DAN
GRANULASI KERING TERHADAP STABILITAS ZAT AKTIF TABLET
PARASETAMOL (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
https://eprints.ums.ac.id/id/eprint/7995
Wathoni N. (2018). Mengenal Bahan Eksipien Farmasi dan Kegunaannya.
https://gudangilmu.farmasetika.com/

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai