Anda di halaman 1dari 5

Anisa Nova Puspitanigrum

2020394341

Kasus asma

Deskripsi

Seorang anak bernama Aj Thompson, kaukasia, berumur 12 tahun datang ke


bagian gawat darurat dengan eksaserbasi akut asma. Setibanya di sana, dia telah
berusaha bernapas. Temuan awal termasuk kecepatan pernapasan 35x/menit,
denyut jantung dari 96 denyut / menit, pembacaan oxymetry pulse dari 90%,
suhu 37,3 ° C, hidung kembang kempis, dan mengi. Ia juga mengalami
eksasebasi asma dimana terdapat dahak purulent pada batuknya.

Sejarah Penyakit

Pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas selama dua hari dan telah
menderita riwayat asma selama 10 tahun. Pasien memiliki kepatuhan obat yang
buruk dan tidak memiliki tindak lanjut rawat jalan selama empat tahun terakhir.
Meskipun menderita batuk dan sesak nafas di siang hari dan malam hari, ia
hanya menggunakan inhaler salbutamol untuk meredakan gejalanya. Dia juga
memiliki riwayat rhinitis alergi dan menggunakan semprot hidung
kortikosteroid. Riwayat keluarga pasien juga positif (ibu dan saudara
perempuannya) untuk rinitis alergi.

Analisa Laboratorium

Gas darah arteri (ABG) menunjukkan hari 1 smrs :


 pH : 7,40,
 tekanan karbon monoksida (pCO2) : 30 mmHg,
 tekanan oksigen (pO2) : 60 mmHg,
 natrium bikarbonat (HCO3-) : 20,4 mEq / l.
 X-ray dadanya menunjukkan hiperinflasi tanpa bukti adanya infiltrasi
paru atau pneumotoraks
 Elektrokardiogram (ECG) menunjukkan takikardia sinus.
 Probe oxymetry pulse masih membaca di bawah 90%,
 pasien mengalami kekurangan udara dan angina pektoris setelah terapi
broncodilator.
 Karena pasien mengalami angina pectoris memeriksa CKMB (creatine
kinase-MB) dan Troponin I, dan keduanya normal
 Leukosit : 15.500
 LED : 60 mm/ menit
 FEV1 : 75%

Perawatan dan Tindak Lanjut

Oksigen 2 l/menit diberikan segera dengan masker reservoir. Dia diberi


beberapa perawatan nebulizer dengan ventolin setiap 20 menit selama satu jam;
dia juga diberi agen antikolinergik (ipratoprium bromide) dan kortikosteroid
oral (prednisone 1 mg/kgbb/hari). Selama tinggal di rumah sakit pasien, dia
hanya merasa sedikit lebih baik; tingkat pernapasannya menjadi 28x napas /
menit, dan detak jantungnya 90 kali / menit. pada hari ke 2 SMRS Karna
mengi masih bisa dideteksi, jadi kami memutuskan untuk melanjutkan nebulasi
ventolin setiap jam. Dia juga menerima oksigen tetapi tidak diberikan bersama
nebulasi Ventolin. dan, setelah dua jam, pasien mengalami nyeri dada
retrosternal kompresif tanpa perubahan intensitas saat bernapas atau
menerapkan tekanan lokal. Ini terjadi sekitar 10 menit setelah menerima dosis
terakhir dari nebulisasi ventolin. Pasien menjadi gelisah dan tachypneic dan
menjerit kesakitan. Detak jantungnya adalah 110 detak / menit, dan tekanan
darahnya 130/90; Meskipun tidak memiliki sianosis sentral yang signifikan,
pulse oxymetry menunjukkan saturasi oksigen sebesar 89% ketika pasien
menerima oksigen tambahan dengan masker reservoir, dan wheezes ekspirasi
terdengar di seluruh dada.

Analisislah :

1. Mengapa terjadi nyeri dada setelah pemberian nebulasi Ventolin? Apa


tindakan yang harus dilakukan?

Terjadinye nyeri setelah pemberian nebulasi Ventolin disebebkan karna terjadinya


interaksi dengan Ipratropium bromide (antikolinergik) yang menyebabkan
takikardi. Tindakan yang harus dilakukan adalah menghentikan penggunaan
ipratropium bromide
2. Karena kondisi pasien tidak menunjukkan perbaikan, dokter
merekomendasikan pemberian magnesium sulfat dengan infus intravena
(IV), setujukah anda sebagai apotekernya ? berikan alasan

Setuju dengan pemberian Magnesium Sulfat IV, asma terjadi karena defisiensi
magnesium sehingga pasien perlu terapi tambahan dengan pemberian Magnesium
Sulfat. Mekanisme aksi magnesium pada asma mungkin bersifat multifaktorial. Ion
magnesium memiliki efek inhibisi pada kontraksi otot polos, pelepasan histamin oleh
sel mast, dan pelepasan asetilkolin pada sistem saraf kolinergik
3. Obat apa aja yang anda rekomendasikan untuk pemberian hari ketiga

 Ventonil Nebulizer 2,5-5 mg setiap 20 menit untuk 3 dosis, selanjtnya 2,5-10 mg


tiap 1-4 jam prn atau 10-15 mg/jam
 Budesonide inhalasi 90 atau 180mg mcg/dose

 pemberian oksigen
4. Berikan monitoring dan KIE bagi anak tersebut

Monitoring KIE
RR pasien Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang
diberikan, jika terjadi seranagan usahakan
Sumbatan jalan nafas dari nilai APE
tetap tenang, segera hubungi dokter bila
Detak jantung setelah menggunakan obat dalam 15 menit
Serangan batuk hebat tidak ada perbaikan serta napas pendek.
Hindari pemicu asma. Apabila melakukan
Monitoring FRS pasien
perjalanan atau sedang berpergian obat
Serangan sesak nafas yang berat asma harus tetap dibawa dan bila perlu
membawa nebulizer.
Tekanan oksigen

Monitoring nilai FEV 1

Nama: Anak AJ Thompson Nomor RM :

Tanggal Lahir/ Umur: 12 tahun Berat Badan:-.kg. Tinggi badan: -cm

PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Tanggal Asuhan Kefarmasiaan Nama &


Paraf
Apoteker
Subyektif Obyektif Assesment Planning
(DRP)
Hari 1 pasien - Ventolin Interaksi Menghentikan
mengalami nebulizer Ventolin penggunaan
kekurangan setiap 20 (Salbutamol) ipaptropium
udara dan
menit + Ipaptropium bromide untuk
angina pektoris
selama 1 bromide menghilangkan
setelah terapi
jam nyeri dada
broncodilator.
-

Ipaptropiu
m bromide
Hari 2 - mengi - nebulasi Terapi kurang -
masih bisa ventolin tepat
dideteksi setiap jam menambahka
- nyeri dada - oksigen n inhalasi
retrosternal tetapi tidak budesonide
kompresif diberikan 90 atau 180
tanpa bersama mcd/dose
perubahan nebulasi - magnesium
intensitas Ventolin sulfat IV 30
saat setelah dua mL
bernapas jam
atau
menerapkan
tekanan
local
- gelisah dan
tachypneic
dan menjerit
kesakitan.
- Detak
jantungnya
adalah 110
detak /
menit, dan
tekanan
darahnya
130/90

Anda mungkin juga menyukai