Anda di halaman 1dari 24

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID

GEL NATRIUM DICLOFENAC

DISUSUN OLEH :
1. Puja Billy Yoyon (PO.71.39.1.18.063)
2. Ridho Putrama Meijandi (PO.71.39.1.18.067)
3. Rosalina (PO.71.39.1.18.068)
4. Shafa Nathasya Akina (PO.71.39.1.18.069)
5. Siti Qurrota Akyuni (PO.71.39.1.18.071)
6. Sri Ismawati (PO.71.39.1.18.072)
7. Tharissa Rizka Ramadhani (PO.71.39.1.18.074)
KELOMPOK 5
REGULER 1 B
DOSEN PEMBIMBING :
Dr.SadakataSinulingga, Apt, M.Kes

LABORATORIUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID

Nilai Paraf

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
2019
“TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIQUID”
GEL NATRIUM DICLOFENAC

BAB 1
PENDAHULUAN

A. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam


pembuatan gel natrium
2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan gel
natrium diclofenac
3. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan gel
natrium diclofenac

B. MANFAAT

Mahasiswa mampu mengetahui apa dan bagaimana


pembuatan sediaan gel dalam hal ini dibuat dalam skala
besar/berkelompok,serta mengetahui kegunaan gel untuk
pengobatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gel
Sediaan gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspense
yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil , molekul organic yang
besar terpenetrasi oleh cairan (FI IV,1995). Gel umumnya merupakan
suatu sediaan semipadat yang jernih ,tembus cahaya, dan mengandung
zat aktif yang merupakan disperse koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi
(Ansel ,1989).
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel
farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam
alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil
selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol
yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang
terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu
prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel
(Lachman., dkk, 1994.
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel
anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit
sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik,
bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus
dirangsang dengan prosedur yang khusus.Dasar gel hidrofilik
umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan dapat
dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah
hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada
pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya
tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya
lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar
(Ansel, 1989).
Sediaan gel pada umumnya memiliki sifat dan karakteristik
tertentu terkait dengan berbagai komponen yang menyertai dan dapat
menimbulkan berbagai efek penggunaan antara lain (Felton, 2012):

1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorpsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut
akan berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi silang antar
polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebakan kelarutan
komponen gel berkurang.
2. Sineresis
Suatu proses adanya kontraksi pada massa gel. Cairan yang terjerat
akan keluar dan berada di atas permukaan gel sehingga terbentuk
massa gel yang kuat. Proses mekanismenya yaitu terjadinya kontraksi
berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastik pada
saat pembentukan gel. Adanya perubahan pada kekuatan gel akan
mrengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan
cairan bergerak menuju ke permukaan Natrium diklofenak merupakan
suatu anti radang non steroid (Non steroid antiinflamatorydrugs,
NSAIDs) yang merupakan suatu turunan asam fenil asetat. Natrium
diklofenak digunakan pada pengobatan osteoarthritis dan
rheumatoidarthritis. Untuk mengurangi efek pada saluran cerna,
pendekatan yang dilakukan adalah dengan membuat sediaan
transdermal yaitu sistem penghantaran yang memanfaatkan kulit
sebagai tempat masuknya obat. Kulit relatif permeabel terhadap
senyawa-senyawa kimia dan dalam keadaan tertentu kulit dapat
ditembus oleh senyawa obat yang dapat menimbulkan efek terapetik,
baik yang bersifat setempat maupun sistemik (Aiache, 1993).
Diklofenak dapat terakumulasi pada cairan sinovia sehingga efek terapi
pada persendian menjadi lebih panjang. Untuk meningkatkan fluks
obat yang melewati membran kulit, dapat digunakan senyawa-senyawa
peningkat penetrasi. Fluks obat yang melewati membran dipengaruhi
oleh koefisien difusi obat melewati stratum corneum, konsentrasi
efektif obat yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara obat
dan stratum corneum dan tebal lapisan membran. Peningkat penetrasi
yang efektif dapat meningkatkan koefisien difusi obat ke dalam
stratum corneum dengan cara mengganggu sifat penghalangan dari
stratum corneum (Wilmana, 2007).
Peningkat penetrasi dapat bekerja melalui tiga mekanisme yaitu
dengan cara mempengaruhi struktur stratum corneum, berinteraksi
dengan protein interseluler dan memperbaiki partisi obat, coenhancer
atau cosolventkedalam stratum corneum. Bahan-bahan yang dapat
digunakan sebagai peningkat penetrasi antara lain air, sulfoksida dan
senyawa sejenis azone, pyrrolidones, asam-asam lemak, alkohol dan
glikol, surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen dan fosfolipid (Swarbrick
dan Boylan 1995.

B. ZAT AKTIF
1. Preformulasi
a. Farmakologi
Pada dasarnya adalah menginhibisi sintesis prostaglandin.
Diklofenak menginhibisi sintesis prostaglandin di dalam jaringan
tubuh dengan menginhibisi siklooksigenase; sedikitnya 2
isoenzim, siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2
(COX-2) (juga tertuju ke sebagai prostaglandin G/H sintase-1
[PGHS-1] dan -2 [PGHS-2]), telah diidentifikasikan dengan
mengkatalis/memecah formasi/bentuk dari prostaglandin di
dalam jalur asam arakidonat. Walaupun mekanisme pastinya
belum jelas, NSAIA berfungsi sebagai antiinflamasi, analgesik
dan antipiretik yang pada dasarnya menginhibisi isoenzim COX-
2; menginhibisi COX-1 kemungkinan terhadap obat yang tidak
dihendaki (drug’s unwanted) pada mukosa GI dan agregasi
platelet. (AHFS 2010,hal.2086).
b. Farmakokinetik
Diabsorpsi dengan baik setelah penggunaan oral.
mengalami metabolisme lintas pertama; hanya 50-60% dari dosis
mencapai sirkulasi sistemik sebagai obat tidak berubah,
Konsentrasi plasma puncak biasanya dicapai dalam waktu sekitar
1 jam (kalium diklofenak tablet konvensional), 2 jam (tablet
natrium diklofenak tertunda-release), atau 5,25 jam (natrium
diklofenak tablet extended-release) .Diserap ke dalam sirkulasi
sistemik setelah pemberian topikal gel atau sistem transdermal;
konsentrasi plasma umumnya sangat rendah dibandingkan
dengan penggunaan oral . Setelah penerapan diklofenak sistem
epolamine transdermal tunggal untuk kulit utuh pada lengan atas,
konsentrasi plasma puncak terjadi pada 10-20 jam. Setelah
aplikasi topikal dari natrium diklofenak 1% gel, konsentrasi
plasma puncak terjadi pada sekitar 10-14 jam. Olahraga ringan
tidak mengubah penyerapan sistemik dioleskan diklofenak
(sistem transdermal atau 1% gel) Penerapan patch panas selama
15 menit sebelum penerapan 1% gel tidak mempengaruhi
absorpsi sistemik. Belum ditentukan apakah aplikasi panas
berikut aplikasi gel mempengaruhi absorpsi sistemik.
c. Farmakodinamik
Natrium diklofenak mengikatkan diri dan berkelat pada
kedua isoform dari enzim siklooksigenase 1 (COX-1) dan 2
(COX-2). Hal ini akan menghalangi konversi asam arakidonat
menjadi prostaglandin. Inhibisi natrium diklofenak terhadap
COX-2 akan meredakan rasa nyeri dan inflamasi, dan inhibisi
obat terhadap COX-1, dapat menimbulkan efek buruk terhadap
gastrointestinal. Natrium diklofenak dapat lebih aktif terhadap
COX-2, daripada beberapa obat lain golongan antiinflamasi
nonsteroid yang mengandung asam karboksilat. [2,3]

d. EfekSamping
Diclofenac berpotensi menyebabkan efek samping.
Beberapa efek samping yang umum terjadi saat mengonsumsi
obat ini adalah: Diare.Mual.Muntah.Nyeri ulu hati.Sakit
perut.Perut kembung.Sering bersendawa.
Efek samping ini biasanya akan berkurang seiring
penyesuaian tubuh terhadap obat. Meski demikian, segera
hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika Anda mengalami
efek samping yang serius, seperti tinja berwarna hitam atau
berdarah, sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh, demam,
serta muntah darah.
2. Monografi Bahan
a. Natrium Diklofenak(FI IV halaman 1405, USP halaman 32)
Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hamper putih,
higroskopik
Nama Lain : Natrii-diklofenak. Diclofenac sodium
Nama Kimia : Natrium [0-(2,6-dikloroanilino)fenil] asetat
Rumus Molekul :C14H10C12NNaO2
Berat Molekul : 318,13
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam
eter
pH : 4,0 – 7,5
Titik Leleh : 284°C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah kedap dan tertutup
rapat
Stabilitas : Gel 1% Na Diklofenak harus disimpan pada suhu
25°C dan terlindung dari panas. Stabil tanpa adanya O2 dan
dalam buffer pH 7,6
Inkompatibilitas :-
Sifat Khusus : Sedikit higroskopis
Koefisien Partisi : 4,5

b. Na – CMC (Farmakope Indonesia edisi III)

Nama resmi : Natrium Carboxie Metil Cellulosum


Nama lain : Natrium
Rumus struktur :-
Rumus kimia :
Bobot molekul : 644,65
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air membentuk
suspense Koloid ≠ larut dalam air etanol (95%) p dalam eter p,
Dan dalam pelarut organik lain.
Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kekuningan
≠ berbau
Khasiat : Pensuspensi
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
c. Nipagin
Sinonim: Methylparaben; methylis parahydroxybenzoas;
Penggunaan: Antimicrobial preservative (oral solutions
0.0150.2%)
Deskripsi: merupakan kristal tdak berwarna atau serbuk kristal
berwarna putih; tidak berbau atau hamper tidak berbau dan
sedikit mempunyai rasa panas.
Kelarutan: larut dalam 5 bagian propilenglikol; 3 bagian etanol
95%; 60 bagian gliserin; dan 400 bagian air.
Stabilitas: larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 120° C selama 20 menit, tanpa
penguraian. Larutan ini stabil selama kurang lebih 4 tahun
dalam suhu kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih dapat
meningkatkan laju hidrolisis.
Inkompatibilitas: aktivitas antimikroba dari metilparaben atau
golongan paraben yang lain sangat dapat mengurangi efektivitas
dari surfaktan nonionik, seperti polysorbate 80. Tetapi adanya
propilenglikol (10%) menunjukkan peningkatan potensi
aktivitas antibakteri dari paraben, sehingga dapat mencegah
interaksi antara metilparaben dan polysorbate. Inkompatibel
dengan beberapa senyawa, seperti bentonit, magnesium
trisilicate, talc, tragacanth, sodium alginate, essential oils,
sorbitol dan atropine.
d. Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama Lain : Dihidrogen OksidaAqua, aqua purificata
Nama Kimia : Dihidrogen oksida
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 16,02
Kelarutan :-
pH : 7
Titik Didih : 100◦C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas :-
Inkompatibilitas :-
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
BAB III
FORMULA

A. FORMULASI RESEP

R/ Natrium Diclofenac 1% 10mg

B. FORMULA ACUAN

1. Formulasi acuan
R/       Na Diklofenak            1%

             Cmc na        6%

            Nipagin 0,3%

          Aquades                   ad 100%

2. Formula yang diterapakan

Natrium Diclofenac gel 1% 10gr

R/      Na Diklofenak            1%

             Cmc na        6%

            Nipagin 0,18%

          Aquades                   ad 100%

  

BAB IV
PEMBUATAN

Perhitungan Bahan

Bahan aktif yaitu Na diklofenak sebanyak 1%. Na


diklofenak merupakan serbuk hablur berwarna putih dan tidak
berasa. Na diklofenak berfungsi sebagai analgesic.

Basis gel yang digunakan dalam formulasi ini adalah


xanthan gum, yang berfungsi sebagai gellingagent dan dapat
membentuk konsistensi seperti gel tetapi mudah dituang dan
disebar (Wasitaatmadja, 1997).Na cmc digunakan untul gelling
agent, nipagin digunakan sebagai bahan pengawet.Dalam formulasi
ini juga digunakan aquadest yang berfungsi sebagai pembawa dan
pelarut untuk melarutkan bahan-bahan yang mudah larut dalam air.

Jumlah yang digunakan 7 pot dengan label massa 7 x 10 gram = 70 gram

Massa terpindahkan 1 pot                   = 11 gram

Massa dilebihkan 10%                        = 77 gram

a. Na Diklofenak

1pot  = (1% x 10 gram)+10%  

=  0,1 x 0,1 +0,1

= 0,11

7pot   = 0,11 gram x 7 =  0,77 gram

b. Cmc na

1 pot = (6% x 10 gram)+10%

= 0,6 x 0,1 + 0,6

= 0,66 gram

7pot = 0,66 gram x 7 =  4,62gram

c. Nipagin

1 pot = (0,3% x 10 gram)+10%  


= 0,03 x 0,1 + 0,03

= 0,033

7 pot = 0,033 gram x 7 =  0,231 gram 

d. Aquadesad 100%

1 pot   = 100 – (0,1+0,6+0,03+92,4)

           = 6,87

7 pot   = 6,87mL x 7

           = 48,09 mL

  

Aquades untuk cmc

20 x massa cmc = 20 x 4,62

                                            = 92,4 ml

\
BAB IV
PEMBUATAN

a. Penimbangan Bahan

Penimbangan untuk 7 tube

Na diklofenak 0,77 gram

Cmc 4,62 gram

Air cmc 92,4 ml

Nipagin 0,231 gram

Aquadest 48,09 ml

b. Alat dan Bahan

ALAT BAHAN

Timbangan Na diklofenak
Mortir Cmc
Batang pengaduk Nipagin
Tube Aquadest
Spatula
Kertas perkamen
Gelas ukur
Erlemeyer
Pipet tetes
Beaker gelas
c. PROSEDUR KERJA

2. Cmc ditaburkan diatas lumping yang telah di isi air panas tunggu
hingga mengembang gerus homogen

3. Tambahkan nipagin gerus homogen

4. Tambahkan natrium diklofenak gerus homogen

5. Tambahkan aquadest gerus homogen

6. Gerus hinggan terbentuk massa gel

7. Masukkan dalam tube dan beri etiket

 
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN

A. Evaluasi

1. Uji Organoleptis
Tujuan                : Untuk mengetahui apakah sediaan telah sesuai
dengan keinginan            pembuat jika ditinjau dari segi warna, bau,
tekstur, dan konsistensi
Prinsip                : membandingkan warna, bau, tekstur, dan
konsistensi sediaan      dengan pewarna, pembau, dan bahan
tambahan lain yang digunakan
Metode               : kontak langsung dengan indra penglihatan,
peraba, dan pebau.
Penafsiran Hasil : Warnanya putih bening, tidak beraroma,
tekturnya lembut, dan konsistensinya kenyal
 
2. Uji Penetapan pH
Tujuan                : Mengetahui pH sediaan
Prinsip                : Dengan menggunakan indikator pH (kertas pH)
Metode               : Sediaan diukur pHnya dengan meletakkan
indicator (kertas pH) di dalam                            sediaan selama
beberapa saat. Kemudian kertas pH yang mengalami         perubahan
warna sesuai dengan pH sediaan dibandingkan dengan        kertas
pembanding untuk mengetahui pH sediaan.
Penafsiran Hasil : 4,5-6,5
 
3. Uji Homogenitas

Tujuan                :Untuk mengetahui apakah sediaan krim telah


homgen.

Prinsip                :Diamati secara visual partikel yang tersebar.

Metode             : Ditotolkan secukupnya sediaan diatas gelas objek


kemudian ditutup      dengan gelas objek lainnya dan ditekan hingga
sediaan merata.     Kemudian dilihat bagaimana persebaran partikel
dalam sediaan.

Penafsiran Hasil : Sediaan partikel tersebar merata.

 
4. Uji Daya Sebar

Tujuan                   : Untuk mengetahui penyebaran krim pada kulit


Prinsip             : Pengukuran diameter sediaan yang ditutup dengan
kaca penutup dan diberi beban.
Metode            : 0,5 gram gel diletakkan diatas kaca transparan
kemudian ditutup dengan kaca transparan yang lain dan dibiarkan
selama ± 5 detik sehingga bisa didapatkan diameter daerah yang
terbentuk. Selanjutnya diatas kaca ditambahkan beban sebesar 50,
100, 200 dan 500 gram dan daerah yang terbentuk diamati serta
diukur diameternya (Safitri, 2013).
Penafsiran Hasil : krim tersebar merata dengan diameter yang cukup
besar.
 
5. Uji Daya Lekat

Tujuan              : Untuk mengetahui daya lekat krim


Prinsip              : Diukur kecepatan memisahnya kaca penutup dengan
kaca objek yang telah diberi sediaan dan telah diberi beban sebesar
1kg.
Metode            : 0,25 gram gel diletakkan diantara 2 gelas objek, lalu
ditekan dengan beban 1 kg selam 5 menit. Setelah itu beban diangkat
dari gelas objek, kemudian dua gelas objek tersebut dipisahkan dan
waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan kedua gelas objek
tersebut dicatat (Arikumalasari, dkk., 2013).
Penafsiran Hasil : sediaan memiliki daya lekat yang baik.

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan gek dengan
bahan aktif natrium diklofenak yang mempunyai khasiat sebagai
antiinflamasi. Di dalam formula tentu tidak hanya berisi zat aktif
saja namun juga terdapat bahan tambahan lainnya seperti cmc
sebagai gelling agent kemudian nipagin sebagai pengawet dan
aquadest sebagai pelarut cara pembuatan gel kali ini yaitu pertama
kali dilakukan dengan pengembangan cmc didalam air hangat.
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan gel natrium diklofenak
dengan menggunakan basis cmc dengan baik dan benar
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan gel natrium diklofenak
3. Mahasiswa mampu membuat kemasan dari sediaan gel

B. SARAN
Sebaikanya pada saat penggerusan dilakukan dengan penggerusan yang stabil
agar terbentuk basis dan bahan-bahan yang digunakkan harus yang memenuhi
kategori.
DAFTAR PUSAKA

Aiache, 1993, Farmasetika 2: Biofarmasi, terjemahan Widji Soeratri, Airlangga


UniversityPress, Surabaya, 156-177, 213-224, 450-470.

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . UI Press. Jakarta.

Arikumalasari, dkk. 2013. Optimasi HPMC Sebagai GellingAgent dalam


Formula Gel Ekstrak Kulit Manggis (Garciniamangostana L.). Jurnal Farmasi
Udayana. Bali

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Depkes RI. Jakarta.

Felton, L. 2012. Remington Essentials ofPharmaceutics. Pharmaceutical Press.


London.

Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri


Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia. UI – Press, Jakarta.

Nurdianti, Lusi. 2015. Formulasi dan Evaluasi Gel Ibuprofen dengan


Menggunakan  Viscolam Sebagai GellingAgent. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada. Vol 14. Safitri, Nabila Ayu. 2013.Optimasi Formula Sediaan Krim
Ekstrak Strawberry (Fragaria  xananassa). Universitas Brawijaya. Malang.

Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey., Marian E quinn. Handbookof


Pharmaceutical Excipient 6th edition. Pharmaceutical Press. London.

Swarbrick, J. dan Boylan, J., 1995, PercutaneousAbsorption, in Encyclopediaof


Pharmaceutical Technology, Volume 11, Marcel DekkerInc., New York, 413-
445.

Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press. Jakarta

Wilmana, P.F., 2007, Analgesik-Antipiretik, Analgesik-Antiinflamasi Non Steroid


dan Obat Pirai, dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, S.G.Ganiswara, R.
Setiabudy, F.D Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 217-218.
LAMPIRAN

Nama Praktikkan :
1. Puja Bily Yoyon
2. Ridho Putrama
3. Rosalina
4. Shafa Nathasya Akina
GEL 5. Siti Qurrota Akyuni
6. Sri Ismawati
7. Tharisssa Rizka Ramadhani

Produk Disahkan : 25 Juni 2019

Tanggal : 26Juni 2019

Nama Produk : Prizel

a. Produk, Bentuk Sediaan : GEL


b. Nama Produk : PRIZEL
c. Kadar : 10m
d. Batch : 06201929
e. Kadaluawarsa : Juni 2021

1. FORMULASI
No Paraf
Nama bahan Untuk 1 tube Untuk 7 tube Cek Dosen/
Pengawas
1. Na diklofenak 0,11 gram 0,77 gram
2. Cmc 0,66 gram 4,62 gram
3. Nipagin 0,033 gram 0,231 gram
4. Aquadest 3,27 ml 22,89 ml

(……………………………………..)
NIM :

Telah disahkan oleh pengawas

(……………………………………….)

NIP :

2. PROSES

Proses Waktu Paraf Cek


a. Pengambilan
Bahan 26 Juni
2019
13.10 WIB

b. Waktu
Pengambilan 26 Juni
Bahan 2019
13.10 WIB

c. Pelarutan 26 Juni
2019
13. 15 WIB

d. Pencampuran 26 Juni
Bahan 2019
13.20 WIB
e. Pengemasan 26 Juni
2019
14.00WIB

3. Evaluasi Sediaan

Evaluasi Paraf Cek

1. PH

2. Kejernihan

3. Organoleptis

4. Viskositas
5. Evaluasi Sediaan
a. Uji Organoleptis
Warna : putih jernih
Bentuk : semi padat (cukup keras)
bau : tidak berbau
daya serap : menyerap dalama kulit

b. Uji Homogenitas
Gel natrium diklofenak homogen

c. Uji Ph
Dilakukan pada trayek Ph, nilai Ph 6,1

Lampiran

1. Uji ph
2. Uji homogenitas

3. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai