Disusun oleh:
Kelas : 4 FA2
II. Prinsip
Perhitungan harga pokok pemeriksaan bertujuan untuk efisiensi bisnis laboratorium
klinik.
Harga pokok adalah biaya operasional perusahaan yang dikeluarkan untuk selesainya
suatu produk/jasa sehingga siap diterima oleh pelanggan baik yang langsung maupun
tidak langsung. Harga pokok langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses yang
secara langsung menjalankan proses operasional. Harga pokok tidak langsung adalah
biaya yang dikeluarkan untuk proses operasional yang secara tidak langsung terlibat
dalam proses operasional.
Manajemen harga pokok adalah salah satu aspek penting di dalam mengelola sebuah
laboratorium karena akan berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas dari proses
produksi di laboratorium. Efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi yang tetap
mempertahankan mutu laboratorium akan berdampak pada laba perushaan dan
kemampuan daya saing suatu laboratorium.
Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan bahan baku
menjadi produk. Harga pokok produksi atau disebut juga harga pokok adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan.
Dalam memproduksi suatu produk akan diperlukan beberapa biaya untuk mengolah
bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
1. Biaya bahan baku adalah besarnya penggunaan bahan baku yang dimasukkan ke
dalam proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Bahan baku meliputi bahan-
bahan yang dipergunakan untuk memperlancar proses produksi atau disebut bahan
baku penolong dan bahan baku pembantu. Bahan baku dibedakan menjadi bahan
baku langsung dan bahan baku tidak langsung.
2. Biaya tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan
pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk yang dihasilkan.
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada
karyawan pabrik, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada
produk yang dihasilkan.
3. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik meliputi
biaya bahan pembantu atau penolong, biaya penyusutan aktiva pabrik, biaya sewa
gedung pabrik, dan biaya overhead lain-lain.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi terdapat dua metode dalam penentuan
harga pokok produksi yaitu dengan metode full costing dan metode variable costing.
1. Full Costing Yaitu metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang
bersifat variabel maupun tetap yang dibebankan ke produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Metode perhitungan harga pokok penuh juga berguna untuk keperluan
pelaporan pada pihak eksterna
2. Variable Costing Yaitu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memeperhitungkan unsur biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak
diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan Laba Rugi
tahun berjalan. Metode variable costing ini banyak diterapkan bagi keperluan internal,
karena metode ini dianggap konsisten dengan asumsi perilaku biaya yang digunakan
dalam pengambilan keputusan manajemen.
Harga pokok penjualan adalah harga pokok produk yang sudah terjual dalam periode
waktu berjalan yang diperoleh dengan menambahkan harga pokok produksi dengan
persediaan produk selesai awal dan mengurangkan dengan persediaan produk selesai
akhir. Harga pokok penjualan juga terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok
penjualan akan berpengaruh pada laporan laba rugi yang mana laporan laba rugi antara
perusahaan manufaktur dan perusahaa dagang berbeda ditinjau dari penentuan harga
pokok penjualannya.
Pada perusahaa manufaktur penentuan harga pokok penjualan dihitung berdasarkan
harga pokok produksi, sedangkan pada perusahaan dagang hanya berupa pembelian
barang dagang dari perusahaa lain untuk menjalankan usaha dagangny tidak melakukan
pemrosesan terhadap barang yang dibeli.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga, yaitu :
1. Pelanggan mempengaruhi harga melalui pengaruh mereka pada permintaan atas suatu
produk atau jasa. Harga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pelanggan menolak
produk suatu perusahaan dan memilih produk pengganti atau yang bersaing.
2. Pesaing, Tidak ada bisnis yang tanpa pesaing. Perusahaan harus menyadari tindakan
dari para pesaingnya. Pada satu sisi, produk alternatif atau produk pengganti
kompetitor dapat mempengaruhi permintaan dan memaksa perusahaan untuk
menurunkan harganya. Di sisi lain, sebuah perusahan tidak memiliki pesaing dapat
menetapkan harga yang lebih tinggi, sehingga perusahaan harus mampu
memperkirakan biaya pesaingnya dan informasi yang penting dalam menetapkan
harga.
3. Biaya mempengaruhi harga karena mempengaruhi penawaran. Semakin rendah biaya
produksi sebuah produk terhadap harga yang di bayar pelanggan, semakin besar
kuantitas produk yang bersedia ditawarkan oleh perusahaan.
Harga Pokok Langsung
Harga pokok langsung adalah biaya yang terkait langsung dengan proses produksi
diantaranya :
a. Bahan baku (Reagen, Control, Standar);
b. Bahan pembantu/habis pakai (Kertas hasil, Sampel cup, Probe wash, Amplop,
Kapas, dll);
c. Biaya personalia tim operasi yang langsung mengerjakan;
d. Biaya listrik dan air; dan
e. Biaya pemeliharaan alat.
Harga Pokok Tidak Langsung
Harga pokok tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan pada proses penyediaan
bahan baku, sampel maupun pengontrolan manajemen operasional yang akan
dikerjakan oleh bagian operasional. Yang termasuk di dalam harga pokok tidak
langsung diantaranya :
a. Biaya personalia tim pelayanan;
b. Bagian pembekalan;
c. Manajemen mutu;
d. Distribusi hasil; dan
e. Logistic.
Perhitungan Harga Pokok dari Suatu Test
a. Harga pokok teoritis, adalah harga pokok yang dihasilkan dari perhitungan harga
reagen terhadap jumlah test teoritis yang tertera di dalam kemasan.
b. Harga pokok teknis adalah harga pokok yang dihasilkan dari perhitungan harga
reagen terhadap jumlah test yang digunakan untuk proses operasional (test pasien,
QC, test kalibrasi, test pengulangan, reagen terbuang dll).
c. Harga pokok pemasaran adalah harga pokok yang dihasilkan dari perhitungan
harga reagen terhadap jumlah test yang menghasilkan omset.
Data pendukung :
Penyelesaian :
V. Prosedur Kerja
Studi Kasus :
Sebuah laboratorium akan melakukan pergantian alat laboratorium dari alat manual ke
alat otomatis sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing dengan laboratorium
sekitarnya. Untuk melakukan perhitungan harga pokok, laboratorium tersebut menerima
penawaran dengan harga terlampir dari pembekal alat berupa
1. Harga reagen normal, alat dibeli dengan harga 800 juta. Masa penyusutan alat 4 tahun
biaya pemeliharaan alat setiap tahun 6 juta.
2. Harga KSO, alat tidak perlu dibeli, masa sewa 4 tahun dan setelah 4 tahun alat
menjadi milik sendiri. Target pembelian reagen 80 juta per bulan
Asumsi perolehan jumlah test sebagai berikut dan akan naik 20 % setiap tahun :
1. Jumlah pemeriksaan kimia lengkap 10 pasien per hari
2. Jumlah pemeriksaan lemak lengkap 15 pasien per hari
3. Jumlah pemeriksaan gula 20 pasien perhari
4. Kalibrasi dilakukan 3 x per minggu
5. Kontrol 2 kali/ hari ( Normal dan High/ Path masing2 sekali )
6. Tarif laboratorium naik 10 % tiap tahun
Sebagai seorang manager QC anda diminta pendapat mana yang lebih
menguntungkan apakah membeli alat atau dengan melakukan KSO (kerjasama
operasional) ? Berapa jumlah test minimal yang perlu dicapai untuk dapat mempercepat
proses KSO menjadi 3,5 tahun?
CATATAN
Kimia LENGKAP 10 PASIEN / HARI 300 HARGA ALAT 800 JT DENGAN PENYUSUTAN
4 TAHUN
HDL Cholest
750 812 41.250.000,00 2.550,00 2.070.600,00 2.587.032,00
R2 3.186,00
LDL Cholest
R1 750 812 57.750.000,00 9.792,00 7.951.104,00 10.138.632,00
12.486,00
LDL Cholest 77.000
750 812 57.750.000,00 2.926,00 2.375.912,00 3.028.760,00
R2 3.730,00
Kalibrator Lipid 12 22.000,00 264.000,00 22.000,00 264.000,00
Control Lipid N 25 10.000,00 250.000,00 10.000,00 250.000,00
Control Lipid P 25 10.000,00 250.000,00 10.000,00 250.000,00
Jumlah 9000 10.116,00 459.030.000,00 93.009,0000 32.036.398,00 136.866,00 57.249.982,00
Beban harga
alat / bulan 16.666.666,67 -
Pemeliharaan/
500.000,00 -
bulan
Total Biaya 49.203.064,67 57.249.982,00
Cost/tes
operasional 4.863,89 5.659,35
Cost/tes
5.467,01 6.361,11
pemasara
n
% Laba alat 89,28% 87,53%
4. Hasil Data Pengamatan Pada Thun Ke-3
Kimia LENGKAP 10 PASIEN / HARI 360 HARGA ALAT 800 JT DENGAN PENYUSUTAN 4
TAHUN
test pasar Naik 20% dari thn 1 harga naik 10% dari thn 1
test pasar Naik 20% dari thn 1 harga naik 10% dari thn 1
Pada praktikum kali ini melakukan study kasus Perhitungan Harga Pokok. Harga
pokok adalah seluruh biaya yang timbul dari suatu proses produksi jasa mulai dari awal
sampai dengan jasa tersebut diterima pelanggan. Komponen harga pokok terdiri dari
harga pokok langsung dan harga pokok tidak langsung. Yang termasuk harga pokok
langsung adalah bahan baku (reagen, qc, kalibrator, substrat, media, pengecatan), bahan
pembantu (tabung, jarum, spuit, kapas, alhokol, dll) rujukan intern dan ekstren dan
personalia. Adapun Harga Pokok tidak langsung meliputi Personalia (SDM), biaya
operasional perusahaan meliputi listrik, air pemeliharaan peralatan, perlengkapan, alat,
sewa alat, persediaan rusak dan selisih nilai persediaan. Manajemen harga pokok adalah
salah satu aspek penting di dalam mengelola sebuah laboratorium karena akan
berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas dari proses produksi di laboratorium.
Manajemen harga pokok diperlukan apabila kita akan menentukan keputusan
diantaranya menetapkan harga test, menetapkan harga suatu proyek, keputusan
penggantian alat, keputusan melakukan pembelian alat, sewa atau kontrak reagen,
menentukan arah perkembangan laboratorium.
Analisis dilakukan pada sebuah laboratorium yang merencanakan pergantian alat
laboratorium dari alat manual ke alat otomatis sebagai upaya untuk meningkatkan daya
saing dengan laboratorium. Laboratorium memiliki 2 pilihan dalam mengganti alat,
yaitu: pertama Harga reagen normal, alat dibeli dengan harga 800 juta. Masa
penyusutan alat 4 tahun biaya pemeliharaan alat setiap tahun 6 juta dan kedua Harga
KSO, alat tidak perlu dibeli, masa sewa 4 tahun dan setelah 4 tahun alat menjadi milik
sendiri. Target pembelian reagen 20 juta per bulan. Selanjutnya analisis dilakukan untuk
mengetahui pilihan mana yang memberikan keuntungan lebih baik bagi laboratorium
berdasarkan aspek omset perbulan, biaya yang dikeluarkan perbulan, serta laba yang
didapat dari masing-masing pilihan.
Tahap awal dilakukan menghitung harga teoritis berdasarkan banyakya jenis test
pemeriksaan yang disediakan laboratorium dengan jumlat tes per pemeriksaan. Jumlah
test keseluruhan laboratorium tersebut adalah 13.740 test. Jumlah harga reagent beli
yaitu Rp 39.523.500. Sedangkan jumlah harga reagen sewa adalah Rp 67.386.280.
Kemudian analisis omset perbulan dalam waktu 4 tahun dengan catatan tariff
pemeriksaan naik 10% pertahun dan test pasar/bulan naik 20% setiap tahunnya.
Omset perbulan pada tahun ke-1 yaitu sebesar Rp. 347.750.000; tahun ke-2 yaitu
sebesar Rp. 459.030.000; tahun ke-3 yaitu sebesar Rp. 605.919.600 dan tahun ke 4 yaitu
sebesar Rp. 799.813.872. Jika dilihat dari hasil perhitungan omset perbulan
laboratorium klinik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berarti penggantian
alat memberi peluang untuk meningkatkan penjualan atau pelayanan menjadi lebih
optimal.
Total biaya bulanan yang harus dikeluarkan laboratorium jika membeli alat secara
normal, pada tahun pertama Rp. 44.480.689,67, pada tahun kedua Rp. 49.203.064,67,
pada tahun ketiga Rp. 54.869.914,67 dan pada tahun keempat Rp. 61.670.134,67.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan apabila laboratorium bekerjasama (KSO) empat
tahun berturut-turut adalah sebagai berikut Rp. 48.778.532,; Rp. 57.249.982; Rp.
67.415.722 dan Rp. 79.614.610. Berdasarkan data tersebut, diketahui biaya perbulan
opsi KSO lebih besar daripada biaya membeli alat.
Keuntungan atau persen laba setiap bulan yang didapatkan laboratorium dengan
opsi membeli alat adalah sebagai berikut 87,21%; 89,28%; 90,94% dan 92,29%.
Sedangkan pada opsi KSO adalah sebagai berikut 85,97%; 87,53%; 88,87% dan
90,05%. Dilihat dari persentase laba, jika laboratorium membeli alat persentase labanya
lebih tinggi dibandingkan dengan laboratorium jika melakukan kerjasama operasional
(KSO). Dapat disimpulkan bahwa laboratorium mendapatkan untung yang lebih besar
jika membeli alat dibandingkan dengan melakukan kerjasama operasional (KSO).
VIII. Kesimpulan
Dari hasil data dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun ke
1, keuntungan yang didapatkan lebih besar 1,24% ketika memilih option membeli alat
dibandingkan dengan option KSO. Pada tahun ke 2, keuntugan yang didapatkan lebih
besar 1,75% .Pada tahun ke 3, keuntungan yang didapatkan lebih besar 2,07% dan pada
tahun ke 4, keuntungan yang didapatkan lebih besar 2,24% ketika memilih option
membeli alat dibandingkan dengan option KSO. Dilihat dari keuntungan tahun ke 1
hingga tahun ke 4 , memilih option membeli alat merupakan langkah yang baik untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, karena dari tahun ke tahun perbedaan selisih
yang di dapatkan antara option beli dengan option KSO selalu mengalami peningkatan.