Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN BENTUK SEDIAAN OBAT DAN

REGISTRASI TABLET SALUT RIFAMPISIN


OLEH :
Fajar Bintang Ilahi
Sri Amiyati
Haris Nanda Prayoga
Lailatul qodriah
Shafira Wahida Rais
Lisa renita
Dosen : Dr. Gressy Novita, M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2020
PREFORMULASI

1. Rifampicin

Rumus molekul : C43H58N4O12


Pemerian : Serbuk halus, coklat merah
Berat molekul : 822,95
Stabilitas : Tidak stabil dalam cahaya dan kelembaban
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam
kloroform; larut dalam etil asetat dan dalam metanol
Indikasi : Tuberculosis, lepra, infeksi stapilokokkus,
brucellosis
2. Amilum Manihot Sebagai Penghancur

Kelebihan :
granulnya mampu mengembang apabila kontak dengan air dan amilosa, aksi
kapiler yang lebih dominan dari pengembangan, dan juga dapat menghasilkan
gaya tolak antar partikel antara konstituen tablet apabila kontak  dengan air
dan bagian hidrofilik dari amilum.

Kekurangan :
Haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan
kemampuannya sebagai penghancur.
3. Talkum Sebagai Zat Pengisi Pada Tablet

Pemerian :
Bedak adalah sangat halus, putih ke putih keabu-abuan, tidak berbau,
tidak bisa ditembus,bubuk kristal tidak berbahaya
Ketidak campuran :
Tidak cocok dengan senyawa amonium kuaterner
Kelebihan :
Dapat memperbaiki daya aliran bahan yang akan ditabletisasi,
mengurangi penyimpangan massa, meningkatkan ketepatan ukuran tabet
dan dapat mengurangi keterikatan antar partikel pada saat di cetak sehingga
dapat memberikan sifat alir yang baik.
Kekurangan :
Tidak dapat dicampurkan dengan komponen ammonium kuartener,
dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet
4. Mg Stearat Sebagai Lubrikan (Pelicin) Untuk Tablet

Pemerian
Magnesium stearat sangat halus, putih muda, diendapkan atau
giling, bubuk yang tidak bisa ditaburi dengan kepadatan curah
rendah, memiliki bau yang samar asam stearat dan rasa khas.

Ketidak campuran :
Tidak cocok dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearat
tidak dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,
beberapa vitamin, dan sebagian besar alkaloid garam
5. Avicel Sebagai Zat Pengikat Tablet

• Bahan pengikat tidak boleh menghalangi disintegrasi tablet maupun


pelepasan zat aktif untuk diabsorbsi. Bahan ini dapat ditambahkan dalam
bentuk kering, pasta (mucilago), cairan atau larutan.

• Penggunaan binder dalam jumlah yang tidak sesuai akan mengakibatkan


berbagai permasalahan, jika jumlahnya kurang dalam tablet akan
menyebabkan capping, lamination, sticking, picking dan filming. Namun
bila penggunaannya berlebihan dapat meningkatkan kekerasan tablet yang
mengakibatkan tablet sukar hancur.
FORMULASI

Bentuk sediaan obat (BSO) yang dirancang :


• Bentuk sediaan obat (BSO) Tablet salut
• Alasan pemilihan BSO
• Memberikan perlindungan terhadap isi kapsul
karena pengaruh kelembaban, cahaya dan udara
• Kekuatan sediaan = 450 mg
• Kemasan = Tablet salut
Formulasi Tablet Salut Rifampicin

R/ Rifampicin 450 mg
Amylum manihot 10%
Talk 5%
Mg Stearat 1%
Avicel qs
Formula Larutan Penyalut

R/ Opadry 10g
Aquadest 10ml
Alkohol ad 100ml
Zat Warna qs
Fungsi masing-masing komponen zat tambahan dalam formula
• Rifampisin sebagai zat aktif
• Amilum manihot sebagai penghancur
• Talcum sebagai zat pengisi pada tablet
• Mg stearat sebagai lubrikan (pelicin) untuk tablet
• Avicel sebagai zat pengikat tablet
EVALUASI TABLET SALUT

1. Uji keseragaman Bobot


Untuk mendapatkan tablet dengan bobot yang seragam
sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
masing-masing tablet.
• Diambil 20 tablet, satu per satu ditimbang beratnya dan hitung
bobot rata-ratanya.
• Keseragaman bobot dibanding dengan persyaratan dengan
persyaratan yang ada di Farmakope Indonesia serta dihitung
harga CV (Coefficient of Variation).
Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Depkes Ri 1979)

Penyimpangan bobot rata-rata


Bobot rata-rata
A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg atau dengan 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%


2. Uji kekerasan
Untuk melihat tahanan tablet dari benturan mekanik pada saat
proses pengemasan atau distribusi tablet.
• Tablet diletakkan pada pada posisi tegak dilandaskan.
• Kemudian diatur jarak antara landasan dan baut pegas yang ada di
atasnya sehingga tablet pada posisi terhimpit bila pengungkit
ditekan.
• Skala diatur kekerasannya pada posisi nol, pengungkit ditekan
hingga tablet pecah.
• Terakhir angka yang ditunjukkan pada skala kekerasan dicatat.
3. Uji waktu hancur
Untuk mengetahui berapa lama tablet hancur di dalam saluran
cerna.
• Diambil sebanyak 6 tablet ke dalam uji waktu hancur, setiap
tabung diisi 1 tablet dengan media air dengan suhu 37o±2oC.
Keranjang dicelupkan selama 5 menit.
• Kemudian alat dijalankan selama 30 menit. Setelah 30 menit
diamati tablet yang hancur.
• Alat yag digunakan : desintegration tester
• Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet
adalah sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan
porositasnya.
• Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan
obat dalam tablet.
• Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki
air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras
dengan rongga-rongga yang kecil
4. Uji kerapuhan atau friabilitas.
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet
diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan
terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating).
Alat yang digunakan disebut Friability Tester. Kerapuhan
ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari
tablet melalui beban pengujian mekanis.
Kerapuhan diberikan dalam persen yang ditarik dari massa
tablet sebelum pengujian (Voigt 1994).
5. Uji keseragaman ukuran
Tablet yang baik memiliki ketebalan dan diameteryang
sesuai dengan persyaratan di Farmakope.
Keseragaman ukuran tablet dapat ditetapkan menggunakan 5
atau 10 tablet (Banker & Anderson 1994).
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari
11/3 kali tebalnya tablet. (Depkes RI 1979)
Uji Disolusi

• Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif


dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut.
Bagian proses disolusi hingga respon klinis suatu zat aktif dari sediaan
tablet atau kapsul (Siregar & Wikarsa 2010).
REGISTRASI

1. Persyaratan registrasi :
• Obat harus memiliki izin edar obat registrasi diajukan kepala
BPOM
• Kategoris registrasi registrasi baru
• Kategori 2 : obat generic/generic merk
• Registrasi dilakukan pendaftaran
Berupa : obat produksi dalam negri
Syarat :
• Memiliki izin industry
• Memiliki izin sertifikat CPOB, sesuai jenis dan bentuk sediaan
yang diregistrasi
2. Tatalaksana registrasi
a. Pra registrasi dan registrasi
• Pendaftaran/pemohon mengajukan secara tertulis kepala BPOM
menampilkan dokumen pra registrasi dan dokumen registrasi.

b. Dokumen registrasi
– Bagian I : Dokumen administrasif, informasi produk dan
label
– Bagian II : dokumen mutu
– Bagian III : dokumen non klinik
– Bagian IV : Klinik
3. Bagian dokumen informasi produk
• Ringkasan karakteristik produk/brosur
• Informasi produk untuk pasien
Contoh nomor registrasi produk kami : GKL2012300117A1
UJI STABILITAS

Tujuan dari studi stabilitas adalah untuk menentukan umur


simpan , yaitu periode waktu penyimpanan pada kondisi tertentu
dimana produk obat masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
• Uji stabilitas :
• Stabilitas Fisik ( seperti kekerasan, laju disolusi, pemisahan
fasa,dll)
• Stabilitas Kimia ( pembentukan zat dekomposisi berisiko tinggi).
• Ketidakstabilan mikrobiologis dari produk obat
UJI STABILITAS MELIPUTI
1. Secara umum:
• uji stabilitas untuk produk harus berdasarkan sifat-sifat zat obat
dan bentuk sediaan.
2. Photostability testing :
• uji photostability dilakukan pada setidaknya satu batch utama
dari produk obat
3. Selection of batches
• Uji stabilitas untuk skala pilot harus sama dengan uji stabilitas
untuk produk yang dipasarkan,
4. Specification ( Testing parameter )
• Spesifikasi uji stabilitas pada tablet meliputi : bau , warna ,
pengujian, degradasi produk, disolusi, kelembaban dan
kekerasan/kerapuhan.
5. Testing frequency
• Frekuensi pengujian jangka panjang : setiap 3 bulan selama tahun
pertama , setiap 6 bulan selama tahun kedua, dan setiap tahun
sesudahnya dan uji dipercepat, minimal tiga titik waktu, termasuk
titik waktu awal dan akhir (mis, 0,3, dan 6 bulan), dari studi 6
bulan direkomendasi.
6. Storage condition
• Uji stabilitas berdasarkan suhu penyimpanan
7. Container closure system
• Uji stabilitas dilakukan baik pada kemasan primer maupun
kemasan sekunder
8. Evaluation
• Uji stabilitas yang harus mencakup, hasil dari uji fisik, kimia dan
mikrobiologi, termasuk bentuk sediaan, ( misalnya, laju disolusi)
9. Stability commitment
• Harus berkomitmen untuk melanjutkan uji stabilitas setelah batch
primer disetujui untuk menetapkan umur simpan .

Anda mungkin juga menyukai